BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Masa pandemi Covid-19 memberikan akibat pada pertumbuhan ekonomi global termasuk Indonesia mengalami perlambatan, baik di sisi permintaan maupun penawaran sebagai akibat dari kebijakan pemerintah mengenai karantina wilayah yang diterapkan di hampir semua negara untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Kebijakan ini memberikan dampak pada sisi permintaan sebagai akibat kegiatan perjalanan dan transportasi mengalami penurunan dan pembatasan pergerakan orang dan moda transportasi, yang menyebabkan peningkatan biaya transportasi dan terganggunya kegiatan perdagangan. Pada sisi penawaran, terjadi kontraksi produktivitas pekerja/buruh, penurunan investasi dan pendanaan, serta terganggunya rantai pasok global. Perlambatan ekonomi global menyebabkan penurunan permintaan dunia yang akan berimbas kepada ekspor Indonesia (ILO 2020).
Walaupun pada triwulan I-2020 ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh positif sebesar 2,97%, pada triwulan II-2020 dibanding triwulan II-2019 (y-on-y) pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar -5,32% (BPS 2020a). kontraksi pertumbuhan terjadi pada hampir semua lapangan usaha, kecuali sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang masih tumbuh sebesar 2,19%.
Indonesia merupakan termasuk negara dengan sumber daya alam yang berlimpah. Sumber daya air, tanah, hutan, dan laut, serta keanekaragaman hayati yang ada didalamnya, merupakan kekayaan sumber daya tersebut, yang tersebar luas di pulau-pulau di Indonesia. Sumber daya alam ini dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk membantu Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara untuk pemanfaatan sumber daya alam Indonesia adalah melalui industri pertanian (komoditas primer).
Industri pertanian memangku peranan berharga serta strategis untuk perekonomian nasional. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa industri
pertanian masih mempekerjakan kebanyakan warga pedesaan serta memasok makanan.
Sektor pertanian juga berfungsi sebagai sumber bahan baku industri dan sumber devisa negara melalui ekspor nonmigas. Dalam menghadapi pandemi yang melanda dunia pada tahun lalu, sektor pertanian bahkan dapat menjadi sektor keamanan bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian terbagi menjadi beberapa sub industri, antara lain sektor peternakan, perkebunan, serta perikanan.
Perkebunan ialah salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai kesempatan yang luas untuk meningkatkan perekonomian rakyat seiring dengan berkembangnya perekonomian Indonesia. Setiap tahun, industri perkebunan Indonesia berkembang.
Pertumbuhan industri perkebunan memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan pertanian regional dan nasional. Industri perkebunan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan nasional saat ini karena dapat menciptakan devisa nonmigas dalam jumlah yang cukup besar dengan bantuan besarnya sumber daya, orientasi ekspor, serta komponen impor yang sederhana. Tanaman perkebunan berfungsi sebagai sumber devisa bagi sektor pertanian, serta sebagai pemasok bahan baku industri, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap negara lain sekaligus berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.
Salah satu tanaman pada sub sektor perkebunan yakni Crude palm oil (CPO) ataupun minyak sawit mentah. menurut penelitian (Jowono putro,(2019), produk utama pertanian Indonesia adalah minyak sawit mentah. Minyak sawit dapat digunakan untuk membuat minyak goreng, pelumas, dan bahan baku untuk mentega, kosmetik, cat, dan pasta gigi, serta bahan baku untuk industri baja. Minyak sawit memiliki masa depan yang menjanjikan karena pemerintah berniat untuk menggunakannya sebagai bahan utama dalam biofuel dan biodiesel di masa depan. Strategi tersebut diharap bisa memperluas lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta membantu petani kelapa sawit mandiri yang saat ini berjuang untuk memenuhi kebutuhan.
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit untuk keperluan domestik dan ekspor. Hal tersebut bisa diamati dalam tabel 1.1 data permintaan minyak sawit Indonesia 2019-2020.
Tabel 1. 1 Data Permintaan Minyak Sawit
Catatan : Dikutip dari Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia)
Terlihat pada tabel diatas yakni produksi dan ekspor kelapa sawit Indonesia dari tahun 2019 sampai dengan 2020 mengalami penurunan dan akan diproyeksikan meningkat kembali pada tahun 2021. Seiring penurunan produksi dan ekspor karena terganggunya oleh masa pandemi yang melanda dunia pada awal tahun 2020 namun dalam nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan seperti dikutip dari Tempo.Co “ Ekspor Produk Sawit 2020 Mencapai Rp. 321 T, Bertumbuh 13,6%”. Meskipun ada wabah Covid-19, nilai ekspor produk sawit Indonesia terus meningkat. Eddy Abdurrachman, Kepala Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDKS),
menyatakan nilai ekspor pada 2020 mencapai US$ 22,97 miliar ataupun Rp 321,5 triliun (kurs Rp 14 ribu per dolar AS).
