• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau dalam perspektif ekonomi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau dalam perspektif ekonomi "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 334-340 DOI: https://doi.org/10.29210/ 020231920

Contents lists available at Journal IICET JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)

ISSN: 2502-8103 (Print) ISSN: 2477-8524(Electronic) Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

334

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau dalam perspektif ekonomi

Nurdiana Mulyatini*), Elin Herlina, Dendy Syaiful Akbar, Faisal Haris Eko Prabowo Fakultas Ekonomi, Universitas Galuh, Indonesia

Article Info ABSTRACT

Article history:

Received Jul 09th, 2022 Revised Aug 10th, 2022 Accepted Oct 31st, 2022

Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan yang bernilai tinggi dan mampu menggerakan ekonomi nasional. Pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan pembinaan bagi pengusaha hasil industri tembakau serta menumbuhkan industri lokal. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis potensi Pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Kabupaten Ciamis dalam perspektif Ekonomi. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriftif Kualitatif. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil Penelitian menunjukan Kabupaten Ciamis layak untuk mendirikan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) dilihat berdasarkan potensi ketersediaan bahan baku lokal, penyerapan tenaga kerja, peningkatan kontribusi PDRB, peningkatan investasi dan peningkatan penerimaan cukai hasil tembakau.

Keyword:

Kawasan industri hasil tembakau,

Dana bagi hasil cukai hasil tembakau,

Pertumbuhan ekonomi

© 2023 The Authors. Published by IICET.

This is an open access article under the CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0

Corresponding Author:

Nurdiana Mulyatini,

Fakultas Ekonomi, Universitas Galuh, Indonesia Email: [email protected]

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman tembakau terbesar di dunia. Kualitas tembakau lokal sangat diperhitungkan di pasar internasional (Ardhiarisca et al., 2015). Kementerian Pertanian mencatat pada tahun 2020 produksi tembakau terbesar yaitu Jawa Timur mencapai 85 ribu ton, diikuti .Jawa Tengah dengan produksi mencapai 48,3 ribu ton dan Nusa Tenggara Barat dengan produksi mencapai 46 ribu ton.

Industri rokok di dalam negeri telah meningkatkan nilai tambah dari bahan baku lokal berupa hasil perkebunan seperti tembakau dan cengkeh, nilai tambah di sektor padat karya dan nilai tambah yang berorientasi ekspor sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi (Wandita, 2020). Kementerian Perindustrian mencatat total tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri rokok sebanyak 5,98 juta orang, terdiri dari 4,28 juta adalah pekerja di sektor manufaktur dan distribusi, serta sisanya 1,7 juta bekerja di sektor perkebunan.

Industri hasil tembakau termasuk tembakau merupakan komoditas yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Keberadaannya bahkan sudah mengakar hingga menjadi sebuah budaya dalam kehidupan masyarakat di Indonesia (Bashori, 2022). Selain itu industri hasil tembakau juga menjadi salah satu sektor strategis hasil perkebunan yang memiliki daya saing tinggi dan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. meliputi penyerapan tenaga kerja, pendapatan negara melalui cukai (Anggraeni, 2018). Keberadaan industri hasil tembakau menjadi bantalan pendapatan negara, kontribusi cukai rokok mencapai 96 persen. Data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)

(2)

335

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau …

Kementerian Keuangan, pendapatan cukai tahun 2021 mencapai Rp 180 triliun. Namun demikian, produk IHT merupakan barang kena cukai untuk mengendalikan konsumsinya. Sebagai konsekuensinya, peraturan terkait rokok semakin ketat karena pertimbangan perlindungan konsumen dan Kesehatan (Sarosa &

Purwanti, 2018).

Dengan tingginya pendapatan dari cukai tersebut maka pemerintah melakukan earmarking yaitu pendekatan pengelolaan keuangan publik, khususnya bidang penganggaran atau pengalokasian belanja ((Kadar, 2018); (Wulandari, 2019)). Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206 Tahun 2020 tentang Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), dan Nomor 2/PMK.07/2022 tentang Rincian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Menurut Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2022 yang menjelaskan DBHCHT dialokasikan menjadi 25%

untuk kesehatan, 50% untuk kesejahteraan masyarakat, serta 25% untuk penegakan hukum, khusus untuk bidang kesejahteraan umum pada aturan ini dijelaskan alokasi bidang kesejahteraan masyarakat di breakdown menjadi 20% untuk membantu peningkatan kualitas bahan baku, peningkatan keterampilan kerja, pembinaan industri, serta 30% untuk pemberian bantuan.

PMK No. 206/PMK.07/2020 sebagai program pembinaan industri untuk mendukung bidang penegakan hukum meliputi kegiatan pembentukan, pengelolaan, dan pengembangan kawasan industri tertentu hasil tembakau (KIHT) dimana peraturan tersebut bersinergi dengan Peraturan Kementrian Keuangan Nomor 21/PMK/2020 tentang Pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT). Berdasarkan PMK tersebut KIHT adalah kawasan pemusatan kegiatan industri hasil tembakau yang dilengkapi dengan prasarana, sarana serta fasilitas penunjang industri hasil tembakau yang disediakan, dikembangkan, dan dikelola oleh pengusaha kawasan industri hasil tembakau (Moshtari & Sami, 2016). Tujuan dari Pembentukan KIHT adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan, pembinaan industri, dan pengawasan terhadap produksi dan peredaran hasil tembakau, sehingga mampu menarik pabrik-pabrik rokok lokal atau UMKM yang ilegal untuk mendapatkan pembinaan dan menjadi salah satu solusi untuk pemberantasan rokok illegal (Irwandi, S. : 2018). Pada dasarnya pembangunan KIHT diperuntukkan untuk mendukung IKM/UKM yang merupakan jenis usaha terbesar di Indonesia, sehingga nantinya dapat mendorong tumbuhnya perekonomian, yang dimulai dari daerah sampai nantinya akan membantu perekonomian nasional. (Haryono, I. 2007). Industri Hasil Tembakau mempunyai peran cukup besar terhadap penerimaan negara melalui pajak dan cukai, penyerapan tenaga kerja, penerimaan, dan perlindungan terhadap petani tembakau dan dampak ganda lainnya.

Pengembangan IHT juga memperhatikan kesehatan masyarakat di samping tetap mengusahakan agar industri dapat tumbuh dengan baik. (Ardiansyah, N. I.2020)

Pelaksanaan kegiatan pembentukan, pengelolaan, dan pengembangan KIHT berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian dengan memperhatikan capaian keluaran, kebutuhan, dan ketersediaan anggaran di Daerah.Pembangunan KIHT yang menjadi bagian dari program pemulihan ekonomi nasional, sehingga industri kecil hasil tembakau di masing-masing daerah mampu bersaing dan mampu menopang perekonomian daerah (Mepriyanto & Saptutyningsih, 2019).

