• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Postur Kerja Operator Mesin di PT. Ciptaunggul Karya Abadi Menggunakan Metode QEC dan OWAS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Postur Kerja Operator Mesin di PT. Ciptaunggul Karya Abadi Menggunakan Metode QEC dan OWAS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Postur Kerja Operator Mesin di PT. Ciptaunggul Karya Abadi Menggunakan Metode QEC dan OWAS

Chairul Falah1*, Kusnadi2, Daniel Parlindungan3, Deonicius Harold4

1,2Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia

*Koresponden email: chairulfalah00@gmail.com

Diterima: 21 Januari 2023 Disetujui: 3 Februari 2023

Abstract

Work posture is a position that arises as a result of an activity carried out by a person. Repetitive work activities can create awkward work postures that can pose a risk of Musculoskeletal Disorders (MSDS) symptoms. PT Ciptaunggul Karya Abadi is an industrial production company that manufactures dies, tools, and metal stamping parts. The objective it is to use QEC and OWAS methods to analyse the work posture of production area operators. The QEC results state that the operators of spot welding and pressing machines have a very high risk of MSDs with exposure level values ≥70%, while other operators have a high risk with exposure level values of 50-69%. The OWAS assessment states that all operators have a risk category score of 2 which indicates the risk of MSDs symptoms that require an ergonomic intervention to maximize the existing work system.

Keywords: work posture, QEC, OWAS, musculoskeleteal disorders, PT. Ciptaunggul Karya Abadi

Abstrak

Postur kerja merupakan posisi yang muncul akibat adanya suatu aktivitas yang dikerjakan oleh seseorang.

Aktivitas pekerjaan yang repetitive dapat menciptakan postur kerja yang janggal sehingga mampu menimbulkan risiko gejala Musculoskeleteal Disorders (MSDS). PT. Ciptaunggul Karya Abadi merupakan perusahaan yang berkiprah pada industri pembuatan dies, tools, dan metal stamping parts. Penelitian ini dimaksudkan guna menganalisis postur kerja operator area produksi melalui penggunaan metode QEC dan OWAS. Hasil QEC menyatakan bahwa operator mesin spot welding dan pressing memiliki risiko MSDs sangat tinggi dengan nilai exposure level ≥70%, sedangkan operator lain memiliki risiko tinggi dengan nilai exposure level 50-69%. Penilaian OWAS menyatakan bahwa keseluruhan operator memiliki risiko kategori skor 2 yang menunjukkan adanya risiko gejala MSDs sehingga diperlukan intervensi ergonomi sebagai upaya dalam memaksimalkan sistem kerja yang ada.

Kata Kunci: postur kerja, QEC, OWAS, musculoskeleteal disoders, PT. Ciptaunggul Karya Abadi

1. Pendahuluan

Kecelakaan kerja ialah peristiwa tidak diinginkan yang terjadi secara tidak terduga dalam sebuah aktivitas pekerjaan yang mengakibatkan adanya kerugian dan ketidaknyamanan yang dialami oleh beberapa pihak [1]. Hutabarat menjelaskan bahwa terdapat kaitan antara kecelakaan kerja dengan penyakit akibat kerja [2]. Adapun Penyakit Akibat Kerja (PAK) didefinisikan sebagai suatu penyakit yang diderita oleh seseorang akibat adanya interaksi dengan peralatan atau material saat bekerja yang dirasa dapat mengganggu kesehatan tubuh [3]. Musculoskeleteal disorders menjadi salah satu penyebab utama adanya penyakit akibat kerja serta menyumbang angka kedua terbanyak dalam kasus disabilitas dunia [4].

Musculoskeleteal Disoders (MSDs) diartikan sebagai suatu keluhan pada area sistem musculoskeleteal yang dialami oleh seseorang dengan ditandai dengan adanya rasa sakit atau nyeri baik dalam intensitas ringan maupun tinggi [5]. Keluhan timbul akibat pengaruh adanya beban statis yang diterima secara kontinu dalam durasi waktu yang lama. Secara umum, salah satu faktor potensial penyebab timbulnya gejala MSDs pada pekerja yaitu adanya kesalahan posisi pada postur kerja sehingga memicu timbulnya gangguan otot karena menerima beban kerja yang lebih besar [6]. Untuk mengurangi risiko tersebut, para praktisi menggunakan beberapa metode postural observasional guna mengevaluasi adanya risiko berdasarkan pengamatan saat pekerja beraktivitas [7]. Penerapan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat menjadi acuan dalam membuat suatu sistem kerja yang nyaman bagi pekerja, baik ketika pekerjaan dilakukan dalam posisi duduk, berdiri, ataupun pada pekerjaan yang berhubungan dengan aktivitas pengangkatan beban.

