• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Soil Nailing dan Surface Protection menggunakan Metode Numerik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Soil Nailing dan Surface Protection menggunakan Metode Numerik "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Soil Nailing dan Surface Protection menggunakan Metode Numerik

Yuki Achmad Yakin1, Desti Santi Pratiwi2, Favian Alif Nur Javier3

1,2,3Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung

*Koresponden email: [email protected], [email protected], [email protected]

Diterima: 17 Maret 2022 Disetujui: 11 April 2022

Abstract

The slope is a specific area of the earth’s surface that is formed by a particular angle toward the horizontal.

Slopes can be classified into two types: natural slope and artificial slope. Slope stability has an important role in human safety efforts and the strength of the buildings to be built around the slope area. Soil nailing is a form of reinforcement in an effort to increase the stability of the slopes to avoid possibility of landslide.

Soil nailing generally combined with a surface protection to prevent erosion and protect the slopes from collapsing. In this study the method used is the Numerical Method. The purpose of this study is to examine the effect of slope on reinforced slopes as high as 5 meters from 20 meters of total slope on slope stability using PLAXIS 2D. The results of the analysis show that the alternative slopes of 1V:1H have met the safe conditions so that there is no need for reinforced, while the slopes with alternative slopes of 2V:1H, 3V:1H and 4V:1H require the soil nailing reinforcement to increase the value of the safety factor so that it meets safe conditions. Use Macmat HS and Shotcrete does not have a major impact on the value of the safety factor. Shotcrete increase the value of the safety factor greater than Macmat HS because of the difference in the stiffness of the two materials.

Keywords: slope stability, soil nailing, surface protection, PLAXIS 2D, numerical method

Abstrak

Lereng adalah suatu bidang pada permukaan bumi yang terbentuk karena kemiringan sudut tertentu terhadap bidang horizontal. Lereng dapat diklasifikasikan menjadi lereng alami dan lereng buatan.

Stabilitas lereng memiliki peran penting dalam upaya keselamatan manusia dan kekuatan bangunan yang akan dibangun di sekitar wilayah lereng. Soil nailing merupakan suatu bentuk perkuatan dalam upaya untuk meningkatkan stabilitas lereng guna menghindari potensi longsor. Soil nailing pada umumnya dikombinasikan dengan surface protection untuk mencegah erosi dan melindungi lereng yang sudah diperkuat agar tidak terjadi keruntuhan. Penelitian ini menggunakan metode Metode Numerik. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengkaji pengaruh kemiringan pada lereng yang diperkuat setinggi 5 meter dari 20 meter kemiringan total terhadap stabilitas lereng menggunakan PLAXIS 2D. Hasil analisis menunjukkan alternatif kemiringan lereng 1V:1H sudah memenuhi kondisi aman sehingga tidak perlu dilakukan perkuatan sedangkan lereng dengan alternatif kemiringan 2V:1H, 3V:1H dan 4V:1H diperlukan perkuatan soil nailing untuk meningkatkan nilai faktor keamanan sehingga memenuhi kondisi aman. Penggunaan Macmat HS dan Shotcrete tidak berdampak besar terhadap nilai faktor keamanan. Penggunaan Shotcrete menaikkan nilai faktor keamanan lebih besar dibandingkan Macmat HS karena perbedaan tingkat kekakuan dari kedua material tersebut.

Kata Kunci: stabilitas lereng, soil nailing, pelindung muka, PLAXIS 2D, metode numerik.

1. Pendahuluan

Lereng merupakan suatu bidang tertentu pada permukaan bumi yang terbentuk karena suatu kemiringan sudut tertentu. Stabilitas lereng memiliki peran penting dalam upaya keselamatan manusia dan kekuatan bangunan yang akan dibangun di atas lereng tersebut. Salah satu metode yang dapat dilaksanakan dalam upaya menjadikan lereng lebih stabil adalah dengan perkuatan soil nailing yang dikombinasikan dengan surface protection agar lereng dapat terlindungi dari erosi yang memungkinkan terjadinya longsor permukaan baik karena faktor alam atau kegiatan manusia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perkuatan soil nailing dan surface protection pada terhadap faktor keamanan lereng di ruas jalan Sumbersih - Ringinrejo dengan pendekatan elemen struktur embedded beam row sebagai nailing, plate sebagai shotcrete serta geogrid sebagai Macmat

