Analisis Status Mutu Air Sungai Mahakam Kota Samarinda Menggunakan Metode Indeks Pencemaran
Nidya Aulia Nur Annisa1*, Abdul Hakim2, Rr Diah Nugraheni Setyowati3
1,2,3Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Indonesia
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 6 Oktober 2022 Disetujui: 29 Oktober 2022
Abstract
Sungai Mahakam have an important role in the survival of the surrounding society. Mahakam River is used by the surrounding society for their household needs and also as a source of raw water for Perumdam Tirta Kencana, Samarinda City. In addition, this river is also used for a means of transportation and a lane for barges that carrying coal. This condition allows the pollution that occurs in this river. Physical condition that shows the color of the water is cloudy and the growth of water hyacinth plants along the river.
Therefore, the status of the water quality is needed as pollution control for Mahakam River. The method that used to determine the quality status in this study is the Pollution Index. The parameters that used in this study are pH, Temperature, TDS, TSS, COD, BOD and Pb (lead) which were measured according to SNI.
The results of the Mahakam River water quality status at point 1-3 are included in the “lightly polluted’
category with 2,106-1,65 value range.
Keywords: water quality, pollution index, river pollution, domestic waste, Mahakam River
Abstrak
Sungai Mahakam merupakan sungai yang berperan penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat sekitar. Air sungai dipakai oleh masyarakat sekitar sebagai penunjang kegiatan sehari-hari dan berguna untuk sumber air baku Perumdam Tirta Kencana Kota Samarinda. Selain itu, sungai ini juga menjadi sarana transportasi penumpang serta jalur bagi kapal tongkang yang membawa batu bara. Hal ini memungkinkan adanya pencemaran yang terjadi di sungai ini. Kondisi fisik yang menunjukkan warna air yang keruh serta tumbuhnya tumbuhan eceng gondok di sepanjang aliran sungai. Dari permasalahan diatas, maka status mutu air sungai perlu ditentukan sebagai pedoman pengendalian pencemaran di Sungai Mahakam.
Pendekatan yang dipakai untuk menetapkan status mutu air sungai pada studi ini adalah Indeks Pencemaran. Parameter yang digunakan pada penelitian ini yaitu suhu, pH, TDS, TSS, COD, BOD dan Pb (Timbal) yang diukur sesuai SNI. Hasil status mutu air Sungai Mahakam pada titik 1-3 termasuk dalam klasifikasi “tercemar ringan” dengan rentang nilai 2,106 – 1,65.
Kata Kunci: kualitas air, indeks pencemaran, pencemaran sungai, limbah domestik, Sungai Mahakam, Samarinda
1. Pendahuluan
Sumber daya hayati yang berperan penting dalam kehidupan di bumi salah satunya adalah Sungai.
Sering kali ditemukan pencemaran di air sungai. Sumber pencemar air sungai yaitu limbah domestik (sisa kegiatan rumah tangga) dan non-domestik (kegiatan industri). Aktivitas manusia yang beragam seperti pertanian, perikanan, peternakan, industri dan lain sebagainya dapat menimbulkan pencemaran sungai [1].
Sungai yang tercemar dapat ditinjau dari bermacam aspek, diantaranya biologi, kimia dan fisika. Menurut [2]Sungai di Indonesia telah tercemar sebanyak 75% akibat limbah domestik.
Kota di Indonesia yang memiliki potensi pencemaran sungai adalah Kota Samarinda. Jumlah penduduk di Kota Samarinda mencapai 827.999 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 1.153 jiwa/km2 [3]. Kondisi ini akan mempengaruhi kualitas air sungai yang berada di kota ini salah satunya adalah Sungai Mahakam. Di Provinsi Kalimantan Timur, Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar. Panjang Sungai Mahakam yaitu 920 km, luas sebesar 149.277 km2 dan kedalaman 50 meter di bagian hilir dan 100 meter di bagian hulu [4].