Postur kerja menjadi suatu subjek yang menarik untuk dikaji, hal tersebut bisa diketahui dari

(2)

(QEC) ialah sebuah cara analisis risiko akibat postur kerja yang menggabungkan penilaian berdasarkan sudut pandang operator dan pengamat guna mengetahui risiko musculoskeleteal disorders yang dirasakan saat bekerja [4]. Penilaian dengan melibatkan dua sudut pandang pada metode QEC membuat metode tersebut memiliki tingkat sensitivitas serta reabilitas yang teruji sehingga mudah diakui secara umum [8].

Adapun Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) diartikan sebagai suatu teknik pengukuran postur kerja melalui pengklasifikasian postur kedalam beberapa kategori penilaian [9]. Teknik ini berfokus dalam pengukuran postur kerja pada area kaki, lengan, punggung serta bobot yang diangkut secara manual.

Penelitian yang dilakukan oleh Subakti dan Subhan [10] pada PT. Sama-Atanmiah didasarkan oleh data kecelakaan yang menimpa pekerja dari tahun 2016 hingga 2018 dimana kecelakaan terjadi akibat adanya cedera yang dialami pekerja pada proses produksi kayu. Untuk memecahkan kondisi masalah tersebut maka dilangsungkan penelitian berupa analisa ergonomi pada stasiun kerja dengan menerapkan metode QEC guna mengetahui risiko berdasarkan postur kerja yang dibentuk oleh pekerja, Hasil penelitian menjelaskan bahwa tingkat risiko paling tinggi berada di stasiun penurunan kayu dengan tingkat exposure level sebesar 91%. Penelitian dengan topik yang sama dilakukan oleh [11] untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dalam adanya keluhan musculoskeleteal disorders yang dirasakan oleh operator pengisian LPG di Kota Makassar. Kaitan beberapa variabel faktor tersebut dianalisis dengan melakukan pengujian menggunakan metode uji korelasi chi square. Adapun hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan korelasi yang erat antara faktor postur kerja dengan keluhan pada bagian leher dimana pengujian menunjukkan nilai p=0,001. Perbaikan sistem kerja diperlukan dalam upaya untuk menghindari permasalahan tersebut dengan melakukan usulan perbaikan sistem kerja sebagaimana dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh [12] berupa perancangan benda kerja berdasarkan hasil analisa postur kerja.

PT. Ciptaunggul Karya Abadi merupakan perusahaan yang berkiprah pada industri manufaktur dengan aktivitas produksi berupa pembuatan dies, tools, dan metal stamping parts. Alat dan fasilitas penunjang seperti tools and quality control equipment, machining, dan press machine capacities digunakan oleh perusahaan dalam membantu proses produksi. Perusahaan memberikan tugas kepada para operator di setiap mesin untuk menyelesaikan target produksi sesuai waktu yang telah ditentukan dimana produktivitas operator dinilai dari jumlah output yang dihasilkan pada rentang waktu tersebut. Proses tersebut secara tidak langsung membuat operator melakukan gerakan repetitive dalam bekerja dimana aktivitas gerakan tersebut cenderung berisiko bagi sistem musculoskeleteal. Meskipun perusahaan telah menerapkan kebijakan K3, namun terdapat beberapa kondisi dimana implementasi program K3 belum diterapkan secara maksimal. Salah satu kondisi tersebut antara lain masih banyak operator yang belum memakai APD saat melakukan aktivitas kerjanya. Hal ini secara tidak langsung dapat menyebabkan adanya risiko terjadi kecelakaan yang dialami oleh pekerja saat melakukan aktivitas pekerjaannya.

