“JOGJA DARURAT SAMPAH”
TAKE-HOME EXAM MATA KULIAH
TEORI PERENCANAAN
Anang Prabowo P P - 23/524615/PTK/15227
I. Latar Belakang
Isu yang diangkat pada esai ini adalah tema “Jogja Darurat Sampah”. Permasalahan sampah adalah permasalahan nasional yang terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak pula volume timbulan sampah. Apabila tidak diimbangi dengan danya peningkatan kapasitas pengolahan sampah, maka timbunan sampah akan semakin tinggi dan pada akhirnya menurunkan indeks kualitas lingkungan hidup di daerah tersebut.
Provinsi DIY adalah sebuah Pusat Kegiatan Nasional yang artinya DIY ini memiliki area layanan skala nasional. Daya tarik DIY kepada penduduk Indonesia di luar DIY adalah statusnya sebagai Kota Pendidikan, dimana di DIY terdapat 126 perguruan tinggi dengan mahasiswa yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia (BPS Provinsi DIY, 2023). Kondisi ini menjadi salah satu penyebab bertambahnya timbulan sampah, yaitu akibat adanya penambahan jumlah warga dari luar daerah yang tinggal di DIY. Penyebab lain penambahan timbulan sampah adalah adanya Borobudur sebagai KSPN super prioritas (BPIW, Kementerian PUPR, 2020). Meskipun berada di Magelang, Jawa Tengah, DIY atau khususnya perkotaan Yogyakarta masih menjadi sentra akomodasi utama terhadap wisata di Candi Borobudur.
Provinsi DIY sendiri pada tahun 2018 bersama dengan Pemerintah Kota yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Sleman, dan Pemerintah Kabupaten Bantul secara bersama-sama telah meningkatkan TPA Piyungan menjadi TPST (Rahayu, 2019). Konsekuensi dari peningkatan tersebut artinya ada kegiatan pengolahan lebih lanjut di lokasi TPA, namun kenyataannya kondisi sampah belum bisa membaik. Kapasitas pengolahan di TPST belum bisa mengatasi volume timbulan sampah yang ada. Pada grafik di bawah terlihat bagaimana peningkatan volume timbulan sampah dari tahun ke tahun di Provinsi Yogyakarta.
Gambar 1. Grafik peningkatan volume sampah berbanding dengan kapasitas TPST di Provinsi DIY.
Sumber: Jogja Dataku, 2023 (diolah)
Dari gambar 1 di atas terlihat bahwa volume timbulan sampah mengalami kenaikan tiap tahunnya, dari tahun 2015 sampai dengan 2023 ini. Pada tahun 2020 terjadi peningkatan yang cukup drastis, hal tersebut sedikit banyak terkait dengan adanya pandemi Covid-19. Pembatasan interaksi sosial pada saat pandemi Covid-19 menyebabkan banyaknya transaksi pembelian secara daring yang meningkat tajam, pembelian makanan beralih dari menyantap di tempat makan menjadi take home, yang selanjutnya banyak menimbulkan sampah bungkus makanan, dan sampah paket-paket lainnya. Kondisi penambahan timbulan sampah ini tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas daya tampung TPST. Seperti terlihat pada gambar di atas bahwa dari tahun 2015 pun daya tampung TPST belum bisa mencukupi atau menangani volume timbulan sampah yang dihasilkan.
II. Landasan Teori
Dalam esai ini akan dibahas mengenai isu yang dipilih dari pandangan salah satu teori perencanaan yang ada. Teori yang dipilih untuk membahas isu adalah Teori Post- modernism. Teori-teori yang masuk dalam kelompok post-modernism ini adalah teori yang mengakomodasi keberagaman kondisi dan kompleksitas permasalahan di tiap-tiap daerah.
Karena tidak semua wilayah di Indonesia memiliki karakteristik yang sama, baik secara ekonomi, sosial, budaya, maupun kondisi lingkungan hidupnya. Suatu perencanaan harus bersifat fleksibel, adaptif, terhadap kondisi yang beragam tersebut. Perencanaan harus
mendengar kritik dan usulan yang disampaikan oleh semua pihak. Disinilah teori-teori post-modernism dianggap lebih bisa menyentuh isu permasalahan, karena kepentingan- kepentingan stakeholder terkait dapat muncul dan tersuarakan sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan suatu perencanaan yang baik. Adapun teori post-modernism yang akan menjadi sudut pandang di esai ini diacu dari buku Planning Futures: New Directions for Planning Theory (Allmendinger & Tewdwr-Jones, 2002)diantaranya:
1. Communicative Planning
Teori Komunikatif ini digagas oleh Habermas. Menurut teori ini setiap stakeholder yang terlibat dalam suatu perencanaan dapat secara demokratis saling terbuka dan menjalin komunikasi yang baik dalam menyusun suatu perencanaan.
2. Collaborative Planning
Teori perencanaan kolaboratif ini merupakan lanjutan atau turunan dari perencanaan komunikatif Habermas. Apabila perencanaan komunikatif Habermas lebih menekankan pada terjalinnya komunikasi yang baik antar aktor perencanaan, perencanaan kolaboratif lebih menekankan pada bagaimana stakeholder terkait yang telah terjalin komunikasi dengan baik tadi, merumuskan suatu perencanaan yang merupakan gabungan dari pemahaman dan pengetahuan stakeholder tersebut dan perencanaannya bersifat praktis.