Pencemaran di Sungai Mahakam dapat diidentifikasi melalui pengamatan fisik dari warna air sungai yang keruh. Selain itu, banyak terdapat tanaman eceng gondok di sepanjang aliran sungai. Hasil limbah industri juga dibuang secara langsung menuju sungai tanpa didahului proses pengolahan. Sungai Mahakam juga menjadi tempat berlayar kapal tongkang yang memuat batu bara. Pencemaran Sungai ini tentu saja tidak disadari oleh sebagian masyarakat sekitar yang tetap menggunakan air Sungai Mahakam dalam
kegiatan sehari-hari. Terlebih lagi, PDAM Tirta Kencana Samarinda memanfaatkan Sungai Mahakam sebagai sumber air baku [5].
Kondisi tersebut melatarbelakangi perlunya dilakukan analisa guna mengetahui status mutu air Sungai Mahakam. Studi ini menggunakan pendekatan Indeks Pencemaran guna menentukan status mutu air Sungai Mahakam. Metode tersebut adalah satu dari sekian metode yang telah diresmikan oleh pemerintah guna menetapkan status mutu air sebagaimana Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Status Mutu Air [6]. Metode Indeks Pencemaran dapat dikembangkan sebagai peruntukan bagi perairan terutama air sungai [7]. Metode ini dipilih berdasar dari kelebihan yang dimiliki metode Indeks Pencemaran yaitu dapat menentukan status mutu air dengan hanya sekali pengambilan sampel dan tidak membutuhkan time series [8]. Hal ini akan membuat biaya dan waktu yang diperlukan tidak terlalu banyak. Baku mutu yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penentuan status mutu air Sungai Mahakam pada studi ini, diharapkan bisa berguna sebagai pedoman pemerintah setempat untuk membangun strategi pengolahan kualitas air Sungai Mahakam, Samarinda.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Sungai Mahakam yang berada di Kota Samarinda. Gambar 1 berikut menunjukkan titik lokasi sampling penelitian.
Sumber: Google Earth (2022) Tabel 1. Lokasi titik sampling No. Titik
Sampling
Koordinat 1. Titik 1 0°31'59.37"S 117° 9'29.82"E 2. Titik 2 0°31'9.72"S 117° 7'7.60"E 3. Titik 3 0°33'21.00"S 117° 4'56.14"E
Sumber: Google Earth (2022)
Titik pengambilan sampel pada penelitian ini menyesuaikan sebagaimana SNI 69689.57:2008, dimana titik pelaksanaan sampling ditentukan menjadi beberapa titik yang mewakili pemanfaatan wilayah penelitian. Titik 1 berlokasi di Jembatan Mahakam Ulu yang menghubungkan Kelurahan Loa Buah dengan Kelurahan Sengkotek. Lokasi titik 1 ini mewakili daerah industri serta pemukiman warga. Titik 2 berlokasi di Jembatan Mahakam Kembar yang menghubungkan Samarinda Seberang dengan Samarinda Kota. Lokasi titik 2 ini mewakili daerah pariwisata serta terdapat intake PDAM Tirta Kencana Kota Samarinda. Titik 3 berlokasi di Jembatan Mahkota II yang menghubungkan Kelurahan Sungai Kapih dengan Simpang pasir.
Lokasi titik 3 ini mewakili daerah industri serta pemukiman warga.
Parameter yang diuji dalam studi ini adalah temperatur, Total Padatan Terlarut (TDS), Total Padatan Tersuspensi (TSS), pH, Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD), Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) dan Timbal (Pb).