Merujuk pada uraian permasalahan diatas, oleh karena itu penelitian akan dimaksudkan untuk menganalisa postur kerja pada operator produksi melalui penerapan metode Quick Exposure Check dan Ovako Work Posture Analysis system. Adapun penelitian kali ini dilangsungkan dengan harapan dapat membantu perusahaan dalam mengurangi angka kecelakaan kerja akibat timbulnya gejala musculoskeleteal disorders yang dialami oleh operator saat bekerja.

2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan kepada enam operator mesin pembuatan lever chamshaft pada area produksi PT. Ciptaunggul Karya Abadi. Adapun objek penelitian yang dikaji pada tahapan pengolahan data yaitu tingkat risiko musculoskeleteal disorders berdasarkan postur kerja yang dibentuk operator. Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan kuantitatif dimana observasi dan kuesioner digunakan sebagai teknik dalam pengambilan data. Data tersebut diolah dan dianalisis dengan menerapkan metode QEC dan OWAS.

Pengambilan keputusan pada metode quick exposure check dikaitkan dengan skor exposure level yang diklasifikasikan berdasarkan tingkatan risiko paparan musculoskeleteal disorders. Sedangkan dalam metode OWAS, keputusan diambil dengan merujuk pada skor penilaian berdasarkan hasil pengkategorian yang dilakukan melalui tabel penentuan kategori OWAS. Adapun rujukan pengambilan kedua metode tersebut tercantum dalam Tabel 1 serta Tabel 2.

(3)

Tabel 1. Action level quick exposure check

Total Exposure Level Tindakan

<40% Dapat diterima

40-49% Diperlukan evaluasi lebih mendalam

50-69% Diperlukan evaluasi lebih mendalam dan dilakukan intervensi

≥70% Diperlukan evaluasi lebih mendalam dan intervensi secepat mungkin Sumber: [13]

Tabel 2. Kategori penilaian OWAS

Skor Tindakan

1 Tidak diperlukan pembaharuan 2 Diperlukan pembaharuan 3 Diperlukan pembaharuan secepatnya 4 Diperlukan pembaharuan saat ini juga

Sumber: [14]

Flowchart penelitian ditambahkan pada bagian ini guna menggambarkan setiap proses penelitian sehingga alur penelitian menjadi lebih terarah. Adapun flowchart penelitian tersaji dalam Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Flowchart penelitian

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Quick Exposure Check (QEC)

Berdasarkan hasil observasi dan pengumpulan data pada area departemen produksi pembuatan lever chamshaft, terdapat 6 stasiun kerja dengan masing-masing proses dilakukan oleh satu operator. Data sendiri didapatkan berdasarkan perolehan tanggapan yang diberikan terhadap kuesioner yang disebar. Adapun perolehan data tanggapan kuesioner tertera pada Tabel 3 serta Tabel 4.

(4)

Tabel 3. Perolehan data kuesioner pengamat Stasiun Kerja Punggung Bahu atau

Lengan

Pergelangan

Tangan Leher

1 2 1 2 1 2

Spot Welding A1 B1 C2 D3 E2 F2 G2

Broaching A3 B2 C2 D3 E2 F2 G3

Drilling & Tapping A2 B2 C3 D3 E2 F2 G3

Pressing A2 B2 C2 D3 E2 F2 G3

Bending, Piercing 2

& Buring A2 B2 C2 D3 E2 F2 G3

Piercing 1 A2 B2 C2 D3 E2 F1 G3

Tabel 4. Perolehan data kuesioner operator

Stasiun Kerja Pertanyaan

H I J K L M N O

Spot Welding H3 I3 J3 K2 L1 M1 N2 O1 Broaching H1 I3 J1 K2 L1 M1 N2 O4 Drilling & Tapping H1 I3 J1 K2 L1 M1 N1 O1 Pressing H1 I3 J2 K2 L1 M3 N1 O3 Bending, Piercing 2

& Buring H1 I3 J1 K2 L1 M3 N1 O3 Piercing 1 H1 I3 J2 K2 L1 M1 N1 O1

Beberapa tanggapan yang telah diperoleh berdasarkan hasil pengisian kuesioner dalam Tabel 3 dan Tabel 4 kemudian dihitung nilai exposure score dengan menggunakan lembar skor QEC. Lembar ini berisikan tabel-tabel penilaian yang dinilai dengan membanding antara satu indikator pertanyaan dengan indikator pertanyaan lainnya. Tampilan lembar skor QEC dapat diketahui dengan mengamati Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Lembar skor QEC

