• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM OYOTAN DAN TAHUNAN DALAM PENGELOLAAN SAWAH DI DESA RATNA DAYA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS SISTEM OYOTAN DAN TAHUNAN DALAM PENGELOLAAN SAWAH DI DESA RATNA DAYA "

Copied!
118
0
0

Teks penuh

11 Rusmiyati, Produktivitas Kerja Petani Ditinjau dari Sistem Muzara'ah, (Jurusan Syari'ah dan Ekonomi Islam STAIN Jurai Siwo Metro; 2016). Muzara'ah, yaitu kerjasama antara pemilik tanah atau pemilik tanah dengan penggarap dengan bagi hasil sesuai kesepakatan dan benih ditanggung oleh pemilik tanah. Dapat disimpulkan bahwa muzara'ah diserahkan dari pemilik ladang kepada penyewa ladang untuk dikelola dan hasilnya dibagi dua sesuai kesepakatan keduanya.

Syafijah berpendapat bahwa akad muzakat tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus sejajar dengan muzakat. Hanafiyah berpendapat bahwa rukun muzarah adalah ijab dan kabul, yang menunjukkan keinginan di antara keduanya. Hanabilla berpendapat bahwa muzareh dan musjekuhu tidak memerlukan kabul lisan, tetapi cukup untuk menggarap tanah.

Ini dianggap kabul.25 Penjelasan di atas menjelaskan rukun muzarah dan musjekuh, yaitu ijab dan kabul. Tanah dan alat-alat disediakan oleh satu pihak (pemilik), sedangkan benih dan pekerjanya dari pihak lain (penggarap).Dalam bentuk keempat ini, menurut riwayat Zahir, muzareh menjadi fasid. Amalan yang dilakukan di desa Ratna Daya telah memenuhi prinsip kedelapan yaitu Sadd al-Dzari’ah atau dalam bahasanya yaitu mediasi.

Jika diperhatikan dalam pelaksanaannya, bentuk pengamalan yang sesuai dengan sistem oyotan dan tahunan adalah sistem ijaroh dan muzara'ah.

Tabel I nama-nama pemilik dan penggarap sawah
Tabel I nama-nama pemilik dan penggarap sawah

PENDAHULUAN

Pertanyaan Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian Relevan

12 Dewi Mutmainah, Implementasi Muzara'ah di Desa Jojog Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur Ditinjau dari Ekonomi Islam, (Jurusan Syari'ah dan Ekonomi Islam, Program Studi Ekonomi Syari'ah STAIN Jurai Siwo Metro; 2009). Muzara'ah dalam arti lain adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik tanah dan penggarap, dimana pemilik tanah memberikan tanah pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen. Imam Abu Hanifah dan Zufar berpendapat bahwa hukum muzara'ah tidak boleh, menurut mereka muzara'ah dengan bagi hasil ¼, ½ atau 1/3 hukumnya tidak sah.

Namun mayoritas ulama membolehkan akad hasil panen baik dalam bentuk musaqoh maupun muzara’ah secara terpisah atau bersama-sama berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas, dapat disimpulkan bahwa bagi hasil dalam sawah oleh mayoritas ulama membolehkannya. Menurut Abu Yusuf dan Muhammad, ada empat jenis muzara'ah, tiga di antaranya sah dan satu batal atau fasid. Dalam bentuk pertama ini, muzara'ah diperbolehkan secara hukum, dan status pemilik tanah adalah penyewa tenaga dan benih pemilik tanah, sedangkan alat-alatnya menjadi milik pemilik tanah.

Dari bentuk kedua ini muzara'ah juga sah secara hukum, dan status penggarap sebagai penyewa tanah dengan imbalan sebagai hasilnya. Menurut penjelasan di atas, ada empat jenis muzara'ah, yaitu tiga hukum hukum dan hukum batal atau fasid. Namun, jika jangka waktunya telah habis sebelum panen, maka akad Muzara'ah dilanjutkan hingga panen dan hasilnya dibagi sesuai kesepakatan.

