ANALISIS PROSES PENGELASAN PADA REPLATING KAPAL BAJA DI PT. ASIA ADHITAMA SHIPYARD
Arya Ramang 09171017
Dosen Pembimbing Utama : Taufik Hidayat. S.T., M.T., MRINA
Dosen Pembimbing Pendamping 1 : Andi Mursyid Nugraha Arifuddin, S.T., M.T.
Dosen Pembimbing Pendamping 2 : Rodlian Jamal Ikhwani S.T., M.T.
Program Studi Teknik Perkapalan
Jurusan Sains, Teknologi Pangan dan Kemaritiman Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan
2021
“
2
Outline
● Pendahuluan
● Landasan Teori
● Metodologi Penelitian
● Analisis dan Pembahasan
● Kesimpulan dan Saran
● Daftar pustaka
● Lampiran
“
3
01 Pendahuluan
4 1.1 Latar Belakang
Dalam dunia manufaktur yang berhubungan dengan konstruksi baja umumnya menggunakan teknologi las. Las dapat digunakan sebagai cara untuk menyambung dan memotong. Sejak perang dunia ke-2, Jepang mempromosikan penggunaan las sebagai alternatif penyambungan plat baja dengan waktu penyambungan tercepat. Sejak itu las sudah umum digunakan di industri perkapalan. Tempat membangun dan mereparasi kapal disebut galangan kapal. Mayoritas galangan kapal di Indonesia mereparasi kapal saja. Sesuai peraturan, reparasi kapal dilakukan secara berkala.
PT. Asia Adhitama Shipyard merupakan galangan kapal yang bergerak di bisnis bangunan
baru dan reparasi kapal. Galangan ini mengerjakan kapal kapal baja. Pada reparasi kapal baja
kadang terjadi cacat las pada pekerjaan replating plat lambung. Padahal las seharusnya
sudah dilakukan sesuai dengan welding procedure specification (WPS). Kasus ini
menimbulkan pertanyaan sebenarnya apa yang menyebabkan terjadinya cacat las yang
berbahaya pada lasan dan bagaimana mencegahnya. Berdasarkan ini diangkatlah tugas akhir
yang berjudul, “Analisis proses pengelasan pada replating kapal Baja di PT. Asia Adhitama
Shipyard.”
5 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1. Apakah proses pengelasan replating yang dilakukan sudah sesuai dengan WPS?
2. Apakah cacat las yang berbahaya ditemukan di lapangan?
3. Bagaimana saran yang dapat diberikan ke perusahaan untuk mencegah cacat las yang berbahaya tersebut?
1.3 Batasan Masalah
1. Metode pengelasan yang digunakan adalah pengelasan SMAW.
2. Proses pengelasan yang dianalisis sesuai dengan WPS dan project yang tersedia dilapangan.
“
6
02 Tinjauan Pustaka
7 2.1 PT. Asia Adhitama Shipyard
PT. Asia Adhitama Shipyard Merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang galangan kapal yang mana galangan ini melayani pengedokan dan reparasi kapal untuk armada Tugboat, Tongkang LCT, dll. Galangan ini juga dilengkapi dermaga kering yang dapat melayani kapal dengan sarat 6 meter. Dengan fasilitas baru ini kini galangan ini dapat menampung 2 unit besar 320ft / (10.000 DWT) tongkang, atau 5 unit kapal tunda dengan LOA 30m pada satu waktu.
PT. Asia Adhitama Shipyard
8 2.2 Proses Replating Kapal
Replating merupakan salah-satu bagian dari proses perbaikan kapal. Sedangkan yang dimaksud dengan replating adalah suatu proses dimana kapal melakukan pergatian pelat baru untuk mengganti pelat lama yang telah mengalami penipisan pelat yang diakibatkan oleh korosi terhadap air laut yang perlu dilakukan perbaikan secara berkesinambungan untuk mempertahankan bagian- bagian kapal.