Gambar 1. Peta lokasi sampling
Tabel 2. Metode pengujian parameter
Parameter Metode Keterangan
Temperatur SNI 06-6989.23-2005 Uji di Lapangan
Total Padatan Terlarut (TDS) SNI 06-6989.27 :2004 Uji di Lapangan Total Padatan Tersuspensi (TSS) SNI 06-6989.72-2019 Uji di Laboratorium Power of Hydrogen (pH) SNI 06-6989.11-2004 Uji di Lapangan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) SNI 6989.72: 2009 Uji di Laboratorium Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) SNI 6989.2:2019 Uji di Laboratorium
Timbal (Pb) SNI 6989.84:2019 Uji di Laboratorium
Sumber: Hasil pengamatan (2022)
Setelah diuji, kemudian seluruh parameter dikomparasikan dengan baku mutu air sungai kelas I yang ditetapkan oleh PP No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Status mutu air Sungai kemudian ditentukan dengan metode Indeks Pencemaran sebagaimana KepMenLH No. 115 Tahun 2003. Rumus berikut digunakan untuk menghitung dan mengetahui status mutu dengan metode IP:
PIj =
√(𝑙𝑖𝑗 𝐶𝑖)2𝑀 + (𝑙𝑖𝑗 𝐶𝑖)2 𝑅 2
Keterangan:
Pij : Pollution Index
Ci : Kandungan Parameter yang diuji
Lij : Kandungan Parameter yang diatur oleh baku mutu yang berlaku M : Nilai Ci/Lij maksimum
R : Nilai Ci/Lij rata-rata
Jika sudah melakukan perhitungan, hasilnya dapat disesuaikan dengan Tabel 3.
Tabel 3. Metode Indeks Pencemar
No. Skor Status
1. 0.0 ≤ PIj ≤ 1.0 Good water quality 2. 1.0 < PIj ≤ 5.0 Lightly polluted 3. 5.0 < PIj ≤ 10 Moderately Polluted 4. PIj > 10 Extremely Polluted
Sumber: KepMenLH Nomor 115 Tahun 2003 3. Hasil dan Pembahasan
Hasil Uji Parameter Fisika a. Suhu
Tabel 4 berikut ini merupakan hasil pengukuran konsentrasi suhu.
Tabel 4. Konsentrasi suhu No. Lokasi Hasil Satuan
1. Titik 1 26 oC
2. Titik 2 26 oC
3. Titik 3 27 oC
Sumber: Hasil penelitian (2022)
Hasil pengujian konsentrasi suhu berada pada rentang 26-28 oC. Sebagaimana data pada Tabel 4, titik 1 dan 2 merupakan titik dengan konsentrasi suhu paling rendah sementara titik 3 merupakan titik dengan konsentrasi paling tinggi. Sesuai dengan PP No 22 Tahun 2021 nilai baku mutu parameter suhu adalah deviasi 3 (25-31 oC). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa parameter suhu pada Sungai Mahakam telah memenuhi baku mutu kualitas air sungai.
Gambar 2. Hasil pengukuran suhu Sumber: Hasil penelitian (2022) b. TDS
Berikut ini merupakan Tabel 5 hasil pengukuran konsentrasi TDS Tabel 5. Konsentrasi TDS
No. Lokasi Hasil Satuan 1. Titik 1 343 mg/L 2. Titik 2 361 mg/L 3. Titik 3 366 mg/L Sumber: Hasil penelitian (2022)
Hasil pengujian konsentrasi TDS memiliki rentang 343 mg/l – 366 mg/l. Sebagaimana data pada Tabel 5, titik 1 merupakan titik dengan konsentrasi TDS paling rendah sementara titik 3 merupakan titik dengan konsentrasi paling tinggi. Sesuai dengan PP No 22 Tahun 2021 nilai baku mutu parameter TDS sebesar 1000 mg/L [9]. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai TDS pada Sungai Mahakam telah memenuhi baku mutu kualitas air sungai.
