• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERLAKUAN DAN PELAPORAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA (BMN) PADA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA SIBOLGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PERLAKUAN DAN PELAPORAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA (BMN) PADA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA SIBOLGA"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

Kantor Kementerian Agama Kota Sibolga merupakan salah satu otoritas publik yang menjadi kewenangan pengguna Barang Milik Negara (BMN). Barang Milik Negara (BMN) di Kantor Kementerian Agama terdiri atas peralatan dan mesin serta bangunan dan struktur. Terkait perlakuan akuntansi Barang Milik Negara (BMN) pada Kantor Kementerian Agama Kota Sibolga menerapkan perlakuan akuntansi berbasis akrual.

Hal ini diakibatkan adanya penyalahgunaan dana dalam pengelolaan kekayaan negara yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi barang milik negara (harta tetap) pada Kantor Kementerian Agama kota Sibolga, cara penanganan dan pelaporan akuntansi pada Kantor Kementerian Agama kota Sibolga . Bagaimana strategi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan akuntansi Barang Milik Negara (BMN) pada kantor Kementerian Agama kota Sibolga.

Bagi organisasi, sebagai bahan masukan dan evaluasi ke depan dalam pengelolaan dan pelaporan barang milik negara. Memberikan bukti empiris mengenai fenomena dan kondisi yang terjadi di Kantor Kementerian Agama Kota Sibolga tentang Perlakuan Akuntansi dan Pelaporan Barang Milik Negara.

Komponen Laporan Keuangan Akuntansi Pemerintahan

Dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) termasuk dalam PSAP No. Kebijakan akuntansi pemerintah daerah terdiri dari prinsip, asas, konvensi, aturan dan praktik tertentu yang dipilih oleh pemerintah daerah dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi didasarkan pada kerangka konseptual kebijakan akuntansi pemerintah daerah yang mengacu pada kerangka konseptual standar akuntansi pemerintahan.

Lampiran III : Kebijakan akuntansi Laporan perubahan saldo anggaran lebih (LPSAL)

Lampiran VII : Kebijakan Akuntansi Laporan perubahan ekuitas(LPE)

Lampiran XII : Kebijakan akuntansi investasi jangka pendek

Lampiran XIII : Kebijakan akuntansi Piutang

Lampiran XIV : Kebijakan akuntansi

Lampiran XV : Kebijakan akuntansi Investasi jangka Panjang

Lampiran XVI : Kebijakan akuntansi aset tetap

Lampiran XVII :Kebijakan akuntansi konstruksi dalam pengerjaan

Lampiran XVIII : Kebijakan Akuntansi dana Cadangan

Lampiran XIX : Kebijakan akuntansi aset lainnya

Lampiran XX : Kebijakan akuntansi kewajiban

Lampiran XXI : Kebijakan Akuntansi pendapatan

Lampiran XXIV : Kebijakan akuntansi pembiayaan

Lampiran XXV : Kebijakan akuntansi koreksi kesalahan

Barang Milik Negara

Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 2010 diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan perubahannya (Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014).

Komponen Barang Milik Negara (BMN)

Sedangkan aset lain-lain merupakan aset yang tidak dapat dikelompokkan menjadi aset lancar maupun aset tetap. Aset bersejarah disebabkan oleh kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Aset historis tidak boleh disajikan dalam neraca, tetapi harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Sedangkan BMN dalam bentuk aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, bangunan dan bangunan, saluran dan jaringan irigasi, aset tetap lainnya serta aset dalam penyelesaian. BMN dalam bentuk aset lainnya merupakan aset tetap yang tidak digunakan lagi atau dihentikan. dari penggunaan aktif oleh pemerintah dan aset Aset tidak berwujud seperti perangkat lunak, hasil kajian dan penelitian, serta hak cipta BMN dimasukkan dalam akun aset lainnya sesuai dengan nilai akuntansinya.

Asas - Asas Dalam Pengelolaan Barang Milik Negara

Asas transparansi atau asas keterbukaan yaitu harus dilakukan secara transparan terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dalam pelaksanaan pengelolaan BMN/D. Asas efisiensi artinya harus diarahkan sesuai dengan pengelolaan BMN/D agar dipergunakan sesuai dengan standar kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal. Prinsip ini ditetapkan dengan tujuan untuk menjaga kredibilitas pemerintah dalam menjaga pertanggungjawaban Barang Milik Negara (PSP), sehingga masyarakat dapat menilai kinerja pemerintah yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan.

Siklus Pengelolaan Barang Milik Negara

Pengelolaan Barang Milik Negara atau Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) mengikuti dua siklus utama, yakni siklus utama dan siklus sampingan. Siklus ini sesuai dengan pengelolaan kekayaan negara/daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2006 dan perubahannya (PP No. 27 Tahun 2014) serta Peraturan Menteri Keuangan yang dapat diuraikan sebagai berikut. Perencanaan kebutuhan properti nasional/daerah berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan, dan standar harga.

