PENDAHULUAN
Latar Belakang
Angka perceraian pada tahun 2022 di Pengadilan Agama Bondowoso terus meningkat dengan dominasi perkawinan anak. Hal ini dibuktikan dengan data yang tercatat di Pengadilan Agama Bondowoso, jumlah gugatan cerai yang diajukan oleh perempuan semakin meningkat. Kemungkinan akan meningkat lagi pada tahun 2022 karena pada Mei lalu terdapat 723 permohonan cerai di Pengadilan Agama Bondowoso.
Fokus Penelitian
Sementara itu, sebelum dispensasi diberikan, ada syarat dari hakim Pengadilan Agama Bondowoso yang memuat perjanjian tertulis bagi calon suami istri yang menyatakan tidak boleh mengajukan cerai atau perkawinan harus berlangsung selama 3 tahun. Jadi Pengadilan Agama adalah pilihan terakhir ketika suami istri tidak lagi bisa menemukan solusi dalam perselisihan rumah tangga. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud untuk mendalami, mendalami dan menyelidiki permasalahan tersebut lebih dalam dengan menulis skripsi yang berjudul: ''ANALISIS HAKIM HAKIM TERHADAP PENETAPAN BATASAN WAKTU INDIGING BAGI POROS PERCERAI BERDASARKAN DISPENSASI PERKAWINAN (Studi Tentang Keputusan) ) Pengadilan Agama Bondowoso Nomor 1470/Pdt.G/2022/PA.Bdw)”.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hal ini dapat dijadikan sebagai sudut pandang agar masyarakat dapat memahami permasalahan yang diangkat yaitu terkait dengan putusan hakim mengenai perceraian perkawinan, putusnya perkawinan. Kami berharap tulisan ini dapat dijadikan pedoman penerapan peraturan perundang-undangan dengan baik agar dapat meminimalisir kesalahan demi tercapainya Asas Keadilan, Asas Kemanfaatan, dan Asas Kepastian Hukum.
Definisi Istilah
Dispensasi Perkawinan: “Pengertian dispensasi perkawinan dapat dipahami dari dua kata dasar dispensasi dan perkawinan. Dispensasi adalah pembedaan dengan ketentuan biasa atau syarat khusus dari suatu peranan atau larangan, yang dalam hal ini berarti suatu peraturan tidak dapat diterapkan pada suatu gejala tertentu.” 9.
Sistematika Pembahasan
Bab kedua berisi tentang penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian untuk perbandingan dalam penyusunan karya ilmiah, kajian teori dan kerangka teori yang berkaitan dengan judul skripsi yaitu. Analisa Putusan Hakim Tentang Penetapan Batas Waktu Pengajuan Cerai Berdasarkan Dispensasi Nikah (Penyidikan Pengadilan Agama Bondowoso Nomor 1470/Pdt.G/2022/PA.Bdw).” Bab keempat berisi tentang analisis yang merupakan tanggapan terhadap rumusan masalah dalam penelitian yaitu “Analisis terhadap putusan hakim tentang penetapan batas waktu pengajuan cerai berdasarkan dispensasi nikah (Studi Pengadilan Agama Bondowoso No. 1470/Pdt.G/ 2022/PA.Bdw )." .
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
11 Siti Maimunah, “Analisis Angka Perceraian Akibat Perkawinan Di Bawah Umur di Pengadilan Agama Kota Tebing Tinggi”, (disertasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2019). Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitiannya pada faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan antar anak di bawah umur. Persamaan penelitian terdahulu dan sekarang adalah keduanya juga mengkaji pernikahan di bawah umur dan kejadian perceraian.
Kajian Teori
14 Tahun 1974 mengatur bahwa surat keputusan harus dengan jelas dan tepat menyatakan tuntutan, alasan pengambilan keputusan, ketetapan dan undang-undang tidak tertulis, pokok perkara, biaya perkara, dan hadirnya para pihak pada saat pengambilan keputusan. Penemuan hukum adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau badan hukum lain yang bertugas menerapkan kaidah hukum umum terhadap peristiwa hukum tertentu dalam pembuatan undang-undang. Penafsiran undang-undang terjadi apabila terdapat ketentuan hukum yang dapat langsung diterapkan pada peristiwa yang bersangkutan, cara pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang ada, namun tidak jelas bagaimana penerapannya pada peristiwa tertentu karena adanya ketidakpatuhan. dengan norma dan ketentuan hukum yang tidak pasti 24.