Sumber: Hasil penelitian, 2022 c. TSS
Berikut ini merupakan Tabel 6 hasil pengukuran konsentrasi TSS Tabel 6. Konsentrasi TSS
No. Lokasi Hasil Satuan 1. Titik 1 35 mg/L 2. Titik 2 26 mg/L 3. Titik 3 38 mg/L Sumber: Hasil penelitian (2022)
Hasil pengujian konsentrasi TSS berada pada rentang 26 mg/l – 38 mg/l. Sebagaimana data pada Tabel 6, titik 2 merupakan titik dengan konsentrasi TSS paling rendah, sementara titik 3 merupakan
26 26
28
31 31 31
22 24 26 28 30 32
1 2 3
Suhu (oC)
Titik Sampling
Suhu Baku Mutu
343 361 366
1000 1000 1000
0 200 400 600 800 1000 1200
1 2 3
TDS (mg/L)
Titik Sampling
TDS Baku Mutu
Gambar 3. Hasil pengukuran TDS
titik dengan konsentrasi TSS paling tinggi. Sesuai dengan PP No 22 Tahun 2021 nilai baku mutu parameter TSS sebesar 40 mg/L. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai TSS pada Sungai Mahakam telah memenuhi baku mutu kualitas air sungai.
Sumber: Hasil penelitian (2022) Hasil Uji Parameter Kimia
a. pH
Berikut ini merupakan Tabel 7 hasil pengujian konsentrasi pH.
Tabel 7. Konsentrasi pH
No. Lokasi Hasil
1. Titik 1 6,9
2. Titik 2 6,8
3. Titik 3 6,7
Sumber: Hasil penelitian (2022)
Hasil pengujian konsentrasi pH berada pada rentang 6,7 – 6,9. Sebagaimana data pada Tabel 7, titik tidak terdapat perbedaan konsentrasi pH yang signifikan pada ketiga titik. Sesuai dengan PP No 22 Tahun 2021 nilai baku mutu parameter pH sebesar 6-9. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai pH pada Sungai Mahakam telah memenuhi baku mutu kualitas air sungai.
Sumber: Hasil penelitian (2022) b. COD
Berikut ini merupakan Tabel 8 hasil pengujian konsentrasi COD.
Tabel 8. Konsentrasi COD No. Lokasi Hasil Satuan
1. Titik 1 22,74 mg/l 2. Titik 2 13,75 mg/l 3. Titik 3 17,12 mg/l
Sumber: Hasil penelitian (2022) 35
26
40 40 3840
0 10 20 30 40 50
1 2 3
TSS (mg/L)
Titik Sampling
TSS Baku Mutu
Gambar 4. Hasil pengukuran TSS
6,9 6,8 6,7
9 9 9
0 2 4 6 8 10
1 2 3
pH
Titik Sampling
pH Baku Mutu
Gambar 5. Hasil pengukuran pH
Hasil pengujian konsentrasi COD berada pada rentang 13.75 mg/L – 22,74 mg/L. Sebagaimana data pada Tabel 8, titik 2 merupakan titik dengan konsentrasi COD paling rendah, sementara titik 1 merupakan titip dengan konsentrasi COD paling tinggi. Sesuai dengan PP No 22 Tahun 2021 nilai baku mutu parameter COD sebesar 10 mg/L. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai COD pada Sungai Mahakam tidak memenuhi baku mutu kualitas air sungai. Banyaknya industri pada titik 1 membuat konsentrasi COD pada titik 1 jauh lebih tinggi daripada titik 1 dan 2. Nilai COD yang tinggi dapat disebabkan oleh limbah domestik serta limbah industri [10].
Sumber: Hasil penelitian (2022) c. BOD
Berikut ini merupakan Tabel 9 hasil pengujian konsentrasi BOD Tabel 9. Konsentrasi BOD
No. Lokasi Hasil Satuan 1. Titik 1 4,36 mg/l 2. Titik 2 4,48 mg/l 3. Titik 3 4,24 mg/l Sumber: Hasil penelitian (2022)
Hasil pengujian konsentrasi BOD berada pada rentang 4,24 mg/l - 4,48 mg/l. Sebagaimana data pada Tabel 9, tidak terdapat perbedaan konsentrasi BOD yang signifikan pada ketiga titik. Sesuai dengan PP No 22 Tahun 2021 nilai baku mutu parameter BOD sebesar 2 mg/l. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai BOD pada Sungai Mahakam tidak memenuhi baku mutu yang diperbolehkan.
