• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko K3 dengan Metode Job Safety Analysis di Terminal LPG PT.XYZ

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Risiko K3 dengan Metode Job Safety Analysis di Terminal LPG PT.XYZ"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

6289

Analisis Risiko K3 dengan Metode Job Safety Analysis di Terminal LPG PT.XYZ

Abi Dwi Raihan1*, Risma Fitriani2

1,2Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang Indonesia

*Koresponden email: abidwiraihan01@gmail.com

Diterima: 6 Mei 2023 Disetujui: 21 Mei 2023

Abstract

Many LPG companies are competing with each other to offer a wide range of LPG goods. The more requests, the more often the production process is run. Employee safety must be an important treatment for the company. One indicator of healthy industry competition is a low (or better yet, non-existent) injury rate.

The purpose of this study was to investigate the level of awareness and approach taken towards safety at PT. XYZ. The Job Safety Analysis (JSA) approach will be used in the risk assessment to target several research activities carried out and the overall research scope. It is common knowledge that the use of Job Safety Analysis for risk identification purposes results in optimal and adequate risk management. From the research results, it was found that work involving the distribution of liquid LPG has the highest accident hazard value, such as Jet Fire, BLEVE, VCE and Frostbite. In addition, this work gets a score of 90. Risk control that might be carried out by PT. XYZ to limit the number of accidents that occur in the workplace include providing extra warning signs and implementing Behavior Based Safety (BBS) for all employees.

Keywords: LPG, work accident, JSA, BBS

Abstrak

Banyak perusahaan LPG yang bersaing satu sama lain untuk menawarkan berbagai macam barang LPG.

Semakin banyak permintaan maka semakin sering pula proses produksi di jalankan. Keselamatan karyawan harus menjadi salah satu perlakukan penting bagi perusahaan. Salah satu indikator persaingan industri yang sehat adalah tingkat cedera yang rendah (atau lebih baik lagi, tidak ada sama sekali). Tujuan dari penelitian ini adalah menyelidiki tingkat kesadaran dan pendekatan yang diambil terhadap keselamatan di PT. XYZ.

Pendekatan Job Safety Analysis (JSA) akan digunakan dalam penilaian risiko untuk membidik beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan dan ruang lingkup penelitian secara keseluruhan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa penggunaan Job Safety Analysis untuk tujuan identifikasi risiko menghasilkan pengelolaan risiko yang optimal dan memadai. Dari hasil penelitian didapatkan pekerjaan yang melibatkan distribusi cairan LPG memiliki nilai bahaya kecelakaan kerja yang paling besar seperti Jet Fire, BLEVE, VCE dan Frostbite. Selain itu, pekerjaan ini mendapat skor 90. Pengendalian risiko yang mungkin dilakukan oleh PT. XYZ untuk membatasi jumlah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja meliputi pemberian tanda peringatan ekstra dan penerapan Perilaku Keselamatan Berbasis (BBS) untuk seluruh karyawan.

Kata Kunci: LPG, kecelakaan kerja, JSA, BBS

1. Pendahuluan

Tidak adanya kecelakaan merupakan salah satu indikator tingkat daya saing global yang tinggi (zero accident). Keselamatan karyawan harus menjadi salah satu perlakukan penting bagi perusahaan seperti manajemen keselamatan, kesehatan kerja, dan dukungan untuk tenaga kerja[1]. Variabel langsung yang berkontribusi terhadap kecelakaan kerja dapat dipecah menjadi dua kategori yaitu tindakan berbahaya (juga dikenal sebagai faktor manusia) dan situasi tidak aman (juga dikenal sebagai faktor lingkungan). Tempat kerja yang tidak sesuai dengan aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditetapkan adalah kecelakaan yang disebabkan oleh unsafe condition [2]. Tindakan tidak aman dapat disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri, seperti ketidakseimbangan fisik tenaga kerja, kurangnya pendidikan, bekerja melebihi jam kerja, membawa beban yang berlebihan, dan melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya, kecelakaan yang disebabkan oleh kondisi tidak aman disebabkan karena membawa muatan

(2)

6290

yang berlebihan. Pada kenyataannya, kecelakaan kerja industri terdapat dua kategori utama, yaitu kecelakaan industri (industrial accident) seperti kecelakaan akibat potensi bahaya yang tidak terkendali pada tempat kerja dan kecelakaan yang terjadi di luar lingkungan kerja seperti jalan raya (community acciden) [3].

