• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT DAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT DAN "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT DAN

JEPANG

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Rizki Yaman 115020400111007

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG

Yang disusun oleh :

Nama : Rizki Yaman

NIM : 115020400111007

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 29 Mei 2017

Malang, 29 Mei 2017 Dosen Pembimbing,

Setyo Tri Wahyudi. SE.,M.Ec., Ph.D

NIP. 19810702 200501 1 002

(3)

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG

Rizki Yaman

Setyo Tri Wahyudi, SE., M.Ec., Ph.D Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: rizkiyaman93@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ekspor komoditas udang Indonesia di negara Amerika Serikat dan Jepang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Constant Market Share. Periode penelitian ini dilakukan pada periode 2008-2015. Hasil dari penelitian ini, nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) memiliki nilai lebih dari 1 hal itu menyimpulkan bahwa negara Amerika Serikat dan Jepang memiliki keunnggulan komparatif. Sementara Hasil dari Constant Market Share (CMS), efek dari komposisi komoditas memiliki pengaruh yang negatif distribusi pasar juga memberi pengaruh yang negatif, sedangkan efek daya saing memiliki pengaruh yang positif. Hal-hal yang diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan daya saing ekspor komoditas udang adalah mudahnya akses ketersediaan bibit unggul, permodalan bagi petani tambak perlu pengkajian ulang serta perlu adanya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengelolaan limbah untuk menjadikan udang Indonesia memiliki kualitas yang terbaik.

Kata kunci: Daya Saing, Ekspor, RCA (Revealed Comparative Advantage), CMS (Constant Market Share)

A. PENDAHULUAN

Berkembangnya ekonomi global membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia perlahan mengalami kemajuan. Dengan meningkatnya volume perdagangan dunia setiap tahunnya, hal itu mendorong pesatnya pertumbuhan ekonomi di negara–negara berkembang seperti negara Indonesia.

Pada saat ini hampir setiap negara menganut perkenomian terbuka yang mana perkenomian terbuka itu membuka negaranya untuk ikut dalam sistem perdagangan dan sistem keuangan internasional.

Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan pendapatan atau pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Salah satu indikator perdagangan internasional adalah ekspor. Ekspor berperan penting dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Ekspor terjadi ketika permintaan luar negeri tidak diiimbangi oleh supply luar negeri. Sebaliknya impor yaitu kurangnya supply dalam negeri yang tidak dapat mengimbangi permintaan dalam negeri. Apabila ekspor bernilai positif, maka akan meningkatkan pendapatan nasional. Pemerintah dengan kebijakannya, diharapakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekspor dan mampu bersaing dengan negara-negara pengekspor lainnya.

Tidak hanya bertumpu pada ekspor migas saja, Indonesia juga harus menyusun strategi yang tepat pada ekspor sektor non migas juga untuk mendorong pertumbuhan industri dan perekonomian global.

Dari beberapa komoditas ekspor utama Indonesia non migas, komoditas subsektor perikanan merupakan komoditas yang sebagian besar adalah komoditas pengembangan ekspor. Total volume ekspor perikanan Indonesia tahun 2014 sebesar 1,27 juta ton atau mengalami kenaikan 1,34 persen dari tahun 2013 sebesar 1,26 juta ton. Berdasarkan nilai ekspornya, pada tahun 2014 nilai ekspor hasil perikanan sebesar US$ 4,6 miliar atau mengalami kenaikan 11 persen dari tahun 2013 sebesar US$ 4,1 miliar (Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, 2015). Pada tahun 2015 nilai ekspor hasil perikanan secara kumulatif periode Januari-Desember 2015 mencapai USD 3,95 Milyar atau tercapai 67,41% dari target yakni sebesar USD 5,86 milyar. Komoditas utama ekspor hasil perikanan tahun 2015 adalah udang (41%), TTC (15%), kepiting/rajungan (8%), rumput laut (5%), dan cumi-cumi/gurita/sotong (5%).

(4)

Pencapaian nilai ekspor hasil perikanan tahun 2015 menurun 14,87% apabila dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2014, yang mencapai USD 4,64 miliar. Namun demikian beberapa komoditas perikanan unggulan ke negara-negara tujuan utama, seperti komoditas Tuna, kinerja ekspornya menunjukan kinerja yang positif di negara tujuan Amerika Serikat. Membaiknya kinerja perdagangan komoditas tuna terlihat dari terus tumbuhnya kontribusi Indonesia dalam memasok kebutuhan komoditas Tuna USA. Pada periode Januari-September 2014-2015, pertumbuhan impor TTC di USA dari Indonesia mencapai 26,71% (dalam volume) dan 31,49% (dalam nilai). Dalam hal ini Thailand dan Filipina bahkan menunjukan pertumbuhan yang negatif (UN Comtrade 2015).

Ekspor komoditas perikanan bertumpu pada dua jenis komoditas utama yaitu udang dan kelompok ikan laut seperti tuna, cangkalang dan tongkol. Komoditas udang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang paling diminati karena memiliki kandungan gizi yang tinggi, nilai ekonomi tinggi dan mempunyai peluang pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Terdapat berbagai jenis udang yang dihasilkan di perairan Indonesia. Udang yang banyak diproduksi untuk diekspor umumnya adalah udang vannamei dan udang windu. Kedua jenis udang tersebut diproduksi melalui budidaya tambak udang yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Lampung, Kalimantan Timur, NTB, Riau, Aceh dan Sulawesi Selatan (Rakhmawan, 2009).