Tingginya nilai BOD menandakan bahwa sedikitnya oksigen terlarut dalam suatu perairan [11]. Nilai COD yang tinggi juga menandakan banyaknya material organik yang terkandung dalam perairan [12]
Sumber: Hasil penelitian (2022) d. Timbal (Pb)
Berikut ini merupakan Tabel 10 hasil pengujian konsentrasi Timbal.
22,74
13,75
17,12
10 10 10
0 5 10 15 20 25
1 2 3
COD (mg/L)
Titik Sampling
COD Baku Mutu
Gambar 6. Hasil pengukuran COD
4,36 4,48 4,24
2 2 2
0 1 2 3 4 5
1 2 3
BOD (mg/L)
Titik Sampling
BOD Baku Mutu
Gambar 7. Hasil pengukuran COD
Tabel 10. Konsentrasi Timbal (Pb) No. Lokasi Hasil Satuan
1. 1 0,0295 mg/l
2. 2 0,0295 mg/l
3. 3 0,0295 mg/l
Sumber: Hasil penelitian (2022)
Hasil pengujian parameter Timbal pada ketiga titik adalah sama yaitu 0,0295 mg/L. Sebagaimana data pada Tabel 10, tidak terdapat perbedaan kadar timbal pada ketiga titik. Sesuai dengan PP No 22 Tahun 2021 nilai baku mutu parameter Timbal sebesar 0.03 mg/L. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai Timbal pada Sungai Mahakam memenuhi baku mutu kualitas air sungai.
Sumber: Hasil Penelitian (2022) Penentuan Status Mutu
Status mutu air menggunakan metode Indeks Pencemaran ditentukan dengan langkah-langkah perhitungan. Penentuan ini berdasar dari KepMenLH No 115 Thn 2003. Sebagai contoh, perhitungan untuk menentukan status mutu air Sungai Mahakam pada lokasi 1 sebagai berikut.
a. Temperatur
Baku mutu : Deviasi 3 (25-31 o C) Suhu : 26o C
Dikarenakan baku mutu konsentrasi suhu berentang, maka:
Li(rata-rata) : (25+31
2 ) Baku mutu(rata-rata) : 28 (Ci/Li)baru =
𝐶𝑖− 𝐿𝑖𝑗(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
𝐿𝑖𝑗(𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚) − 𝐿𝑖𝑗(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
(Ci/Li)baru = (26−28
25−28) (Ci/Li)baru = 0,67
b. Total Padatan Tersuspensi Baku Mutu: 40 mg/L TSS : 35 mg/L
Dikarenakan nilai Ci/Lij < 1, maka:
Ci/Li = 35
40
Ci/Li = 0,87 c. Total Padatan Terlarut
Baku mutu : 1000 mg/L TDS : 343 mg/L
Dikarenakan nilai Ci/Lij < 1, maka:
Ci/Li = 343
1000
Ci/Li = 0,343 d. pH
Baku mutu : 6 - 9
pH : 6,9
dikarenakan baku mutu konsentrasi pH berentang, maka:
0,0295 0,0295 0,0295
0,03 0,03 0,03
0,0292 0,0293 0,0294 0,0295 0,0296 0,0297 0,0298 0,0299 0,03 0,0301
1 2 3
Timbal (mg/L)
Titik Sampling
Pb Baku Mutu
Gambar 8: Hasil Pengukuran Timbal (Pb)
Baku mutu(rata-rata) = (6+9
2 ) Baku mutu(rata-rata) = 7,5
Dikarenakan nilai Ci < Lij, maka Ci/Lijbaru ditentukan dengan rumus:
(Ci/Li)baru =
𝐶𝑖− 𝐿𝑖𝑗(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
𝐿𝑖𝑗(𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚) − 𝐿𝑖𝑗(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
(Ci/Li)baru = (6,9−7,5
6−7,5) (Ci/Li)baru = 0,4
e. BOD (Kebutuhan Oksigen Biologi) Baku mutu : 2 mg/L
BOD : 4,36 mg/L
Dikarenakan nilai Ci/Lij < 1, maka:
Ci/Lij = 4,36
2
Ci/Lij = 2,18
f. COD (Kebetuhan Oksigen Kimiawi) Baku mutu: 10 mg/L