Bisnis yang terorganisir dan terpelihara dengan baik dapat memastikan keselamatan karyawannya saat mereka melakukan pekerjaan mereka dan menerapkan manajemen risiko yang efektif disebut perusahaan yang aman dan nyaman. Karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan, maka saat bekerja yang harus dilakukan adalah memastikan keselamatan kerja [4].

Proses menemukan, mengukur, dan memastikan bahaya serta menyusun strategi untuk mengelola risiko di perusahaan adalah manajemen risiko [5]. Penggunaan strategi manajemen risiko harus dianggap sebagai komponen penting dari setiap jenis manajemen yang efektif. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk menghasilkan continuous improvement adalah menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai salah satu prosesnya [6].

Tujuan menyeluruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan saat mereka melakukan pekerjaan mereka. Hal ini dicapai melalui berbagai inisiatif berbeda yang diarahkan untuk mengendalikan semua jenis yang ada di lingkungan yang dianggap memiliki bahaya dan risiko. Terciptanya kondisi kerja yang aman, sehat, dan kelancaran proses produksi dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan risiko kerugian. Jika semua risiko yang mungkin terjadi telah dikelola dan sudah sesuai dengan batas standar aman, hal ini akan berkontribusi pada terciptanya kondisi kerja yang sehat dan aman. Kesehatan kerja adalah pemanfaatan ilmu kesehatan dalam dunia ketenagakerjaan, dengan tujuan mencegah penyakit akibat kerja serta memelihara dan meningkatkan kesehatan pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Kesehatan kerja juga dikenal sebagai keselamatan dan kesehatan kerja[7]. Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja demi melindungi pekerja dalam hal baik dan keselamatan mereka selama melakukan pekerjaan, menjamin keselamatan orang lain yang hadir di tempat kerja, dan memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang aman [8].

Kebakaran dapat terjadi kapan saja, dan alasannya mungkin sangat mengejutkan. Bahkan jika mengambil setiap tindakan pencegahan, kebakaran LPG dapat terjadi tanpa peringatan dan tiba-tiba. Api adalah jenis malapetaka yang tidak terkendali dan berada di luar kendali manusia sehingga dapat mengakibatkan musnahnya harta benda serta hilangnya nyawa [10]. [11] Liquefied Petroleum Gas, dikenal sebagai LPG adalah bahan bakar yang sering digunakan di berbagai tempat termasuk rumah, pabrik, dan kendaraan. Propana (C3H8), butana (C4H10), atau kombinasi keduanya dapat ditemukan di sebagian besar bahan bakar gas cair (LPG) merupakan campuran dari banyak komponen berbeda. Bahan bakar hidrokarbon cair memiliki setara kepadatan energi lainnya ketika disimpan dalam keadaan cair. Tingkat emisi yang rendah dan dampak rumah kaca dapat menghasilkan pembakaran LPG [12].

PT. XYZ merupakan perusahaan yang memproduksi LPG. Perusahaan tersebut telah berhasil mencapai tingkat perkembangan yang tinggi, banyak perusahaan lain yang melakukan hal yang sama karena produksi LPG mereka terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan LPG yang bersaing satu sama lain untuk menawarkan berbagai macam barang LPG. Tujuan akhir mereka adalah untuk menang atas saingan mereka di sektor LPG dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Salah satu indikator persaingan industri yang sehat adalah tingkat cedera yang rendah (atau lebih baik lagi, tidak ada sama sekali). Oleh karena itu, tujuan dari presentasi yang baru saja diberikan adalah untuk menyelidiki tingkat kesadaran keselamatan dan bagaimana situasi yang ditangani di PT. XYZ menggunakan pendekatan Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA) dikenal sebagai analisis prosedur dan proses industri saat ini. JSA adalah akronim yang merupakan singkatan dari "analisis keselamatan kerja", dan definisinya menggambarkannya sebagai "metode studi kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang terkait dengan setiap langkah, menghilangkan, mengelola bahaya dan insiden" [13].

