Ketentuan mengenai tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak atau akses secara tidak sah terhadap komputer dan/atau sistem elektronik orang lain dengan cara apa pun dan diancam pidana dalam Pasal 46 ayat 1 juncto Pasal 30 ayat 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta pasal 55 par. 1 1 KUHP. Adapun bunyi UU No. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa izin atau melawan hukum memperoleh akses terhadap komputer dan/atau sistem elektronik orang lain dengan cara apa pun. sistem elektronik.
Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana atas akses yang disengaja dan tidak sah atau ilegal terhadap komputer atau sistem elektronik orang lain (dalam kajian putusan nomor 1253/Pid.Sus/2020/PN Mdn.) 2. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang atau diperlukan dan diancam dengan pidana sebagaimana dirumuskan dalam pasal-pasal dalam Undang-Undang Hukum Pidana. Dasar suatu tindak pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar untuk menghukum pelakunya adalah asas kesalahan. 5 Dalam menentukan pertanggungjawaban pidana, penilaian ini merupakan unsur utama.
8 Roeslan Saleh, 1983, “Tindakan Pidana dan Tanggung Jawab Pidana” dan Maknanya dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, hal. Apabila seseorang divonis bersalah, tidak cukup orang tersebut telah melakukan suatu tindak pidana yang melawan hukum atau melawan hukum. 10 Roeslan Saleh, 1983, “Tindakan Pidana dan Tanggung Jawab Pidana” dan Maknanya dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, hal.
Kesalahan
Artinya kesalahan adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan dapat (seharusnya) dihindari, yaitu gangguan terhadap ketertiban hukum yang dapat (seharusnya) dihindari. Sedangkan ilegalitas adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang perbuatannya dikutuk. POMPE mengatakan, untuk memahami suatu kesalahan dalam hukum pidana diperlukan adanya 3 ciri atau unsur yaitu.
Kesalahan dalam arti sempit atau kesalahan yang berupa kesengajaan atau kelalaian, menurut teori monistik, bersifat psikologis, sehingga kesalahan dalam menentukan pertanggungjawaban pidana juga bersifat psikologis. Menurut teori dualistik, kesalahan baik berupa kesengajaan atau kelalaian, maupun kesalahan sebagai unsur pertanggungjawaban pidana, keduanya merupakan kesalahan normatif.19. Selain itu, jangan lupa bahwa seluruh unsur kesalahan tersebut harus ada kaitannya dengan tindak pidana yang dilakukan.
Tinjauan Umum Mengenai Tindak Pidana Penyalahgunaan Komputer 1. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Mengakses
Pengertian Tindak Pidana Penyalahgunaan Komputer
Pepatah ini cenderung sangat membatasi aparat penegak hukum di Indonesia dalam melakukan penyidikan dan/atau penyidik untuk mengungkap perbuatan tersebut.26. Dalam kaitan ini perlu adanya penafsiran undang-undang, agar suatu perbuatan yang tidak diatur undang-undang tidak diabaikan begitu saja dengan alasan tidak ada peraturan perundang-undangannya. Penafsiran yang dapat digunakan atas perbuatan atau perbuatan tersebut adalah penafsiran yang menyeluruh; yaitu suatu cara penafsiran dimana hakim memperluas makna atau maksud sebenarnya dari suatu ketentuan undang-undang.
