• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis perencanaan energi listrik provinsi lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "analisis perencanaan energi listrik provinsi lampung"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERENCANAAN ENERGI LISTRIK PROVINSI LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN LEAP

(LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVE PLANNING)

ANALYSIS OF ELECTRICAL ENERGY PLANNING IN LAMPUNG PROVINCE USING LEAP MODELING

(LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVE PLANNING)

Heny Tri Rahayu, Ikhwan Syahtaria, Nugroho Adi Sasongko

KETAHANAN ENERGI, FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN, UNIVERSITAS PERTAHANAN RI

([email protected], [email protected], [email protected])

Abstrak (Bahasa Indonesia) Pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat dari sektor nasional maupun regional, dibuktikan dengan adanya defisit energi listrik di Provinsi Lampung. Perencanaan energi listrik daerah penting untuk dilakukan untuk menunjang Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah mengingat perubahan lingkungan strategis yang terjadi baik di sektor regional ataupun nasional seperti, perkembangan dunia industri yang banyak mempengaruhi nilai konsumsi listrik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proyeksi permintaan dan penyediaan Energi Listrik Provinsi Lampung dengan menggunakan metode kualitatif dengan analisis data pemodelan LEAP. Pengumpulan data menggunakan metode studi dokumentasi, observasi dan wawancara dengan tahapan analisis data meliputi pengumpulan, kondensasi, penyajian dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Permintaan energi listrik Provinsi Lampung dari tahun 2001 hingga tahun 2030 terus mengalami peningkatan dari total 1.009,70 GWh menjadi 10.225,12 GWh. Peningkatan konsumsi energi listrik Provinsi Lampung selama 11 tahun adalah 80,89% dengan nilai Konsumsi energi listrik terbesar yaitu sektor rumah tangga yaitu 61,642%. Berdasarkan nilai konsumsi energi listrik maka pemenuhan kebutuhan energi listrik Provinsi Lampung tahun 2019 yaitu 4923,50 GWh dan proyeksi tahun 2030 kebutuhan energi listrik Provinsi Lampung yaitu 10493,07 GWh. Sedangkan nilai produksi energi listrik Provinsi Lampung yaitu 5241,17 GWh pada tahun 2019 dan tahun 2030 sebesar 11.315,97 GWh.

Kata Kunci: Perencanaan, Konsumsi, Kebutuhan, Energi, Listrik

Abstract (English) –The growing demand for electrical energy, which continues to increase from the national and regional sectors, is evidenced by the deficit of electrical energy in Lampung Province.

Regional electrical energy planning is important to be carried out to support the Regional Electricity General Plan, given the changes in the strategic environment that have occurred both in the regional and national sectors such as the development of the industrial world which greatly affects the value of electricity consumption. This study aims to analyze the projection of demand and supply of electricity in Lampung Province by using a kualitatif method with LEAP modeling. Collecting data using the method of documentation study, observation and interviews with the stages of data analysis including collection, condensation, presentation and drawing conclusions. The results of this study indicate that the electricity demand for Lampung Province from 2001 to 2030 continues to increase from a total of 1,009.70 GWh to 10,225.12 GWh. The increase in electric energy consumption in Lampung Province for 11 years was 80.89% with the largest electricity consumption value, namely the household sector, namely 61.642%. Based on the value of electrical energy consumption, the fulfillment of the electricity needs of Lampung Province in 2019 is 4923.50 GWh and the projection for 2030 the electricity needs of Lampung Province is 10493.07 GWh. Meanwhile, the electricity production value of Lampung Province is 5241.17 GWh in 2019 and in 2030 it is 11,315.97 GWh.

Keywords: Planning, Consumption, Needs, Electrical, Energy

(2)

Pendahuluan

Kondisi ketahanan energi Indonesia saat ini mengalami kemunduran dimana adanya ketidakseimbangan antara penyediaan energi dan permintaan energi. Permintaan energi tumbuh pesat salah satu contohnya dalam permintaan energi listrik. Kondisi ketergantungan terhadap energi listrik tidak hanya terjadi dalam skala nasional. Kita dapat melihatnya dibeberapa daerah, seperti Provinsi Lampung. Berdasarkan data Konsumsi energi listrik KESDM pada Provinsi Lampung tahun 2019 mencapai sekitar Konsumsi 4.686,2 GWh.

Pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Provinsi Lampung pun cukup besar dengan ratarata sekitar 6,47% per tahun.