Komoditas udang berperan dalam peningkatan subsektor perikanan, karena mempunyai kontribusi 60 persen dari total nilai ekspor subsektor perikanan. Pemerintah menempatkan komoditas udang sebagai salah satu dari enam komoditas primadona ekspor Indonesia dan salah satu komoditas dalam revitalisasi perikanan. Produksi udang selama tahun 2009-2014 mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 8,42 persen atau 67.514 ton per tahun. Berikut perkembangan volume ekspor udang Indonesia tahun 2008-2015 menurut negara tujuan utama dapat dilihat pada Gambar 1 :

Gambar 1: Total Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 2008-2015 Menuru Negara Tujuan Utama

(ton)

Sumber : Badan Pusat Statistik: data diolah, 2017

Berdasarkan pada gambar 1.1 dapat diketahui bahwa ekspor komoditas udang mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2010. Penurunan volume ekspor tersebut sebesar 23.774,6 ton dari 140868 ton di tahun 2008. Akan tetapi pada tahun berikutnya, volume ekspor udang Indonesia mengalami peningkatan sampai pada puncaknya di tahun 2014 yang mana volume ekspor udang Indonesia sebesar 148.519,4 ton. Pada 2015, volume ekspor udang Indonesia kembali menurun menjadi 145.077,9 ton. Penurunan volume ekspor udang Indonesia dari tahun 2008 hingga 2010 ini mungkin disebabkan adanya pengaruh dari krisis global.

Dari beberapa negara tujuan utama ekspor komoditas udang Indonesia ada lima negara yang memiliki volume ekspor tertinggi. Negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, Jepang, Belgia, Inggris dan Hongkong. Berikut Gambar 2 volume ekspor dari lima negara utama tujuan ekspor komoditas udang Indonesia.

0 50000 100000 150000 200000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Volume

(5)

Gambar 2: Volume Ekspor Komoditas Udang Indonesia Ke Lima Negara Tujuan Ekspor Utama (ton)

Sumber : Badan Pusat Statistik: data diolah, 2017

Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa ekspor komoditas udang Indonesia ke Jepang, merupakan ekspor terbesar kedua dan lebih stabil pergerakannya bila dibandingkan ekspor komoditas udang Indonesia ke Amerika Serikat. Pada tahun 2008, total volume ekspor udang Indonesia ke Jepang sebesar 322.923 ton. Menurun ditahun 2009 dan kembali naik tahun 2010 menjadi 332.740 ton. Tahun 2011 naik menjadi 368.992 ton dan mengalami sedikit penurunan pada 2012 menjadi 365.505 ton. Tahun 2013 kembali mengalami kenaikan volume ekspor udang Indonesia ke Jepang dan merupakan volume terbesar selama periode penelitian yakni 409.844 ton.

Namun 2014 terjadi penurunan kembali hingga akhir 2015, volume ekspor udang Indonesia ke Jepang berada pada titik terendah selama periode penelitian yakni 306.581 ton.

Terdapat dua jenis udang unggulan ekspor Indonesia yaitu yang pertama adalah spesies udang vanname dan yang kedua adalah udang windu. Jenis jenis udang tersebut diproduksi berupa budidaya tambak udang. Kebanyakan dari ekspor komoditas udang Indonesia berupa produk bahan mentah yaitu udang beku dan udang tak beku, dan ada pula udang olahan. Pembudidayaan udang vanname di Indonesia menerapkan teknologi intensif. Keuntungannya adalah memiliki produktivitas tinggi, responsif terhadap pakan, lebih tahan terhadap penyakit dan memiliki pangsa pasar yang cukup luas serta dapat dijual dalam ukuran (size) kecil maupun sedang untuk diekspor, dan sangat diminati di pasar Amerika Serikat (Aristiyani, 2017). Sedangkan udang windu merupakan udang asli Indonesia. Pengembangan pembudidayaan udang windu menggunakan teknologi sederhana dengan ciri khas pertumbuhan cepat dan ukurannya besar. Jenis udang windu ini diminati oleh pasar Jepang dan Eropa.

Ekspor komoditas udang Indonesia memiliki potensi yang besar dan berperan penting dalam menyumbang devisa negara. Indonesia merupakan negara pengekspor komoditas udang tiga besar di Amerika Serikat dan Jepang, hal itu menandakan Indonesia memiliki daya saing yang tidak kalah dengan negara pengekspor komoditas udang yang lain. Dengan menurunnya ekspor negara lain yang diakibatkan oleh penyakit udang, Indonesia seharusnya mampu memproduksi lebih untuk memenuhi permintaan pasar komoditas udang di Amerika Serikat dan Jepang karena kualitas udang Indonesia yang lebih baik.

Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional dapat dilihat dari daya saingnya, daya saing merupakan suatu konsep umum yang digunakan di dalam ekonomi, yang merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar. Di era perdagangan internasional yang bebas ini pada dasarnya menuntut terciptanya persaingan yang sehat tanpa hambatan. Dampak dari hal tersebut adalah perdagangan udang dunia cenderung bebas, iklim persaingan semakin ketat dan tantangan perdagangan udang Indonesia semakin luas dan bervariasi. Konsumen domestik maupun luar negeri menuntut kualitas udang yang baik. Pesaing-pesaing terbesar Indonesia di pasar Amerika Serikat dan Jepang yaitu Thailand, Vietnam, India, China dan Ekuador mendorong industri udang Indonesia untuk meningkatkan produksi dan kualitas udang agar mampu bersaing di pasar Amerika Serikat maupun pasar Jepang.