Tetapi pihak yang membuat perjanjian, benih yang ditanam, tanah yang diusahakan, telah memenuhi syarat sah muzaara'ah dan mengikut fiqh Muamalah.

LANDASAN TEORI

Definisi Sewa Menyewa (Ijaroh)

Dasar Hukum Sewa Menyewa (Ijaroh)

Rukun dan Syarat Sahnya Sewa Menyewa (Ijaroh)

Macam-Macam Sewa (Ijaroh)

Pembatalan dan berakhirnya ijaroh

Teori Muzara’ah

  • Definisi Muzara‟ah
  • Dasar Hukum Muzara‟ah
  • Rukun dan Syarat Muzara‟ah
  • Bentuk-Bentuk Akad Muzara‟ah
  • Berakhirnya Akad Muzara‟ah

Teori Fiqih Muamalah

  • Pengertian Fiqih Muamalah
  • Pembagian Muamalah
  • Karakteristik Muamalah Dalam Islam
  • Prinsip Dasar Fiqih Muamalah

METODOLOGI PENELITIAN

Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data itu diperoleh.3 Data adalah data hasil penelitian, baik berupa fakta maupun angka. Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari subjek melalui pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dicari.

Sumber data primer ini diperoleh dari penelitian yang peneliti lakukan dengan pemilik sawah dan penggarap sawah yang berjumlah 24 orang, 5 orang peneliti ini mengambil 9 sampel yang memenuhi syarat sampling. Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua setelah sumber data primer.7 yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan yang ditulis oleh orang lain, dokumen yang merupakan hasil penelitian dan laporan. Sumber data sekunder diharapkan dapat mendukung penelitian dalam memperoleh data dalam penelitian ini sehingga sumber data primer menjadi lebih lengkap.

Tekhnik Pengumpulan Data

Mengenai referensi sumber data sekunder adalah buku-buku yang berkaitan dengan akad, persewaan dan ekonomi Islam, seperti Fiqh Muamalah, Hadits Al-Qur'an, Tafsir Al-Qur'an Majid, Fiqh Kontemporer Muamalh, Pengembangan Akad Musyarakah, Ringkasan Garis Besar Fiqh, Ekonomi Fiqh Syariah. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Kumpulan data informasi yang diperoleh melalui pengukuran tertentu untuk digunakan sebagai dasar penyusunan argumentasi logis menjadi fakta.

Sedangkan fakta itu sendiri merupakan fakta yang telah diuji secara empiris 9 Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang dinyatakan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan peneliti. Untuk mendapatkan data yang peneliti inginkan, peneliti mencari informasi tentang sewa tanah dalam sistem oyotan dan tahunan dengan mewawancarai kepala suku. Menurut Abdurrahman Fatoni, studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden 11 Dokumentasi ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan tertulis mengenai kondisi dan dokumen yang berkaitan dengan Oyotan dan Analisis Sistem Tahunan dalam Pengelolaan Sawah Desa Ratna Daya , Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur.

Teknis Analisis Data

Penduduk desa, pemilik sawah dan penggarap sawah berjumlah 24 orang yang memenuhi kriteria 9 orang di Desa Ratna Daya Kecamatan Raman Utara. Berikut nama-nama pemilik sawah dan petani padi di Desa Ratna Daya yang ditabelkan sebagai berikut:. Sistem Penghunian Dalam Pengelolaan Sawah Desa Ratna Daya Desa Ratna Daya mayoritas penduduknya adalah petani, dimana ± 90% dari ± 5.006 penduduk memiliki lahan sawah.