(KESDM, 2019)

Defisit energi listrik menjadi sebuah masalah yang perlu untuk perhatian khusus pemerintah Provinsi Lampung.

Strategi prakiraan kebutuhan energi listrik atau perencanaan energi listrik menjadi sangat penting dalam sistem kelistrikan. Rencana kebijakan bidang ketenagalistrikan dituangkan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD). RUKN mengacu pada Kebijakan Energi Nasional dan mengikutsertakan Pemerintah

Daerah sebagaiman tertulis dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Berpedoman pada RUKN yang mengacu pada KEN, maka RUKD dibuat dengan target arah pengembangan penyediaan tenaga listrik pada bidang pembangkitan antara lain EBT minimum 23% pada tahun 2025 (UU RI 30, 2007).

Sumber energi juga berguna dalam mendukung kesiapan logistik bagi pertahanan dan keamanan negara. Dalam ilmu manajemen yang di adopsi dalam ilmu manajemen pertahanan mengedepankan prinsip Planning, Organizing, Actualing dan Controlling (POAC). Planning atau perencanaan meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut (Winardi, 2010). Pada konsep Energi mendukung Pertahanan, membuat keputusan terkait kebijakan energi biasanya menjadi bagian dari perencanaan energi karena setiap pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Perencanaan energi sangat penting dilakukan karena akan berperan dalam menggerakkan fungsi manajemen lain.

Perencanaan energi biasanya dilakukan dengan menerapkan metode pendekatan model energi. Metode

(3)

pendekatan model energi ini dilakukan di Indonesia mengunakan LEAP (Long- range Energy Alternative Planning). LEAP mendukung untuk proyeksi permintaan energi akhir maupun penyediaan pada energi yang sedang digunakan secara detail termasuk cadangan energi, transportasi, dan lainnya. Keunggulan LEAP yaitu kefleksibelannya mengikuti tingkat kesulitan dari perencanaan energi dan kualitas model yang diharapkan dan juga menyesuaikan keinginan pengguna denganmenentukan model perhitungan lain yang berbasis ekonometri. (Winarno, 2006).

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara metode kuailitatif eksploratif melalui analisis data pemodelan LEAP (Long-range PT Alternative Planning) untuk mengetahui bagaimana permintaan energi listrik di Provinsi Lampung. Pendekatan sisi kualitatif dilakukan pada perhitungan perencanaan energi yang mengeksplorasi sumber data penelitian untuk nilai yang tidak diketahui yang kemudian dibahas berdasarkan hasil wawancara dengan pihak dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Lampung. Data yang digunakan adalah data senkunder yang didukung oleh data primer. Skenario yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skenario BAU (Business As Usual).

Penelitian dilakukan dengan beberapa instansi terkait dalam pengambilan data seperti Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Lampung, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Distribusi Lampung dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.

Langkah-langkah pengumpulan data meliputi studi dokumen, observasi dan wawancara. Penelitian ini menggunakan data sekunder IOE BPPT, Neraca daya PT.PLN (Persero), RUPTL 2020 dan RUKN.

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Wilayah Provinsi Lampung Lampung merupakan nama bagian wilayah Indonesia yang letaknya berada diujung pulau Sumatera berdekatan dengan Provinsi DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. Wilayah Provinsi Lampung dibagi dalam 14 (empat belas) Kabupaten/Kota yang terdiri dari 13 Kabupaten dan 2 Kota. Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, Tulang Bawang Barat, Pesisir Barat, sedangkan kedua Kota yang ada di Provinsi Lampung yaitu Bandar Lampung dan Metro. Provinsi Lampung

(4)

memiliki 228 Kecamatan dan 2656 Desa/kelurahan (BPS Lampung, 2019).

Provinsi Lampung memiliki kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional, disamping letaknya yang strategis karena pintu gerbang selatan Sumatera, Provinsi Lampung juga termasuk dalam 13 provinsi penyangga ketahanan pangan nasional dan memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Potensi sumber daya alam di Provinsi Lampung sangat beragam.

Tabel 1. Potensi Energi Provinsi Lampung

No Sumber Energi Satuan Jumlah 1 Batu Bara Juta

Ton 108

2 Gas Bumi BCF 247

3 Minyak Bumi MMSTB 51

4 Panas Bumi MW 2.5

5 Air MW 3.102*

6 Minihidro dan

Mikrohidro MW 352

7 Bioenergi MW 1.4

8 Surya MW 2.2

9 Bayu MW 1.1

*potensi air termasuk provinsi Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan

Sumber : Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN), 2017 (Perpres 22, 2017)

Ketenagalistrikan Provinsi Lampung Provinsi Lampung berada dalam sistem tenaga listrik yang terinterkoneksi dengan sistem Sumbagsel. Defisit energi yang sering kali dialami Provinsi Lampung dikarenakan makin tingginya konsumsi energi listrik masyarakat namun kapsitas

pembangkit yang masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi energi masyarakat secara utuh.