Kekuatan mengikat suatu putusan pengadilan tidak cukup dan tidak berarti apabila putusan tersebut tidak dilaksanakan karena putusan tersebut secara tegas mengatur hak-hak atau undang-undang yang akan berlaku setelahnya. Upaya hukum biasa pada umumnya terbuka terhadap semua putusan apabila diajukan dalam batas waktu yang ditentukan undang-undang dan dapat menghentikan sementara pelaksanaan putusan, kecuali putusan tersebut bersifat mendesak dalam Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 ayat (1)). Rbg. . Namun menurut Sudarsono, kasasi adalah pernyataan atau pembatalan putusan hakim menurut Mahkamah Agung, karena putusan tersebut melanggar atau bertentangan dengan undang-undang.26.
Tidak ada definisi khusus mengenai perceraian dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan. Namun istilah perceraian disebutkan dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatur bahwa suatu perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan keputusan hakim. Dasar hukum perceraian di Indonesia pada umumnya terletak pada Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Keputusan Pemerintah Nomor 38 Undang-Undang Perkawinan yang menyebutkan bahwa putusnya suatu perkawinan dapat disebabkan oleh kematian, perceraian, dan putusan pengadilan.
Alasan yang dijadikan dasar hukum untuk mengajukan permohonan cerai terdapat dalam Pasal 39 ayat (2) UU No. 1 tahun 1974. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa “perkawinan hanya diperbolehkan apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah mencapai umur 19 tahun”. Kumpulan Hukum Islam menyebutkan batasan usia untuk menikah adalah UU no. Pada saat yang sama, undang-undang tersebut berlaku untuk orang yang lebih dewasa, meskipun mereka mungkin berusia 19 tahun.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Pendekatan
Sumber Bahan Hukum
Dalam hal ini bahan hukum primer adalah peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau perjanjian mengenai ketentuan hukum dan keputusan pengadilan.45 Bahan hukum utama yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Undang-undang Nomor. Bahan hukum sekunder merupakan sumber hukum yang menunjang bahan hukum primer yang sudah ada. dan memungkinkan dilakukannya analisa yang lebih mendalam.46 Jadi bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah buku, jurnal, literatur, artikel yang berkaitan dengan pembahasan. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum tambahan yang sifatnya menjelaskan bahan hukum primer dan sekunder.47 Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ensiklopedia, Kamus Bahasa Inggris.
Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Analisis Bahan Hukum
Hasil analisis bahan hukum disajikan dengan menggunakan teknik deduktif, dimulai dari permasalahan umum dan berlanjut ke permasalahan khusus. Kesimpulan atau verifikasi bahan hukum dilakukan setelah terkumpul dan diusahakan untuk memahami tujuan dalam segala hal yang menyangkut penelitian, kesimpulan diambil dengan mempertimbangkan perkembangan bahan hukum tersebut.50.
Keabsahan Bahan Hukum
Selama menikah, penggugat dan tergugat mempunyai hubungan suami istri (ba'da dukhul), namun tidak mempunyai anak. Perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat mencapai puncaknya pada bulan Maret 2022, dimana tergugat tidak merubah pendiriannya dan tetap melanjutkan perbuatannya sehingga mengakibatkan penggugat dan tergugat tinggal terpisah selama 6 bulan. Bahwa saksi mengetahui bahwa penggugat dan tergugat telah menikah dan tinggal di rumah orang tua penggugat di Desa Sumber Canting, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso, dan tidak dikaruniai anak;
Menurut pengetahuan saksi, keluarga penggugat dan tergugat tidak akur, sejak bulan Juni 2021 terjadi perselisihan dan pertengkaran terkait kemalasan tergugat dalam bekerja, sehingga tidak dapat memenuhi kewajibannya. kebutuhan sehari-harinya; Bahwa akibat perselisihan dan pertengkaran tersebut, setelah penggugat dan tergugat berpisah dari rumahnya pada bulan Maret 2022, tergugat kembali ke rumah orang tuanya di Dusun Karangsuku RT.02 RW.02 Desa Suboh, Kecamatan Suboh, Kabupaten Situbondo; Bahwa saksi mengetahui bahwa penggugat dan tergugat mempunyai keluarga serumah di rumah orang tua penggugat di Desa Sumber Canting, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso, dan tidak mempunyai anak;
Bahwa sebelum keberangkatan Tergugat, saksi sering mendengar Penggugat dan Tergugat bertengkar karena Tergugat malas bekerja dan tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari; Berdasarkan gugatan Penggugat dan keterangan Penggugat, Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat pada awal pernikahannya rukun dan rukun, namun saat ini sering terjadi perselisihan dan pertengkaran. Akibat perselisihan tersebut, Penggugat dan Tergugat tinggal terpisah selama 6 bulan dan tidak saling berkomunikasi atau mengunjungi satu sama lain selama waktu tersebut.