Tabel 1. Potensi Industri Hasil Tembakau (IHT) Indonesia

Investasi Perusahaan Multinasional memilih Indonesia sebagai Basis produksi untuk ekspor produk ke negara tujuan secara global

Penyumbang Devisa 1. Tahun 2019 lebih dari USD 900 juta per tahun melalui ekspor IHT 2. Indonesia menjadi eksportir No 6 IHT

Kontribusi dalam APBN Penyumbang penerimaan terbesar dari Cukai Hasil Tembakau (CHT), PPh, PPN

Keterkaitan Sektor Hulu dan Hilir

1. Menyerap lebih dari 650 ribu tenaga kerja IHT

2. Melibatkan jutaan pelaku usaha disektor distribusi dan retail Pangsa Pasar Industri rokok mempunyai pangsa pasar dalam negeri sebesar 95%

Penyerapan Bahan Baku Lokal Menyerap hampir seluruh produksi tembakau lokal dan Menyerap 90%

produksi cengkeh nasional Sumber : djpk.kemenkeu.go.id

Peluang investasi terbuka bagi usaha perkebunan yang terintegrasi dengan unit pengolahan seperti perkebunan tembakau dan industri daun tembakau kering, (Ardiansyah, 2020). Sebagian besar IHT terkonsentrasi di Jawa Timur (Gudang Garam, HM Sampoerna, Bentoel, Japan Tobacco International,

(3)

Mulyatini, N. et al JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 334-340

336

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

KT&G, Gelora Djaya); Jawa Tengah (Djarum, Nojorono, Djambu Boel, Djitoe, Gentong Gotri. dan Jawa Barat (Philip Morris Indonesia / HM Sampoerna serta Sumatera Utara (Sumatra Tobacco Trading Company) Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Provinsi Jawa Barat berdasarkan data dari Dirjen Bea dan Cukai segera didirikan dengan pertimbangan banyak pelaku usaha kecil memproduksi rokok asli daerah bahkan ada yang sudah ekspor luar Negeri. Begitu juga dengan Kabupaten Ciamis berdasarkan data dari Dinas Pertanian teridentifikasi terdapat 5 Desa dari 3 Kecamatan ( Pamarican, Banjarsari dan Purwadadi) yang memiliki Industri tembakau dan terdapat 2 perusahaan (Industri Hasil Tembakau) yaitu PR Dasmil dan PT Prima Jaya Tobacco. Tentu saja ini menjadi peluang untuk pendirian Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.

Selain itu tanah menjadi tempat media tumbuh dan berkembang bagi tanaman. Selain itu, tanah juga menjadi sumber mineral, unsur hara, air, serta udara (Utomo et al., 2016). Karenanya budidaya tanaman tembakau di seluruh Indonesia yang bermutu baik hanya bisa diperoleh di daerah tertentu saja. Daun tembakau yang berkualitas bisa ditentukan sama lokasi penanaman serta pengolahan pascapanennya. Teknik budidaya yang baik harus memperhatikan berbagai faktor. Faktor tersebut yaitu halhal yang secara langsung dan tidak langsung bisa mempengaruhi mutu daun tembakau (Candra, 2022). Penelitian yang dilakukan oleh (Kasim &

Taiyeb, 2022) menunjukan hasil bahwa berasarkan indikator keberhasilan Program pengembangan Kawasan bebas asap rokok mengalami peningkatan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Cahyanti, 2018) menunjukkan bahwa hasil dari SWOT Analisys menunjukkan pada posisi kuadarn I (agresif) yang artinya dalam pengembangan Kawasan industri tembakau harus maju terus dengan menggunakan seluruh kekuatan yang merupakan factor internal untuk memanfaatkan peluang yang merupakan faktor eksternal yang ada.

Berdasarkan paparan tersebut penelitian ini digunakan untuk menganalisis potensi yang mendukung terbentuknya Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Kabupaten Ciamis berdasarkan perspektif ekonomi.

Metode

Dalam penelitian ini Metode yang digunakan yaitu deskriptif Kualitatif yang menjelaskan seluruh permasalahan yang belum teridentifikasi agar dapat dijelaskan secara lebih mendalam berdasarkan data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder (Gunawan, 2022). Dalam Penelitian ini Data sekunder berupa data Product Domestik Regional Bruto (PDRB), Pertumbuhan Industri dan angkatan kerja. Juga didapatkan data data dari hasil Riset peneliti terdahulu. Data primer diperoleh dari petani dan pengusaha dari 3 kecamatan yang teridentifikasi yaitu Banjarsari, Pamarican dan Purwodadi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara yaitu merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian (Anggito & Setiawan, 2018). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2019:321) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2021 Tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan, disebutkan dalam rangka penyediaan infrastruktur dan peningkatan investasi yang berdampak pada perekonomian regional dan nasional maka dilakukan percepatan pembangunan di Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan yang meliputi kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran. Kondisi tersebut menjadi salah satu pendorong rencana pembangunan Kawasan Industri di Kabupaten Ciamis.,

Pemerintah Kabupaten Ciamis memacu peningkatan ekonomi masyarakatnya di berbagai sektor, salah satunya di Sektor perindustrian yang merupakan sektor yang memiliki potensi yang besar dalam menyokong perekonomian Kabupaten Ciamis di masa yang akan datang. Gambaran umum kabupaten Ciamis terlihat dari data berikut :

Geografi

Luas wilayah Kabupaten Ciamis adalah 1.536,84 km2, wilayah paling tinggi Kecamatan Sukamantri 842 mdpl dan terendah Kecamatan Lakbok 31 mdpl. penggunaan lahan perkebunan dengan luas 23,70%, permukiman dengan luas 19,96%, dan sawah 17,74% dari luas Kabupaten Ciamis.Secara administratif pemerintahan, wilayah Kabupaten Ciamis terbagi menjadi 27 kecamatan, 258 Desa/ Kelurahan.

Kependudukan

(4)

337

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau …

Pada tahun 2020 penduduk Ciamis sebanyak 1.398.346 juta jiwa. Dengan LPP sebesar 2,34 % per tahun. Pada Tahun 2020 jumlah angkatan kerja Kab. Ciamis sebanyak. Sebanyak 612.055 orang, dengan rata-rata serapan tenaga kerja setiap tahun mencapai 94,87%. Hal tersebut menunjukan SDM Kabupaten Ciamis memiliki kontribusi dalam dunia kerja di berbagai sektor

Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten Ciamis Industri Non Migas

Laju Pertumbuhan ekonomi non migas tumbuh sebesar 3 %, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

Tabel 2. Proyeksi PDRB Industri Non Migas 2019-2039 Lapangan Usaha

/Industri

2019 2024 2029 2034 2039

Industri Non Migas 1.604.810,42 1.657.432,34 1.711.779,74 1.767.909,20 1.825.879,15 Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023

Industri Kecil

Industri Kecil menjadi salah satu penopang perekonomian daerah. Dibawah ini data Historis Industri Kecil Kabupaten Ciamis, sebagai berikut :

Tabel 3. Proyeksi Jumlah Industri Kecil Kabupaten Ciamis

No Jenis Industri Tahun

2019 2024 2029 2034 2039

1 Industri Kecil Formal 1.382 1.437 1.494 1.552 1.614

2 Industri Kecil Informal 8.911 9.036 9.162 9.290 9.420

Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023 Industri Menengah

Industri menengah di Kabupaten Ciamis memiliki kontribusi terhadap perekonomian Ciamis, dengan proyeksi laju pertumbuhan sebesar 2%, sebagai berikut :

Tabel 4. Proyeksi Jumlah Industri Menengah Kabupaten Ciamis

Jenis Industri 2019 2024 2029 2034 2039

Industri

Menengah 10 10 11 11 11

Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023 Tenaga Kerja

Tenaga Kerja menjadi salah satu potensi terbangunnya industri baru di Kabupaten Ciamis. Laju Pertumbuhan jumlah tenaga kerja 25 untuk Industri Menengah, 4% untuk industri Kecil Formal dan 1 % untuk Industri Kecil Informal.

Tabel 5. Proyeksi Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Kabupaten Ciamis

No Jenis Industri Tahun

2019 2024 2029 2034 2039

1 Industri Menengah 1.104 1.126 1.148 1.171 1.195

2 Industri Kecil

Formal 16.748 17.409 18.095 18.808 19.550

3 Industri Kecil

Informal 28.746 29.149 29.556 29.970 30.389

Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023 Investasi

Laju pertumbuhan Investasi industri menengah sebesar 75%, industri kecil formal sebesar 32% dan industri kecil informal sebesar 5%.

Tabel 6. Proyeksi Jumlah Investasi Industri Kecil Menengah Kabupaten Ciamis

(5)

Mulyatini, N. et al JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 334-340

338

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

Jenis Industri Tahun

2019 2024 2029 2034 2039

Industri Menengah 73.223.805 128.270.949 224.700.646 393.622.879 689.535.049 Industri Kecil

Formal 72.782.287 96.433.044 127.769.164 169.288.023 224.298.521 Industri Kecil

Informal 14.419.373 15.099.743 15.812.216 16.558.