Perbuatan cyber illegal tidak dapat dengan mudah diatasi dengan mengandalkan hukum positif konvensional karena jika berbicara kejahatan tidak lepas dari lima faktor yang saling berkaitan yaitu pelaku kejahatan, modus kejahatan, korban kejahatan, respon masyarakat. terhadap kejahatan dan hukum.29 Namun pada akhirnya, pada bulan Maret 2008, pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain aturan pidana substantif, undang-undang ini juga mengatur tentang tata cara dan alat bukti yang mengalami perluasan, yaitu pencantuman alat bukti baru terkait media elektronik.30. Konstruksi pasal-pasal tersebut mengatur lebih rinci tentang perkembangan cara-cara kejahatan tradisional sebagaimana tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
dua belas miliar rupiah). 2) Setiap orang yang memenuhi unsur-unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. Berdasarkan rumusan pasal di atas, perbuatan yang dilarang dan dianggap melawan hukum adalah akses terhadap komputer dan/atau sistem elektronik yang melanggar hukum. Pemahaman tentang perbuatan yang dapat dihukum atau perbuatan yang melawan hukum dengan mengikuti pendapat Van Hammel dan Hoge Raad (HR) mengenai unsur-unsur yang melawan hukum atau wederrechttelijk yaitu tanpa hak atau kewenangan (zonder eigenrecht of zonder eigen bevoegheid).31. b) Akses yang disengaja dan tidak sah atau ilegal terhadap komputer dan/atau sistem elektronik;
Pengertian akses terhadap komputer dan/atau sistem elektronik adalah kegiatan berinteraksi dengan sistem elektronik yang berdiri sendiri atau dalam suatu jaringan, melalui perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi menyiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan , mengirimkan dan/atau mendistribusikan informasi elektronik.32. Perbuatan yang dilarang dalam undang-undang ini (wederrechttelijk), adalah mengakses komputer dan/atau sistem elektronik milik orang lain dengan cara apapun, baik untuk keperluan memperoleh informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dengan cara apapun, atau dengan cara melanggar, merusak. memasuki, melewati, atau melanggar sistem keamanan dengan cara apa pun. Oleh karena itu, akibat perbuatan yang dilarang undang-undang tersebut di atas, yang merugikan orang lain, harus dibuktikan.34.
Oleh karena itu, tinjauan terhadap kebijakan kriminalisasi kejahatan teknologi informasi (cybercrime) dalam UU ITE juga harus fokus pada tiga bidang kebijakan di atas. Dengan mengkaji ketiga hal tersebut dalam undang-undang ini, diharapkan kita dapat menganalisis operasionalisasi hukum pidana pada tahap perumusan guna memahami dasar pertimbangan pembuat undang-undang dalam perumusan kebijakan kriminalisasi.
Tinjauan Umum Mengenai Pemidanaan 1. Pengertian Pemidanaan
- Teori-Teori Pemidanaan
- Jenis-Jenis Pemidanaan
- Jenis-jenis Pidana Dalam KUHP
- Pidana Penjara
- Pidana Tutupan
- Pidana Tambahan
- Pidana Pencabutan Hak-hak tertentu
- Pidana Perampasan Barang-barang Tertentu
Retribusi distributif, yaitu pembatasan bentuk hukuman yang sengaja dijatuhkan kepada pelaku kejahatan. Retribusi kuantitatif, yaitu membatasi bentuk-bentuk hukuman yang mempunyai tujuan selain balas dendam sehingga bentuk-bentuk hukuman tersebut tidak melebihi derajat kekejaman yang dianggap pantas atas kejahatan yang dilakukan. Berdasarkan Pasal 10 KUHP, terdapat dua jenis tindak pidana penghilangan kebebasan bergerak, yaitu pidana penjara dan pidana penjara.
Hukuman penjara lebih ringan karena diancam dengan pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan karena kelalaiannya. Apabila terdapat pilihan antara pidana mati dan pidana penjara seumur hidup, atau apabila pidananya merupakan tindak pidana yang pidananya diancam dengan pidana lima belas tahun penjara, maka pidana penjara dapat dijatuhkan untuk jangka waktu dua puluh tahun berturut-turut. Pemenjaraan juga merupakan salah satu bentuk pidana perampasan/pembatasan kebebasan gerak terpidana, yang dilakukan dengan cara mengurung terpidana di lembaga pemasyarakatan, namun dalam beberapa hal lebih mudah dibandingkan dengan penjara.
Denda diancam untuk berbagai jenis pelanggaran, baik sebagai pengganti hukuman penjara atau pelanggaran sendiri. Apabila terpidana tidak mampu membayar denda yang dikenakan kepadanya, maka dapat diganti dengan pidana penjara. Pidana ini selanjutnya disebut pidana penjara pengganti, pidana penjara pengganti paling lama 6 (enam) bulan, dan dapat berjumlah 8 (delapan) bulan apabila terjadi pengulangan, simultan atau penerapan Pasal 52 atau Pasal 52 a KUHP. . .56.