Karena banyak yang memiliki sawah sendiri dan jarang mengelola sawah asing, sekitar 24 orang menggunakan sistem sewa di desa Ratna Daya. Namun ada pendapat lain mengenai sistem pengelolaan persawahan di desa Ratna Daya menurut Bpk. Sistem pengelolaan sawah Zainalu di desa ini yaitu; jika dalam pengelolaan sawah biaya dibebankan kepada anakan seperti benih padi, maka setengahnya adalah pupuk padi. Dalam praktiknya, sistem pembayaran sewa di desa Ratna Daya menggunakan nilai nominal uang atau bagi hasil hasil panen, misalnya dalam penyelesaian sewa pemilik tanah.

Jadi sila ketiga yaitu asas berbuat zalim, petani desa Ratna Daya tidak memenuhi syarat. Jadi warga desa Ratna Daya telah memenuhi syarat ke 5 yaitu larangan riba, karena pada prakteknya pemilik sawah tidak mendapat tambahan uang sewa akibat keterlambatan pembayaran uang sewa. Prinsip jujur ​​dan amanah dalam bermuamalah sangat sulit ditemukan, namun di desa Ratna Daya para petani menganut prinsip kejujuran dan dapat dipercaya untuk bekerjasama dalam mengelola lahan pasir.

Prinsip kedelapan adalah petani di desa Ratna Daya tidak menggunakan perantara dalam melakukan kontrak sewa menyewa sawah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat Ratna Daya

Letak Geografis Desa Ratna Daya

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil desa Ratna Daya terdapat 3710 petani dari 5006 penduduk4, terdapat 24 pihak yang menyewa lahan sawah, oleh karena itu peneliti mengambil sampel sebanyak 9 orang yang terbagi menjadi 3 orang pemilik lahan dan 6 orang pemilik lahan. . penyewa sawah. Beberapa masyarakat ini mempraktekkan sewa sawah dengan sistem tahunan dan oyotan, yaitu kesepakatan antara pemilik sawah dan penyewa sawah. Selain itu, peneliti melakukan wawancara dengan pemilik sawah di desa Ratna Daya, menurut Ibu. Siti dan Bpk. Ansor dalam sistem sewa sawah di desa Ratna Daya, yaitu: jika biaya ditanggung oleh pemilik sawah, maka hasilnya dibagi dua, dan bila biaya ditanggung petani padi, hasil 1 /3 sawah diberikan kepada pemilik tanah, sedangkan sisanya menjadi miliknya. pembudidaya.

6 Wawancara Siti dan Ansorin selaku Pemilik Lahan Sawah pada tanggal 16 September 2018. dibagi dua) maka hasil panen dibagi rata 1:1, tetapi jika pupuk, bibit padi dan lain-lain berasal dari pemilik sawah, maka pembagiannya adalah 1/ 3 dari hasil untuk pembudidaya.7. Kemudian peneliti mewawancarai penggarap sawah di Desa Ratna Daya tentang sistem pengelolaan sawah di desa Ratna Daya menurut mereka yaitu jika anggaran dari pemilik sawah maka 1/3 bagiannya masuk ke pengelola dari sawah dan sisanya menjadi milik pemilik sawah, kedua, jika dana anggaran seluruhnya untuk pupuk, benih padi dan lain-lain dari pengelola sawah, maka 1/3 menjadi milik pemilik sawah sawah dan sisanya menjadi penggarap, dan ketiga, jika biaya awal pemeliharaan sawah, benih padi, pupuk ditanggung keduanya, maka pembagiannya dibagi rata 1 : 1,10. Dalam kerjasama persewaan sawah ini, pemilik tanah dan petani hanya mengenal sewa secara umum dan tidak memahami kerjasama yang sesuai dengan fikih muamalah. 13 Miko, Simin, Anah dan Sumini menjelaskan hal yang berbeda sebagai pengelola sawah. di desa Ratna Daya, dengan.