Adanya kestabilan permintaan komoditas udang di pasar Jepang maupun dengan adanya kebijakan permerintah Amerika Serikat menerapkan kebijakan quantitave easing yaitu pemerintah memberikan modal pada perusahaan dalam bentuk pembelian obligasi untuk memperbaiki perekonomian Amerika Serikat pasca krisis global menjadikan nilai tukar Indonesia terhadap dolar melemah karena setelah diterapkannya kebijakan quantitative easing, pemerintah Amerika Serikat menerapkan kebijakan tappering off yaitu memotong pemberian modal terhadap perusahaan tersebut. Hal itu menjadikan harga barang dalam negeri di pasar luar negeri menjadi murah. Hal itu seharusnya menjadikan kinerja ekspor akan meningkat, sehingga memiliki daya saing yang kuat.

0 500000 1000000 1500000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Amerika Serikat Belgia

Hongkong Inggris Jepang

(6)

Melihat pentingnya komoditas udang dalam perdagangan internasional tersebut menyebabkan perlu adanya penanganan yang tepat dalam peningkatan daya saing ekspor udang Indonesia supaya dapat menghadapi persaingan di pasar Amerika Serikat dan Jepang, menghindari adanya penolakan dari negara tujuan ekspor sehingga dapat meningkatkan volume serta nilai ekspor udang dan supaya komoditas udang dapat dijadikan sebagai salah satu penopang perekonomian nasional. Maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana daya saing ekspor komoditas udang Indonesia di negara Amerika Serikat dan Jepang serta kinerja dilihat dari efek komposisi komoditas, efek distribusi pasar, dan efek daya saing.

B. KAJIAN PUSTAKA

Teori klasik Perdagangan Internasional menjelaskan bahwa keuntungan dari perdagangan internasional itu timbul karena adanya comparative advantage yang berbeda antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan mengapa terdapat perbedaan di dalam fungsi produksi antara dua negara atau lebih. Jika fungsi produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan sama nilai produksinya sama sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena itu syarat timbulnya perdagangan internasional adalah perbedaan fungsi produksi di antara dua negara tersebut. Namun teori klasik tidak dapat menjelaskan faktor penyebab terjadinya perbedaan dalam comparative advantage adalah proporsi pemilikan faktor produksi. Teori ini kemudian dikenal dengan faktor proportions theory oleh Hecksher dan Ohlin. Ada beberapa kritik terhadap teori klasik bahwa tenaga kerja nyatanya tidak homogen, mobilitas tenaga kerja di dalam negeri mungkin tidak sebebas seperti dalam anggapan klasik. Hal ini disebabkan oleh ikatan keluarga, ketidaktentuan tentang pekerjaan yang baru di tempat dan sebagainya, dan dengan adanya noncompeting group dari tenaga kerja menyebabkan tidak mungkin nilai suatu barang dinyatakan dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan (Nopirin,2001).

Pemikiran kaum klasik telah mendorong diadakannya perjanjian perdagangan bebas antara beberapa negara. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini, sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam persaingan internasional (Nopirin, 2013).

Teori Keunggulan komparatif dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya The Principles of Political Economy and Taxation tahun 1817. Menurut keunggulan komparatif, bahkan jika satu negara kurang efisien daripada negara lain dalam produksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan. Negara pertama harus mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih kecil (ini yang akan menjadi komoditas yang merupakan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar (ini yang akan menjadi komoditas dengan kerugian komparatif).

Menurut Porter (2015), teori keunggulan kompetitif dijelaskan bahwa negara yang memiliki tingkat persaingan yang tinggi antar perusahaan-perusahaan domestik akan mendorong terbentuknya keunggulan kompetitif pada suatu negara. Dalam persaingan global saat ini, suatu bangsa atau negara yang memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional bila memiliki empat faktor penentu dan dua faktor pendukung. Keempat faktor utama tersebut adalah kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition) , industri tekait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Ada dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu kesempatan (change event) dan faktor pemerintah (government).

Penelitian yang dilakukan oleh Nguyen Tuan Kiet dan Zenaida M. Sumalde (Kiet & Sumalde, 2008), yaitu tentang daya saing ekspor udang vietnam pada wilayah Mekong River Delta. Penelitian ini menggunakan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana keunggulan komparatif ekspor komoditas udang di Vietnam khususnya di wilayah Mekong River Delta. Hasil dari penelitian ini adalah nilai RCA Vietnam di wilayah Mekong River Delta memiliki nilai lebih dari 1. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa ekspor komoditas udang Vietnam di wilayah Mekong River Delta memiliki keunggulan komparatif di pasar Internasional

(7)

Penelitian yang dilakukan Tuti Ermawati, Yeni Saptia (Ermawati & Saptia, 2013), tentang kinerja ekspor komoditas kelapa sawit di beberapa negara tujuan utama Indonesia. Penelitian ini menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage) dan Constant Market Share (CMS). Hasil dari penelitian adalah nilai RCA komoditas minyak kelapa sawit Indonesia di negara tujuan ekspor utama Indonesia memiliki nilai lebih dari 1 dan dapat disimpulkan bahwa ekspor komoditas minyak kelapa sawit memiliki keunggulan komparatif. Analisis constant market share menunjukan bahwa efek komposisi komoditas minyak kelapa sawit cenderung negatif. Efek distribusi pasar minyak kelapa sawit memiliki hasil yang negatif. Efek daya saing minyak kelapa sawit cenderung positif.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode analisis dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur daya saing dari suatu negara maupun daya saing komoditas. Untuk mengukur dan mengetahui daya saing tersebut, penelitian ini menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Selain itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya saing. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor tersebut dan seberapa besar pengaruhnya terhadap daya saing, dapat diketahui dengan metode Constant Market Share (CMS) atau model pangsa pasar.