1. Jika terdapat pelat yang mengalami deformasi sebesar:
• 20% dari kondisi awal untuk kapal baru
• 30% dari kondisi awal untuk kapal lama
• Terdapat deformasi yang memiliki ukuran lebih dari 4x tebal pelat
2. Jika pelat mengalami korosi yang membuat pelat menjadi keropos
3. Jika pelat tidak lolos uji oleh class (BKI, ABS, NK, dll
9 2.3 Welding Prosedure Spesification (WPS)
WPS merupakan dokumen formal yang menjelaskan mengenai prosedur pengelasan. Kegunaan dari WPS untuk memandu pengelas pada prosedur las yang benar sehingga didalam pengelasan selalu menggunakan teknik las yang benar dan telah terbukti dapat membuat las yang memenuhi persyaratan. Terdapat 2 variable pada WPS yaitu variable penting dan variable tamhahan.
1. Variabel Penting (Essential Variable) a. Tipe logam dasar (base metal) b. Proses las (welding process) c. Tipe las (type of weld)
d. Tebal dan diameter (thickness and diameter) 2. Variabel Tambahan
a. Tegangan busur (arc voltage)
b. Pemanasan pasca pengelasan (PWHT) c. Arus las (welding amperage)
d. Kecepatan las (travel speed)
e. Diameter kawat las (diameter of welding consumables)
f. Metode persiapan dan pembersihan (method of preparation and cleaning)
10
2.5 Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengindentifikasi risiko yang berperan terhadap terjadinya suatu kegagalan sistem. metode ini dilakukan dengan menggunakan top down. Yang diawali dengan asumsi kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak (top event) kemudian merinci sebab – sebab mengapa top event terjadi sampai pada suatu kegagalan dasar (root cause). Terdapat empat tahapan untuk melakukan analisis dengan fault Tree analisis diantaranya
1. Mendefenisikan Masalah dan kondisi batas dari suatu sistem yang ditinjau 2. Menggambaran model Grafis Dari FTA
3. Mencari minimal cut set Dari analisis FTA 4. Melakukan analisis kuantitatif dari FTA
Adapun manfaat dari Fault Tree Analysis diantaranya :
- Dapat menentukan faktor penyebab yang kemungkinan besar menimbulkan kegagalan - Menemukan tahapan kejadian yang berpotensi besar sebagai penyebab kegagalan - Mengananlisis Kemungkinan sumber – sumber risiko sebelum kegagalan timbul.
- Menginvestigasi suatu kegagalan
Sehingga didapatkan penyebab risiko yang menyebabkan kegagalan dapat diidentifikasi hingga ke akar
permasalahannya. berikut merupakan contoh identifikasi penyebab risiko dengan metode FTA :
11
2.5 Fault Tree Analysis (FTA)
Pada gambar disamping merupakan contoh identifikasi risiko
dengan menggunakan metode FTA. Pada gambar tersebut
dijelaskan bahwa kapal tidak dapat menyala yang
kemungkinan diakibatkan karena 3 hal yaitu faktor bahan bakar
atau terjadi kesalahan.Pada Mulut pipa injection seperti
tersumbat. Yang mana pada faktor bahan bakar diteliti kembali
penyebabnya.
12
2.6 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah rangkuman hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang telah
dilakukan, ditunjukan pada tabel berikut
13
2.6 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah rangkuman hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, ditunjukan pada tabel berikut
“
14
03 Metodologi Penelitian
15
3.1 Diagram Alir Penelitian
Adapun tahapan-tahapan yang ada disusun ke dalam prosedur penelitian sebagai berikut.