306 17.339.601 Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023

Analisis potensi Ekonomi dalam mendukung Rencana Pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) Kabupaten Ciamis.

Di Kabupaten Ciamis terdapat 3 kecamatan dan 5 Desa yang menjadi penghasil tembakau dengan beberapa varietas yang ditanam yaitu Darmawangi, Jember cili dan Sano (temanggi) dengan sebaran wilayah yaitu :

Tabel 7. Wilayah Penghasil Tembakau di Kabupaten Ciamis

No Kecamatan Desa Potensi

1 Pamarican

(Luas Lahan 5 Ha, produksi 18 ton) Margajaya ● Hasil tembakau sudah dirajang menjadi Bako.

● Wilayah Pemasaran Sumedang Bantarsari ● Luas lahan 2 Ha dengan jumlah

petani 30 orang dan 7 kelompok tani

● Hasil Tembakau dijual basah

● Wilayah Pemasaran Sumedang dan Garut

2 Banjarsari

(Luas Lahan 4 Ha, produksi 25 Ton) Ciulu ● 40 anggota tergabung di Gapoktan Badak Jalu

● Pemasaran wilayah Ciamis Cicapar ● Pemasaran wilayah Ciamis 3 Purwadadi

(Luas lahan 1 Ha, Produksi 4 ton) Bantardewa

● Pemasaran wilayah Ciamis Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023

Selain itu di Kabupaten Ciamis terdapat Perusahaan industri Hasil Tembakau (perusahaan Rokok) yaitu : Tabel 8. Industri Hasil Tembakau (Pabrik Rokok) di Kabupaten Ciamis

No Wilayah Merk Bahan Baku, Tenaga Kerja

dan Produksi

Pemasaran

1 Rancah PR Dasmil

(Dasar Milik) ● Bahan Baku berasal dari Temanggung Jateng

● Tenaga Kerja 25-30 orang

● Produksi 5.000/hari (1 bulan 130.000 batang)

● Wilayah Ciamis (Sukadana, Sadananya, Pamarican)

● Harga Rp. 5.000, Harga Eceran di warung Rp.

7.000 Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023

Sebagai daerah penghasil Tembakau pada Tahun 2020 Kabupaten Ciamis mendapatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) sebesar Rp. 4,8 milyar, hal ini menjadi salah satu potensi yang mendukung pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT). Untuk menganalisis potensi ekonomi Pembentukan KIHT dilihat berdasarkan :

Product Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ciamis

PDRB merupakan indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi, adapun PDRB kabupaten Ciamis Periode 2016-2020 yaitu:

Tabel 9. PDRB atas Dasar Harga Konstan Berdasar Lapangan Usaha Tahun 2017-2021 (Miliar Rupiah)

(6)

339

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau …

Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021

1. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2,21 1,67 2,87 1,47 3,82

2. Pertambangan dan Penggalian 0,13 2,99 -2,55 0,57 8,44

3. Industri Pengolahan 5,18 7,14 5,06 -1,63 4,35

4. Pengadaan Listrik dan Gas 2,07 8,77 4,64 2,51 11,19

5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 7,12 9,90 9,47 9,72 9,79

6. Konstruksi 7,23 9,25 6,24 -7,41 6,45

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4,98 4,99 5,84 -5,42 3,06

8. Transportasi dan Pergudangan 5,24 5,72 6,53 -0,41 0,43

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 6,92 6,90 8,22 -7,87 -1,56

10. Informasi dan Komunikasi 11,81 9,13 9,22 32,81 7,27

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,89 4,05 0,74 5,42 6,49

12. Real Estate 9,26 9,62 9,55 8,24 9,94

13. Jasa Perusahaan 8,36 8,99 9,11 -13,11 8,53

14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial 0,94 0,10 1,18 -1,03 -1,51

15. Jasa Pendidikan 8,57 5,99 5,17 5,13 2,40

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,35 8,09 8,19 -5,36 7,47

17. Jasa lainnya 9,63 6,71 7,15 -2,24 0,80

Produk Domestik Regional Bruto 5,21 5,31 5,38 -0,14 3,66 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, 2022

Berdasarkan data tersebut terlihat sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi PDRB terbesar di Kabupaten Ciamis. PDRB provinsi Jawa Barat pada sektor industri sebesar Rp. 860.070,60 milyar, dan PDRB Kabupaten Ciamis pada sektor Industri sebesar Rp. 2.348,43 milyar, sehingga kontribusi Kabupaten Ciamis terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar 0,27%. Dengan dibangunnya Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) maka berpotensi meningkatkan PDRB yang berasal dari sektor industri.

Nilai Ekonomi Tembakau di Kabupaten Ciamis

Olahan tembakau di kabupaten Ciamis sampai saat ini belum optimal dalam menghasilkan nilai ekonomis karena hasil olahan tembakau masih dijual dalam keadaan bahan mentah (daun basah) seperti terlihat sebagai berikut :

Tabel 10. Nilai Ekonomi Tembakau di Kabupaten Ciamis Tahun 2020

No Jenis Tembakau Berat (kg) Harga (Rp) Nilai Ekonomi (Rp)

1. Daun Basah 1.000 3.000 3.000.000

Sumber : RPIK Ciamis, 2020.

Berdasarkan tabel diatas nilai ekonomi tembakau di Kabupaten Ciamis sebesar Rp 3.000.000, bisa dikatakan bahwa olahan tembakau tersebut belum optimal, sehingga Kabupaten Ciamis juga perlu melakukan strategi agar bisa menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi karena tembakau merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam penelitian (Trimo & Hidayat, 2021) yang menunjukkan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari tembakau. Paradigma industri rokok (Industri Hasil Tembakau) harus diubah ke arah industry produk tembakau non rokok untuk menangkal tekanan publik yang sangat kuat, terutama dikaitkan dengan isu kesehatan. Produk tembakau non rokok dapat dihasilkan dari semua bagian tanaman tembakau (daun, akar, batang, bunga dan biji) dan diolah menjadi berbagai macam produk antara lain pupuk, pestisida, obat-obatan, minyak wangi, permen, cat, dan lain-lain.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman tembakau terbesar di dunia. Industri hasil tembakau termasuk tembakau merupakan komoditas yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kualitas tembakau lokal sangat diperhitungkan di pasar internasional. Sehingga di Kabupaten Ciamis layak untuk mendirikan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) dilihat berdasarkan potensi ketersediaan bahan baku lokal, penyerapan tenaga

(7)

Mulyatini, N. et al JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 334-340

340

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

kerja, peningkatan kontribusi PDRB, peningkatan investasi dan peningkatan penerimaan cukai hasil tembakau.

Selain itu juga tembakau merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Referensi

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak Publisher).

Anggraeni, D. N. (2018). Analisis Penerimaan Dan Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Dan Dana Bagi Hasil Pajak Rokok (Studi Kasus Pada 38 Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2016).

Universitas Brawijaya.

Ardhiarisca, O., Muspita, M., & Kustiasari, T. (2015). Analisis Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan Agribisnis Tembakau di Kabupaten Jember. Jurnal Ilmiah Inovasi, 15(3).

Bashori, I. A. (2022). HILIRISASI KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN BLORA. Journal of Industrial Engineering & Management Research, 3(1), 241–255.

Cahyanti, L. D. (2018). Strategi Pengembangan Budidaya Tanaman Tembakau Di Kabupaten Ponorogo.

AGRORADIX: Jurnal Ilmu Pertanian, 1(2), 42–51.

Candra, F. R. Y. (2022). Pengaruh Penambahan Asam Humat Terhadap Hasil Tanaman Tembakau Besuki Na–Oogst H 382 (Nicotiana Tabacum L.). Politeknik Negeri Jember.