COD : 22,74 mg/L
Dikarenakan nilai Ci/Lij < 1, maka:
Ci/Lij = 22,74
10
Ci/Lij = 2,74 g. Timbal (Pb)
Baku mutu : 0,03 mg/L Timbal (Pb): 0,0295 mg/L
Dikarenakan nilai Ci/Lij < 1, maka:
Ci/Lij = 0,0295
0,03
Ci/Lij = 0,98 h. Penentuan Ci/Lij
Apabila nilai Ci/Lij tiap parameter telah dihitung, selanjutnya menghitung nilai PIj
Ci/Lij Maks : 2,74 (setiap parameter) Ci/Lij Rata-rata : 1,169
PIj =
√(𝑙𝑖𝑗 𝐶𝑖)2𝑀 + (𝑙𝑖𝑗 𝐶𝑖)2 𝑅
2 PIj = √(2,74)2+ (1,169)2 2
PIj = √7,5076 + 1,366
2 PIj = 2,106
Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan status mutu air Sungai Mahakam pada ketiga titik
Tabel 11. Status Mutu air Sungai Mahakam No. Lokasi PIj Status Mutu 1. Titik 1 2,106 Tercemar Ringan 2. Titik 2 1,67 Tercemar Ringan 3. Titik 3 1,65 Tercemar Ringan
Sumber: Analisis Perhitungan (2022)
Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas, status mutu dari titik 1, 2 dan 3 cenderung berada pada kategori status yang sama, yaitu tercemar ringan. Hal tersebut dapat terjadi karena status mutu dipengaruhi oleh banyaknya parameter yang digunakan [13].
Nilai status mutu tertinggi dimiliki oleh titik 1 yaitu 2,106 dan nilai status mutu terendah dimiliki oleh titik 3 yaitu 1,65. Besarnya jumlah penduduk dan sumber pencemar yang lebih banyak memungkinkan nilai status mutu pada titik 1 lebih besar daripada 2 titik yang lainnya. Nilai status mutu dapat memberitahu bagaimana kondisi eksisting suatu perairan dengan cara mengkomparasikannya dengan baku mutu [14].
Nilai BOD yang tinggi pada Sungai disebabkan oleh dibuangnya limbah yang sifatnya mudah terdegradasi oleh mikroorganisme yang terbawa bersama air yang mengalir sedangkan nilai COD yang tinggi disebabkan karena dibuangnya limbah yang sifatnya terdegradasi secara kimia oleh mikroorganisme [15].
4. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai status mutu paling tinggi yaitu pada titik 1 dengan nilai 2,106 titik 1 dan paling rendah pada titik 2 yaitu 1,65. Nilai status mutu pada ketiga titik berada pada kategori “Tercemar Ringan”.
Berdasarkan hasil penelitian, kualitas air Sungai Mahakam telah memenuhi baku mutu untuk beberapa parameter. Nilai COD pada ketiga titik secara berturut-turut ialah 22,74 mg/l, 13,75 mg/l dan 17,12 mg/l dimana menurut PP No. 22 Tahun 2021 konsentrasi tersebut masih melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan, yaitu 10 mg/l. Nilai konsentrasi BOD pada ketiga titik secara berturut-turut ialah 4,24 mg/l, 4,48 mg/l dan 4,24 mg/l dimana menurut PP No. 22 Tahun 2021 konsentrasi tersebut juga masih melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan yaitu 2 mg/l.
Melihat kondisi Sungai Mahakam, perlu dilakukan pengujian terhadap logam berat lainnya seperti krom, tembaga, seng dan nikel. Selain itu juga perlu dilakukan pengolahan lanjutan untuk menyisihkan konsentrasi COD dan BOD yang masih berlebih.