“
16
04 Analisis Dan Pembahasan
17
4.1 Pengelasan Replating
Sebelum melakukan pengelasan pada proses replating plat kapal maka tanki tanki harus dicek, kemudian dipastikan dalam keadaan bersih utamanya pada tanki bahan bakar dan tanki yang memuat zat kimia harus dipastikan dalam kondisi gas free (pemeriksaan tanki ruang muat dengan mengguanakan alat gas detektor yang menyatakan tanki ruang muat aman dari gas beracun atau resiko meledak). Pembersihan tanki – tanki tersebut dilakukan dengan dengan metode iner gas : menyemprotkan gas CO2 kemudian dibiarkan selama 2 atau 1 hari dengan penambahan blower agar gas beracun dalam tanki berkurang khususnya pada kapal tanker ketika naik dock dihaharuskan sudah gas free atau bebas gas, yang dilakukan oleh pihak pemilik kapal.
4.1.1 Proses Pengelasan Replating Dilapangan
Proses pengelasan replating dilakukan untuk menyatukan bagian-bagian kostruksi yang sebelumnya dilakukan proses
cutting pada bagian konstruksi badan kapal dan pemasangan komponen lain untuk mengutakan kostruksi kapal. Berikut
merupakan proses replating yang dilakukan dilapangan sebelum melakukan proses pengelasan.
18
4.1.1 Proses Pengelasan Replating Dilapangan 1. Replating Pelat (Replating)
Sebelumnya pengujian yang dilakukan pada kapal seperti uji ketebalan plat dan memeriksa apakah ada defromasi pada kapal plat kapal maka perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengganti plat tersebut. Adapun banyaknya plat yang diganti ditentukan oleh pihak klasifikasi dan disesuaikan dengan kemampuan pemilik kapal.
Adapun faktor-faktor penyebab dilakukannya penggaantian plat (Replating) adalah sebagai berikut : a. Plat kapal bocor
b. Plat mengalami pengurangan ketebalan maksimal 20% dari ketebalan plat konstruksi sebelumnya yang disetujui oleh pihak klasifikasi.
c. Pelat yang mengalami Deformasi sebesar yang memiliki ukuran lebih dari 4x tebal pelat.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada pelat ketika akan dilas adalah:
a. Menandai dimana letak dari pelat yang hendak diganti dengan menggunakan kapur berdasarkan hasil pengukuran dari ultrasonic test yang sudah ada pada gambar bukaan kulit.
19
b. Ukuran pelat yang hendak diganti ditentukan dan gading-gading yang ada harus terlebih dahulu ditandai untuk mencegah gading ikut terpotong.
c. Pelat pengganti yang akan dipasang harus memiliki ukuran yang lebih dari ukuran yang telah ada. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pelat pengganti yang lebih kecil dari ukuran semula.
d. Dilakukan pengelasan sesuai dengan WPS (Welding Prosedure Spesification)
2. Proses Pengelasan Replating
Adapun proses untuk proses pengelasan replatingnya adalah ;
a. Memotong pelat sesuai dengan penandaan batas-batas pelat yang akan dipotong sesuai dengan gambar bukaan kulit yang telah dibuat dan telah dicantumkan hasil dari pengujian ultrasonic test hasil pengukuran ketebalan pelat.
b. Membersihkan daerah sekitar pelat yang akan dipotong
c. Sebelum dilakukan pemotongan, pelat ditandai dengan menggunakan brander potong d. Kemudian pelat dipotong dengan lampu potong atau gas cutting.
e. Pelat pengganti disiapkan kemudian dibantu diangkat dengan menggunakan crane atau forclip.
20
f. Pelat pengganti dipasang dan dirapatkan ke posisinya, kemudian dipaskan dan yang telah rapat dengan framenya dilas ikat. Kusus untuk menangani backling cukup dengan mengcrop/memotong pada bagian yang mengalami backling dan mengganti dengan pelat yang disiapkan sesuai ukuran pelat awal.
g. Pemotongan pelat pengganti yang berlebihan disesuaikan dengan garis potong pelat yang lama, kemudian dilas.
h. Proses pemasangan kembali antar pelat harus diberikan jarak ( lemen ) tidak boleh lebih dari 2 mm.