Majelis Hakim berpendapat, dalam kondisi rumah tangga seperti itu, penggugat dan tergugat sudah tidak mampu lagi mewujudkan tujuan perkawinan yaitu sakinah, mawaddah dan warahmah sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 Nomor. Berdasarkan fakta hukum di atas terlihat bahwa keluarga penggugat dan tergugat hancur, hati kedua belah pihak tidak dapat berdamai dan jika dipertahankan akan membawa kerugian yang tiada habisnya bagi kedua belah pihak. Dalam perkara tersebut di atas, diketahui bahwa penggugat dan tergugat sebelumnya hidup rukun dan mempunyai hubungan suami-istri (ba'da dukhul), dan tidak ada fakta hukum bahwa penggugat sebelumnya pernah mengajukan gugatan cerai, di Sesuai dengan Pasal 118 Kompendium Hukum Islam, Majelis Hakim memberikan izin kepada penggugat untuk mengajukan gugatan cerai dengan bain sughra terhadap tergugat di hadapan Pengadilan Agama.
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Putusan Nomor 1470/Pdt.G/2022/PBdw
Pengaturan Pembatasan Waktu Pengajuan Perceraian Dengan Perkawinan
Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Kasus Perceraian Berdasarkan
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis peneliti terhadap putusan hakim no. 1470/Pdt.G/2022/PA.Bdw dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Seorang hakim pengadilan agama telah mengambil kebijakan mengenai syarat perjanjian 3 tahun bagi calon suami istri agar tidak mengajukan cerai atau perkawinannya harus bertahan sampai 3 tahun. Hal ini tidak hanya dilakukan sebagai formalitas, namun hakim pengadilan agama membuat kebijakan ini untuk mengurangi angka perceraian akibat pembatalan perkawinan, karena sebagian besar perceraian diajukan oleh pasangan yang menikah dengan pembatalan perkawinan.
1470/Pdt.G/2022/PA.Bdw bahwa majelis pengadilan memutus memenangkan gugatan dalam akta cerai dan berdasarkan bukti-bukti yang diajukan penggugat. Selain itu, yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam mengeluarkan akta cerai menurut Pasal 1866 KUHPerdata adalah bahwa bukti-bukti yang diajukan pemohon sudah cukup dan sah menurut hukum. Panel juga sepakat bahwa mempertahankan perkawinan dalam kasus ini lebih banyak merugikan daripada menguntungkan.
Saran
Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i terhadap Berbagai Masalah Umat, dalam Hanburuddin S, Nikah Siri: Menjawab segala pertanyaan tentang Nikah Siri. “Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara yang timbul dari perselisihan dan perselisihan (Studi Putusan No. 0708/Pdt.G/2019/Pa.Bi).” Jurnal Bedah Buku 4, No. I Putu Wirawan, Putu Budiartha dan Ni Made Ujiti, “Putusan Pengadilan Agama Badung Nomor 0166/Pdt.G/2017/PA.
Dinamika Usia Perkawinan di Indonesia: Kajian Psikologi dan Hukum Islam." Jurnal Hukum Islam 1, No. "Analisis Hubungan Tinggi Tuntutan Pembatalan Nikah dengan Tingginya Angka Perceraian (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1B Kudus pada tahun 2020).” Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2021. Pengaruh Perceraian Terhadap Angka Perceraian di Pengadilan Agama Kelas I A Watanpone.” Skripsi, Universitas Negeri Alauddin Makassar, 2017.
Analisis Angka Perceraian Akibat Pernikahan Di Bawah Umur di Pengadilan Agama Kota Tebing Tinggi.” Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2019. Kajian Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jember Terkait Pengecualian Pernikahan (Studi Putusan Pengadilan Agama Jember Nomor 1740/Pdt.P/2019/PA.Jr dan Nomor 1479/Pdt.P /2019/ PA .Jr )”. Perceraian karena media sosial Tik Tok dalam perspektif hukum Islam.” Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
“Permasalahan Warisan Anak Hasil Perkawinan Suriah Perspektif Hukum Keluarga Islam (Kajian Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010).” Skripsi, UIN KHAS Jember, 2023. Menyatakan dengan baik bahwa hasil penelitian ini tidak mengandung plagiarisme terhadap penelitian atau karya ilmiah orang lain, kecuali yang dikutip secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ditemukan hasil penelitian ini mengandung plagiarisme dan terdapat pengaduan dari pihak lain, saya setuju akan ditangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.