2. Metode Penelitian

Studi pada PT. XYZ diselesaikan menggunakan pendekatan semi kuantitatif. Keputusan ini dibuat karena fakta bahwa metode ini lebih akurat dan sesuai daripada metode lainnya. Teknik semi-kuantitatif adalah metode yang memberikan tingkat risiko berdasarkan kriteria tertentu dengan menggabungkan

(3)

6291

statistik subyektif tentang tren dan efek dengan rumus matematika. Metode ini disebut sebagai metode hybrid. Teknik ini sangat membantu untuk menentukan peristiwa mana yang berpotensi memiliki dampak yang signifikan dan menilainya berdasarkan tingkat keparahannya [14]. Saat melakukan studi semi kuantitatif, besarnya risiko dihitung dengan mengalikannya:

𝑁𝐼𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 = 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑒𝑞𝑢𝑒𝑛𝑐𝑒 (𝐶) 𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒 (𝐸) 𝑥 𝐿𝑖𝑘𝑒ℎ𝑜𝑜𝑑 (𝐿)

Teknik Job Safety Analysis akan digunakan untuk analisis risiko yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pendekatan ini terdiri dari empat fase fundamental yang harus diselesaikan sebelum analisis dapat dianggap selesai. Langkah-langkah tersebut adalah memilih pekerjaan yang perlu diperiksa, memecah tugas menjadi proses sederhana, mengidentifikasi risiko di setiap pekerjaan, dan pengendalian bahaya.

Lokasi penelitian dan hal yang diteliti keduanya memiliki peran dalam menentukan luasnya penelitian, yang membantu peneliti membidik aspek terpenting dari pekerjaan mereka. Studi ini dilakukan di pelabuhan liquid petroleum gas (LPG) yang dioperasikan oleh PT. XYZ yang beralamat di JL Kramat Raya No. 59 di kawasan Jakarta Pusat. PT. XYZ menyajikan sejumlah bahaya pekerjaan, dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi masalah bahaya tersebut.

3. Hasil dan Pembahasan Analisis Risiko

Analisis risiko adalah proses metodis yang memanfaatkan data yang dikumpulkan sebelumnya untuk menentukan tingkat keparahan dan frekuensi hasil potensial [15]. Ada tiga aspek prosedur yang diperhitungkan adalah sebagai berikut:

1. Konsekuensi (Consequence)

Angka yang memberikan gambaran tentang seberapa parah dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada tahap tugas tertentu. Berikut ini adalah skala konsekuensi semi kuantitatif pada analisa risiko konsekuensi seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Skala Konsekuensi Semi Kuantitatif

Kategori Deskripsi Rating

Catasthropic Kerusakan yang sangat parah, ketidakmampuan untuk melanjutkan aktivitas, dan menimbulkan kerusakan lingkungan yang luas dan tidak dapat diperbaiki.

100

Disaster Korban jiwa, selain kerusakan ekosistem lokal dan jangka panjang.

50 Very serious Ketidakmampuan yang berlangsung selamanya; lingkungan

alam terhadap kerusakan sementara.

25 Serious Dampak negatif yang substansial, tetapi cepat berlalu, terhadap

lingkungan yang disebabkan oleh cedera atau penyakit.

15 Important Penting untuk mencari perawatan medis, dan meskipun

gejalanya tidak menyenangkan, tidak mengancam jiwa.

5 Noticeable Luka kecil, abrasi, atau penyakit, sedikit kerusakan atau

kerugian, dan dampak lokal kecil adalah contohnya.