Nilai exposure score yang diperoleh berdasarkan perhitungan dalam Gambar 2 kemudian dijumlahkan untuk mengetahui nilai exposure total pada tiap operatornya. Nilai ini diperoleh dengan maksud untuk mengetahui suatu tindakan yang direkomendasikan sebagai upaya dalam menghindari

(5)

adanya risiko MSDs berdasarkan perhitungan total exposure score. Perhitungan dapat dilakukan dengan merujuk pada persamaan 1 berikut.

𝐸% = 𝑋

𝑋𝑚𝑎𝑥𝑥100% (1) Dimana:

E% = persentase exposure level X = total exposure score

Xmax = total maksimum skor berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukan [15]

Mengacu pada persamaan 1 dan Tabel 1, maka perolehan nilai exposure level dapat diketahui berdasarkan Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Perolehan nilai exposure level

Stasiun Kerja Exposure Level (%) Tindakan

Spot Welding 81,48 Diperlukan evaluasi lebih mendalam dan intervensi secepat mungkin

Broaching 69,14 Diperlukan evaluasi lebih mendalam dan intervensi secepat mungkin

Drilling & Tapping 69,14 Diperlukan evaluasi lebih mendalam dan intervensi secepat mungkin

Pressing 71,60 Diperlukan evaluasi lebih mendalam dan intervensi secepat mungkin

Bending, Piercing 2

& Buring 66,67 Diperlukan evaluasi lebih mendalam dan dilakukan intervensi

Piercing 1 67,90 Diperlukan evaluasi lebih mendalam dan dilakukan intervensi

Melihat dalam tabel Tabel 5 maka dapat diketahui bahwa operator pada stasiun kerja spot welding dan pressing memiliki risiko cedera sangat tinggi dengan nilai exposure level berturut-turut sebesar 81,48%

dan 71,60%. Sedangkan empat stasiun kerja lainnya memiliki risiko cidera tinggi dengan nilai exposure level pada operator mesin broaching, drilling dan tapping, bending, piercing 2 dan buring, serta piercing 1 berturut-turut sebesar 69,14%, 69,14%, 66,67%, dan 57,90%.

3.2. Ovako Work Posture Analysis System (OWAS)

Data yang telah didapatkan juga dianalisis dengan memakai metode penilaian postur kerja OWAS.

Metode dilakukan dengan mengklasifikasikan aktivitas kerja ke dalam beberapa kategori penilaian. Adapun pengklasifikasian dilakukan dengan merujuk pada Gambar 3 - Gambar 5 serta Tabel 6.

Gambar 3. Klasifikasi sikap punggung Sumber: [15]

Gambar 4. Klasifikasi sikap lengan Sumber: [15]

(6)

Gambar 5. Klasifikasi sikap kaki Sumber: [15]

Tabel 6. Klasifikasi bobot benda

Klasifikasi Deskripsi

1 Bobot benda <10 Kg

2 Bobot benda 10-20 Kg

3 Bobot benda >20 Kg Sumber: [15]

Data yang diperoleh melalui pengamatan dan observasi kemudian diklasifikasikan dengan melihat Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5, dan Tabel 6. Tahap pengklasifikasian ini ditujukan guna mengelompokkan aktivitas kerja ke dalam beberapa kategori penilaian pada metode OWAS. Adapun klasifikasi aktivitas pekerjaan tersebut tercantum Tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi klasifikasi data OWAS

Stasiun Kerja Klasifikasi

Punggung Lengan Kaki Berat Beban

Spot Welding 2 1 1 1

Broaching 2 1 1 1

Drilling & Tapping 2 2 1 1

Pressing 2 1 1 1

Bending, Piercing 2

& Buring 2 1 1 1

Piercing 1 2 1 1 1

Data yang tercantum pada Tabel 7 kemudian dianalisis guna mengetahui skor kategori OWAS pada masing-masing stasiun kerja dengan merujuk ada tabel penentuan kategori dalam metode OWAS.