(2)

Lereng (slope) adalah suatu bidang permukaan muka bumi yang membentuk suatu kemiringan dengan sudut tertentu terhadap bidang horizontal [1]. Terbentuknya lereng mengakibatkan terjadinya perbedaan elevasi yang membuat bidang ini berbeda dengan bidang permukaan muka bumi lain. Pada umumnya suatu lereng akan terjadi pergerakan tanah yang disebabkan oleh adanya kombinasi antara kemiringan, jenis tanah dan gaya gravitasi yang bekerja sehingga terjadi pergerakan tanah dari elevasi yang lebih tinggi menuju elevasi yang lebih rendah atau biasa disebut dengan pelongsoran.

Stabilitas lereng merupakan salah satu faktor penting dalam pekerjaan rekayasa suatu konstruksi terutama dalam pekerjaan yang berhubungan dengan galian dan timbunan tanah. Tingkat stabilitas tanah sangat menyangkut keselamatan manusia (pekerja) dan keamanan struktur konstruksi. Stabilitas lereng ini berhubungan dengan beberapa pekerjaan pada berbagai bidang seperti pembangunan jalan raya, pekerjaan tambang, pembangunan bendungan dan lain sebagainya [2]. Secara garis besar upaya stabilisasi lereng ini bertujuan untuk menghasilkan kondisi lereng yang aman dan ekonomis.

Soil nailing merupakan teknik untuk menginstal inklusi struktural pasif untuk menstabilisasi kondisi tanah yang pada dasarnya tidak stabil akibat faktor alam atau kegiatan manusia [2]. Sistem dari perkuatan ini terdiri dari sejumlah nail bar yang dimasukkan ke dalam tanah dengan cara dibor atau dipancang yang kemudian dimasukkan beton yang disemprot dengan tekanan tinggi (shotcrete) ke dalam lubang bor yang sudah diisi oleh nail bar. Nail bar yang dimasukkan ke dalam tanah dipasang dalam sudut tertentu mendekati bidang horizontal di mana kepala nail tersambung ke dinding muka berupa beton semprot (shotcrete) yang diperkuat dengan perantara berupa bearing plate yang ditempatkan pada bagian atas dari dinding muka dan baut pengikat sehingga nail bar dapat menerima tekanan tanah yang berasal dari dinding muka. Potongan melintang perkuatan soil nailing ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Potongan melintang lereng dengan perkuatan soil nailing [7]

Surface protection (pelindung muka) atau wall facing merupakan suatu bagian dari perkuatan soil nailing yang berfungsi sebagai penghubung nail bars dan pelindung permukaan lereng. Penggunaan surface protection ditujukan sebagai bagian dari pemeliharaan lereng agar lereng yang sudah diperkuat tidak mengalami keruntuhan yang biasanya disebabkan oleh erosi.

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis surface protection yang akan menjadi kombinasi dari soil nailing yakni penggunaan Macmat HS dan Shotcrete. Macmat HS adalah generasi terakhir dari geomat berperforma tinggi yang terbuat dari kombinasi geomat HDPE dan double panel mesh baja dengan kuat tarik tinggi [3]. Macmat HS ditunjukan pada Gambar 2.

(3)

Gambar 2. Macmat HS,Pengendali Erosi Tipe III [3]

Standard Penetration Test (SPT), adalah suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui, baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan Teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m [4].

PLAXIS 2D merupakan suatu program elemen hingga yang dikembangkan untuk menganalisis deformasi, stabilitas dan aliran air tanah pada bidang rekayasa geoteknik. Pada awalnya PLAXIS 2D dikembangkan untuk memudahkan analisis 2 dimensi dengan elemen hingga untuk menganalisis tanggul sungai pada tanah lunak di Belanda yang merupakan wilayah dataran rendah. Seiring berjalannya waktu PLAXIS 2D mengalami perkembangan yang kemudian pada program ini dapat memenuhi kebutuhan hampir setiap aspek rekayasa geoteknik [5].

2. Metode Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, diperlukan langkah-langkah yang terarah dan sistematis guna diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Bagan alir penelitian Sumber: Data penelitian (2022)

Kajian Pustaka adalah tindakan mencermati, mendalami, dan menelaah pengetahuan [6].