1 Sumber: Prabaswari (2017)

2. Paparan (Exposure)

Exposure adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan besarnya frekuensi kontak antara karyawan dengan sumber-sumber risiko di tempat kerja, serta kemungkinan-kemungkinan yang muncul akibat interaksi tersebut. Berikut contoh data skala paparan semi kuantitatif seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Skala Paparan Semi Kuantitatif

Kategori Deskripsi Rating

Continuously Terjadi setiap hari atau terus-menerus 10

Frequent Terjadi kira-kira satu kali setiap hari 6

(4)

6292

Kategori Deskripsi Rating

Occasionaly Terjadi sekali seminggu sampai dengan sekali satu bulan 3 Infrequent Terjadi sekali sebulan sampai dengan sekali dalam satu tahun 2

Rare Pernah terjadi tapi sangat jarang 1

Very Rare Belum pernah terjadi 0,5

Sumber: Prabaswari (2017) 3. Kemungkinan (Likehood)

Pada setiap langkah proses kerja, kemungkinan adalah nilai yang mencerminkan kemungkinan hasil tertentu akan dihasilkan dari berbagai sumber risiko. Berikut contoh skala kemungkinan semi kuantitatif seperti pada Tabel 3 dan kategori tingkat risiko analisis semi kuantitatif pada Tabel 4.

.

Tabel 3. Skala Kemungkinan Semi Kuantitatif

Kategori Deskripsi Rating

Almost certain Hasil yang paling mungkin terjadi jika insiden terjadi. 10 Likely Ada peluang yang sama untuk itu terjadi dua arah. 6

Unusual Mungkin tetapi tidak terlalu mungkin 3

Remotely possible Suatu kejadian yang memiliki peluang sangat kecil untuk terjadi.

1 Cenceivable Itu mungkin, tetapi setelah bertahun-tahun terpapar, itu tidak

pernah terjadi.

0,5 Practically impossible Tidak terbayangkan atau sangat tidak mungkin terjadi 0,1

Sumber: Prabaswari (2017)

Tabel 4. Kategori Tingkat Risiko Analisis Semi Kuantitatif

Tingkat Risiko Comment Tindakan

>350 Very high Kegiatan ditunda sampai risiko diturunkan ke tingkat yang dianggap dapat diterima atau diizinkan.

180 – 350 Priority 1 Kontrol diperlukan sesegera mungkin.

70 -180 Substantial Membutuhkan peningkatan teknologi

20 – 70 Priority 3 Pengawasan berkelanjutan diperlukan untuk masalah ini.

<20 Acceptable Tingkat bahaya yang sebelumnya ada telah diturunkan ke tingkat yang dapat diterima.

Sumber: Prabaswari (2017) Potensi Bahaya

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan selama penelitian berlangsung di PT. XYZ, ada beberapa potensi bahaya yang bisa terjadi.

1. Jet fire

Kebakaran jet fire biasanya ditandai sebagai:

a. Pelepasan gas bertekanan tinggi melalui lubang dengan ukuran terbatas dan hanya dalam satu arah.

b. Kecepatan gas yang sangat tinggi, mendekati tingkat sonik, dapat dihasilkan ketika tekanan tinggi digabungkan dengan lubang yang sangat kecil (misalnya, sebagai akibat dari kebocoran kecil di bejana atau katup pembuangan yang tidak berfungsi).

c. Tembakan jet seringkali sangat terbatas, namun dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada segala sesuatu yang ada di sekitarnya..

Berikut contoh Jet Fire pada Gambar 1, dibawah ini

(5)

6293

Gambar 1. Contoh Jet Fire Sumber: PT. XYZ (2023) 2. BLEVE (Boiling Liquid Expanding Vapor Explossion)

Ketika bejana yang diisi dengan gas cair dikompresi, hal itu dapat menyebabkan fenomena yang dikenal sebagai BLEVE, yaitu ledakan uap yang mengembang dan cairan yang mendidih. Suhu titik didih pada saat kegagalan bejana tiba-tiba gagal secara dahsyat dalam situasi di mana gas cair berada pada tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan atmosfer biasa. Ledakan bahan peledak ini mengakibatkan peningkatan tekanan secara tiba-tiba, yang dapat mengakibatkan sensasi terguncang, menimbulkan kerusakan pada mesin dan struktur yang berdekatan, dan melukai individu di area tersebut. Berikut contoh skema BLEVE pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema BLEVE Sumber: PT. XYZ (2023) 3. VCE (Vapor Cloud Explosion)