Gunawan, I. (2022). Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik. Bumi Aksara.

Kadar, P. (2018). Earmarking tax policy as an instrument of public service provision in regional development.

Проблеми Законності, 141, 223–228.

Kasim, K., & Taiyeb, A. M. (2022). GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DI DESA SUMBER HARUM KECAMATAN MAPPEDECENG KABUPATEN LUWU UTARA. Andragogi Kesehatan BBPK Makassar, 2(1), 22–29.

Mepriyanto, N. D., & Saptutyningsih, E. (2019). Pengaruh Keberadaan Industri Hasil Tembakau (IHT) Terhadap Harga Rumah Menggunakan Pendekatan Hedonic Price: Studi Pada Kawasan Sekitar PR Sukun, Kudus, Jawa Tengah. Journal of Economics Research and Social Sciences, 3(2), 72–82.

Moshtari, S., & Sami, A. (2016). Evaluating and comparing complexity, coupling and a new proposed set of coupling metrics in cross-project vulnerability prediction. Proceedings of the 31st Annual ACM Symposium on Applied Computing, 1415–1421.

Sarosa, C. S., & Purwanti, E. Y. (2018). Pengaruh kenaikan harga rokok, pendapatan dan karakteristik perokok terhadap konsumsi rokok di kota semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Trimo, L., & Hidayat, S. (2021). PEMBINAAN TEKNOLOGI PETANI DALAM PENGEMBANGAN ANEKA PRODUK TEMBAKAU NON ROKOK: LANGKAH MAJU KABUPATEN BANDUNG.

Jurnal Agro Industri Perkebunan, 35–45.

Utomo, M., Rusman, S., Sabrina, B., Lumranraja, T., & Wawan, J. (2016). Ilmu tanah dasar-dasar pengelolaan.

Prenedamedia Group. Jakarta.

Wandita, D. T. (2020). Pengaruh Cukai Rokok terhadap Konsumsi Rokok serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rokok. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 14(1), 159–165.

Wulandari, F. (2019). Efektivitas pemanfaatan dana bagi hasil cukai hasil tembakau dalam bidang kesehatan di Kota Surakarta tahun 2018.

(8)

LEMBAR

IIASIL PENILAIAI{ SEJAWAT

SEBIDANG

ATAU

PEER

REVIEW

ATAS

NANIA Dr. Nurdiana Mulyatini,

S.E.,

M.M.

KARYA ILMIAH

: JT]RNAL

ILMIAH

Judul Karya

Ilmiah :

,Analrbis

Pofensi Pembentukan

Kawasan

/ndustri Hasit

Tembakau

fflHq

Dalam Perspektif Ekonomi

JumlahPenulis :

4orang

Stanrs

Pengusul :

Penulis Pefiama

Idcntitas

Jurnal :

a. Nama

Jurnal

:

lurnal

Penelitian Pendidikan lndonesia b.

ISSN :

tssN :2502-8103 (etektronikltSsN; 2477-8524 (print) c. Vol" No. Bulan,

Thn : Vol.

9

No. l, April

2023

d. Halarnan

lPenerbit :

IIICET

e.

DOI Artikel

(Jika

ada):

I0.2921Afippi.v9il

f.

RepOsitoryAMeb

: https:r'durnal.iicet.org,'index.php/jppir,arriclelview/1920 g.

Terildeks

: SiNTA 2

Kategori Publikasi Karya Ilmiah (bcri r/ pada kategori yang tepat)

Hasil Penilaian Peer Review

Jurnal Ilmiah Intern asional/Inter:nasi onal B ercputasi Jumal Tlmiah Nasional Terakreditasi

Jurnal Ilrniah Nasional Tidak Terakreditasi

Komponen yang

Dinilai

Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah

Nilai

Akhir

Yang Diperoleh Internasional/

Internasional

Nasional Terakreditasi

25

Nasional Tidak Terakreditasi

a. Kelengkapan Unsur Isi

Artikel

(r0%)

215

A,y

b.Ruang Linekup

&

Kedalaman . lembahasan (30%)

7r5

/,s

c.Kecukupan

&

Kemutakhiran Data/Informasi

&

Metodologi

(30%)

715

7,3

d.Kelengkapan

Un$n

& Kualitas terbitan/Jqmal (30%)

715

/,s

Total:

(100%)

?( 2lr 3

(9)

CATATAN

PE,NILAIAN :

/"i-,ke t cutFr''h culu'tY lr'ltgha'Y

l-L+h ^tu:^utyun nnehbtu"T"

buik hrq fucuk

,fog ftlunrttcn,.t

wlt4u

Ciamis,02Mei

2022 Revieycr

l/

2

Nama

: Dr. Hj.

Aini

Kusniawati,Dra.,

MM.

NIPAIIDN

:1 96081251985032003 Jabatan Fungsional : Lcklor Kepala

Unit Kerja : Fakultas Ekonomi Univ.Galuh Bidang

lknu

: Manajemen

u

(10)

LEMBAR

HASIL PENILAIAIV SEJAWAT

SEBIDANG

ATAU

PEER

REVIEW

ATAS

NAMA Dr.

Nurdiana

Mulyatini,

S.E.,

M.M.

KARYA ILMIAH

:

JIiRNAI,ILMIAH

Judul

Karya :

Anaftsrs

Pofensi

Pembentukan Kawasan

Industri

Hasil Tembakau (K!HT)

Ilmiah

Dalam Perspektif

Ekonomi

Jumlah

Penuiis :

4

orang

',

Status

Pengusul :

Penulis Pertama

Identitas

Jurnal :

a. Nama

Junral

'. Jurnol Penelitian Pendidiksn lndonesia

b.

ISSN :

ISSN :2502-8103 {elektronik)tSSN ; 2477-8524 {print) c. Vol. No. Bulan,

Thn : Vol.

9

No. l,

April ZAZ2

d. I{alaman

lPenmbit : /IICET

e" DOI

Arrikel

(Jika ada): I0.292l0ljppi.v9il

1-

RepositoryAVeb

: https:lljurnal.iicet.orgr'inrlex.phpdppi/ar-ticle/view.l1g20 g.

Tcrindeks

: SINTA 2

Kategori Publikasi Karya Ilmiah (beri rl pada kategori yang tcpat)

Hasil Penilaian Peer Review

Jurnal llmiah Internasional,ilntem asi onal Bereputasi Jurnal Ihniah Nasional Terakreditasi

Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi

{

Komponen yang

Dinilai

Nilai Maksimal Jurnal llmiah

Nilai

Akhir

Yang Diperoteh Internasionall

Internasional

Nasional Terakreditasi

25

Nasional Tidak Terakreditasi

a. Kelengkapan Unsur Isi

Artikel {10./")

)( 2r4

b.Ruang Lingkup

&

Kedalaman Pembahasan (30%)

7r5

1,4

c.Kccukupan

&.

Kemutakhiran

l)atallnfonnasi &

Metodologi

(30%)

7r5

?,4

d.Kelengkapan Unsur & Kualitas terbitarr/Jurnal (3 0%)

1r5

TotaF

(100%) 25

94,6 7,4

(11)

f

ftql^agn Ardoh caryr Wf

CATATAN PENIIAIAN

:

[1,onq uryhf

Ciamis, 02lV{ei 2023 Reviewer 1 / 2

Nama

I Dr. H. Enas. SE., M.M.

NIK/}IIDN

:0410046401

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Unit Kcr.ia : Fakultas Ekonomi Univ.Galuh Bidang lhnu :Manajcmcn

l

(12)

LEMBAR

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW ATAS NAMA Dr. Nurdiana Mulyatini, S.E., M.M.

KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH

Judul Karya Ilmiah

:

Analisis Potensi Pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) Dalam Perspektif

4

Ekonomi

Jumlah Penulis : 4 orang

Status Pengusul : Penulis Pertama

Identitas Jurnal : a. Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia

b. ISSN :

ISSN :2502-8103 (elektronik)ISSN ; 2477-8524 (Print)

c. Vol. No. Bulan, Thn : Vol. 9 No. 2, April 2022

d. Halaman /Penerbit : /IICET

e. DOI Artikel (Jika ada):

10.29210/jppi.v9i1

f. Repository/Web :

https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi/article/view/1 920

g. Terindeks : SINTA 2

Kategori Publikasi Karya Ilmiah : Jurnal Ilmiah Internasional/Internasional Bereputasi (beri √ pada kategori yang tepat) Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi

Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi Hasil Penilaian Peer Review :

Nilai Jurnal Ilmiah

Peer Review 1 Peer Review 2 Nilai Rata-Rata

KESIMPULAN :

Nilai Karya Ilmiah Yang Diusulkan Ke Kopertis Wilayah IV Adalah : 24,45

24,6 24,3 24,45

(13)
(14)

oid:6849:35731059 Similarity Report ID:

PAPER NAME

DOKUMEN BERKAS PDF JPPI.pdf

WORD COUNT

3536 Words

CHARACTER COUNT

21355 Characters

PAGE COUNT

7 Pages

FILE SIZE

296.4KB

SUBMISSION DATE

May 19, 2023 11:38 AM GMT+7

REPORT DATE

May 19, 2023 11:39 AM GMT+7

41% Overall Similarity

The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.

40% Internet database 15% Publications database

Crossref database Crossref Posted Content database

Excluded from Similarity Report

Bibliographic material Manually excluded sources

Summary

(15)

Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 334-340 DOI: https://doi.org/10.29210/ 020231920

Contents lists available at Journal IICET JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia)

ISSN: 2502-8103 (Print) ISSN: 2477-8524(Electronic) Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

334

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau dalam perspektif ekonomi

Nurdiana Mulyatini*), Elin Herlina, Dendy Syaiful Akbar, Faisal Haris Eko Prabowo Fakultas Ekonomi, Universitas Galuh, Indonesia

Article Info ABSTRACT

Article history:

Received Jul 09th, 2022 Revised Aug 10th, 2022 Accepted Oct 31st, 2022

Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan yang bernilai tinggi dan mampu menggerakan ekonomi nasional. Pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan pembinaan bagi pengusaha hasil industri tembakau serta menumbuhkan industri lokal. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis potensi Pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Kabupaten Ciamis dalam perspektif Ekonomi. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriftif Kualitatif. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil Penelitian menunjukan Kabupaten Ciamis layak untuk mendirikan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) dilihat berdasarkan potensi ketersediaan bahan baku lokal, penyerapan tenaga kerja, peningkatan kontribusi PDRB, peningkatan investasi dan peningkatan penerimaan cukai hasil tembakau.

Keyword:

Kawasan industri hasil tembakau,

Dana bagi hasil cukai hasil tembakau,

Pertumbuhan ekonomi

© 2023 The Authors. Published by IICET.

This is an open access article under the CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0

Corresponding Author:

Nurdiana Mulyatini,

Fakultas Ekonomi, Universitas Galuh, Indonesia Email: [email protected]

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman tembakau terbesar di dunia. Kualitas tembakau lokal sangat diperhitungkan di pasar internasional (Ardhiarisca et al., 2015). Kementerian Pertanian mencatat pada tahun 2020 produksi tembakau terbesar yaitu Jawa Timur mencapai 85 ribu ton, diikuti .Jawa Tengah dengan produksi mencapai 48,3 ribu ton dan Nusa Tenggara Barat dengan produksi mencapai 46 ribu ton.

Industri rokok di dalam negeri telah meningkatkan nilai tambah dari bahan baku lokal berupa hasil perkebunan seperti tembakau dan cengkeh, nilai tambah di sektor padat karya dan nilai tambah yang berorientasi ekspor sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi (Wandita, 2020). Kementerian Perindustrian mencatat total tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri rokok sebanyak 5,98 juta orang, terdiri dari 4,28 juta adalah pekerja di sektor manufaktur dan distribusi, serta sisanya 1,7 juta bekerja di sektor perkebunan.

Industri hasil tembakau termasuk tembakau merupakan komoditas yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Keberadaannya bahkan sudah mengakar hingga menjadi sebuah budaya dalam kehidupan masyarakat di Indonesia (Bashori, 2022). Selain itu industri hasil tembakau juga menjadi salah satu sektor strategis hasil perkebunan yang memiliki daya saing tinggi dan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. meliputi penyerapan tenaga kerja, pendapatan negara melalui cukai (Anggraeni, 2018). Keberadaan industri hasil tembakau menjadi bantalan pendapatan negara, kontribusi cukai rokok mencapai 96 persen. Data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)

1 2

2 4

5

9 12

14

18 28

35

38

39

44

(16)

335

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau …

Kementerian Keuangan, pendapatan cukai tahun 2021 mencapai Rp 180 triliun. Namun demikian, produk IHT merupakan barang kena cukai untuk mengendalikan konsumsinya. Sebagai konsekuensinya, peraturan terkait rokok semakin ketat karena pertimbangan perlindungan konsumen dan Kesehatan (Sarosa &

Purwanti, 2018).

Dengan tingginya pendapatan dari cukai tersebut maka pemerintah melakukan earmarking yaitu pendekatan pengelolaan keuangan publik, khususnya bidang penganggaran atau pengalokasian belanja ((Kadar, 2018); (Wulandari, 2019)). Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206 Tahun 2020 tentang Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), dan Nomor 2/PMK.07/2022 tentang Rincian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Menurut Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2022 yang menjelaskan DBHCHT dialokasikan menjadi 25%

untuk kesehatan, 50% untuk kesejahteraan masyarakat, serta 25% untuk penegakan hukum, khusus untuk bidang kesejahteraan umum pada aturan ini dijelaskan alokasi bidang kesejahteraan masyarakat di breakdown menjadi 20% untuk membantu peningkatan kualitas bahan baku, peningkatan keterampilan kerja, pembinaan industri, serta 30% untuk pemberian bantuan.

PMK No. 206/PMK.07/2020 sebagai program pembinaan industri untuk mendukung bidang penegakan hukum meliputi kegiatan pembentukan, pengelolaan, dan pengembangan kawasan industri tertentu hasil tembakau (KIHT) dimana peraturan tersebut bersinergi dengan Peraturan Kementrian Keuangan Nomor 21/PMK/2020 tentang Pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT). Berdasarkan PMK tersebut KIHT adalah kawasan pemusatan kegiatan industri hasil tembakau yang dilengkapi dengan prasarana, sarana serta fasilitas penunjang industri hasil tembakau yang disediakan, dikembangkan, dan dikelola oleh pengusaha kawasan industri hasil tembakau (Moshtari & Sami, 2016). Tujuan dari Pembentukan KIHT adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan, pembinaan industri, dan pengawasan terhadap produksi dan peredaran hasil tembakau, sehingga mampu menarik pabrik-pabrik rokok lokal atau UMKM yang ilegal untuk mendapatkan pembinaan dan menjadi salah satu solusi untuk pemberantasan rokok illegal (Irwandi, S. : 2018). Pada dasarnya pembangunan KIHT diperuntukkan untuk mendukung IKM/UKM yang merupakan jenis usaha terbesar di Indonesia, sehingga nantinya dapat mendorong tumbuhnya perekonomian, yang dimulai dari daerah sampai nantinya akan membantu perekonomian nasional. (Haryono, I. 2007). Industri Hasil Tembakau mempunyai peran cukup besar terhadap penerimaan negara melalui pajak dan cukai, penyerapan tenaga kerja, penerimaan, dan perlindungan terhadap petani tembakau dan dampak ganda lainnya.