Pengumpulan informasi ini menyinggung soal definisi lereng, stabilitas lereng, perkuatan soil nailing dan surface protection [7] dan metode FEM (Finite Element Method) pada PLAXIS 2D. Pengumpulan data pada penelitian ini didapatkan dari sumber data yang sudah tersedia, yaitu kajian Pustaka dari beberapa sumber terkait dan data Ruas Jalan Sumbersih – Ringinrejo, Jawa Timur.

Data parameter tanah yang digunakan pada penelitian ini diambil berdasarkan hasil penyelidikan tanah di

Mulai

Kajian Pustaka

Pengumpulan Data

Pemodelan Lereng setelah penggalian menggunakan Program

PLAXIS 2D

Faktor Keamanan

Lereng setelah penggalian Parameter Struktur

Soil Nailing dan Surface Protection

Parameter Tanah Geometri

B A

Pemodelan Stabilitas Lereng Perkuatan Soil Nailing dan Surface

Protection

Perkuatan Soil nailing

Faktor Keamanan

Lereng

Hasil Analisis dan Pembahasan

Selesai Surface Protection

Macmat HS

Shotcrete SF

Tidak

Ya

SF

Kesimpulan Ya

Tidak

B A

(4)

menggunakan berbagai tabel maupun grafik korelasi terhadap nilai N-SPT [8] untuk mendapatkan parameter tanah yang akan digunakan dalam analisis. Selanjutnya setelah data parameter tanah sudah ditentukan, maka diperlukan data geometri lereng eksisting yang didukung dengan data borlog dan geolistrik agar penggambaran lapisan tanah pada pemodelan sesuai kondisi lapangan [8].

Surface protection perlu diberikan pada lapisan tanah/batuan yang digali, untuk menghindari erosi permukaan yang berdampak pada konstruksi sipil yang akan dibangun [9]. Tanah permukaan lerengnya adalah tanah lempung, yaitu tanah butir halus yang memiliki sifat kohesif dan sifat plastis [10]. Sedangkan, batuan dasarnya adalah limestone yang merupakan bagian dari pegunungan selatan Jawa [11].

3. Hasil dan Pembahasan Data Parameter Tanah

Berdasarkan hasil penyelidikan tanah pada lokasi yang ditinjau dapat disimpulkan bahwa kondisi tanah pada titik STA 5+080 memiliki dua jenis tanah yakni tanah lempung kepasiran keras dan limestone. Nilai N- SPT yang sudah diperoleh dari data borlog kemudian digunakan untuk mendapatkan nilai parameter tanah yang dibutuhkan dalam pemodelan dengan cara melakukan perhitungan korelasi untuk parameter Berat Volume (𝛾), Modulus Young (E), Poisson Ratio (𝝂), Cohession (c) dan Friction angle (𝜙). Setelah dilakukan korelasi terhadap nilai N-SPT, maka didapatkan parameter tanah yang akan digunakan dalam pemodelan pada PLAXIS 2D yang ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter tanah

Parameter Tanah Sandy Clay Limestone Satuan

Model Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb -

Tipe Drainase Undrained B Drained -

𝛾unsat 19 25 kN/m³

𝛾sat 20 26 kN/m³

E 42000 60000 kN/m²

𝝂 0,3 0,2 -

cu 58 - kN/m²

c' - 36 kN/m²

φ - 50 °

ψ - 20 °

Sumber: Hasil analisis (2022)

Data Parameter Nail bar dan Surface protection

Penentuan panjang nail bar mengacu pada formula yang sudah umum dipakai, agar dapat memenuhi kapasitas tarik ultimate [12]. Kapasitas tarik yang dimaksud adalah suatu ketahanan nail bar terhadap pergeseran tanah yang dipengaruhi oleh kedalaman nail bar yang tertanam pada zona resistan. Maka kebutuhan panjang nail bar yang harus tertanam pada zona resistan pada penelitian ini dapat dihitung menggunakan Persamaan 1.

Tpo = 𝜋 ×Tu ×dDH ×Lp (1)

Dari perhitungan yang dilakukan dengan Persamaan 1 didapat kebutuhan total panjang nail bar adalah 8,3meter untuk nail bagian atas 6,4 meter untuk nail bagian tengah dan 4,5 meter untuk nail bagian bawah. Parameter nailing tercantum pada Tabel 2. Jenis perlindungan lereng dalam penelitian ini berupa Macmat HS dan Shotcrete dan untuk parameter yang digunakan terdapat pada Tabel 3.