Pengambilan keputusan mengenai risiko MSDs pada tiap kategori skor serta rekomendasi tindakan yang dapat diberikan diketahui dengan melihat pada Tabel 2. Adapun hasil dari penilaian kategori postur kerja menggunakan metode OWAS tercantum dalam Tabel 8.

Tabel 8. Hasil penilaian kategori OWAS Stasiun Kerja Kategori OWAS Tindakan

Spot Welding 2 Diperlukan pembaharuan

Broaching 2 Diperlukan pembaharuan

Drilling & Tapping 2 Diperlukan pembaharuan

Pressing 2 Diperlukan pembaharuan

Bending, Piercing 2

& Buring 2 Diperlukan pembaharuan

Piercing 1 2 Diperlukan pembaharuan

Perolehan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat risiko yang didapat berada pada kategori 2 untuk semua operator pada tiap stasiun kerja. Kategori ini menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan risiko terhadap sistem musculoskeleteal dimana postur kerja yang dibentuk mengakibatkan pengaruh

(7)

ketegangan yang signifikan. Tindakan yang dapat diusulkan berdasarkan hasil analisa tersebut yaitu perlu pembaharuan pada sistem kerja sebagai salah satu upaya untuk meminimalisir keluhan MSDs bagi operator.

3.2. Usulan Perbaikan Sistem Kerja

Salah satu usulan yang bisa diberikan sebagai upaya dalam mengurangi tingkat risiko musculoskeleteal disorders berdasarkan hasil analisis postur kerja yaitu perancangan alat bantu kerja.

Rancangan alat bantu kerja yang dapat diberikan sebagai usulan perbaikan sistem kerja berupa kursi operator dengan penambangan material busa atau foam pada bagian senderan dan alas dudukan kursi.

Rancangan kursi operator yang didesain dengan menggunakan software AutoCAD tercantum dalam Gambar 5.

Gambar 5. Rancangan alat bantu kerja

4. Kesimpulan

Merujuk dalam uraian hasil serta pembahasan pada tahap sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan bahwa risiko musculoskeleteal disoders akibat postur kerja pada metode QEC berada pada kategori sangat tinggi untuk operator stasiun kerja spot welding dan pressing dengan persentase exposure level ≥70%.

Sedangkan untuk empat operator lainnya memiliki kategori risiko tinggi dengan nilai exposure level berada pada interval 50-69%. Kondisi tersebut dapat terjadi akibat adanya gerakan repetitive dengan frekuensi 11 hingga 20 kali per menit. Kondisi ini diperparah dengan durasi waktu kerja dengan rata-rata waktu penyelesaian operator pada tiap siklusnya yaitu lebih dari 4 jam.

Adapun analisis pada metode OWAS menyatakan bahwa keseluruhan operator berada pada kategori 2 yang menunjukkan terdapat risiko musculoskeleteal disorders sehingga perlu dilakukan pembaharuan pada sistem kerja. Usulan perbaikan yang diberikan yaitu berupa perancangan alat bantu kerja ditambahkan dalam penelitian ini guna mengurangi risiko timbulnya gejala musculoskeleteal diosorders pada operator.

5. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan maka PT. Ciptaunggul Karya Abadi perlu meninjau ulang terkait manajemen dari suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan guna mewujudkan lingkungan kerja yang ergonomis sehingga dapat membantu menghindarkan karyawan dari risiko gejala musculoskeletal disorders. Adapun beberapa saran yang bisa dijadikan sebagai tinjauan oleh perusahaan berdasarkan pembahasan pada penelitian ini antara lain seperti penambahan waktu istirahat, melakukan rotasi pekerjaan, serta pemberian fasilitas alat bantu kerja yang ergonomis. Untuk penelitian lebih lanjut yang mengacu pada persoalan dalam penelitian ini ke depannya bisa dilakukan dengan adanya penambahan dimensi antropometri sebagai rujukan dalam membuat rancangan alat bantu kerja yang selaras dengan keadaan postur kerja operator.

6. Referensi

[1] D. Cahyaningrum, H. T. M. Sari, and D. Iswandari, “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Kerja di Laboratorium Pendidikan,” J. Pengelolaan Lab. Pendidik., vol. 1, no.