3. Agonism
Teori Agonism mengakui adanya perbedaan kepentingan dalam masyarakat.
Agonism juga menganggap bahwa konflik adalah sesuatu yang bisa dilihat sebagai sesuatu yang positif. Dengan adanya konflik akan membawa ke debat dan diskusi untuk mendapatkan konsensus.
III. Pembahasan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa karakteristik suatu daerah berbeda dengan daerah lain, akibatnya kondisi persampahan di tiap daerah pun berbeda-beda.
Secara umum, karakteristik kondisi persampahan tersebut bisa dilihat dari 2 kutub yaitu volume timbulan sampah dan kapasitas pengolahan sampah. Pada gambar 2 di bawah ini disajikan matriks kerangka ruang tentang tipologi kota dilihat dari kondisi persampahannya, berdasarkan pengamatan awal penulis tentang kondisi persampahan yang ada di Indonesia.
Gambar 2. Tipologi Daerah berdasarkan kondisi persampahannya.
Sumber: Hasil Analisis
Dari gambar 2 di atas terlihat ada 4 tipologi kota dilihat dari kondisi timbulan sampah dan kapasitas pengolahan sampahnya. Pembagian tipologi ini akan mempermudah perencana dalam menentukan kebijakan perencanaan daerah tersebut. Melihat matriks tersebut, terlihat bahwa Kota Yogyakarta cenderung masuk ke dalam tipologi D, yaitu timbulan sampah tinggi dan kapasitas pengolahan sampah yang masih rendah.
Bagi tipologi D ini sendiri kebijakan penataan ruang yang perlu diambil adalah pembangunan TPST regional, serta memperbanyak dan mengoptimalkan TPS-3R atau bank sampah. Untuk TPST sebelumnya sudah disinggung bahwa Perkotaan Yogyakarta menetapkan TPA Piyungan menjadi TPST regional yang melayani Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Lalu apa yang sebenarnya menjadi masalah sehingga tiap tahunnya TPST ini selalu sempat ditutup dengan dalih overcapacity. Melihat kondisi persampahan yang ada tersebut, ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengelolaan sampah di DIY ini kurang optimal. Pertama perubahan dari penyebutan TPA menjadi TPST tersebut hanya sebatas penyebutan nama saja, namun esensi dari Pengolahan Sampah Terpadu tersebut belum benar-benar dilakukan. Yang kedua adalah pengolahan sampah di tingkat bawah (Sumber sampah, TPS, TPS3R, Bank Sampah) belum berjalan dengan baik.
Kondisi yang terjadi di DIY ini menunjukkan suatu perencanaan yang belum baik.
Sebagai buktinya, penutupan TPST pada tahun 2020 dan 2022 dilakukan oleh masyarakat di sekeliling TPST. Masyarakat menutup jalur menuju TPST setelah pengelolaan TPST tidak seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Aksi/konflik yang dilakukan oleh warga tersebut adalah salah satu bentuk Agonism. Warga kesulitan dalam menyampaikan pendapat yang didengar oleh pemangku kebijakan, sehingga mereka menyuarakan aspirasinya secara langsung yang terlihat seperti tindakan ekstrim. Namun terkadang memang aksi langsung tersebut yang bisa sampai didengar. Aksi tersebut mendorong pemerintah DIY untuk membuka diskusi dengan warga untuk menyelesaikan konflik.
Penutupan oleh warga pada tahun 2020 terselesaikan setelah tuntutan warga untuk peningkatan fasilitas di TPST dipenuhi, serta tuntutan-tuntutan lainnya yang dirasa warga sudah didengar oleh pemerintah. Salah satu tuntutan lain pada saat itu adalah pembukaan lahan baru TPST dilakukan untuk menyediakan tempat pengolahan bukan sekedar pembuangan. Konflik pada tahun 2020 pun mereda.
Pada tahun 2022 aksi penutupan kembali dilakukan warga. Warga menilai bahwa lahan yang baru dibuka, masih hanya sebagai tempat pembuangan, belum ada pengolahan berarti. Bahkan adanya limbah air lindi yang masuk ke perumahan warga menjadi salah satu dasar tuntutan. Belum terealisasinya pengolahan sampah yang diharapkan warga tersebut bukan karena pemerintah DIY yang belum melakukan sesuatu, namun memang karena pemerintah kurang sigap dalam mengeksekusi perencanaan yang disusunnya.
Pemerintah DIY sebenarnya telah mencoba menerapkan perencanaan kolaboratif, salah satunya adalah memaksimalkan pengelolaan sampah di hulu atau di dekat sumber sampah. Bank sampah dan TPS 3R sudah digalakkan untuk memilah, mengurangi, dan memanfaatkan kembali sampah. Akan tetapi karena volume timbulan sampah harian yang tinggi, TPS3R maupun Bank Sampah kewalahan untuk mengelola sampah di lokasi.