Tindak pidana menutup-nutupi ini ditambah dengan Pasal 10 KUHP melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1946 sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa apabila mengadili orang yang melakukan tindak pidana diancam dengan pidana penjara karena dilatarbelakangi oleh maksud yang patut dihormati, hakim dapat menjatuhkan sanksi pidana. Alinea kedua menyatakan bahwa pidana tertutup tidak akan dijatuhkan apabila fakta yang merupakan tindak pidana, cara pelaksanaan fakta tersebut, atau akibat dari fakta tersebut sedemikian rupa sehingga hakim berpendapat bahwa pidana penjara lebih tepat.57 . Penyitaan barang tertentu adalah penyitaan terhadap barang-barang yang merupakan hasil tindak pidana atau digunakan untuk melakukan tindak pidana.
2) Dalam hal terbuktinya suatu tindak pidana yang tidak dilakukan dengan sengaja atau karena suatu pelanggaran, dapat pula dikeluarkan penetapan penyitaan berdasarkan hal-hal yang ditentukan dalam undang-undang. Barang yang tidak disita dapat diganti dengan hukuman penjara jika barang tersebut tidak diserahkan.
Pidana Pengumuman Putusan Hakim
- Jenis Penelitian
- Metode Pendekatan Masalah
- Sumber Bahan Hukum a. Bahan Hukum Primer
- Metode Penelitian
- Analisis Bahan Hukum
Hukuman tambahan bagi orang yang mengumumkan putusan hakim ini terutama dimaksudkan sebagai upaya preventif terhadap dilakukannya suatu tindak pidana. Kesengajaan” merupakan bagian dari unsur kesalahan mendasar, khususnya dalam tindak pidana dolus (doleus delict). Setiap tindak pidana selalu mengandung unsur kesengajaan, walaupun unsur ini sering kali tidak disebutkan secara tegas dalam rumusannya.
Berbeda dengan kasus culpo yang mana unsur culpa harus selalu dicantumkan secara tegas dalam susunan kata-katanya.Seperti diketahui dari WvS Belanda, semua tindak pidana yang mengandung unsur kesengajaan atau culpa, tindak pidana tersebut tetap ada unsur kesengajaannya. Pengertian kesengajaan menurut teori kehendak dapat dengan mudah diketahui dari unsur kesengajaan yang terdapat dalam rumusan tindak pidana materiil.
Dalam rumusan deliknya, unsur kesalahan yang disengaja mudah dikenali karena tidak banyak istilah yang digunakan. Ada juga kejahatan yang dalam susunan kata-katanya menggambarkan unsur kesengajaan dengan kata “niat” (oogmerk), misalnya dalam Art. Kesengajaan sebagai kepastian sebagai kemungkinan adalah kesengajaan yang ada dalam kaitannya dengan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang melingkupi tindakan yang diambil dan konsekuensinya.
Dolus alternativus adalah niat sadar untuk melakukan suatu tindakan yang dilarang atau menginginkan akibat tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana peretasan sistem elektronik orang lain, dan untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan dalam menangani tindak pidana peretasan sistem elektronik orang lain dalam perkara Putusan 1253/ Kasihan . Sus/2020/PN Mdn. Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau berita acara penyusunan peraturan perundang-undangan dan keputusan hakim69.
Dari segi yang dimasukkan sebagai sumber bahan hukum primer yang akan digunakan untuk mengkaji setiap permasalahan dalam penulisan penelitian ini yaitu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengumpulan data dengan menggunakan penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber hukum baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Dalam penelitian ini bahan hukum utama yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta peraturan perundang-undangan tentang Keputusan Nomor 1253/Pid.Sus/2020/PN Mdn.
Bahan hukum yang diperoleh dianalisis secara normatif, yaitu penulis melakukan penelitian terhadap bahan hukum, baik berupa bahan hukum primer maupun sekunder sesuai dengan permasalahan yang diteliti. dianalisis: keputusan Nomor 1253/Pid.Sus/2020/PN Mdn.