Tabel 2. Parameter Nail bar

Parameter Nail bar Embedded Beam Row Satuan

Tipe Elastic -

E 210000000 kN/m²

EA - kN/m

𝛾 24 kN/m³

Predefined Beam Type Massive Circular Beam -

Diameter 0,2 m

A 0,0314222 m²

LSpacing 1,5 m

Sumber: Hasil analisis (2022)

(5)

Tabel 3. Parameter surface protection

Parameter Surface protection Plate Geogrid Satuan

Tipe Elastic Elastic -

EA 23500000 55 kN/m

EI 1959 - kN/m

w 2,4 - kN/m/m

𝝂 0,2 - -

Sumber: [3][7]

Analisis Stabilitas Lereng

Dalam upaya mengetahui nilai faktor keamanan yang paling efektif dan efisien dari tiga variasi kemiringan pada dinding lereng maka akan dilakukan analisis faktor keamanan lereng yang dikerjakan secara otomatis dengan metode numerik pada program PLAXIS 2D. Kemiringan lereng yang curam merupakan faktor utama terjadinya erosi [13][14][15]. Jenis tanah tutupan permukaan juga berkontribusi signifikan terhadap kelongsoran lereng [14], dan faktor kedalaman tanah tutupan permukaan [15].

Sedangkan, faktor curah hujan bersifat fluktuatif, bergantung pada intensitasnya [16].

Analisis Faktor Keamanan Lereng Tanpa Perkuatan

Analisis stabilitas lereng tanpa perkuatan dilakukan untuk mengetahui nilai faktor keamanan lereng serta gambaran bidang gelincir yang terjadi setelah dilakukan penggalian pada kondisi lereng asli. Dari analisis faktor keamanan tanpa perkuatan menghasilkan bidang gelincir seperti yang tercantum pada Gambar 4 dapat disimpulkan bahwa nilai faktor keamanan dengan alternatif kemiringan lereng 1V:1H sudah memenuhi kondisi aman menurut SNI 8460:2017 sedangkan untuk alternatif kemiringan 2V:1H, 3V:1H dan 4V:1H perlu dilakukan perkuatan. Kemiringan lereng yang curam merupakan faktor utama terjadinya erosi [12][13][14]. Jenis tanah tutupan permukaan juga berkontribusi signifikan terhadap kelongsoran lereng [13][14], dan faktor kedalaman tanahnya [15]. Sedangkan, faktor curah hujan sangat bergantung pada intensitasnya [14]. Rekapitulasi nilai SF tanpa perkuatan tercantum pada Gambar 5.

Gambar 4 Bidang Gelincir Lereng Tanpa Perkuatan Sumber: Hasil analisis (2022)

Gambar 5 Grafik SF tanpa perkuatan Sumber: Hasil analisis (2022) 1,852

1,386 1,368 1,358

0 0,5 1 1,5 2

SF

Kemiringan Lereng

1 : 1 1 : 2 1 : 3 1 : 4

(6)

Analisis Faktor Keamanan Lereng dengan Perkuatan

Lereng galian dengan kemiringan 2V:1H, 3V:1H dan 4V:1H yang sudah dianalisis menghasilkan nilai SF < 1,5 sehingga diperlukan perkuatan untuk meningkatkan stabilitas lereng sebelum dioperasikan.

Untuk meningkatkan stabilitas lereng maka perlu dilakukan perkuatan, dalam penelitian ini perkuatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan soil nailing yang dimodelkan menggunakan jenis struktur yang terdapat pada PLAXIS 2D yakni menggunakan Embedded Beam Row (Gambar 6). Dari hasil analisis faktor keamanan pada alternatif kemiringan lereng 2V:1H, 3V:1H dan 4V:1H setelah dilakukan perkuatan didapat nilai faktor keamanan sebesar 1,509 pada diinding dengan kemiringan 2V:1H, 1,533 pada dinding dengan kemiringan 3V:1H dan 1,514 pada dinding dengan kemiringan 4V:1H. Dari pengaplikasian model struktur Embedded Beam Row pada alternatif kemiringan lereng tersebut nilai faktor meningkat sehingga memenuhi kondisi aman menurut SNI 8460:2017. Rekapitulasi nilai SF tercantum pada Gambar 7.