Sudah lama diperkirakan bahwa awan uap yang mudah terbakar yang telah bercampur dengan udara tidak akan meledak jika terkena udara terbuka. Awan semacam ini diperkirakan hanya akan berkedip, tidak menghasilkan gelombang ledakan yang menghancurkan. Semua pertanyaan itu akhirnya terjawab pada tahun 1974 ketika ledakan yang disebabkan oleh ledakan awan uap (VCE) terjadi di atas Flixborough di Inggris. Sebuah ledakan melenyapkan ruang kontrol pabrik, merenggut nyawa 26 pekerja yang ada di sana saat itu. Kehadiran hambatan menciptakan tingkat pembakaran yang eksplosif di daerah sekitarnya, namun awan yang mengandung sebagian besar bentuk uap yang mudah terbakar yang telah digabungkan dengan udara tidak akan meledak jika dibiarkan bergerak bebas dan tidak terhalang dengan cara apa pun. Berikut contoh skema VCE pada Gambar 3.

(6)

6294

Gambar 3. Skema VCE Sumber: PT. XYZ (2023) 4. Frostbite (Luka Bakar Dingin)

Berbahaya jika bersentuhan dengan gas cair karena suhunya yang sangat dingin, yang dapat menyebabkan kulit membeku. Risiko ini selalu ada di terminal gas dan di kapal pengangkut barang yang harus benar-benar dingin. Bahkan jika sistem penahanan umumnya pada suhu kamar, suhu cairan yang bocor akan segera mengalami penurunan untuk mencapai suhu yang benar-benar didinginkan. Ini karena gas yang terkompresi penuh memiliki tekanan internal yang sangat tinggi. Tidaklah aman untuk mendekati lokasi kebocoran kecuali Anda mengenakan pakaian pelindung yang sesuai.

Nyeri yang menyiksa di daerah yang mengalami radang dingin (setelah daerah tersebut dihangatkan), disorientasi mental, agitasi, dan berpotensi pingsan adalah gejala radang dingin. Jika bagian tubuh yang cukup besar rusak, kejutan yang parah dapat terjadi..

3.1 Pembahasan

Pada pembahasan, ada beberapa proses pekerjaan dan potensi bahaya yang telah di teliti dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Berikut penjelasan lebih rinci hasil identifikasi risiko pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Identifikasi Risiko

No. Rincian pekerjaan Potensi bahaya Risiko Akibat Pengendalian saat ini 1. Penyaluran cairan

LPG

Cairan LPG Terkena cairan LPG

Forsbite / luka bakar dingin

Menggunakan APD sesuai SOP yang

berlaku 2. Penyimpanan

cairan LPG di dalam tangki LPG

Gas bertekanan

tinggi

Kebocoran kecil bejana

Jet fire, kebakaran

Melaksanakan SOP cara penanganan material yang baik

dan benar Gas cair Gas cair

berada diatas tekanan atmosfer

normal

BLEVE, kebakaran,

kematian

Melaksanakan SOP cara penanganan material yang baik

dan benar Awan uap Awan uap

yang mudah terbakar bercampur dengan udara

VCE, kebakaran,

kematian

Melaksanakan sop cara penanganan material yang baik

dan benar Sumber: Penulis (2023)

Hasil penilaian analisis identifikasi risiko penelitian ini dijabarkan pada tabel yang disajikan pada Tabel 6.

(7)

6295

Tabel 6. Skor Analisis Risiko No. Rincian

Pekerjaan

Potensi Bahaya

Risiko Konsekuensi (C)

Paparan (E)

Kemung- kinan

(L)

Tingkat Risiko 1. Penyaluran

cairan LPG

Cairan LPG

Terkena cairan LPG

15 Serious

2 Infrequently

3 Unusual

90 Substantial 2. Penyimpanan

cairan LPG di dalam tangki LPG

Gas bertekana n tinggi

Kebocoran kecil bejana

25 Very Serious

1 Rare

1 Remotely

Possible

25 Priority 3 gas cair Gas cair

berada diatas tekanan atmosfer normal

50 Disater

1 Rare

1 Remotely

Possible

50 Priority 3

Awan uap Awan Uap yang mudah terbakar bercampur dengan udara

100 Catasthropic

0,5 Very Rare

1 Remotely

Possible

50 Priority 3

Sumber: Penulis (2023)

Setelah evaluasi analisis risiko kemudian penilaian risiko dilakukan. Derajat risiko, merupakan hasil perkalian dari variabel konsekuensi, eksposur, dan peluang, merupakan dasar penilaian risiko dibangun.