Pengelola barang bersama pengguna barang mendiskusikan usulan tersebut dengan mempertimbangkan data barang tentang pengguna barang dan/atau pengelola barang untuk menetapkan Rencana Persyaratan Barang Milik Negara/Daerah (RKBMN/D). Dalam Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2006 pasal 1 ayat 7 dijelaskan bahwa Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemakai barang dalam pengelolaan dan penatausahaan barang milik negara/daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi terkait. Pasal 4 menyebutkan, pemanfaatan barang milik negara untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dilakukan berdasarkan penetapan status penggunaan oleh pengelola barang milik negara.

Barang milik negara/daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementerian. Penggunaan barang milik negara juga dapat dilakukan pada beberapa barang milik negara yang tidak digunakan oleh pengguna barang sepanjang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga. Apalagi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara.

Pemeliharaan: Pengguna barang dan/atau wakil pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang dikuasainya. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 21/KMK.01/2012 Tentang Petunjuk Penjaminan dan Pemeliharaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan. Penilaian barang milik negara/daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah, penggunaan dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah.

Penilaian barang milik negara/daerah dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah dilakukan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Barang Milik Negara tersebut tidak lagi berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Agen Pengguna Barang; Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara menjelaskan bahwa penatausahaan adalah serangkaian kegiatan, termasuk penyelenggaraan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara/daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Klasifikasi dan kodifikasi dimaksud diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Klasifikasi dan Kodifikasi Barang Milik Negara/Daerah. Pengelola barang wajib menyusun laporan barang milik negara/daerah untuk LBMN/D berupa tanah dan/atau bangunan secara semesteran dan tahunan.

Pengelola Barang Milik Negara

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kekayaan negara diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 244/PMK.06/2012 tentang tata cara pelaksanaan pengawasan dan pengendalian barang milik negara. Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya, Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat pada instansi vertikal Direktorat Jenderal untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab tertentu dari pengelola barang. Kantor Umum/Sekretariat/Sekretariat/Kepaniteraan pada Kementerian Negara/Lembaga, termasuk Kantor Menteri Koordinator/Kantor Menteri Negara/dan Kantor Kejaksaan Agung.

Aset Tetap

Perlakuan dan Pelaporan Akuntansi atas Barang Milik Negara

BMN yang memenuhi kriteria tersebut dapat mencakup Negara; Peralatan dan mesin; bangunan dan struktur; Jalan, irigasi dan jaringan; Dalam sistem akuntansi pemerintah pusat, kebijakan akuntansi BMN mencakup masalah pengakuan, penilaian, penelaahan, dan pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas, dalam pengelolaan dan pelaporan kekayaan negara, terdapat dua klasifikasi kekayaan negara yang wajib dikelola dan dilaporkan.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada Lampiran II.06 menjelaskan bahwa aset lancar adalah barang atau peralatan yang dimaksudkan untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan, dan barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau disediakan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Diakui ketika potensi manfaat ekonomi masa depan mengalir ke pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Biaya akuisisi meliputi harga pembelian, biaya transportasi, biaya penanganan dan biaya lain yang mungkin dibebankan langsung pada akuisisi.

Biaya standar meliputi biaya produksi langsung dan biaya tidak langsung yang didistribusikan secara sistematis berdasarkan target yang digunakan dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran.

Aset Tetap

  • Penelitian Terdahulu
  • Jenis Penelitian
  • Lokasi Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
  • Metode Pengumpulan data
  • Metode Analisis

Lebih lanjut, PSAP 07, Pasal 20 mengatur bahwa pengakuan aset tetap akan sangat andal jika aset tetap tersebut diterima atau dialihkan hak kepemilikannya dan atau ketika pengendaliannya beralih. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Tanah disajikan di neraca sebagai aset tetap sebesar harga perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan tanah.

Berdasarkan PSAP 07, peralatan dan mesin dinilai sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat aset tetap diperoleh. Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca dalam kategori Aset Tetap sebesar harga perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan. Hal ini tertuang dalam PSAP 07 Ayat 20 yang berbunyi: “Pengakuan aktiva tetap akan sangat andal apabila aktiva tetap tersebut telah diterima atau hak kepemilikannya telah berpindah dan atau pengendaliannya telah beralih”.

Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Apabila penilaian bangunan dan struktur dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/perkiraan pada saat perolehan. Bangunan dan struktur disajikan di Neraca dalam kategori Aset Tetap sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat itu.

Sesuai PSAP 07 Paragraf 53, aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutan. Jalan, Irigasi dan Jaringan disajikan di neraca dalam kelompok aset tetap sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat aset tetap tersebut dibeli. Aset tetap lainnya diakui pada saat aset tetap lainnya telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau kepemilikannya telah berpindah dan siap digunakan.

Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut hingga siap digunakan. Biaya pembelian aktiva tetap lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi biaya nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, pajak dan biaya perizinan. Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca dalam kategori Aset Tetap sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat perolehan.

Pembelian hasil pembelian/konstruksi direkonsiliasi dengan jumlah belanja modal untuk aset tetap lainnya. Informasi mengenai penyusutan aset tetap lainnya antara lain: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai buku bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari sebagai berikut: 1 observasi yaitu peneliti mengamati langsung serta menjadi bagian dengan melakukan kegiatan pengolahan data