Pengembangan IHT juga memperhatikan kesehatan masyarakat di samping tetap mengusahakan agar industri dapat tumbuh dengan baik. (Ardiansyah, N. I.2020)

Pelaksanaan kegiatan pembentukan, pengelolaan, dan pengembangan KIHT berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian dengan memperhatikan capaian keluaran, kebutuhan, dan ketersediaan anggaran di Daerah.Pembangunan KIHT yang menjadi bagian dari program pemulihan ekonomi nasional, sehingga industri kecil hasil tembakau di masing-masing daerah mampu bersaing dan mampu menopang perekonomian daerah (Mepriyanto & Saptutyningsih, 2019).

Tabel 1. Potensi Industri Hasil Tembakau (IHT) Indonesia

Investasi Perusahaan Multinasional memilih Indonesia sebagai Basis produksi untuk ekspor produk ke negara tujuan secara global

Penyumbang Devisa 1. Tahun 2019 lebih dari USD 900 juta per tahun melalui ekspor IHT 2. Indonesia menjadi eksportir No 6 IHT

Kontribusi dalam APBN Penyumbang penerimaan terbesar dari Cukai Hasil Tembakau (CHT), PPh, PPN

Keterkaitan Sektor Hulu dan Hilir

1. Menyerap lebih dari 650 ribu tenaga kerja IHT

2. Melibatkan jutaan pelaku usaha disektor distribusi dan retail Pangsa Pasar Industri rokok mempunyai pangsa pasar dalam negeri sebesar 95%

Penyerapan Bahan Baku Lokal Menyerap hampir seluruh produksi tembakau lokal dan Menyerap 90%

produksi cengkeh nasional Sumber : djpk.kemenkeu.go.id

Peluang investasi terbuka bagi usaha perkebunan yang terintegrasi dengan unit pengolahan seperti perkebunan tembakau dan industri daun tembakau kering, (Ardiansyah, 2020). Sebagian besar IHT terkonsentrasi di Jawa Timur (Gudang Garam, HM Sampoerna, Bentoel, Japan Tobacco International,

2

7

8 8

8

8

8

10 13

13 16

17

19 20

22

24

29 32

34

36

(17)

Mulyatini, N. et al JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 334-340

336

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

KT&G, Gelora Djaya); Jawa Tengah (Djarum, Nojorono, Djambu Boel, Djitoe, Gentong Gotri. dan Jawa Barat (Philip Morris Indonesia / HM Sampoerna serta Sumatera Utara (Sumatra Tobacco Trading Company) Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Provinsi Jawa Barat berdasarkan data dari Dirjen Bea dan Cukai segera didirikan dengan pertimbangan banyak pelaku usaha kecil memproduksi rokok asli daerah bahkan ada yang sudah ekspor luar Negeri. Begitu juga dengan Kabupaten Ciamis berdasarkan data dari Dinas Pertanian teridentifikasi terdapat 5 Desa dari 3 Kecamatan ( Pamarican, Banjarsari dan Purwadadi) yang memiliki Industri tembakau dan terdapat 2 perusahaan (Industri Hasil Tembakau) yaitu PR Dasmil dan PT Prima Jaya Tobacco. Tentu saja ini menjadi peluang untuk pendirian Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.

Selain itu tanah menjadi tempat media tumbuh dan berkembang bagi tanaman. Selain itu, tanah juga menjadi sumber mineral, unsur hara, air, serta udara (Utomo et al., 2016). Karenanya budidaya tanaman tembakau di seluruh Indonesia yang bermutu baik hanya bisa diperoleh di daerah tertentu saja. Daun tembakau yang berkualitas bisa ditentukan sama lokasi penanaman serta pengolahan pascapanennya. Teknik budidaya yang baik harus memperhatikan berbagai faktor. Faktor tersebut yaitu halhal yang secara langsung dan tidak langsung bisa mempengaruhi mutu daun tembakau (Candra, 2022). Penelitian yang dilakukan oleh (Kasim &

Taiyeb, 2022) menunjukan hasil bahwa berasarkan indikator keberhasilan Program pengembangan Kawasan bebas asap rokok mengalami peningkatan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Cahyanti, 2018) menunjukkan bahwa hasil dari SWOT Analisys menunjukkan pada posisi kuadarn I (agresif) yang artinya dalam pengembangan Kawasan industri tembakau harus maju terus dengan menggunakan seluruh kekuatan yang merupakan factor internal untuk memanfaatkan peluang yang merupakan faktor eksternal yang ada.

Berdasarkan paparan tersebut penelitian ini digunakan untuk menganalisis potensi yang mendukung terbentuknya Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Kabupaten Ciamis berdasarkan perspektif ekonomi.

Metode

Dalam penelitian ini Metode yang digunakan yaitu deskriptif Kualitatif yang menjelaskan seluruh permasalahan yang belum teridentifikasi agar dapat dijelaskan secara lebih mendalam berdasarkan data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder (Gunawan, 2022). Dalam Penelitian ini Data sekunder berupa data Product Domestik Regional Bruto (PDRB), Pertumbuhan Industri dan angkatan kerja. Juga didapatkan data data dari hasil Riset peneliti terdahulu. Data primer diperoleh dari petani dan pengusaha dari 3 kecamatan yang teridentifikasi yaitu Banjarsari, Pamarican dan Purwodadi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara yaitu merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian (Anggito & Setiawan, 2018). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2019:321) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2021 Tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan, disebutkan dalam rangka penyediaan infrastruktur dan peningkatan investasi yang berdampak pada perekonomian regional dan nasional maka dilakukan percepatan pembangunan di Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan yang meliputi kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran. Kondisi tersebut menjadi salah satu pendorong rencana pembangunan Kawasan Industri di Kabupaten Ciamis.,

Pemerintah Kabupaten Ciamis memacu peningkatan ekonomi masyarakatnya di berbagai sektor, salah satunya di Sektor perindustrian yang merupakan sektor yang memiliki potensi yang besar dalam menyokong perekonomian Kabupaten Ciamis di masa yang akan datang. Gambaran umum kabupaten Ciamis terlihat dari data berikut :

Geografi

Luas wilayah Kabupaten Ciamis adalah 1.536,84 km2, wilayah paling tinggi Kecamatan Sukamantri 842 mdpl dan terendah Kecamatan Lakbok 31 mdpl. penggunaan lahan perkebunan dengan luas 23,70%, permukiman dengan luas 19,96%, dan sawah 17,74% dari luas Kabupaten Ciamis.Secara administratif pemerintahan, wilayah Kabupaten Ciamis terbagi menjadi 27 kecamatan, 258 Desa/ Kelurahan.

Kependudukan

1

1 4

5 14

14 15

21

23 25

26 29

31 33

37 40

42 46

(18)

337

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau …

Pada tahun 2020 penduduk Ciamis sebanyak 1.398.346 juta jiwa. Dengan LPP sebesar 2,34 % per tahun. Pada Tahun 2020 jumlah angkatan kerja Kab. Ciamis sebanyak. Sebanyak 612.055 orang, dengan rata-rata serapan tenaga kerja setiap tahun mencapai 94,87%. Hal tersebut menunjukan SDM Kabupaten Ciamis memiliki kontribusi dalam dunia kerja di berbagai sektor

Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten Ciamis Industri Non Migas

Laju Pertumbuhan ekonomi non migas tumbuh sebesar 3 %, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

Tabel 2. Proyeksi PDRB Industri Non Migas 2019-2039 Lapangan Usaha

/Industri

2019 2024 2029 2034 2039

Industri Non Migas 1.604.810,42 1.657.432,34 1.711.779,74 1.767.909,20 1.825.879,15 Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023

Industri Kecil

Industri Kecil menjadi salah satu penopang perekonomian daerah. Dibawah ini data Historis Industri Kecil Kabupaten Ciamis, sebagai berikut :

Tabel 3. Proyeksi Jumlah Industri Kecil Kabupaten Ciamis

No Jenis Industri Tahun

2019 2024 2029 2034 2039

1 Industri Kecil Formal 1.382 1.437 1.494 1.552 1.614

2 Industri Kecil Informal 8.911 9.036 9.162 9.290 9.420

Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023 Industri Menengah

Industri menengah di Kabupaten Ciamis memiliki kontribusi terhadap perekonomian Ciamis, dengan proyeksi laju pertumbuhan sebesar 2%, sebagai berikut :

Tabel 4. Proyeksi Jumlah Industri Menengah Kabupaten Ciamis

Jenis Industri 2019 2024 2029 2034 2039

Industri

Menengah 10 10 11 11 11

Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023 Tenaga Kerja

Tenaga Kerja menjadi salah satu potensi terbangunnya industri baru di Kabupaten Ciamis. Laju Pertumbuhan jumlah tenaga kerja 25 untuk Industri Menengah, 4% untuk industri Kecil Formal dan 1 % untuk Industri Kecil Informal.