Metode RCA merupakan salah satu metode untuk mengukur keunggulan komparatif suatu komoditas di suatu wilayah (kawasan, negara, dan provinsi. Kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut.

Kinerja ekspor komoditas udang Indonesia terhadap ekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat dan Jepang yang selanjutnya dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor komoditas udang dunia terhadap total nilai ekspor dunia menggunakan rumus RCA yaitu:

𝑅𝐶𝐴 = 𝑋𝑖𝑗/𝑋𝑗

𝑋𝑖𝑤/𝑋𝑤 Dimana:

Xij = Nilai ekspor komoditas i dari negara j Xj = Nilai total ekspor dari negara j Xiw = Nilai ekspor komoditas i di dunia Xw = Nilai total ekspor dunia

Nilai indeks RCA apabila lebih besar dari 1, menunjukkan bahwa daya saing komoditas negara tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tetapi apabila nilai indeks RCA menunjukkan nilai kurang dari 1, maka komoditas dari negara tersebut menurun daya saingnya.

Nilai daya saing dari suatu komoditi dapat disimpulkan dengan dua kemungkinan yaitu:

1. Jika nilai RCA > 1, maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga dapat dikatakan bahwa komoditas tersebut memiliki daya saing yang mumpuni.

2. Jika nilai RCA < 1, maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dibawah rata- rata dunia sehingga dapat dikatakan bahwa komoditas tersebut memiliki daya saing yang lemah.

Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑅𝐶𝐴 = 𝑅𝐶𝐴𝑡

𝑅𝐶𝐴𝑡−1 Dimana :

RCAt = Nilai RCA tahun sekarang (t) RCAt-1 = Nilai RCA tahun sebelumnya (t-1)

(8)

Metode CMS merupakan metode yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan ekspor suatu negara melalui beberapa determinan pertumbuhan ekspor negara tersebut. Metode CMS atau model pangsa pasar konstan sebagai model analisis daya saing yang digunakan untuk mengetahui keunggulan kompetitif atau daya saing ekspor di pasar dunia dari suatu negara produsen relatif terhadap negara pesaing. Penggunaan metode ini dilatar belakangi oleh terdapat kemungkinan laju pertumbuhan ekspor suatu negara pada suatu negara pada suatu periode yang mana tidak mampu mengikuti pertumbuhan secepat pertumbuhan ekspor rata-rata dunia.

Dalam perhitungan CMS akan memberikan hasil tiga determinan dalam pertumbuhan ekspor.

Determinan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Efek Distribusi Pasar

Efek distribusi pasar dapat bernilai positif atau negatif. Bernilai positif apabila negara pengekspor yang menjadi perhatian mendistribusikan pasarnya ke pusat pertumbuhan permintaan.

Seperti misal, ketika impor di negara Amerika Serikat meningkat dan Indonesia merespon dengan menaikkan volume ekspor udang ke Amerika Serikat maka efek distribusi pasar akan bernilai positif. Sebaliknya, apabila permintaan luar negeri Amerika Serikat mengalami penurunan namun Indonesia menaikkan volume ekspornya maka parameter dari efek distribusi pasar akan bernilai negatif. Rumus efek distribusi pasar sebagai berikut :

Dimana :

rij : pertumbuhan komoditas i ke negara j ri : pertumbuhan ekspor komoditas i Eij(t-1) : nilai total ekspor suatu negara tahun t-1

2. Efek Komposisi Komoditas

Efek komposisi komoditas dapat bernilai positif maupun negatif. Dikatakan positif apabila negara pengekspor menjadi perhatian, mengekspor suatu komoditas ke negara yang mempunyai distribusi pasar komoditas tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kelompok komoditas tersebut.

Rumus efek komposisi komoditas adalah sebagai berikut:

Dimana:

ri : pertumbuhan ekspor komoditas i

r : pertumbuhan semua ekspor dan negara tujuan Ei(t-1) : nilai total ekspor suatu negara tahun t-1

3. Efek Daya Saing

Efek daya saing dapat bernilai positif maupun negatif. Efek daya saing ini digunakan untuk melihat kenaikan dan penurunan bersih (net gain or loss) dalam pangsa pasar ekspor Indonesia secara relatif terhadap standar setelah memperhitungkan perubahan komposisi produk dan distribusi pasar. Bernilai positif apabila Indonesia masih bisa mempertahankan pangsa pasar dari para pesaing lainnya. Sebaliknya, apabila bernilai negatif maka Indonesia tidak bisa mempertahankan pangsa pasar dari para pesaing lainnya atau bisa dikatakan pangsa pasar tersebut digantikan oleh pesaing yang lain.

Asumsi dari efek daya saing ini didasarkan pada perubahan pangsa pasar ekspor negara pengekspor di pasar tertentu untuk produk tertentu hanya dapat terjadi selama periode analisis sebagai respon terhadap perubahan harga relatif produk asal pengekspor.