21
4.1.2 Deksripsi isi WPS dan Observasi Lapangan 1. Data WPS
Spesifikasi Prosedur Pengelasan (WPS) memiliki beberapa variabel yang sudah ditentukan, kemudian ada bebarapa varibel item yang tidak dapat diterapkan yang ditandai dengan N/A yang berarti N/A Tidak dapat diterapakan (Not Applicable).
Sehingga pada observasi lapangan yang dilakukan kali ini Proses pengelasan yang dianalisis sesuai dengan WPS dan project yang tersedia dilapangan. untuk item WPS di bawah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengelasan dan sifat mekanik terhadap material yang dilas. Nilai-nilai ini disesuaikan dengan persyaratan spesifik dari kode yang berlaku dan spesifikasi pekerjaan. ada beberapa variabel dalam WPS adalah sebagai berikut.
1)Weld preparation details/welding sequience.
2)Joint.
3)Parent material, weld position.
4)Welding consumables, eletrical parametres.
5)Shielding gas, preheat/interpass/pwht.
6)Other information.
22
2.Item WPS
Adapun item dan deksripsi dari item WPS sebagai berikut :
1. Persiapan las / urutan pengelasan (Weld preparation details/welding sequience).
Sebelum melakukan pengelasan terlebih dahulu dilakuakan persiapan sebagai berikut : - Pass : Merupakan posisi las atau lintasan las yang akan dilakukan
- Process : Merupakan Klasifikasi proses pengelasan logam yaitu kode 111 adalah kode untuk pengelasan Shelded Metal Arc Welding (SMAW)
- Diameter elektroda : Diameter elektroda yang dianjurkan adalah 3,2 - 4.0 mm - A = Kuat arus listrik
- V = Tegangan listrik
- cm/mm = 1 - 4 panjang pengelasan yang dilakukan untuk mengunci plat agar tetap berada di pada posisi yang sudah ditentukan.
23
2. Joint
Joint merupakan tipe sambungan yang digunakan selama peroses pengelasan. Joint Welding berisi informasi tentang :
- Joint type : Merupakan tipe sambungan/joint misalnya But joint, Bevel dll.
- Method of preparation and cleaning : MECH. TOOL. Mode persiapan dan
pembersihan las. dengan menggunakan peralatan mekanik.
24
3. Parent Material,Weld Position Parent Material
Parent Material merupakan material untuk elektroda pengelasan.
- Designation : AWS A5.1 / Group 1,2. Merupakan Klasifikasi elektroda (Kawat las) untuk pengelasan baja karbon dengan Proses SMAW.
- Grade : A Range 3 to 22 mm(merupakan interval atau jarak ketebalan plat yang dianjurkan untuk dilas) - Thickness (mm) : 11 Range 3 to 22
- Outside diameter (mm) : 150 Range≥ 75
Weld Position
- Position Tested : PA (1G). PA Merupakan Posisi datar dan Posisi 1G untuk menguji pengelasan.
- Position qualified : PA (1F), PB(2F), PC (2G), PD(4F). Merupakan posisi yang sudah teruji untuk kualitas pengelasan seperti pada posisi berikut :
PA (1F) : Pengelasan posisi datar atau flat pada plate PB(2F) : Pengelasan posisi Horizontal pada plate
PC (2G) : Merupakan posisi pengelasan horizontal pada pipa yang dapat diputar.
PD(4F) : Untuk posisi Overhead / diatas kepala.
25
4. Welding Consumabless, Eletrical Parametres Welding Consumabless
- Process : kode 111 merupakan kode untuk pengelasan Shelded Metal Arc Welding (SMAW).
- Trade Name : ESAB OK 46
ESAB OK 46 Merupakan nama produk elektroda yang digunakan untuk pengelasan.
- Designation : E 6013. adalah kode untuk jenis elektroda yang digunakan.
- Size (mm) : 3,2- 4,0. Nilai antara untuk diameter elektroda las.
Eletrical Parameters
- Type of current/Polarity : DC EP. Merupakan tipe arus / polaritas DCEP (Direct Current Elektroda positif) yang mana material yang akan dilas disambungkan dengan kutub (-) dan elekrtodanya disambung dengan kutub positif (+) dari mesin las DC.