Kondisi ini ditambah dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat Yogyakarta dalam pengelolaan sampah. Dengan kondisi tersebut mau tidak mau pengolahan sampah selanjutnya ada di tingkat akhir atau di TPST. Di tahapan ini pemerintah DIY merasa kesulitan untuk mengadakan alat-alat untuk mengolah (memusnahkan) sampah. Namun pemerintah DIY juga sebenarnya sedang mengkaji kemungkinan kolaborasi dengan pihak swasta sebagai pengolah sampah. Jika hal ini terwujud, diharapkan permasalahan di TPST akan dapat terurai sedikit demi sedikit. Yang kurang dari pemerintah DIY adalah komunikasi yang baik dengan masyarakat terutama warga di sekitar TPST. Dengan
komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan perencanaan kolaboratif yang dapat memecahkan masalah sampah dengan lebih cepat dan lebih baik.
IV. Kesimpulan
Darurat sampah di DIY adalah bentuk kegagalan perencanaan di sektor jaringan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah. Namun kegagalan ini juga bukan hanya kesalahan dari pemerintah sendiri. Masyarakat yang berdomisili di DIY harus sadar bahwa pengelolaan sampah dimulai dari dirinya sendiri sebagai sumber sampah. Dengan pemilahan di awal maka proses pengolahan selanjutnya juga akan lebih mudah. Kemudian dari sisi pemerintah seharusnya lebih agresif dalam menangani masalah persampahan yang telah berlangsung tahun ke tahun. Pemerintah harus lebih sigap dan berani mengambil langkah tegas dalam mengelola sampah. Jika memang membutuhkan bantuan pihak luar, segera saja menggandeng swasta dengan sistem KPBU. Jika memang ada dana lain yang sebenarnya bisa dialihkan sementara untuk menangani sampah, segera dialihkan. Jika ada aturan yang melarang penggunaan dana khusus untuk menangani sampah, segera usulkan revisi aturan. Semoga permasalahan sampah di DIY segera menemui titik terang, dan DIY bisa beranjak menuju tipologi Kota B atau bahkan Kota A.
Daftar Pustaka.
Allmendinger, P., & Tewdwr-Jones, M. (2002). Planning Futures: New Directions for Planning Theory.
Aprilianti, R. 2019. TPST Piyungan tutup, Jogja darurat sampah. liputan6.com. 1 April 2019.
Available at: https://www.liputan6.com/regional/read/3930887/tpst-piyungan-tutup- jogja-darurat-sampah (Diakses pada 1 Desember 2023).
Ariyani, S.F., Putra, H.P., Kasam, Damanhuri, E., & Sembiring, E. 2019. Evaluation of Waste Management in Piyungan Landfill, Bantul Regency, Yogyakarta, Indonesia.
MATEC Web of Conferences.
Bappeda DIY. 2023. List Master Data | Aplikasi Dataku - Pengelolaan Sampah. Available at:
https://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/index/208-pengelolaan-sampah (Diakses pada 1 Desember 2023).
Belarminus, R. 2022b. TPST Piyungan Dibuka, Ini Kesepakatan Warga dengan Pemda DIY.
KOMPAS.com. 11 Mei 2022. Tersedia di:
https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/05/11/194449178/tpst-piyungan-dibuka-ini- kesepakatan-warga-dengan-pemda-diy (Diakses pada 1 Desember 2023).
BPS Provinsi DIY. 2023. Provinsi DIY Dalam Angka 2023. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi DIY.
Hasanudin, U. 2018. Krisis TPST Piyungan, Pemkab Bantul Belum akan Tambah TPAS.
Harianjogja.com. 6 September 2018. Available at:
https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2018/09/06/511/938179/krisis-tpst-piyungan- pemkab-bantul-belum-akan-tambah-tpas (Diakses pada 1 Desember 2023).
Ivan. 2021. TPST Piyungan tutup lagi - KRJogja. TPST Piyungan Tutup Lagi - Krjogja. 10 Maret 2021. Available at: https://www.krjogja.com/yogyakarta/1242498085/tpst- piyungan-tutup-lagi (Diakses pada 1 Desember 2023).
Kuntadi, H.T. 2020. TPA Piyungan Ditutup, Pemkot Yogyakarta Setop Pengambilan Sampah di Rumah Warga. iNews.ID. 13 April 2020. Available at:
https://jateng.inews.id/berita/tpa-piyungan-ditutup-pemkot-yogyakarta-setop- pengambilan-sampah-di-rumah-warga (Diakses pada 1 Desember 2023).
Rahayu, I. (2019). Strategi Pengelolaan Sampah TPST Piyungan Kabupaten Bantul Dalam Upaya Mengurangi Banjir Sampah. https://www.researchgate.net/publication/333487011 (Diakses pada 1 Desember 2023).
Rusiana, D.A. 2022. TPA Piyungan Sempat Tutup, Antrean Gerobak Sampah di Kota Yogyakarta hingga Tepi Jalan. KOMPAS.com. 28 October. Available at:
https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/10/28/074738878/tpa-piyungan-sempat-tutup- antrean-gerobak-sampah-di-kota-yogyakarta (Diakses pada 1 Desember 2023).