Rumus dari efek daya saing ini adalah sebagai berikut:

Dimana :

Eij(t) : nilai total ekspor suatu negara tahun t Eij(t-1) : nilai total ekspor suatu negara tahun t-1 rij : pertumbuhan komoditas I ke negara j

(9)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Revealed Comparative Advantage

RCA akan menggambarkan kinerja ekspor (export performance) udang Indonesia, yang membandingkan antara pangsa ekspor udang Indonesia terhadap pangsa ekspor udang dunia ke negara Amerika Serikat. Nilai RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau keunggulan daya saing ekspor dari suatu Negara dalam suatu komoditas tertentu. Apabila Nilai RCA ekspor udang lebih dari satu (>1), berarti ekspor udang Negara tersebut mempunyai keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai RCA ekspor udang kurang dari satu (<1), berarti ekspor udang Negara tersebut mempunyai daya saing yang lebih rendah dari rata-rata dunia.

Tabel 1: Nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) Udang Indonesia di Amerika Serikat Tahun 2008-2015

Tahun Xij Xj Xiw Xw RCA

2008 507844 13079934 5015140 2164834031 16,7597

2009 360617 10889079 4362847 1601895815 12,1596

2010 417869 14301876 4960336 1968259901 11,5936

2011 565221 16497616 5717464 2263619063 13,5642

2012 564442 14910181 5240583 2334677716 16,8649

2013 721468 15741132 6106887 2326590208 17,4615

2014 1082431 16560076 7450772 2410855476 21,1499

2015 768605 16266948 6417607 2313424569 17,0325

Rata-rata 623562,1 14780855,3 5658955 2173019597 15,82324 Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap udang dalam perdagangannya di pasar internasional khususnya untuk pangsa pasar Amerika Serikat. Hal ini ditunjukan dari nilai RCA >

1 dengan nilai rata-ratanya sebesar 15,82. Nilai RCA Indonesia untuk pangsa pasar Amerika Serikat menunjukkan nilai yang fluktuatif dari tahun 2008 sampai tahun 2015 yang diilustrasikan pada gambar 3 berikut:

Gambar 4: Indeks RCA Indonesia-Amerika Serikat Tahun 2008-2015

Gambar 4 menunjukkan bahwa selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terjadi penurunan nilai keunggulan komparatif ekspor udang Indonesia dan mulai naik kembali pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 yaitu dengan nilai indeks keunggulan komparatif sebesar 21,1499, sehingga dapat dinyatakan sejak tahun 2011 terjadi perbaikan kinerja ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat yang menghasilkan keunggulan komparatif yang terus naik dari tahun ke tahun.

16.7597

12.1596 11.5936

13.5642

16.8649 17.4615

21.1499

17.0325

0 5 10 15 20 25

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(10)

Tabel 2: Nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) Udang Indonesia di Jepang Tahun 2008-2016

Tahun Xij Xj Xiw Xw RCA

2008 322923 27743856 2597104 762533921 3,4174

2009 305195 18574730 2363477 551984751 3,8373

2010 332740 25781814 2629036 694059160 3,4072

2011 368992 33714696 3108972 855380474 3,0112

2012 365505 30135107 3071167 886031094 3,4992

2013 409844 27086259 2817406 833166061 4,4746

2014 370572 23127089 2739980 812184752 4,7496

2015 306581 18014347 2235286 625568421 4,7629

Rata-rata 347794 25522237 2695304 752613579 3,89493

Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap udang dalam perdagangannya di pasar internasional khususnya untuk pangsa pasar Jepang. Hal ini ditunjukan dari nilai RCA > 1 dengan nilai rata-ratanya sebesar 3,89. Nilai RCA Indonesia untuk pangsa pasar Jepang menunjukkan nilai yang fluktuatif dari tahun 2008 sampai tahun 2015 namun cenderung konstan yang diilustrasikan pada gambar 5 berikut:

Gambar 5: Indeks RCA Indonesia-Jepang Tahun 2008-2015

Gambar 5 menunjukkan bahwa selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terjadi penurunan nilai keunggulan komparatif ekspor udang Indonesia dan mulai naik kembali pada tahun 2011 sampai dengan akhir tahun 2015 yaitu dengan nilai indeks keunggulan komparatif sebesar 4,7620, sehingga dapat dinyatakan sejak tahun 2011 terjadi perbaikan kinerja ekspor udang Indonesia ke Jepang yang menghasilkan keunggulan komparatif yang terus naik dari tahun ke tahun. Kondisi perbaikan kinerja ekspor udang Indonesia mulai nampak pada tahun 2011 untuk pasar internasional khususnya pada dua negara tujuan utama dan terbesar yakni Amerika Serikat dan Jepang. Perbaikan ini nampak pada nilai RCA yaitu nilai keunggulan komparatif komoditas ekspor Indonesia yang dalam hal ini merujuk pada komoditas udang, yang berada pada nilai diatas 1.