- Current Range (A) : 80 - 150 A Kuat arus listrik (A) yang digunakan dalam pengelasan adalah antara 80– 150 Ampere - Arc Voltage (V) : 20– 25
Kuat tegangan listrik (V) yang digunakan dalam pengelasan adalah antara 20– 25 Volt.
- Mode of metal Transfer : Jenis transfer logam dengan menggunakan busur pendek (Short Arc)
26
5. Shielding Gas, Preheat/Interpass/PWHT Preheat/Interpass/PWHT
- Minimum Preheat (°C) : Ambient Temp. Adalah suhu minimum untuk material logam induk (base metal) sama dengan lingkungan tempat kerja.
- Maximum Inter pass (°C) : suhu maksimal yang dianjurkan untuk material logam yang akan dilas yaitu 250 (°C)
6. Informasi tambahan (Other Information)
Adapun informasi tambahan dari WPS sebagai berikut : - String or weave : String
- Travel Speed (cm/mm) : 2– 50. Kecepatan pengelasan yang dilakukan oleh juru las.
27
4. Penjelasan proses pengelasan berdasarkan observasi lapangan Langkah-langkah pengelasan dilapangan
1. Membersihkan plate atau bahan yang akan dilas. membersihkan kerak pada permukaan yang akan dilas dengan sikat baja atau palu.
2. Mengatur kerapatan pada pelat yang akan dilas diatur hingga tidak melebihi 3 mm.
3. Menempatan mesin las disekitar bahan yang yang akan dilas. Menambahkan elektroda pada panel penjepit elektroda pada mesin las, memasang elektoda disesuaikan dengan posisi bahan yang akan di las.
4. Selanjutnya bahan yang akan dilas perlahan-lahan didekatkan dengan ujung elektroda pada bahan yang akan dilas.
5. Jarak ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangat mempengaruhi kualitas dari pengelasan. Apabilah jaraknya agak jauh maka akan muncul percikan seperti hujan bintik-bintik api sehingga proses pengelasan pun tidak prima apabilah jarak jarak terlalu dekat maka nyalah api tidak menyalah dengan sempurna serta tidak ada cukup jarak untuk tempat lelehan elektroda, jarak yang baik adalah seperdelapan dari tebal elektroda.
28
3. Perbandingan Proses Pengelasan Sesuai WPS dengan Pengelasan Observasi Lapangan
untuk mengetahui kesesuaian data wps dengan proses pengelasan replating yang dilakukan, maka dibuatlah ceklist untuk penandaan item pada WPS untuk mengetahui item apa saja yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan WPS. Berikut merupakan hasil observasi lapangan yang dilakukan dan didapatkan hasil sebagai berikut
1. Proses pengelasan yang dilakukan dilapangan
Proses pengelasan replating dilakukan pada main deck Kapal Oil Barge Prima 2055.
Pada proses pengelasan yang yang dilakukuan dilapangan menggunakan posisi pengelasan 1G dimana panjang pengelasan yang dilakukan tiap satu plat yaitu 200 cm/2 m.
2. elektroda yang digunakan
Berikut merupakan elektroda yang digunakan dilapangan yaitu ESAB 0K 46 tipe E6013 dengan diameter 3,2 mm dan panjang 35cm/350 mm.
29
3. Plat yang digunakan
Berikut merupakan plat yang digunakan yaitu plat Grade A dengan ketebalan plat 11 mm dengan ukuran panjang dan lebar plat yang telah disesuaikan dengan dimensi ukuran yang digunakan untuk proses replating dan setetelahnya plat ditekuk hingga membentuk sudut 90° berikut merupakan ukuran plat yang sudah disesuaikan.
- Panjang plat : 200 mm/2 m.
- Ketebalan plat : 11 mm/0.011 m - Lebar 1 : 500 mm/50 cm.
- Lebar 2 : 200 mm/20 cm.