Gambar 6. Bidang gelincir lereng dengan perkuatan Sumber: Hasil analisis (2022)

Gambar 7. Grafik SF setelah perkuatan Sumber: Hasil analisis (2022)

Analisis Faktor Keamanan Lereng dengan Perkuatan dan Surface Protection

Analisis stabilitas lereng dengan surface protection dilakukan setelah lereng diperkuat dengan soil nailing untuk mengetahui apakah dengan menggunakan surface protection dapat meningkatkan nilai faktor keamanan dari lereng (Gambar 8). Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan surface protection tidak mememberikan efek yang besar terhadap nilai faktor keamanan yakni hanya menaikkan nilai faktor keamanan sebesar 0,06%-1,2% karena fungsi surface protection yang bukan merupakan bagian struktural dari perkuatan soil nailing. Penggunaan shotcrete sebagai surface protection cenderung meningkatkan faktor keamanan yang lebih besar yakni sebesar dibandingkan dengan menggunakan Macmat HS di mana hal tersebut diakibatkan oleh sifat pembentuk dari masing-masing material tersebut.

1,509

1,533

1,514

1,49 1,5 1,51 1,52 1,53 1,54

SF

Kemiringan Lereng

1 : 2 1 : 3 1 : 4

(7)

Gambar 8. Bidang gelincir lereng dengan perkuatan dan surface protection Sumber: Hasil analisis (2022)

Gambar 9. Grafik SF setelah perkuatan dan surface protection Sumber: Hasil analisis (2022)

Rekapitulasi nilai SF terdapat pada Gambar 9 dan Tabel 4. Surface protection perlu diberikan pada lapisan batuan di bawah lapisan lempung yang dikupas, untuk menghindari erosi permukaan yang berdampak pada konstruksi sipil [10], yaitu: jalan raya. Batuan dasar tersebut adalah limestone yang merupakan bagian dari pegunungan selatan Jawa [11].

Tabel 4. Rekapitulasi nilai SF

Rasio Galian V:H

SF Tanpa

Perkuatan

Soil nailing

Surface protection Macmat

HS Shotcrete

1:1 1,852 - - -

2:1 1,386 1,509 1,510 1,513

3:1 1,368 1,533 1,536 1,556

4:1 1,358 1,514 1,519 1,536

Sumber: Hasil analisis (2022)

4. Kesimpulan

Hasil analisis stabilitas lereng menggunakan Program PLAXIS 2D yang berbasis Metode Numerik, maka dapat disimpulkan bahwa pada lereng dengan kemiringan 1V:1H tidak diperlukan perkuatan soil nailing dikarenakan nilai faktor keamanan telah melebihi persyaratan. Akan tetapi disarankan untuk memasang surface protection demi mencegah terjadinya erosi. Sejalan dengan kesimpulan tersebut, nilai faktor keamanan pada kemiringan lereng 2V:1H, 3V:1H dan 4V:1H belum memenuhi kondisi aman yang disebabkan karena kemiringan lereng yang ekstrem sehingga perlu dipasang perkuatan.

Perkuatan menggunakan soil nailing yang dimodelkan dengan embedded beam row meningkatkan nilai faktor keamanan pada lereng dengan kemiringan 2V:1H, 3V:1H dan 4V:1H sebesar 9% - 12 %.

Panjang nail bar pada penelitian ini, yang didapatkan dari perhitungan yang tercantum pada buku Principles and Practices of Ground Improvement, melebihi batas dari SNI 8460:2017 yakni sebesar 8,35 m pada baris atas, 6,4 m pada baris tengah dan 4,5 m pada baris bawah di mana panjang tipikal menurut SNI 8460:2017 adalah sepanjang 0,6 H-1,2 H atau sepanjang 6 m. Pada lereng yang diperkuat

1,510 1,513

1,536

1,556

1,519

1,536

1,480 1,500 1,520 1,540 1,560

SF

Kemiringan Lereng

1 : 2 1 : 3 1 : 4

Macmat HS Shotcrete

(8)

lebih kecil dibandingkan shotcrete, hal tersebut dapat diakibatkan oleh tingkat kekakuan material pembentuknya.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka alternatif yang dapat digunakan pada proyek ini adalah lereng dengan kemiringan 4V:1H. Meskipun pada lereng kemiringan 4V:1H perlu adanya perkuatan lereng, akan tetapi dapat mengurangi pekerjaan galian tanah yang nantinya akan berdampak terhadap biaya dan waktu pekerjaan.