"Tumbuh 13,6 persen dari 2019," kata Edy dalam acara webinar nasional penguatan kebijakan pengelolaan sawit pada Rabu, 10 Februari 2021. Angka ini lebih tinggi dari nilai ekspor rata-rata yang sekitar 21,4 miliar per tahun. Menurut Edy, pertumbuhan terjadi karena terjadi kenaikan harga-harga produk kelapa sawit di pasar internasional.
Kendati demikian, secara volume ekspor produk sawit turun. Sepanjang 2020, volume ekspor produk sawit mencapai 34 juta ton, lebih rendah dari 2019 yang mencapai 37,39 juta ton. Kenaikan harga komoditas sebagai salah satu komoditas unggulan turut meningkatkan kinerja ekspor pada akhir tahun lalu. Misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan nilai ekspor Desember 2020 sebesar USD 16,54 miliar. Statistik ini meningkat sebesar 8,39 persen bulan ke bulan dan 14,63 persen tahun ke tahun. Kenaikan harga komoditas di pasar dunia menjadi katalis untuk lonjakan ini. Dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 15 Januari 2021, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, "Banyak komoditas yang mengalami harga yang naik."
Barang sawit, seperti Minyak Sawit Mentah (CPO), naik 6,62 persen bulan ke bulan dan 28,13 persen tahun ke tahun. (www.bisnis.tempo.co )
Dari data diatas bisa dilihat bahwa komoditas kelapa sawit masih mampu memberikan nilai positif terhadap perekonomian meski masa pandemi yang mulai melanda Indonesia berawal dari kuartal pertama tahun 2020, memberikan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia terutama dalam pasar modal yang membuat turun dan naiknya harga saham. Dengan kondisi masa pandemi saham dari perusahaan kelapa sawit mengalami penurunan maupun kenaikan dan akan memberikan return yang mudah mengalami perubahan tiap saat sebab bermacam faktor, baik bersifatnya mikro ataupun makro. Fluktuasi return saham perusahaan kelapa sawit bisa diamati pada setiap kuartal tahun 2020-2021 karena kondisi ekonomi dan masa pandemi yang masih melanda dunia.
Faktor yang memberi pengaruh atas tingkat return saham perusahaan bisa dianalisis dengan analisis rasio keuangan perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang ini untuk melihat bagaimana pengaruh ROA, ROE serta NPM atas return saham sub sektor kelapa sawit pada masa pandemi maka peneliti mengambil judul skripsi “Analisis Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Sub Sektor Kelapa Sawit Pada Masa Pandemi.”
1.2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perlu kiranya ada pembatasan masalah pada penelitian ini. Hal ini dilakukan supaya ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas serta lebih berfokus dalam hal pembatasan masalah. Batasan masalah pada penelitian ini seperti berikut :
1. Penelitian mengenai pengaruh ROA, ROE dan NPM terhadap return saham sub sektor kelapa sawit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian mengenai pengaruh ROA, ROE dan NPM terhadap return saham sub sektor kelapa sawit pada tahun 2020 sampai dengan 2021.
1.3. Rumusan Masalah
Berlandaskan pada batasan masalah diatas, bisa dirumuskan 3 (tiga) masalah seperti berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh ROA terhadap return saham emiten kelapa sawit pada masa pandemi ?
2. Bagaimanakah pengaruh ROE terhadap return saham emiten kelapa sawit pada masa pandemi ?
3. Bagaimanakah pengaruh NPM terhadap return saham emiten kelapa sawit pada masa pandemi ?
4. Bagaimanakah pengaruh ROA, ROE, dan NPM terhadap return saham emiten kelapa sawit pada masa pandemi ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak diraih pada penelitian ini ialah :
1. Untuk menganalisis pengaruh return on asset terhadap return saham perusahaan sub sektor kelapa sawit pada masa pandemi.
2. Untuk menganalisis pengaruh return on equity terhadap return saham perusahaan sub sektor kelapa sawit pada masa pandemi.
3. Untuk menganalisis pengaruh net profit margin terhadap return saham perusahaan sub sektor kelapa sawit pada masa pandemi.
4. Untuk mengetahui pengaruh return on asset, return on equity dan net profit margin terhadap return saham perusahaan sub sektor kelapa sawit pada masa pandemi.
1.5. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharap bisa menyajikan informasi atau masukan serta sumbangan pemikiran bagi masyarakat pada umumnya juga dapat memperluas pengetahuan serta wawasan khususnya di bidang Manajemen Keuangan, serta dapat menjadikan acuan penelitian yang sejenisnya.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharap bisa memberi input yang positif atau referensi mengenai pengaruh rasio profitabilitas atas return saham untuk meningkatkan kinerja perusahaan sub sektor kelapa sawit pada masa pandemi.