Tabel 5. Proyeksi Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Kabupaten Ciamis

No Jenis Industri Tahun

2019 2024 2029 2034 2039

1 Industri Menengah 1.104 1.126 1.148 1.171 1.195

2 Industri Kecil

Formal 16.748 17.409 18.095 18.808 19.550

3 Industri Kecil

Informal 28.746 29.149 29.556 29.970 30.389

Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023 Investasi

Laju pertumbuhan Investasi industri menengah sebesar 75%, industri kecil formal sebesar 32% dan industri kecil informal sebesar 5%.

Tabel 6. Proyeksi Jumlah Investasi Industri Kecil Menengah Kabupaten Ciamis

43

(19)

Mulyatini, N. et al JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 334-340

338

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

Jenis Industri Tahun

2019 2024 2029 2034 2039

Industri Menengah 73.223.805 128.270.949 224.700.646 393.622.879 689.535.049 Industri Kecil

Formal 72.782.287 96.433.044 127.769.164 169.288.023 224.298.521 Industri Kecil

Informal 14.419.373 15.099.743 15.812.216 16.558.

306 17.339.601 Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023

Analisis potensi Ekonomi dalam mendukung Rencana Pembangunan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) Kabupaten Ciamis.

Di Kabupaten Ciamis terdapat 3 kecamatan dan 5 Desa yang menjadi penghasil tembakau dengan beberapa varietas yang ditanam yaitu Darmawangi, Jember cili dan Sano (temanggi) dengan sebaran wilayah yaitu :

Tabel 7. Wilayah Penghasil Tembakau di Kabupaten Ciamis

No Kecamatan Desa Potensi

1 Pamarican

(Luas Lahan 5 Ha, produksi 18 ton) Margajaya ● Hasil tembakau sudah dirajang menjadi Bako.

● Wilayah Pemasaran Sumedang Bantarsari ● Luas lahan 2 Ha dengan jumlah

petani 30 orang dan 7 kelompok tani

● Hasil Tembakau dijual basah

● Wilayah Pemasaran Sumedang dan Garut

2 Banjarsari

(Luas Lahan 4 Ha, produksi 25 Ton) Ciulu ● 40 anggota tergabung di Gapoktan Badak Jalu

● Pemasaran wilayah Ciamis Cicapar ● Pemasaran wilayah Ciamis 3 Purwadadi

(Luas lahan 1 Ha, Produksi 4 ton) Bantardewa

● Pemasaran wilayah Ciamis Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023

Selain itu di Kabupaten Ciamis terdapat Perusahaan industri Hasil Tembakau (perusahaan Rokok) yaitu : Tabel 8. Industri Hasil Tembakau (Pabrik Rokok) di Kabupaten Ciamis

No Wilayah Merk Bahan Baku, Tenaga Kerja

dan Produksi

Pemasaran

1 Rancah PR Dasmil

(Dasar Milik) ● Bahan Baku berasal dari Temanggung Jateng

● Tenaga Kerja 25-30 orang

● Produksi 5.000/hari (1 bulan 130.000 batang)

● Wilayah Ciamis (Sukadana, Sadananya, Pamarican)

● Harga Rp. 5.000, Harga Eceran di warung Rp.

7.000 Sumber: RPIK Ciamis, 2019-2023

Sebagai daerah penghasil Tembakau pada Tahun 2020 Kabupaten Ciamis mendapatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) sebesar Rp. 4,8 milyar, hal ini menjadi salah satu potensi yang mendukung pembentukan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT). Untuk menganalisis potensi ekonomi Pembentukan KIHT dilihat berdasarkan :

Product Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ciamis

PDRB merupakan indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi, adapun PDRB kabupaten Ciamis Periode 2016-2020 yaitu:

Tabel 9. PDRB atas Dasar Harga Konstan Berdasar Lapangan Usaha Tahun 2017-2021 (Miliar Rupiah)

4

11

23 30

41

45

47

(20)

339

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

Analisis potensi pembentukan kawasan industri hasil tembakau …

Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021

1. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 2,21 1,67 2,87 1,47 3,82

2. Pertambangan dan Penggalian 0,13 2,99 -2,55 0,57 8,44

3. Industri Pengolahan 5,18 7,14 5,06 -1,63 4,35

4. Pengadaan Listrik dan Gas 2,07 8,77 4,64 2,51 11,19

5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 7,12 9,90 9,47 9,72 9,79

6. Konstruksi 7,23 9,25 6,24 -7,41 6,45

7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4,98 4,99 5,84 -5,42 3,06

8. Transportasi dan Pergudangan 5,24 5,72 6,53 -0,41 0,43

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 6,92 6,90 8,22 -7,87 -1,56

10. Informasi dan Komunikasi 11,81 9,13 9,22 32,81 7,27

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,89 4,05 0,74 5,42 6,49

12. Real Estate 9,26 9,62 9,55 8,24 9,94

13. Jasa Perusahaan 8,36 8,99 9,11 -13,11 8,53

14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial 0,94 0,10 1,18 -1,03 -1,51

15. Jasa Pendidikan 8,57 5,99 5,17 5,13 2,40

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,35 8,09 8,19 -5,36 7,47

17. Jasa lainnya 9,63 6,71 7,15 -2,24 0,80

Produk Domestik Regional Bruto 5,21 5,31 5,38 -0,14 3,66 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, 2022

Berdasarkan data tersebut terlihat sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi PDRB terbesar di Kabupaten Ciamis. PDRB provinsi Jawa Barat pada sektor industri sebesar Rp. 860.070,60 milyar, dan PDRB Kabupaten Ciamis pada sektor Industri sebesar Rp. 2.348,43 milyar, sehingga kontribusi Kabupaten Ciamis terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat sebesar 0,27%. Dengan dibangunnya Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) maka berpotensi meningkatkan PDRB yang berasal dari sektor industri.

Nilai Ekonomi Tembakau di Kabupaten Ciamis

Olahan tembakau di kabupaten Ciamis sampai saat ini belum optimal dalam menghasilkan nilai ekonomis karena hasil olahan tembakau masih dijual dalam keadaan bahan mentah (daun basah) seperti terlihat sebagai berikut :

Tabel 10. Nilai Ekonomi Tembakau di Kabupaten Ciamis Tahun 2020

No Jenis Tembakau Berat (kg) Harga (Rp) Nilai Ekonomi (Rp)

1. Daun Basah 1.000 3.000 3.000.000

Sumber : RPIK Ciamis, 2020.

