• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERENCANAAN SISTEM DRAINASE DI KELURAHAN TOMPO BALANG KECAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PERENCANAAN SISTEM DRAINASE DI KELURAHAN TOMPO BALANG KECAMATAN "

Copied!
121
0
0

Teks penuh

Sistem drainase di Jalan Tirta Jeneberang, Kecamatan Tombo Balang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa masih belum optimal. Analisis data curah hujan untuk memperkirakan besarnya limpasan banjir dihitung pada berbagai skala ulang yaitu dan 100 tahun. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang harus diambil untuk menyelesaikan Program Studi pada Jurusan Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Bapak/Ibu sekalian, dosen dan karyawan Fakultas Teknik yang telah senantiasa mendidik dan mengabdi kepada penulis selama proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar. Bagi seluruh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya angkatan 2015, persahabatan dan persaudaraan sangat membantu dalam menyelesaikan proses penyelesaian tugas akhir ini. Permasalahan banjir yang terjadi di Kecamatan Tompo Balang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa hingga saat ini masih belum tertangani secara komprehensif.

Sedangkan limpasan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan tanah dan dihasilkan oleh curah hujan setelah air tersebut mengalami infiltrasi dan penguapan. Secara umum banjir di perkotaan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: curah hujan yang tinggi, pengaruh fotografi, erosi dan sedimentasi pada saluran, pendangkalan sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai, permukiman kumuh yang terbengkalai, konversi lahan dan perencanaan pengelolaan banjir yang tidak tepat. Kodoatie dan Sugiyanto, 2002).

Rumusan masalah

Sistematika penulisan

Sistem drainase merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengatasi masalah kelebihan air baik pada permukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi maupun akibat durasi hujan yang lama. Secara umum drainase diartikan sebagai ilmu yang mempelajari upaya mengalirkan kelebihan air pada suatu daerah (Suripin 2004).

Secara umum sistem drainase dapat diartikan sebagai rangkaian bangunan air yang berfungsi mereduksi dan membuang kelebihan air pada suatu kawasan/lahan, sehingga lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Pembangunan sistem drainase secara berurutan mulai dari hulu terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collecting drain), saluran pengangkut (conveyor debit), saluran utama (main drain), dan badan air penerima (receive water). Sesuai dengan prinsip jalur drainase, pada saat hujan diusahakan untuk membuang air yang mengalir di permukaan secepat mungkin agar hal tersebut tidak terjadi.

Hidrologi

Siklus Hidrologi

Menurut Suyono Sosrodarsono (1987), banyaknya curah hujan yang diperlukan untuk mendukung perencanaan dan rencana pengendalian banjir secara rinci dimaksudkan agar membuahkan hasil berupa “besarnya banjir yang direncanakan”. Catatan curah hujan setiap saat (kontinu) diubah menjadi intensitas hujan per jam dan disebut intensitas hujan. Dari data curah hujan yang ada dapat ditentukan ketinggian hujan pada titik yang dipertimbangkan, yang kemudian digunakan untuk menganalisis banjir akibat hujan dengan bantuan hidrograf sintetik.

Sebaran hujan kadang-kadang berhenti atau menjadi kecil atau lemah, sehingga jika periode curah hujannya lama maka intensitasnya kecil. Ada tiga cara untuk menentukan tinggi curah hujan rata-rata suatu wilayah dari pengamatan curah hujan di berbagai stasiun pengukuran atau pencatatan, yaitu sebagai berikut (C.D. Soemarto, 1990). Rata-rata ketinggian curah hujan diperoleh dengan mengambil rata-rata (rata-rata aritmatika) hasil pengukuran hujan pada pos-pos pengukur hujan di suatu daerah.

Cara ini biasanya cocok untuk daerah dengan topografi datar atau dasar, alat ukur tersebar merata atau hampir merata, dan data curah hujan individu tidak jauh dari nilai rata-rata. Metode Rasional dapat menggambarkan hubungan antara debit limpasan dengan jumlah curah hujan yang secara praktis dapat diterapkan pada daerah aliran sungai sampai dengan luas 5000 hektar.

Gambar 1 Siklus Hidrologi  D.  Curah Hujan
Gambar 1 Siklus Hidrologi D. Curah Hujan

Limpasan permukaan

Jika curah hujan dengan intensitas (I) terjadi secara terus-menerus, maka laju debit segera meningkat hingga mencapai tc, sedangkan tc tercapai bila seluruh bagian daerah tangkapan air telah memberikan kontribusi terhadap aliran di muara (outlet). Menghitung debit banjir dengan metode Rasional memerlukan data intensitas curah hujan (I), yaitu banyaknya curah hujan yang terjadi pada suatu periode waktu ketika air terkonsentrasi dalam satuan mm/jam (Loebis 1992). Data intensitas hujan biasanya digunakan untuk menghitung perkiraan jumlah erosi, debit puncak (banjir), perencanaan drainase, dan struktur air lainnya. Intensitas curah hujan adalah banyaknya curah hujan yang terjadi selama periode air terkonsentrasi.