Pelayanan tenaga listrik untuk pelanggan Provinsi Lampung saat ini dilayani oleh 21 Gardu Induk dengan total kapasitas 2000 MVA dengan 44 unit trafo. Sistem ini disalurkan melalui Jaringan Tegangan Menengah dengan panjang total 13.045 kms dan Jaringan Tegangan Rendah dengan panjang total 16.230 kms.

(KESDM, 2019)

Pelanggan PT. PLN (Persero) Provinsi Lampung hingga tahun 2019 berjumlah 2.217.701. Pertumbuhan jumlah pelanggan di Provinsi Lampung mencapai rata-rata 7,34% sejak tahun 2012.

Konsumsi energi listrik per jenis pelanggan tahun 2019 masih didominasi oleh sektor Rumah Tangga dengan total mencapai 58,58% dari total listrik yang terjual (GWh).

Analisis Hasil Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan menganalisis Pola Pertumbuhan PDRB.

Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2019 atas dasar harga berlaku mencapai Rp15.833,94 triliun, atau meningkat 6,71 persen dibanding tahun 2018. Jumlah penduduk pada tahun 2019 adalah 8.457.600 Jiwa. Berdasarkan data nilai

(5)

PDRB dan jumlah penduduk yang telah diketahui kemudian dianalisis nilai pendapatan perkapita Provinsi Lampung.

PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) per kapita untuk Provinsi Lampung berdasarkan kedua nilai tesebut pada tahun 2019 sebesar Rp. 28.578.920,544 per kapita 2019. Nilai PDRB per kapita ini menggambarkan bagaimana rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu tempat wilayah/daerah, dimana dari nilai ini akan menjadi salah satu indikator yang akan menunjukkan tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah.

Gambar 1. Diagram Alir dan Susunan Modul dalam Perangkat Lunak LEAP

(Tree)

Sumber : Peneliti, diolah, 2021

Pertumbuhan penduduk di Provinsi Lampung mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan sebesar 0,9%. Proyeksi dilakukan dimulai dari tahun dasar 2019 dengan jumlah 8.457.600 jiwa hingga tahun 2030 dengan jumlah 9.192.900 jiwa.

Hal tersebut menunjukkan jika penduduk Provinsi Lampung di proyeksikan akan meningkat sebanyak 8%. Sementara itu jumlah rumah tangga tahun 2019 yaitu 2.208.387 rumah tangga dan pada tahun 2030 adalah 2.400.383 rumah tangga.

Banyaknya jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga sangat berpengaruh pada jumlah konsumsi energi listrik.

Analisis Proyeksi Permintaan/Konsumsi Listrik provinsi Lampung

Hasil proyeksi permintaan/konsumsi energi listrik Provinsi Lampung menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2019 dengan total konsumsi 4.686,087 GWh menjadi 10.225,18 GWh pada tahun 2030. Dengan kata lain peningkatan konsumsi energi listrik Provinsi Lampung selama 11 tahun adalah 80,89%. Konsumsi energi listrik terbesar adalah sektor rumah tangga yaitu 61,642%, diikuti oleh Industri dengan 19,410%; Bisnis dengan 11,913% dan Publik yaitu 7,034%.

(6)

Proyeksi Jumlah pelanggan energi listrik lampung sebanyak 93,47% terdiri dari sektor rumah tangga, 3,18% sektor bisnis, 3,05% sektor publik dan 0,05%

sektor industri. Rata-rata laju pertumbuhan untuk jumlah pelanggan adalah 1,65% untuk rumah tangga, 4,95%

untuk sektor bisnis, 4,21% untuk publik serta 5,21% untuk sektor industri. Laju pertumbuhan pelanggan energi listrik Provinsi Lampung tertinggi dalam proyeksi jumlah pelanggan adalah sektor industri. Hal ini sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh PLN distribusi Lampung untuk dalam hal kebutuhan energi listrik sektor industri di Provinsi Lampung. Ditambah lagi berdasarkan data PT.PLN UID Lampung terdapat 22 alokasi calon pelanggan besar

pada akhir tahun proyeksi 2030 dengan total jumlah 234,61 MVa. Sebagai contoh adalah untuk Kawasan Industri Maritim sebagai Kawasan Industri Maritim Terpadu yang merupakan suat kawasan cluster industri pembangunan kapal baru, bangunan lepas pantai, reparasi kapal, dan ship recycle (penutuhan kapal).