3.4174 3.8373

3.4072

3.0112

3.4992

4.4746 4.7496 4.7629

0 1 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(11)

Constant Market Share

Analisis Constant Market Share mempunyai tiga komponen efek yang menunjukkan distribusi pasar, komposisi komoditas serta daya saing, memberikan efek terhadap kegiatan ekspor komoditas udang di Indonesia yang pertama ekspor ke negara Amerika Serikat. Hasil perhitungan komponen analisis CMS disajikan pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3: Hasil Analisis Constant Market Share Negara Amerika Serikat Tahun Efek Komposisi

Komoditas Efek Distribusi Pasar Efek Daya Saing

2009 1,0792 -10601 -71299

2010 1,3822 -25383 13815

2011 -3,5469 -68621 92016

2012 -8,5982 20535 50655

2013 -2,7709 41339 76956

2014 -2,1742 38901 23083

2015 1,0928 -25156 -25156

Dari ketiga komponen efek analisis CMS, selama periode 2009 sampai dengan 2015 efek daya saing lebih banyak mempengaruhi kemampuan Indonesia dalam daya saing ekspor udangnya. Hal ini menunjukkan peningkatan ekspor udang Indonesia dipengaruhi oleh daya saing komoditas ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat.

nilai efek komposisi komoditas Indonesia cenderung menunjukkan nilai yang negatif. Efek komposisi komoditas yang negatif menunjukkan rendahnya ekspor udang Indonesia ke negara importir dikarenakan meningkatnya permintaan udang di dunia namun tidak terjadi peningkatan pada permintaan udang dunia di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa ekspor udang Indonesia kurang diminati oleh pasar internasional secara global. Hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2011 hingga 2014 nilai efek komposisi komoditas Indonesia menunjukkan nilai yang negatif.

Sedangkan nilai positif terjadi pada tahun 2009, 2010 dan 2015 saja. Nilai yang negatif pada tahun- tahun tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan nilai ekspor udang Indonesia yang lebih rendah dari pertumbuhan nilai ekspor dunia. Kurangnya peminat udang Indonesia dikarenakan melemahnya perekonomian dunia yang disebababkan oleh perbaikan ekonomi Amerika Serikat pasca krisis global 2008. Kebijakan tapering off mengakibatkan melemahnya mata uang di sebagian negara- negara di dunia sehingga negara-negara tersebut enggan untuk melakukan impor.

efek distribusi pasar ekspor udang Indonesia pada satu negara tujuan utama yaitu USA cenderung bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan pasar ekspor udang Indonesia pada negara tersebut kurang baik. Hal ini dapat dilihat melalui nilai efek distribusi pasar di Amerika Serikat yang negatif dan mulai meningkat kearah positif sepanjang tahun 2012 sampai dengan 2014 dan negatif ditahun 2015, ini mengindikasikan pasar ekspor udang Indonesia tergolong negatif di pasar dunia namun memiliki peluang yang baik di pasar Amerika Serikat yang ditunjukkan dengan nilai efek distribusi pasar udang yang positif selama tahun 2012 hingga 2014 Hal ini disebabkan oleh nilai tukar mata uang Amerika Serikat pasca krisis mengakibatkan menurunnya efek distribusi pasar di tahun 2009 hingga 2011. Setelah dilakukan kebijakan quantitative easing oleh pemerintah Amerika Serikat. Efek distribusi pasar cenderung positif sampai pada akhirnya menurun kembali di tahun 2015 setelah dilakukan kebijakan tapering off.

Efek daya saing selama periode 2010 sampai dengan 2014 menunjukkan nilai yang cenderung positif. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor udang Indonesia terjadi karena daya saingnya lebih tinggi akibat mutu atau harga yang lebih baik.Nilai efek daya saing yang negatif pada tahun tersebut diakibatkan oleh kecilnya permintaan udang Indonesia oleh importir utama udang Indonesia yaitu Amerika Serikat. Nilai efek daya saing cenderung positif karena udang Indonesia memiliki mutu yang lebih sehat dan masih relatif terbebas dari penyakit. Seperti misal negara Thailand yang sebagian besar memiliki penyakit EMS (Early Mortality Syndrome) mengakibatkan daya saingnya turun sehingga Indonesia memiliki daya saing yang lebih tinggi.

(12)

Tabel 4:Hasil Analisis Constant Market Share (CMS) Negara Jepang Tahun Efek Komposisi

Komoditas Efek Distribusi Pasar Efek Daya Saing

2009 9,0542 -10601 14193

2010 1,2607 -25383 -3283

2011 -1,0846 -68621 -15114

2012 -1,643 20535 1055

2013 -1,0173 41339 77260

2014 -9,1765 38901 -27691

2015 6,2713 -25156 19678

Dari ketiga komponen efek analisis CMS yaitu efek komposisi komoditas, efek distribusi pasar dan efek daya saing selama periode 2009 sampai dengan 2015 efek daya saing lebih banyak mempengaruhi kemampuan Indonesia dalam daya saing ekspor udangnya. Hal ini menunjukkan peningkatan ekspor udang Indonesia dipengaruhi oleh daya saing komoditas ekspor udang Indonesia ke Jepang.

Hasil analisis Constant Market Share menunjukkan bahwa nilai efek komposisi komoditas Indonesia cenderung menunjukkan nilai yang negatif. Efek komposisi komoditas yang negatif menunjukkan rendahnya ekspor udang Indonesia ke negara importir dikarenakan meningkatnya permintaan udang di dunia namun tidak terjadi peningkatan pada permintaan udang dunia di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa ekspor udang Indonesia kurang diminati oleh pasar internasional secara global. Hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2011 hingga 2014 nilai efek komposisi komoditas Indonesia menunjukkan nilai yang negatif. Sedangkan nilai positif terjadi pada tahun 2009, 2010 dan 2015 saja. Nilai yang negatif pada tahun-tahun tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan nilai ekspor udang Indonesia yang lebih rendah dari pertumbuhan nilai ekspor dunia.