Durasi curah hujan merupakan lamanya berlangsungnya hujan, dalam hal ini dapat mewakili curah hujan total atau periode hujan singkat dari curah hujan yang relatif seragam. Untuk menentukan nilai intensitas hujan biasanya digunakan data curah hujan daerah penelitian yang terdiri dari lama hujan dan interval hujan (Asdak, 2014). Pengalaman di daerah tropis menunjukkan bahwa curah hujan yang sangat intensif umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat.

Menurut Asdak (2014), koefisien limpasan merupakan suatu angka yang menunjukkan hubungan antara limpasan permukaan dengan curah hujan yang menyebabkannya. Koefisien limpasan atau sering disingkat C merupakan angka yang menunjukkan hubungan antara jumlah air limpasan dengan jumlah curah hujan.

Tabel 3 Karakteristik DAS untuk Metode Cook
Tabel 3 Karakteristik DAS untuk Metode Cook

Analisa Hidrolika

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Peta Lokasi Penelitian

  • Sumber Data
  • Teknik pengumpulan data
  • Pengelolan Data
  • Bagan Alur Penelitian

Berdasarkan sumber data dari instansi terkait yaitu Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Data pengukuran dilakukan secara manual untuk menentukan panjang dan lebar saluran drainase yang akan dirancang. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait yang dapat memberikan informasi terkait dengan permasalahan pokok yang diteliti.

Analisis Curah Hujan Maksimum Rata-rata Perhitungan curah hujan rata-rata digunakan untuk menentukan curah hujan maksimum harian yang terjadi pada suatu daerah. Dalam perencanaan saluran, data curah hujan yang digunakan berasal dari Kantor Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang. Untuk perhitungan debit banjir, metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak adalah metode Rasional USSCS (1973).

Saat merencanakan dimensi saluran, perhatian harus diberikan pada dimensi ekonomis, jika tidak, dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan masalah karena kapasitas yang tidak memadai.

Metode Log person Type III

Dari tabel diatas diperoleh kombinasi return tahunan dengan distribusi log person tipe III dan distribusi gumbel. Untuk menguji kesesuaian Metode Log Pearson Tipe III dan Metode Gumbel digunakan uji goodness of fit Chi-Square untuk menguji sebaran observasi. Dari tabel diatas dapat dinyatakan sebagai data hasil perhitungan probabilitas distribusi Log Pearson Tipe III.

Untuk menganalisis debit banjir rencana dapat digunakan perhitungan sebaran hujan per jam dengan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel diatas. Dari tabel diatas disebutkan bahwa intensitas curah hujan terbesar terjadi pada jam ke-1 dan terkecil pada jam ke-6.

Table 8 penentuan frekuensi metode log pearson type III
Table 8 penentuan frekuensi metode log pearson type III

Perhitungan Debit Banjir Rencana

Pada jalan utama Jalan Tierta Jeneberang, banyak saluran drainase di sisi kiri jalan yang tidak berfungsi dan tidak terawat, seperti tertutup rumput dan tumpukan sampah. jalannya berada di Sungai Jeneberang. Topografi jalan Tierta Jeneberang yang bergelombang menjadi salah satu faktor penyebab banjir di kawasan tersebut karena tidak memadainya saluran drainase dari kawasan tersebut.

Tabel 17 Hasil Perhitungan Dengan Metode Rasional  Kala
Tabel 17 Hasil Perhitungan Dengan Metode Rasional Kala

KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

CURAH HUJAN STASIUN KAMPILI

CURAH HUJAN STASIUN PANAKUKANG

CURAH HUJAN STASIUN TAMANYELENG

Gambar

Gambar 1 Siklus Hidrologi  D.  Curah Hujan
Gambar 2 Metode Rata-Rata Aljabar  Dimana:
Gambar 3 Metode Polygon Thiessen  Dimana :
Gambar 4 Metode Ishoyet  Dimana :
+7

Referensi

Dokumen terkait

RESEARCH PAPER Efficient Synthesis of CeVO4 Nanoparticles Using Combustion Route and Their Antibacterial Activity Damayanti Ramchandra Kamble 1, Sachin Vasant Bangale 2 *, Suresh