2, pp. 41–47, 2019.

[2] Y. Hutabarat, Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi, 1st ed. Malang: Media Nusa Creative, 2017.

[3] Kaligis, R. S. V., Sompie, B. F., Tjakra, J., & Walangitan, D. R. O. Pengaruh implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja. Jurnal Sipil Statik, 1(3). 2013.

[4] M. Joshi and V. Deshpande, “A systematic review of comparative studies on ergonomic assessment techniques,” Int. J. Ind. Ergon., vol. 74, p. 102865, 2019, doi: 10.1016/j.ergon.2019.102865.

[5] S. Shobur, M. Maksuk, and F. I. Sari, “Faktor Risiko Musculoskeleteal Disorders (MSDs) pada Pekerja Tenun Ikat di Kelurahan Tuan Kentang Kota Palembang,” J. Med. (Media Inf. Kesehatan),

(8)

vol. 6, no. 2, pp. 113–122, 2019, doi: 10.36743/medikes.v6i2.188.

[6] M. Hasanah and Winarko, “Pengaruh Postur Kerja Terhadap Keluhan Muskuloskeletal,” Gema Lingkung. Kesehat., vol. 17, no. 1, pp. 14–19, 2019, doi: 10.36568/kesling.v17i1.1047.

[7] W. Kim, J. Sung, D. Saakes, C. Huang, and S. Xiong, “Ergonomic postural assessment using a new open-source human pose estimation technology (OpenPose),” Int. J. Ind. Ergon., vol. 84, no. May, p.

103164, 2021, doi: 10.1016/j.ergon.2021.103164.

[8] E. I. Yuslistyari and A. Adhadin, “Perbaikan Postur Kerja Operator Pengelasan dengan Metode Quick Exposure Check (QEC),” J. INTECH Tek. Ind. Univ. Serang Raya, vol. 4, no. 1, p. 17, 2018, doi:

10.30656/intech.v4i1.853.

[9] Y. Hidjrawan and A. Sobari, “Analisis Postur Kerja Pada Stasiun Sterilizer Dengan Menggunakan Metode Owas Dan Reba,” J. Optim., vol. 4, no. 1, pp. 1–10, 2018.

[10] F. A. Subakti and A. Subhan, “Analisis Ergonomi Stasion Kerja Menggunakan Metode Quick Exposure Checklist Pada PT. Sama-Altanmiah Engineering,” J. Media Tek. dan Sist. Ind., vol. 5, no.

1, pp. 55–62, 2021, doi: 10.35194/jmtsi.v5i1.1307.

[11] M. Abdillahtulkhaer, Y. Thamrin, and R. Kalla, “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) Pada Karyawan Operator Pengisian LPG di Kota Makassar,” J. Muslim Community Heal., vol. 3, no. 3, pp. 144–154, 2022, [Online]. Available:

https://doi.org/10.52103/jmch.v3i3.996JournalHomepage:https://pasca-umi.ac.id/index.php/jmch.

[12] M. A. Putri and R. D. Astuti, “Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Berdasarkan Analisis RULA dan REBA di PT Eco Smart Garment Indonesia Klego,” Semin. dan Konf. Nas. IDEC 2020, vol. 2579–

6429, no. November, pp. 1–10, 2020.

[13] I. Mindhayani, “Metode Qec Untuk Penilaian Postur Tubuh Pekerja Di Menara Logam,” J. PASTI (Penelitian dan Apl. Sist. dan Tek. Ind., vol. 16, no. 1, p. 90, 2022, doi:

10.22441/pasti.2022.v16i1.008.

[14] A. Setiorini, “OWAS (Ovako Work Analysis System),” JK Unila, vol. 4, no. 2, p. 197, 2020.

[15] R. Himawan, “Analisa Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) Pada Operator Mesin Milling (Studi Kasus : PT. Alis Jaya Ciptatama),” Universitas Islam Indonesia, 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis risiko postur kerja dari pengolahan data dengan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada pekerjaan pencucian buah dengan posisi berdiri,

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan analisis dan perbaikan pada aktivitas baik dari segi postur kerja maupun fasilitas kerja, yang bertujuan