30
4. Alat Ukur listrik yang digunakan
Berikut merupakan pengukuran dari kuat arus dan kuat tegangan yang dilakukan di lapangan. dimana untuk kuat tegangan listrik (V) yang digunakan adalah 60 Volt dan untuk kuat arus yang digunakan adalah 0.15 kA atau 150 Ampere.
31
Penandaan Ceklist Item WPS (Welding prosedure specification)
32
Presentase WPS yang diterapkan dilapangan
penerapan Persiapan las/urutan pengelasan (Weld preparation details/welding sequience) dan Eletrical Parametres (parameter listrik yang dianjurkan) terdapat item yang tidak dipenuhi yaitu :
a. Penerapan Voltase listrik pada tahap persiapan las dengan elektroda 3,2 mm untuk proses pengelasan, dimana pada WPS dianjurkan untuk Voltase/Kuat tengangan listrik yang dianjurkan berkisar antara 20 - 25 V sedangkan pada penerapannya Voltase listrik yang digunakan adalah 60 V.
b. Untuk Parameter listrik (Eletrical Parametres) yang dianjurkan sebagaimna yang sudah terterah dengan Arc Voltage dengan kisaran 20– 25 V sedangkan pada penerapannya melebihi yang dianjurkan yaitu 60 V.
.
33
Pada observasi lapangan pengelasan yang diamati adalah pada posisi pengelasan 1G dengan panjang pegelasan 200cm/2m seperti pada gambar dibawah.
Setelah sebelumnya diketahui bahwa presentase WPS yang digunakan dilapangan adalah 92% maka dari hasil tersebut diketahui. Ukuran panjang cacat las undercut yang diperoleh
Pada tabel dIsamping berdasarkan data yang didapatkan dari obsevasi lapangan dengan mengukur panjang cacat las pada tiap pelat. Untuk panjang 5 pelat yang dilas dengan panjang setiap pelat 200 cm didapatkan bahwa setiap pelat memiliki panjang cacat las antara 3– 5 cm kemudian dirata- ratakan dan didapatkan hasil 3.8 cm, sehingga diketahui bahwa panjang rata - rata cacat las undercut yang ditemukan adalah 1,9 % dari panjang 200 cm/2m.
34
4.2 Cacat las yang berbahaya 4.2.1 Cacat las undercut
Cacat las Undercut merupakan benda kerja yang di las mencair biasanya terletak pada tepi/kaki lasan dimana alur benda kerja yang mencair tersebut tidak terisi oleh cairan las. Undercut umumnya disebabkan oleh pengguanaan Voltage dan Ampere berlebihan, kecepatan perjalanan las terlalu cepat dan sudut kawat atau elektroda las kurang tepat
Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh cacat las undercut yang telah didapatkan dari sumber literatur yang ada adalah sebagai berikut.
- Local stress meningkat Undercut merupakan cacat las yang efektif meningkatkan fatique strength (kelelahan kekuatan) pada kostruksi, ketika ada sedikit undercutting adalah salah satu diskontinuitas (pengurangan objek material induk dari proses pengelasan) paling serius yang mempengaruhi umur kelelahan.
35
- Diameter berkurang, diameter yang berkurang biasnya berada pada bagian Weld zone (Area pengelasan) Sebagai contoh adalah Baja yang dihitung untuk menahan beban butuh diameter 13 mm dan apabilah setelah proses pengelasan diameternya berkurang akibat undercut maka plat secarah otomatis kekuatannya akan turun sehingga dapat disimpulkan bahwa cacat Undercut memiliki resiko berbahaya.
- Lasan kurang menempel, akibat dari las yang kurang menempel dapat membuat kontruksi mengalami penurunan kekuatan yang akibatnya dapat berisiko mengalami kerusakan jika dibiarkan dalam waktu lama.