Proyeksi Produksi energi listrik dalam penelitian ini yang dilakukan menggunakan perangkat lunak LEAP didasarkan pada proyeksi kebutuhan konsumsi energi listrik. Konsumsi energi listrik yang meningkat tentunya menuntut produksi agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi energi listrik tersebut.

Tabel 2. Proyeksi Konsumsi Energi Listrik Provinsi Lampung per Sektor (GWh)

Tahun

Konsumsi Energi Listrik (GWh)

Total Rumah

Tangga Industri Bisnis Publik

2019 2745,521 974,277 587,242 379,047 4686,087 2020 3034,132 970,686 582,477 359,176 4946,471 2021 3230,233 1049,176 626,190 382,598 5288,197 2022 3449,743 1123,401 654,974 409,899 5638,017 2023 3693,430 1202,761 707,965 438,186 6042,343 2024 3964,488 1286,847 765,349 467,369 6484,053 2025 4282,774 1375,598 829,282 499,612 6987,267 2026 4636,571 1468,753 898,101 532,388 7535,812 2027 5028,219 1566,062 971,818 565,254 8131,354 2028 5456,892 1667,373 1050,423 597,749 8772,437 2029 5926,232 1772,855 1133,984 629,492 9462,562 2030 6454,485 1885,751 1223,285 661,597 10225,118 Sumber : Diolah oleh peneliti, 2020

(7)

Tabel 3. Proyeksi Jumlah Pelanggan Energi Listrik Provinsi Lampung (Pelanggan)

Tahun

Pelanggan Energi Listrik

Total Rumah

Tangga Bisnis Publik Industri

2019 2.101.933 55.548 59.297 923 2.217.701 2020 2.211.295 63.131 64.345 1.059 2.339.830

2021 2.248.154 67.645 65.534 1.111 2.382.444 2022 2.267.294 69.113 68.174 1.173 2.405.754 2023 2.285.937 72.582 70.881 1.224 2.430.624 2024 2.304.059 76.049 73.549 1.272 2.454.929 2025 2.321.684 79.698 76.199 1.319 2.478.900 2026 2.338.708 83.318 78.817 1.362 2.502.205 2027 2.355.106 86.880 81.402 1.403 2.524.791 2028 2.370.877 90.361 83.954 1.440 2.546.632 2029 2.385.970 93.715 86.468 1.475 2.567.628 2030 2.400.383 96.900 88.915 1.505 2.587.703 Sumber : Diolah oleh peneliti, 2020

Tabel 4. Nilai Proyeksi Losses, Load Factor, Use Station dan Kebutuhan Energi Listrik Provinsi Lampung

Tahun Losses (%) Load Factor

(%) Use Station (%) Kebutuhan (GWH)

2019 10,590 60,240 0,001 4923,50

2020 10,700 60,240 0,000 5241,13

2021 11,037 60,240 0,946 5539,16

2022 10,939 60,240 1,385 5945,23

2023 10,769 60,240 1,385 6331,91

2024 10,600 60,240 1,886 6772,92

2025 10,435 60,240 2,592 7254,78

2026 10,272 60,240 2,592 7803,92

2027 10,112 60,240 2,592 8401,11

2028 9,954 60,240 2,592 9048,66

2029 9,799 60,240 2,592 9744,76

2030 9,599 60,240 2,592 10493,07

Sumber : PT.PLN Unit Distribusi Lampung, 2019

(8)

Tabel diatas menjelaskan jika pada tahun 2019 total kebutuhan konsumsi 2019 berdasarkan tabel 4.9 adalah 4686,087 Gwh dengan nilai rugi sebesar 10,590%, maka kebutuhan energi listrik nya yaitu 4923,50 GWh sehingga energi listrik yang harus diproduksi adalah 5.241,2 GW. Hasil nilai produksi yang sudah didapatkan maka dapat kita hitung nilai beban puncak.