5. Daftar Pustaka
[1] Rahman, R. Triarjunet, dan I. Dewata, “Analisis Indeks Pencemaran Air Sungai Ombilin Dilihat dari Kandungan Kimia Anorganik,” J. Kepend. dan Pemb. Lingk, vol. 1 no. 3, 2020.
[2] Dawud, M., Namara, I., Chayati, N., & LT, F. M. "Analisis sistem pengendalian pencemaran air Sungai Cisadane Kota Tangerang berbasis masyarakat,"Prosiding Semnastek. 2016.
[3] Badan Pusat Statistik Kota Samarinda, “Kota Samarinda Dalam Angka 2021,” Samarinda, 2021.
[4] J. Jusmaldi, N. Hariani, and N. Doq, “Diversity, potentiality, and conservation status of fish fauna in the upper Mahakam’s tributaries, East Kalimantan,” J Iktiol Indones, vol. 19, no. 3, p. 391, Oct. 2019, doi: 10.32491/jii.v19i3.471.
[5] R. A. Rahman, A. R. Amalia, J. A. Riandhis, H. Hidayah dan Mardiah, “Peningkatan Kualitas Air Baku Sungai Mahakam dengan Teknologi MOCI (Moringa Oleifera And Cellulose Installation),”
Prosiding Seminar Nasional Teknologi IV, 2017.
[6] Pradhana, A., Sutrisno, E., & Nugraha, W. D. Analisis Kualitas Air Sungai Bringin Kota Semarang Menggunakan Metode Indeks Pencemaran (Studi Kasus Kondisi Sungai Bringin pada Tanggal 10 Juli 2014) (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
[7] G. T. Mukti, T. B. Prayogo, dan R. Haribowo, “Studi Penentuan Status Mutu Air dengan Menggunakan Metode Indeks Pencemaran dan Metode Water Quality Index (WQI) di Sungai Donan Cilacap, Jawa Tengah,” J. TRESDA vol. 1 no. 1, 2021
[8] M. Aristawidya, Z. Hasan, I. Iskandar, Y. Yustiawati, dan H. Herawati, “Status Pencemaran Situ Gunung Putri di Kabupaten Bogor Berdasarkan Metode STORET dan Indeks Pencemaran,”
Limnotek : perairan darat tropis di Indonesia, vol. 27, no. 1, Jun. 2020, doi:
10.14203/limnotek.v27i1.311.
[9] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia “ PP No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” Jakarta, 2021.
[10] A. K. Lumaela, B. Widjanarko, dan Sutikno, “Pemodelan Chemical Oxygen Demand (COD) Sungai di Surabaya Dengan Metode Mixed Geographically Weighted Regression,” Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 2, No.1, 2013.
[11] T. A. Daironi dan A. Arisandi, “Analisis BOD (Biological Oxygen Demand) di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan,”. Juvenil, vol. 1 no. 4, 2020.
[12] A. Ali, Soemarno dan M. Purnomo, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro di Kecamatan Sukun Kota Malang,” J. Bumi Lestari, Volume 13 No. 2 p. 9, 2017.
[13] S. R. Oktavia, H. Effendi, and S. Hariyadi, “Status mutu air Kali Angke di Bogor, Tangerang, dan Jakarta,” JPLB, pp. 220–234, Dec. 2018, doi: 10.36813/jplb.2.3.220-234.
[14] U. S. Sheftiana, A. Sarminingsih dan W. D. Nugraha, “Penentuan Status Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode Indeks Pencemaran Sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan (Studi Kasus : Sungai Gelis, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah),” Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6 No. 1, 2017
[15] M. Susanto, M. Ruslan, D. Biyatmoko dan Kissinger, “Analisis Status Mutu Air Sungai Petangkep Dengan Pendekatan Indeks Pencemar,” EnviroScienteae Vol. 17 No. 2, 2021