4.2.2 Cacat las pinhole/porocity
Merupakan cacat las yang berupa lubang kecil di permukaan namun menembus kedalam weld metal sehingga hampir mencapai akar las pada umunya cacat las iini disebabkan oleh gas yang terperangkap dalam lasan dan benda kerja atau material yang dilas kotor. Pada observasi lapangan yang dilakukan ditemukan bentuk visual dari cacat las Cacat las pinhole/porocity sebagai berikut.
36
Penyebab cacat las porosity
- Busur las yang digunakan terlalu panjang - Benda kerja kotor (karat, minyak, air dll) - Elektroda yang digunakan lembab atau basah - Gas hidrogen tercipta karena panas las
- Travel speed / pengelasan yang dilakukan terlalu cepat Bahaya cacat las Pinhole/Prosity
- Pinhole/Prosity Cacat las jenis ini cukup berbahaya dikarenakan dapat menyebabkan kebocoran pada plat dikarenakan lubang pinhole ini dapat menembus ke akar las. Dengan banyaknya gas hidrogen dan kotoran berupa material lain yang terperangkap dalam lasan juga dapat menyebabkan Crack/keretakan pada jalur las-lasan.
- Menyebabkan korosi cacat las porocity/pinhole ini juga dapat berdampak pada meningkatnya laju korosi (korosi celah) utamanya pada bagian celah lasan yang berada dipermukaan las seperti terisih oleh kotoran atau konsentasi O2 yang terjadi dalam celah cacat las.
- Kekuatan sambungan las menurun dikarenakan adanya lubang yang tidak terisi oleh material lasan sehingga berdampak pada kekuatan kontruksi.
37
4.3 Model FTA (Fault tree Analysis)
Dari data dampak bahaya dari cacat las yang diemukan pada hasil observasi lapangan yaitu cacat las Undercut dan
cacat las Pinhole/Porocity. Selanjutnya dianalisis guna untuk mengetahui penyebab dasar dari dampak bahaya cacat las
tersebut, sehingga untuk mengetahui penyebab dasarnya maka dimodelkan kedalam bentuk FTA (Fault tree analisis).
38
“
39
05 Kesimpulan dan saran
40
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh penulis menyimpulkan hasil dari penelitian sebagai berikut : 1. Proses pengelasan yang dilakukan belum sesuai dengan WPS.
2. Cacat las yang berbahaya telah ditemukan di lapangan, yaitu cacat las Pinhole/Porocity. Dimana cacat las tersebut memiliki pengaruh yang besar pada kekuatan dan ketahanan konstruksi kapal.
3. Saran yang dapat diberikan ke perusahaan untuk mencegah cacat las yang berbahaya tersebut adalah dengan melakukan pengelasan sesuai dengan yang dianjurkan WPS, memperhatikan kebersihan material yang akan dilas dan menggunakan Arc Voltage sesuai dengan yang dianjurkan WPS.
5.2.Saran
Adapun saran yang direkomendasikan oleh penulis untuk tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Pengecekan pada proses pengelasan dapat dilakukan pada pengelasan yang berbeda.
2. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada cacat las berbahaya lain yang ditemukan pada proses pengelasan.
“
41
06 Daftar Pustaka
42
DAFTAR PUSTAKA
Aditia Nugraha, 2019 “STUDI RE-PLATING KAMAR MESIN KM. KALIMAS”. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019.
Muhammad Faisal Hamdani, 2017. “ANALISA RESIKO DAN BIAYA PENGELASAN PELAT KAPAL PADA PROSES REPLATING”. Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 60111 2017.
amarineblog.com.2017.HOW-TO-READ-WPS-WELDING-PROCEDURE-SPECIFICATION-PART-1.
Tri sukrisna Wisnawa, Triwilaswandio Wuruk Pribadi dan Imam Baihaqi, 2017.
“ANALISIS RISIKO TERJADINYA KERUSAKAN KAPAL PADA PROSES PENURUNAN DENGAN METODE AIRBAG”. Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
American Welding Society. (2001).“WELDING HANDBOOK NINTH ED VOL 1 WELDING SCIENCE ANDTECHNOLOGY”. An American National Standard.