5. Daftar Pustaka

[1] B. M. Das, Principles of Foundation Engineering (8th ed), USA: Cengage learning, 2015.

[2] V. Turangan, A.E.Turangan, dan Saartje Monintja, “Analisa Kestabilan Lereng Metode Slice (Metode Janbu) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I),” Tekno, Vol. 13, No. 62, 2015.

[3] Maccaferri, Technical Data Sheet Rev: 02, UK: Maccaferri, 2017.

[4] Badan Standarisasi Nasional, Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan SPT SNI 4153:2008. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional, 2008.

[5] Bentley, Plaxis 2D Reference Manual version 21. Netherlands: Bentley Communities, 2021.

[6] Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus.

Sukabumi: CV Jejak (Jejak Publisher), 2017.

[7] V. Jevon, “Analisis pengaruh pola pemasangan soil nailing untuk stabilitas lereng,” Skripsi, Universitas Katolik Parahyangan, 2017.

[8] P.K. Robertson, CPT interpretation – a unified approach, Can. Geotech. J., Ottawa, 46, 1-19, 2009.

[9] D.S. Agustawijaya, Geologi Teknik, Yogyakarta: Andi, 2019.

[10] B.M. Das, Advanced Soil Mechanics, London, UK; Taylor & Francais, 2008.

[11] R. P. Koesoemadinata, An Introduction Into The Geology Of Indonesia: General Introduction and Part 1 Western Indonesia, Bandung: Ikatan Alumni Geologi ITB, 2020.

[12] J. Han, Principles And Practice of Ground Improvement, New York: John Wiley & Sons, 2015.

[13] P. H. P. Pasaribu, A. Rauf, dan B. Slamet, “Kajian Tingkat Bahaya Erosi pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo,” J. Serambi Engineering, Vol. 3, No.1, pp.279-284, 2018.

[14] J. M. Mustafa, S. Sirojuzilam, dan N. Sulistiyono, “Analisis Tingkat Kerawanan Longsor dengan Integrasi Analytical Hierarchy Process dan Pemodelan Spasial Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Aceh Tenggara,” J. Serambi Engineering, Vol. IV (Edisi Khusus), pp.481-491, 2019.

[15] A. P. Harahap, A. Rauf, dan M. B. Mulya, “Kondisi dan Pengelolaan Kawasan Hulu DAS Belawan Hubungannya dengan Tingkat Bahaya Erosi pada Lahan Budidaya di Kabupaten Deli Serdang,” J.

Serambi Engineering, Vol.VI, No. 3, pp.1981-1989, 2021.

[16] D. A. P. Sitorus, S. Bejo, dan S. Muzambiq, “Analisis Sebaran Spasial Kerentanan Longsor sebagai Upaya Mitigasi Bencana di Kecamatan Brastagi Kabupaten Karo Sumatera Utara,” J. Serambi Engineering, Vol.VI, No.3 pp.1960-1969, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi/tugas akhir dengan judul “ Analisis

Ichsan Prasetyo, 2016, Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geotekstil Menggunakan Metode Elemen Hingga, Skripsi, Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya angka keamanan (SF) pada lereng bertingkat dengan pemodelan gabion menggunakan program Plaxis.. Metode yang

Pada penelitian ini dilakukan analisis angka keamanan lereng pada suatu tanah asli yang telah diberikan tambahan ampas kelapa sawit dengan variasi persentasi terhadap berat tanah

Untuk pemodelan stabilitas lereng dengan SLOPE/W menggunakan parameter kuat geser tanah yang berasal dari hubungan parameter kuat geser tanah dengan perubahan

Martha Ramdhani, 2016, Analisis Stabilitas Lereng Akibat Beban Gempa Dengan Perkuatan Dinding Penahan Tanah Menggunakan Metode Morgenstern-Price (Studi Kasus : Desa

Dengan judul, “Studi Analisis Perkuatan Lereng Menggunakan Kaidah Bioengineering Dan Soil Nailing” hal yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi kestabilan lereng pada proyek

Contoh permodelan perkuatan lereng dengan menggunakan material set plate Hasil Permodelan Perkuatan Tanah dengan Menggunakan Soil Nailing Hasil perkuatan lereng menggunakan