Berdasarkan tabel diatas nilai ekonomi tembakau di Kabupaten Ciamis sebesar Rp 3.000.000, bisa dikatakan bahwa olahan tembakau tersebut belum optimal, sehingga Kabupaten Ciamis juga perlu melakukan strategi agar bisa menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi karena tembakau merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam penelitian (Trimo & Hidayat, 2021) yang menunjukkan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari tembakau. Paradigma industri rokok (Industri Hasil Tembakau) harus diubah ke arah industry produk tembakau non rokok untuk menangkal tekanan publik yang sangat kuat, terutama dikaitkan dengan isu kesehatan. Produk tembakau non rokok dapat dihasilkan dari semua bagian tanaman tembakau (daun, akar, batang, bunga dan biji) dan diolah menjadi berbagai macam produk antara lain pupuk, pestisida, obat-obatan, minyak wangi, permen, cat, dan lain-lain.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman tembakau terbesar di dunia. Industri hasil tembakau termasuk tembakau merupakan komoditas yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kualitas tembakau lokal sangat diperhitungkan di pasar internasional. Sehingga di Kabupaten Ciamis layak untuk mendirikan Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) dilihat berdasarkan potensi ketersediaan bahan baku lokal, penyerapan tenaga

3

6

9 11

11

12

12 19

27

(21)

Mulyatini, N. et al JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 334-340

340

Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jppi

kerja, peningkatan kontribusi PDRB, peningkatan investasi dan peningkatan penerimaan cukai hasil tembakau.

Selain itu juga tembakau merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Referensi

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak Publisher).

Anggraeni, D. N. (2018). Analisis Penerimaan Dan Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Dan Dana Bagi Hasil Pajak Rokok (Studi Kasus Pada 38 Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2016).

Universitas Brawijaya.

Ardhiarisca, O., Muspita, M., & Kustiasari, T. (2015). Analisis Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan Agribisnis Tembakau di Kabupaten Jember. Jurnal Ilmiah Inovasi, 15(3).

Bashori, I. A. (2022). HILIRISASI KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN BLORA. Journal of Industrial Engineering & Management Research, 3(1), 241–255.

Cahyanti, L. D. (2018). Strategi Pengembangan Budidaya Tanaman Tembakau Di Kabupaten Ponorogo.

AGRORADIX: Jurnal Ilmu Pertanian, 1(2), 42–51.

Candra, F. R. Y. (2022). Pengaruh Penambahan Asam Humat Terhadap Hasil Tanaman Tembakau Besuki Na–Oogst H 382 (Nicotiana Tabacum L.). Politeknik Negeri Jember.

Gunawan, I. (2022). Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik. Bumi Aksara.

Kadar, P. (2018). Earmarking tax policy as an instrument of public service provision in regional development.

Проблеми Законності, 141, 223–228.

Kasim, K., & Taiyeb, A. M. (2022). GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DI DESA SUMBER HARUM KECAMATAN MAPPEDECENG KABUPATEN LUWU UTARA. Andragogi Kesehatan BBPK Makassar, 2(1), 22–29.

Mepriyanto, N. D., & Saptutyningsih, E. (2019). Pengaruh Keberadaan Industri Hasil Tembakau (IHT) Terhadap Harga Rumah Menggunakan Pendekatan Hedonic Price: Studi Pada Kawasan Sekitar PR Sukun, Kudus, Jawa Tengah. Journal of Economics Research and Social Sciences, 3(2), 72–82.

Moshtari, S., & Sami, A. (2016). Evaluating and comparing complexity, coupling and a new proposed set of coupling metrics in cross-project vulnerability prediction. Proceedings of the 31st Annual ACM Symposium on Applied Computing, 1415–1421.

Sarosa, C. S., & Purwanti, E. Y. (2018). Pengaruh kenaikan harga rokok, pendapatan dan karakteristik perokok terhadap konsumsi rokok di kota semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Trimo, L., & Hidayat, S. (2021). PEMBINAAN TEKNOLOGI PETANI DALAM PENGEMBANGAN ANEKA PRODUK TEMBAKAU NON ROKOK: LANGKAH MAJU KABUPATEN BANDUNG.

Jurnal Agro Industri Perkebunan, 35–45.

Utomo, M., Rusman, S., Sabrina, B., Lumranraja, T., & Wawan, J. (2016). Ilmu tanah dasar-dasar pengelolaan.

Prenedamedia Group. Jakarta.

Wandita, D. T. (2020). Pengaruh Cukai Rokok terhadap Konsumsi Rokok serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rokok. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 14(1), 159–165.

Wulandari, F. (2019). Efektivitas pemanfaatan dana bagi hasil cukai hasil tembakau dalam bidang kesehatan di Kota Surakarta tahun 2018.

27

(22)

oid:6849:35731059 Similarity Report ID:

41% Overall Similarity

Top sources found in the following databases:

40% Internet database 15% Publications database

Crossref database Crossref Posted Content database

TOP SOURCES

The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be displayed.

1

sipora.polije.ac.id 3%

Internet

2

kemenperin.go.id 2%

Internet

3

adoc.pub

Internet

2%

4

Zelhendri Zen, Reflianto Reflianto, Farida Ariani, Abna Hidayati. "The ef...

Crossref

2%

5

jurnal.arkainstitute.co.id

Internet

2%

6

jurnal.polinela.ac.id

Internet

2%

7

nasional.kontan.co.id

Internet

2%

8

liputan6.com

Internet

2%

9

jiemar.org

Internet

1%

Sources overview

(23)

oid:6849:35731059 Similarity Report ID:

10

id.wikipedia.org

Internet

1%

11

docplayer.info

Internet

1%

12

eprints.umm.ac.id

Internet

1%

13

kemenkeu.go.id

Internet

1%

14

jurnal.unigal.ac.id

Internet

1%

15

e-jurnal.unisda.ac.id

Internet

1%

16

eprints.uns.ac.id

<1%

Internet

17

kominfo.jatimprov.go.id

<1%

Internet

18

Ni Nyoman Diastrimarina, I Ketut Dharsana, Kadek Suranata. "Pengem...

<1%

Crossref

19

researchgate.net

<1%

Internet

20

djpk.kemenkeu.go.id

<1%

Internet

21

peraturan.bpk.go.id

<1%

Internet

Sources overview

(24)

oid:6849:35731059 Similarity Report ID:

22

djpk.kemenkeu.go.id

<1%

Internet

23

jurnal.iicet.org

<1%

Internet

24

makassar.sindonews.com

<1%

Internet

25

repository.ub.ac.id

<1%

Internet

26

sinarharapan.co

<1%

Internet

27

media.neliti.com

<1%

Internet

28

Andi Herman Jaya. "Analisis sektor-sektor basis dan non basis pereko...

<1%

Crossref

29

sakip.pertanian.go.id

<1%

Internet

30

jateng.tribunnews.com

<1%

Internet

31

Kevin John Manoppo, Benu Olfie L. S, Lyndon ., Pangemanan. "KAJIAN ...

<1%

Crossref

32

suarantb.com

<1%

Internet

33

garuda.kemdikbud.go.id

<1%

Internet

Sources overview

(25)

oid:6849:35731059 Similarity Report ID:

34

news.ddtc.co.id

<1%

Internet

35

ppid.cilacapkab.go.id

<1%

Internet

36

gatra.com

<1%

Internet

37

123dok.com

<1%

Internet

38

jurnal.pknstan.ac.id

<1%

Internet

39

diskominfo.sidoarjokab.go.id

<1%

Internet

40

ilmupemerintahan.fisip.unigal.ac.id

<1%

Internet

41

regional.kontan.co.id

<1%

Internet

42

repository.radenintan.ac.id

<1%

Internet

43

repository.upi.edu

<1%

Internet

44

batamnews.co.id

<1%

Internet

45

scribd.com

<1%

Internet

Sources overview

(26)

oid:6849:35731059 Similarity Report ID:

46

repositori.uin-alauddin.ac.id

<1%

Internet

47

bangkalankab.go.id

<1%

Internet

Sources overview

(27)

oid:6849:35731059 Similarity Report ID:

Excluded from Similarity Report

Bibliographic material Manually excluded sources

EXCLUDED SOURCES

jurnal.iicet.org

Internet

12%

Excluded from Similarity Report

Referensi

Dokumen terkait

This research tries to find out the impact of the tax amnesty policy carried out by the Indonesian government in order to increase capital in flow in Indonesia

Kemudian dari analisis lembar observasi dapat dilihat bahwa siswa kelas eksperimen lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan kelas kontrol, hal