Analisis Sistem Oyotan Dan Tahunan Dalam Pengelolaan Lahan

Prinsip pertama di Desa Ratna Daya ini telah memenuhi dasar hukum mumamalah karena dalam praktiknya petani melakukan transaksi sewa dalam pengelolaan sawah dengan sistem tahunan atau oyotan yang diperbolehkan dalam sistem ini karena sawah termasuk dalam sewa yang diperbolehkan yaitu berupa tanah, jika dalam prakteknya masih memenuhi syarat hukum dalam ijarah. Dari pembagian ini, apabila biaya berasal dari benih padi, pupuk, pestisida dan biaya pengelolaan penggarapan sawah, maka pemilik sawah mendapat bagian setengah dari hasil panen. Dalam pelaksanaan kontrak, pemilik tanah dan petani di Desa Ratna Daya melakukan negosiasi terlebih dahulu bagaimana cara mengelola keadaan sawah, luas tanah, harga dan pembagian hasil yang diperoleh, serta melihat kondisi padi. sawah yang akan dikelola sedemikian rupa sehingga keduanya rela dan adil, setelah mereka sama-sama bergotong royong dalam pengelolaan sawah.

Pelaksanaan kerjasama yang berlangsung di desa Ratna Daya tidak memenuhi syarat terkait dengan prinsip gharar mengenai waktu, karena tidak ada kejelasan berapa lama kerjasama tersebut berlangsung, sehingga mengakibatkan hal-hal yang tidak baik. diinginkan. dari kedua belah pihak di masa depan. Kegiatan muamalah hampir setiap hari dilakukan oleh masyarakat khususnya di desa Ratna Daya dalam melaksanakan praktek muamalah pengelolaan sawah secara tahunan atau sistem oyotan. Masyarakat tidak menerima biaya tambahan meskipun ada keterlambatan pembayaran sewa. Praktek pelaksanaan pengelolaan sawah yang terjadi di desa Ratna Daya, jika dilihat dan dianalisis serta memperhatikan prinsip fikih muamalah, maka pengelolaan sawah tersebut baik dari asas hukum dasar muamalah halal yaitu asas syarat-syarat. dalam muamalah halal, prinsip larangan riba, prinsip larangan maisir, prinsip kejujuran dan amanah, prinsip mediasi, sedangkan prinsip larangan gharar dan larangan maksiat masih mengandung unsur kemenduaan. terkait dengan masalah waktu yang mungkin mereka timbulkan.

PENUTUP

Saran

Gambar

Tabel I nama-nama pemilik dan penggarap sawah

Referensi

Dokumen terkait

PERJANJIAN SEWA MENYEWA SAWAH MELALUI LISAN DI DESA POTOAN DAYA KECAMATAN PALENGAAN KABUPATEN PAMEKASAN DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM

1507K/PDT/2010 dalam memutuskan perkara ini adalah tepat dikarenakan perjanjian sewa-menyewa yang dilakukan semasa hidup antara CF (penyewa/kakek dari para pemohon kasasi) dengan

Perjanjian rent car merupakan perjanjian tertulis dimana terdapat ketentuan dan syarat- syarat yang disepakati oleh para pihak sehingga timbul perjanjian sewa menyewa. Hal ini

Dari hasil penelitian terhadap permasalahan ini dapat disimpulkan mengenai tanggung jawab penyewa apabila pihak penyewa wanprestasi dalam perjanjian sewa menyewa kendaraan

Praktik tersebut dilakukan secara tertulis dan objek dalam sewa menyewa emas tidak digunakan secara langsung, akan tetapi objek yang disewa diinvestasikan untuk membayar

5 Dari pembahasan penelitian diatas saya setuju dengan pelaksanaan perjanjian sewa lahan untuk pemasangan Base Transceiver Station (BTS) dilakukan secara tertulis di hadapan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukakan bahwasanya pelaksanaan perjanjian sewa menyewa lahan tanah sawah yang dilakukan oleh kedua belah pihak telah sesuai dengan

Dalam peristiwa hukum seperti perjanjian sewa-menyewa, pihak yang menyewa serta penyewa masing-masing mengikatkan diri untuk patuh dalam kontrak yang sudah