Tabel 5. Proyeksi Beban Puncak Energi Listrik Provinsi Lampung (MW) Tahun Beban Puncak (MW)

2019 993,20

2020 1049,67

2021 1126,80

2022 1200,16

2023 1283,73

2024 1375,13

2025 1479,33

2026 1592,50

2027 1715,21

2028 1847,12

2029 1988,92

2030 2144,37

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021

Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan

Permintaan energi listrik Provinsi Lampung dari tahun 2001 hingga tahun 2030 terus mengalami peningkatan dari total 1.009,70 GWh menjadi 10.225,12 GWh. Peningkatan konsumsi energi listrik Provinsi Lampung selama 11 tahun adalah

80,89%. Konsumsi energi listrik terbesar adalah sektor rumah tangga yaitu 61,642%, diikuti oleh Industri dengan 19,410%; Bisnis dengan 11,913% dan Publik yaitu 7,034%. Permintaan energi listrik di masa depan masih cenderung tentang energi listrik rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh adanya Pergeseran kebutuhan energi dalam kebutuhan hidup masyarakat tampak nyata di masa depan dengan adanya salah satu elemen penting yaitu kemajuan teknologi, seperti mulai dikembangkannya kompor elektrik, alat transportasi eletrik, dan alat-alat pemenuh kebutuhan manusia lainnya yang berbahan dasar listrik sebagai penggeraknya. Konsumsi listrik Provinsi Lampung terbesar adaah sektor rumah tangga, namun pertumbuhan terbesar konsumsi listrik ada pada sektor industri.

Pertumbuhan industri yang sangat pesat di Provinsi Lampung tentunya mempengaruhi konsumsi listrik yang ada termasuk dengan adanya beberapa kawasan industri disana baik yang sudah beroperasi ataupun sedang dalam proses perencanaan seperti Kawasan Industri Maritim Tanggamus.

Rekomendasi

Bagi mahasiswa ketahanan energi, perangkat LEAP terbukti dapat menjadi

(9)

alat analisis yang berguna bagi penelitian terkait perencanaan energi. Penelitian terkait perencanaan energi daerah di Indonesia perlu dilakukan lebih lanjut, proyeksi menggunakan model ekonometri perlu dilakukan sehingga akan tampak signifikan variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat permintaan energi. Variabel-variabel seperti tarif, biaya investasi, teknologi dan lingkungan perlu di uji kaitannya dengan permintaan energi listrik keseluruhan.

Daftar Pustaka

BPS Lampung. (2019). Provinsi Lampung

dalam Angka 2019.

https://lampung.bps.go.id. diakses pada 1 Desember 2020.

KESDM. (2019). Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 143 K/ 20/ MEM/

2019 tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional Tahun 2019-2038.

Perpres 22. (2017). Peraturan Presiden No.22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional.

PLN. (2020). Rencana Umum Perencanaan Tenaga Listrik. Jakarta: PT.PLN (Persero).

UU RI 30. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia No.30 Tahun 2007 tentang Energi.

Winardi. (2010). Asas-Asas Manajemen.

Bandung: CV Mandar Maju.

Winarno, O. T. (2006). Long-Range Energy Alternative Planning System (Panduan Perencanaan Energi).

Bandung: Pusat Kajiann Kebijakan Energi Institut Teknologi Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan skenario nasional perpaduan energi (energy mix) di atas, kebutuhan listrik yang disediakan dari energi angin dapat diperkirakan sebesar 1000 MW pada

Namun mulai tahun 2014 sampai akhir tahun proyeksi, penyediaan energi listik telah melebihi permintaan listrik di wilayah Lampung dikarenakan telah beroperasinya

Dalam tugas akhir ini akan memfokuskan terhadap perencanaan energi listrik alternative tenaga air laut dengan menggunakan magnesium sebagai anoda untuk

Reducing energy related emissions: using an energy systems optimisation model to support policy planning in Finland.. Proyeksi dan Optimasi Pemanfaatan Energi Ter- barukan

Energy alternative seperti energy angin, energy gelombang laut, energy panas laut, energy surya konversi langsung ke energy listrik, energy panas bumi (geothermal) adalah

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh teori mengenai perencanaan energi, perangkat lunak LEAP, data-data variabel yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi

LEAP Long-range Energy Alternatives Planning LEDs Light Emitting Diodes LPG liquefied petroleum gas LTMS Long Term Mitigation Scenarios MARKAL Market Allocation MER market exchange

Kesimpulan Hasil proyeksi kebutuhan energi listrik Rayon Kota Cirebon tahun 2015 sampai 2020 dengan menggunakan software LEAP skenario DKL 3.2 untuk jumlah pelanggan mengalami