Setelah itu, derajat risiko dicatat ke dalam kategori risiko untuk persiapan studi semi-kuantitatif. Temuan dari penilaian risiko ditunjukkan di bawah ini, beserta penjelasan dari setiap hasil yang terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Evaluasi Risiko No. Rincian

Pekerjaan

Risiko Tingkat Kategori Risiko

Rekomendasi 1. Penyaluran

Cairan LPG

Terkena Cairan LPG

90 Subtantial Pasang tanda-tanda peringatan sehubungan dengan bahaya yang disajikan, tawarkan alat pelindung diri yang layak untuk semua karyawan, dan berikan insentif dan hukuman kepada pekerja.

2. Penyimpanan Cairan LPG di Dalam Tangki LPG

Kebocoran Kecil Bejana

25 Priority 3 Memasang tanda-tanda peringatan yang relevan dengan bahaya yang disajikan, meningkatkan SOP yang sudah ada, dan memberikan insentif dan sanksi kepada staf.

Gas Cair Berada Diatas Tekanan Atmosfer Normal

50 Priority 3 Pasang tanda peringatan yang berhubungan dengan bahaya yang ada. meningkatkan efektivitas SOP saat ini sambil juga memberikan insentif dan hukuman kepada staf.

Awan Uap yang Mudah Terbakar Bercampur dengan Udara

50 Priority 3 Pasang tanda peringatan yang berhubungan dengan bahaya yang ada. meningkatkan efektivitas SOP saat ini sambil juga memberikan insentif dan hukuman kepada staf.

Sumber: Penulis (2023)

Tergantung pada sifat pekerjaannya, beberapa tanda peringatan dapat dipasang. Pemberitahuan peringatan ini membutuhkan perhatian segera. Peringatan dapat dikomunikasikan baik secara visual (melalui label) maupun aural (melalui suara) kepada khalayak sasaran. Peringatan yang diwajibkan secara hukum menarik perhatian karyawan pada sifat tugas. Peringatan dapat diberikan dalam bentuk label jika

(8)

6296

tugas yang memerlukannya lebih mudah dilihat sesuai dengan tahapan tugas. Namun, jika tugas memerlukan perhatian terhadap detail dan akurasi, dapat menggunakan peringatan dalam bentuk suara bising untuk jangka waktu tertentu.

Selain itu, PT. XYZ harus menerapkan K3 secara metodis dan berurutan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sebuah strategi perilaku Behavior Based Safety (BBS) dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini. Proses menciptakan hubungan kerja yang aman antara manajemen dan karyawan disebut keselamatan berbasis perilaku (atau disingkat BBS). Menurut prosedur BBS, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi perilaku karyawan yang berpotensi berbahaya. Selain itu, temuan dari proses identifikasi ditangani bersama dengan manajemen. Tahap selanjutnya adalah melakukan observasi terhadap karyawan selama mereka melakukan tugasnya dan dokumen berisi ringkasan hasil yang diperoleh dari pengamatan tersebut. Karyawan perlu diberi tahu tentang temuan analisis sebagai tahap selanjutnya dalam proses.

4. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang dapat kami buat berdasarkan temuan penelitian ini di PT. XYZ. Diketahui bahwa setiap pekerjaan memiliki manajemen risiko yang memadai dan optimal identifikasi risiko dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA). digunakan untuk menentukan hal tersebut. Menurut hasil penilaian risiko semi kuantitatif, pekerjaan yang melibatkan distribusi cairan LPG memiliki nilai bahaya kecelakaan kerja yang paling besar. Ketenagakerjaan ini mendapatkan skor 90. Berdasarkan temuan studi yang telah dilakukan, rekomendasi yang dapat diberikan adalah pengendalian risiko yang dapat dilakukan oleh PT. XYZ untuk membatasi jumlah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja meliputi pemberian tanda peringatan ekstra dan penerapan Perilaku Keselamatan Berbasis (BBS) untuk seluruh karyawan.

5. Daftar Pusaka

[1] Diah Listyaningsih and Feri Harianto, “Iklim Keselamatan Kerja Pada Proyek Konstruksi Di Surabaya,” Paduraksa: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa, vol. 10, no. 1, 2021, doi:

10.22225/pd.10.1.2247.70-83.

[2] D. M. Rizka Pisceliya and S. Mindayani, “Analisis Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengelasan Di Cv.

Cahaya Tiga Putri,” Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, vol. 3, no. 1, p. 66, 2018, doi: 10.34008/jurhesti.v3i1.25.

[3] Tarwaka, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja.

Surakarta: Harapan Press, 2008.

[4] Buntarto, Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja untuk Industri. Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2015.

[5] M. D. J. S. B. F. Sompie, “Manajemen Risiko Pada Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi Di Propinsi Papua (Study Kasus di Kabupaten Sarmi),” Jurnal Ilmiah Media Engineering, vol. 4, no. 2, pp. 109–

118, 2014.

[6] H. Luri and D. I. Rinawati, “Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Menggunakan Job Hazard Analysis (Studi Kasus Pt. Pertamina Ep Asset 4 Field Cepu),” Industrial Engineering Online Journal, vol. 8, no. 1, pp. 1–11, 2019.

[7] H. Nugraha, “Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Upaya Meminimalkan Kecelakaan Kerja Pada Pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero),” Coopetition : Jurnal Ilmiah Manajemen, vol. 10, no. 2, pp. 93–102, 2019, doi: 10.32670/coopetition.v10i2.43.

[8] P. K. Suma’mur, Higine Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1992.

[9] U. Marfuah, D. Sunardi, Casban, and A. P. Dewi, “Pelatihan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran Untuk Warga RT 08 RW 09 Kelurahan Kebon Pala Kecamatan Makasar Jakarta Timur,” Jurnal Pengabdian Masyarakat Teknik, pp. 7–16, 2020, doi: 10.24853/jpmt.3.1.7-16.

[10] M. Yakub and S. M. Phuspa, “Manajemen Risiko Kebakaran pada PT Pertamina EP Asset 4 Field Sukowati,” Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health, vol. 3, no. 2, pp. 174–185, 2019.

[11] S. J.Morganti, K., Foong, T. M., J.Brear, M. and F. G. d., Yang, Y., & L.Dryer, “The Research and Motor Octane Numbers of Liquefied Gas (LPG),” Fuel, pp. 797–811, 2013.

(9)

6297

[12] I. Kurniaty and H. Hermansyah, “Potensi Pemanfaatan Lpg ( Liquefied Petroleum Gas ) Sebagai Bahan Bakar Bagi Pengguna Kendaraan,” Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2016, vol. 10, no. 1, pp. 1–

5, 2016.

[13] L. Kusuma Putri and dan I. Wayan Suletra, “Analisis Risiko K3 di Proses Produksi Tiang Pancang dengan Metode JSA dan Risk Matrix: Studi Kasus di PT X,” Seminar dan Konferensi Nasional IDEC, pp. 2579–6429, 2017.

[14] R. Alfatiyah, J. Surya Kencana No, and T. Selatan, “Analisis Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Menggunakan Metode Hirarc Pada Pekerjaan Seksi Casting,” Jurnal Mesin Teknologi (SINTEK Jurnal, vol. 11, no. 2, 2017.

[15] A. D. Prabaswari, M. Maulda, and A. D. Sari, “Analisis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerja Bagian Pengemasan Minipack Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) pada CV. XYZ,” Jurnal Ergonomi dan K3, vol. 2, no. 1, pp. 27–34, 2017, doi: 10.5614/j.ergo.2017.2.1.3.

Referensi

Dokumen terkait

kesatria sebagai orang sasak; (3) nilai didik dalam NGD, yaitu (a) rela berkorban dan bertanggung jawab, (b) saling menghargai hak dan kewajiban, (c) teguh pendirian dan

demonstration of parts of game by the teacher and one or two children, trial by a group in front of the class, any key language and instructions were written on the blackboard. The