Kondisi ini terjadi sebelumnya pada analisis efek komposisi komoditas dengan negara tujuan ekspor Amerika Serikat Hal ini terjadi karena permintaan udang di dunia tidak terlalu banyak akibat dari krisis global 2008. Negara-negara yang tertimpa krisis membatasi negaranya untuk melakukan impor sehingga permintaan udang dunia tidak maksimal.

Selain itu efek distribusi pasar ekspor udang Indonesia pada satu negara tujuan utama yaitu Jepang cenderung bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan pasar ekspor udang Indonesia pada negara tersebut kurang baik. Hal ini dapat dilihat melalui nilai efek distribusi pasar di Jepang yang negatif dan mulai meningkat kearah positif sepanjang tahun 2012 sampai dengan 2014 dan negatif ditahun 2015, ini mengindikasikan pasar ekspor udang Indonesia tergolong negatif di pasar dunia namun memiliki peluang yang baik di pasar Jepang yang ditunjukkan dengan nilai efek distribusi pasar udang yang positif selama tahun 2012-2014. Hal ini juga terjadi pada analisis efek distribusi pasar komoditas ekpor udang dengan pangsa pasar negara Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan menurunnya mata uang Jepang setelah setelah terjadi krisis global yang dialami amerika serikat. Menurunnya mata uang Jepang mengakibatkan Jepang enggan untuk mengimpor barang, salah satunya udang. Sehingga perkembangan ekspor udang Indonesia di negara Jepang dinilai kurang baik.

Efek daya saing pada periode 2009, 2012 sampai dengan 2013 dan 2015 menunjukkan nilai yang cenderung positif. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor udang Indonesia terjadi karena daya saingnya lebih tinggi akibat mutu atau harga yang lebih baik. Walaupun pada tahun 2010-2011 dan 2014 daya saing Indonesia termasuk lemah. Dimana nilai efek daya saing pada tahun tersebut bernilai negatif. Nilai efek daya saing yang negatif pada tahun tersebut diakibatkan oleh kecilnya permintaan udang Indonesia oleh importir utama udang Indonesia yaitu Jepang. Selain itu, efek negatif pada tahun tersebut juga merupakan dampak EMS yang berlangsung sampai dengan beberapa tahun setelah itu. Pada efek daya saing ini, kondisi daya saing komoditas udang Indonesia pada pangsa pasar Amerika Serikat lebih baik daripada efek daya saing pada pasar Jepang.

(13)

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya mengenai daya saing komoditas udang Indonesia di pasar Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Komoditas udang Indonesia memiliki daya saing yang tinggi atau di atas rata-rata dunia. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai RCA udang Indonesia pada dua negara tujuan utama yaitu Amerika Serikat dan Jepang selama periode penelitian >1. Faktor sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, eksistensi industri pendukung dan kondisi permintaan mendukung daya saing udang Indonesia untuk berkembang terutama dengan adanya dukungan oleh pemerintah dan faktor kesempatan yakni terhindarnya Indonesia dari serangan penyakit EMS (Early Mortality Syndroms) sehingga udang Indonesia mampu memenuhi permintaan dunia khususnya pasar Amerika Serikat dan Jepang yang sedang kekurangan pasokan.

2. Efek dari komposisi komoditas terhadap kegiatan ekspor komoditas udang Indonesia di negara Amerika Serikat dan Jepang memiliki pengaruh yang negatif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemintaan udang dunia tidak di imbangi dengan penawaran ekspor udang Indonesia yang mana Udang Indonesia masih belum diminati oleh global.

3. Efek dari distribusi pasar terhadap kegiatan ekspor komoditas udang Indonesia di negara Amerika Serikat dan Jepang memiliki pengaruh yang negatif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penyerapan pasar ekspor komoditas udang Indonesia di pusat distribusinya masih rendah karena Indonesia adalah negara yang masih tergolong baru dalam ekspor komoditas udang Indonesia masih butuh waktu lama untuk bisa meningkatkan penawaran pada pusat distribusi pasar tersebut.

4. Efek dari daya saing terhadap kegiatan ekspor komoditas udang Indonesia di negara Amerika Serikat dan Jepang memiliki pengaruh yang positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekspor udang Indonesia di negara Amerika Serikat dan Jepang memiliki daya saing yang tinggi karena kualitas dan mutu udang Indonesia yang bagus sehingga dapat mampu bersaing dengan negara-negara pengekspor udang lainnya.

Saran

Beberapa saran atas hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah dan para stakeholders yang terkait usaha pembibitan udang Indonesia diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam akses ketersediaan benih unggul, pakan yang bermutu, serta pengembangan sektor pengolahan udang sehingga produk olahan udang mempunyai kualitas dan menghasilkan nilai tambah serta meningkatkan daya saing udang Indonesia di pasar internasional.

2. Permodalan bagi petani tambak udang sebaiknya dikaji ulang untuk program selanjutnya mengingat luasan tambak yang berkurang akibat petani gulung tikar.

Sehingga saat kondisi membaik ini, diperlukan skema pembiayaan yang bisa lebih meng-cover apabila terjadi kelesuan pasar ekspor.

3. Perlu adanya penelitian dan pengembangan terhadap teknik budidaya udang, teknologi pengolahan limbah, teknologi pasca panen dan kegiatan pemasaran untuk memperoleh produk udang yang memiliki nilai tambah serta hasil panen yang optimal.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Aristiyani, Ririn. 2017. Analisis Daya Saing Udang Indonesia di Pasar Internasional. Lampung:

UBL.

Badan Pusat Statistik. 2016. Total Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 2008 2015 Menurut Negara Tujuan Utama. www.bps.go.id. diakses tanggal 28 Oktober 2016.

Badan Pusat Statistik. 2016. Volume Ekspor Komoditas Udang Indonesia Ke Lima Negara Tujuan Ekspor Utama. www.bps.go.id. diakses tanggal 28 Oktober 2016.

Basri, Faisal., Munandar, Haris. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional edisi ke-1. Jakarta : Kencana

Board Of Governors of The Federal Reserve System. 2017. Data Keuangan Amerika Serikat Sebelum dan Setelah Diberlakukannya Kebijakan Quantitave Easing.

www.federalreserve.gov. diakses tanggal 5 februari 2017.

Daniels, John. 2012. International Business Environment and Operations. buku 1 New Jersey : Pearson Educational International.

Darmawan,Deni. Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi ke-1. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Deresky, Helen. 2006. International Management Managing Across Borders and Cultures. buku 4 Wesley : Pearson Educational International.

Ermawati, T., & Saptia, Y. 2013. Kinerja Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia the Export Performance of Indonesia’s Palm Oil. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 7(2), 129–147.

Federal Reserve Bank. 2017. Nilai Tukar Mata Uang Negara Jepang terhadap Dolar Amerika Serikat. www.federalreserve.gov. diakses tanggal 5 februari 2017.

Geethalakshmi, V., Gopal, N., & Unnithan, G. R. 2010. Analysis of Indian Shrimp Exports and its Prices in Major International Markets. Central Institute of Fisheries Technology India, 47(1), 79–84.

International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Dunia (per 1000 USD) Selama Tahun 2008-2015.

www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017

International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Dunia (per 1000 USD) ke Amerika Serikat Selama Tahun 2008-2015. www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017.

International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Dunia ke Jepang Tahun 2008- 2015.

www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017.

International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Indonesia (per 1000 USD) ke Amerika Serikat Selama Tahun 2008-2015. www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017

International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Indonesia ke Jepang Tahun 2008-2015.

www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017

International Trade Centre. 2016. Volume Ekspor Komoditas Udang Dunia ke Jepang dan Volume Ekspor Komoditas Udang Indonesia ke Jepang. www.trademap.org. diakses tanggal 28 oktober 2016.

International Trade Centre. 2016. Posisi Impor Jepang dari Dunia dan Indonesia Tahun 2008-2015.

www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017.

(15)

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2017. Luas Lahan Budidaya Tambak. www.kkp.go.id.

Diakses tanggal 5 februari 2017.

Kiet, N. T., & Sumalde, Z. M. 2008. Comparative and Competitive Advantage of the Shrimp Industry in Mekong River Delta , Vietnam. Asian Journal of Agriculture and Development, 5(1), 57–80.

Lipsey, Richard,G,et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid I. Jakarta: Bina Rupa Aksara Mulyadi, M. T. 2005. Indonesia Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat : Studi

Kasus Ekspor Udang Beku Indonesia. Journal The Winners, 6(2), 134–154.

Nopirin. 2001. Ekonomi Internasional.edisi ke-3. Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA

Pavithra S ., P. . S. . A. and M. . K. 2014. Market Shares , Instability and Revealed Comparative Advantage of Seafood Exports From India. Indian Fisheries Education Journal, 61(August), 90–97.

Porter, Michael E.., Agus Maulana. 2015. Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta : Erlangga

Rakhmawan, Hendra. 2009. Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional.

Bogor: IPB.

Salvatore, Dominic. 2014. Ekonomi Internasional buku 1.edisi ke-9. Jakarta : Salemba empat Sea Food Centre. 2016. Ekspor komoditas udang dunia ke Amerika Serikat dan Jepang.

www.seafoodcentre.com. Diakses tanggal 4 November 2016.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan.edisi ke-21. Bandung : Alfabeta Bandung.

Suman, A. 2010. Sumberdaya Udang Panaeid di Indonesia dan Alternatif Pengelolaannya secara Berkelanjutan. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Salemba Empat. Jakarta

Tajerin dan Mohammad Noor 2004, Daya Saing Udang Indonesia di Pasar Internasional: Sebuah Analisis dengan Pendekatan Pangsa Pasar Menggunakan Model Ekonometri. Journal Ekonomi Pembangunan, Vol.9, No. 2, pp. 177-191

Tri Wahyudi, S. 2013. Analysis of the Competitiveness of Indonesian palm oil and cocoa Export Commodities: A Study on Malaysia and Singapore Export Markets. Pertanika Journal, 24(12), 159–164.

United Nation Statistic Division. 2016. Volume Ekspor Negara-Negara Ekportir Komoditas Udang Ke Amerika Serikat. www.Comtrade.un.org. diakses tanggal 28 oktober 2016.

Wati, L. A., & Mustadjab, M. M. 2013. Competitiveness of Indonesian Shrimp Compare with Thailand Shrimp in Export Market. Department of Socio-Economic Faculty of Agriculture University of Brawijaya, 16(1), 24–31.

Xinhua, Y. 2008. Comparative Advantage analysis of shrimp production in Asia Market price.

Aquaculture Asia Magazine, (9), 33–36.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan hasil analisis RCA karet alam Indonesia memiliki keunggulan komparatif di masing-masing negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat,