• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS WACANA MODEL THEO VAN LEEUWEN PADA BERITA TIPIKOR DALAM RUBRIK POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS WACANA MODEL THEO VAN LEEUWEN PADA BERITA TIPIKOR DALAM RUBRIK POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

1

ANALISIS WACANA MODEL THEO VAN LEEUWEN

PADA BERITA TIPIKOR DALAM RUBRIK POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS

Afif Rofii1

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi Afifrofii9@gmail.com

Lisa Yuniarti2

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Adzkia Padang

Lisayuniarti80@gmail.com

Abstract

The purpose of this research is to describe strategies used by journalists in marginalizing corruptors available in law and political rubrics of Kompas Daily examined using a discourse analysis with Theo Van Leeuwen model. This research is conducted using a descriptive-qualitative method. The research data are in the forms of transcriptions of Kompas Daily discourse texts available in law and political rubrics. Data are taken from Kompas Daily on editions of 29 may 2013 – 7 June 2013. Based on the data analysis and discussion, it can be concluded that due to the news reports on corruption crime cases, the journalists tend to marginalize corruptors. First, the exclusion strategies consist of (1) passiveness and (2) nominalization. Second, the inclusion strategies consist of (1) objectiveness, (2) nomination, (3) nomination-identification, (4) determination, and (5) individualization. All those strategies are used by journalists to marginalize corruptors.

Keywords: Theo Van Leuween, corruption crimes, Kompas Daily

1 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi

2Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Adzkia Padang

(2)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

2 PENDAHULUAN

Wacana merupakan proses komunikasi menggunakan simbol- simbol, yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa, di dalam sistem kemasyarakatan yang luas.

Melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi, seperti kata-kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral, steril, atau objektif melainkan bersifat subjektif.

Kesubjektifan wacana ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan- kepentingan, dan lain-lain.

Untuk menyampaikan pesan wacana digunakan sebuah sarana yang disebut media. Media ini bisa merupa media elektronik ataupun media cetak seperti majalah, tabloid, koran atau surat kabar dan lain-lain. Wacana di dalam kehidupan media juga memiliki pengertian yang mendalam. Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Riggins dalam Eriyanto, 2009:1).

Wacana berkaitan erat dengan kegiatan komunikasi, yang substansinya tidak terlepas dari kata, bahasa, atau ayat.

Pendapat lain mengatakan bahwa

“Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembaca dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya (Hawton dalam Eriyanto, 2009:2). Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai dan kategori, yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia sebuah organisasi atau representasi dari

pengalaman (Fowler dalam Eriyanto, 2009:2)

Teks di dalam media adalah hasil proses wacana media (media discourse).

Di dalam proses tersebut, nilai-nilai, ideologi, dan kepentingan media turut serta. Hal tersebut memperlihatkan bahwa media “tidak netral” sewaktu mengkonstruksi realitas sosial. Media mengikutsertakan perspektif dan cara pandang mereka dalam menafsirkan realitas sosial. Mereka memilihnya untuk menentukan aspek-aspek yang ditonjolkan maupun dihilangkan, menentukan struktur berita yang sesuai dengan kehendak mereka, dari sisi mana peristiwa yang ada disoroti, bagian mana dari peristiwa yang didahulukan atau dilupakan serta bagian mana dari peristiwa yang ditonjolkan atau dihilangkan; siapakah yang diwawancarai untuk menjadi sumber berita, dan lain- lain. Berita bukanlah representasi dari peristiwa semata-mata, akan tetapi di dalamnya memuat juga nilai-nilai lembaga media yang membuatnya.

Setiap berita yang tersaji dalam surat kabar memiliki karakteristik tersendiri. Misalnya pemberitaan tentang kriminalitas, perkosaan, pembunuhan, perampokan, pencurain bahkan tindak pidana korupsi. Ada pihak-pihak tertentu yang keberadaanya disembunyikan atau

bahkan ditampilkan untuk memarginalkan orang atau kelompok orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ideologi, interpelasi, hegemoni dan representasi. Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik wacana tersebut. Masing- masing teori ini memiliki karakteristik masing-masing tergantung dari mana seorang ahli memandang sebuah wacana.

Teori- teori tersebut adalah teori yang dikemukakan oleh (1) Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony

(3)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

3 Trew, (2) Theo Van Leeuwen, (3) Sara Mills, (4) Teun A. Van Dijk, dan (5) Norman Failclough.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi-strategi yang digunakan oleh wartawan dalam memarginalkan orang atau kelompok orang dalam suatu pemberitaan pada rubrik Politik dan Hukum surat kabar harian Kompas. Pendeskripsian strategi ini menggunakan model analisis wacana yang dikemukakan oleh Theo Van Leeuwen.

Theo van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana

untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus-menerus dijadikan sebagai objek pemaknaan dan digambarkan secara buruk. Dalam hal ini, terdapat kaitan antara wacana dengan kekuasaan. Kekuasaan bukan hanya beroperasi melalui jalur-jalur formal, hukum, dan institusi negara, tetapi juga melalui serangkaian wacana untuk mendefinisikan sesuatu atau suatu kelompok sebagai tidak benar atau buruk.

Dengan demikian, wacana beroperasi untuk mendefinisikan sesuatu, membenarkan sesuatu, dan menyalahkan yang lain.

Salah satu agen terpenting dalam mendefinisikan suatu kelompok adalah media. Melalui pemberitaan yang terus- menerus disebarkan, media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran khalayak mengenai sesuatu.

Wacana yang dibuat oleh media tersebut bisa jadi melegitimasi suatu hal atau kelompok dan mendelegitimasi serta memarjinalkan kelompok lain. Misalnya,

adanya ketidakadilan dalam berita mengenai pemerkosaan terhadap wanita.

Pihak yang menjadi korban ini digambarkan secara buruk sehingga khalayak tidak bersimpati dan justru lebih bersimpati kepada laki-laki yang menjadi pelaku korban. Theo van Leeuwen membuat suatu model analisis yang bisa dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial tersebut ditampilkan dalam media dan bagaimana suatu kelompok yang tidak mempunyai akses menjadi pihak yang secara terus-menerus dimarjinalkan.

Analisis van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak- pihak dan aktor (seseorang atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam hal ini, terdapat dua pusat perhatian. Pertama, proses pengeluaran (exclusion). Artinya, dalam suatu teks berita, ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan dan strategi wacana yang dipakai untuk itu. Proses pengeluaran ini secara tidak langsung, dapat mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu.

Adapaun proses pengeluaran tersebut mencakup tiga strategi yaitu (1) pasivasi, (2) nominalisasi, dan (3) penggantian anak kalimat. Kedua, proses pemasukan (inclusion). Artinya, dalam suatu teks berita, terdapat kelompok atau aktor yang dimasukkan atau ditampilkan melalui pemberitaan. Proses pemasukan tersebut meliputi tujuh strategi yaitu: (1)

diferensiasi-Indiferensiasai, (2) Objektivasi-Abstraksi, (3) Nominasi-

Kategorisasi, (4) Nominasi-Identifikasi, (5) Determinasi-indeterminasi, (6) Asimilasi- Individualisasi, (7) Asosiasi- Disosiasi. Baik proses pengeluaran maupun proses pemasukan, menggunakan strategi-stratgi wacana tersebut. Dengan memakai kata, kalimat, intonasi, atau susunan bentuk kalimat

(4)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

4 tertentu, dan cara bercerita tertentu,

masing-masing kelompok direpresentasikan dalam teks.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis.

Menurut Moloeng (2001:5) metode kualitatif merupakan metode yang menyajikan seara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Seorang peneliti dapat memilih satu dari berbagai metode yang ada sesuai dengan tujuan.”Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data)”

(Djajasudarma, 2010:4). Berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu analisis teks wacana surat kabar Kompas menggunakan model analaisi wacana Theo Van Leeuwen, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. “Metode deskriptif analitis dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau memaparkan fakta- fakta yang kemudian disusul dengan analisis” (Ratna, 2010:53).

Data dalam penelitian ini berupa transkrip teks wacana surat kabar Kompas pada rubrik Politik dan Hukum.

Data tersebut kemudian dijadikan sampel penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2008:131). Sampel tersebut kemudian dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan model analisis wacana Theo Van Leeuweun. Sampel diambil dari surat kabar Kompas Edisi 19 Mei 2013 s/d 07 Juni 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum Theo Van Leeuwen menampilkan bagaimana pihak-pihak atau seorang aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam hal ini terdapat dua

cara yaitu proses pengeluaran (eksklusion) dan proses pemasukan (inklusion).

1. Exclusion

Terdapat beberapa strategi tentang cara suatu aktor (seseorang atau kelompok) dikeluarkan dari pembicaraan.

Cara-cara tersebut ialah sebagai berikut.

a. Pasivasi

Eklusi merupakan suatu isu sentral dalam wacana. Pada ekslusi, satu kelompok atau aktor tertentu tidak dilibatkan dalam suatu pembicaraan atau wacana. Penghilangan aktor sosial ini untuk melindungi dirinya. Salah satu cara klasik untuk menghilangkan aktor ini ialah dengan membuat kalimat dalam bentuk pasif. Melalui kalimat pasif, aktor tidak dapat hadir dalam teks, sesuatu yang tidak mungkin terjadi dalam kalimat yang berstruktur aktif. Misalnya, wacana mengenai demonstrasi mahasiswa yang berakhir dengan bentrokan dengan aparat kepolisian dan satu orang mahasiswa tewas. Di sini, terdapat dua aktor, yaitu polisi dan mahasiswa. Untuk mengeluarkan aktor (pelaku), dilakukan dengan membuat kalimat pasif.

Aktif Polisi menembak seorang mahasiswa yang demonstrasi hingga tewas.

Pasif Seorang nahasiswa tewas tertembak saat demonstrasi

b. Nominalisasi

Strategi nominalisasi berhubungan dengan mengubah kata

kerja (verba) menjadi kata benda (nomina). Strategi ini umumnya dilakukan dengan memberi imbuhan pe- an. Dalam struktur kalimat yang berbentuk aktif, selalu membutuhkan subjek. Kalimat aktif juga berbentuk kata kerja yang menunjuk pada hal yang dilakukan (proses) oleh subjek.

Sebaliknya, kata benda tidak membutuhkan subjek karena ia bisa hadir

(5)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

5 mandiri dalam kalimat. Nominalisasi tidak hanya dapat menghilangkan posisi subjek tetapi juga bisa mengubah makna kalimat ketika diterima oleh khalayak pembaca.

Verba Direktur PT X menganiaya karyawannya hingga tewas.

Nomina Seorang karyawan PT X tewas akibat penganiayaan.

Nomina Penganiayaan karyawan terjadi di PT X.

Nomina Lagi-lagi terjadi

penganiayaan terhadap karyawan.

c. Penggantian Anak Kalimat

Penggantian subjek juga dapat dilakukan dengan memakai anak kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti aktor. Misalnya, dalam pemberitaan mengenai demonstrasi mahasiswa, dengan memakai anak kalimat ”untuk mengendalikan demonstrasi mahasiswa”, maka aktor (polisi) bisa disembunyikan atau dihilangkan dalam teks.

Tanpa anak kalimat

Polisi menembak seorang mahasiswa yang demonstrasi hingga tewas.

Anak kalimat Untuk mengendalikan demonstrasi

mahasiswa, tembakan dilepaskan.

Akibatnya, seorang mahasiswa tewas.

2. Inclusion

Terdapat beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang, atau kelompok ditampilkan dalam teks. Van Leeuwen menjelaskan strategi-strategi tersebut ialah sebagai berikut.

a. Diferensiasi-Indiferensiasi

Suatu peristiwa atau seorang aktor sosial bisa ditampilkan dalam teks secara

mandiri, sebagai suatu peristiwa yang unik atau khas, tetapi juga bisa dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa atau aktor lain dalam teks. Hadirnya peristiwa atau kelompok lain selain yang diberitakan tersebut, menurut van Leeuwen, bisa menjadi penanda yang baik bagaimana suatu kelompok atau peristiwa dipresentasikan dalam teks.

Penghadiran kelompok atau peristiwa lain tersebut secara tidak langsung ingin menunjukkan bahwa kelompok tersebut tidak bagus dibandingkan dengan kelompok lain. Ini merupakan strategi wacana bagaimana suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan atau lebih bagus.

Indiferensiasi Buruh pabrik Maspion sampai kemarin masih melanjutkan mogok.

Diferensiasi Buruh pabrik Maspion sampai kemarin masih melanjutkan mogok.

Sementara tawaran direksi yang

menawarkan perundingan tidak ditanggapi oleh para buruh.

b. Objektivasi-Abstraksi

Elemen wacana ini berhubungan dengan pertanyaan apakah informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret ataukah yang ditampilkan adalah abstraksi. Jumlah suatu demonstrasi mahasiswa dapat dikatakan menunjuk angka yang jelas, dapat juga dengan membuat suatu abstraki seperti ratusan, ribuan, atau banyak sekali. Makna yang diterima khalayak akan berbeda karena dengan membuat abstraksi peristiwa atau aktor yang sebetulnya secara kuantitatif

(6)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

6 berjumlah kecil dengan abstraksi dikomunikasikan seakan berjumlah banyak.

Objektivasi PKI telah 2 kali melakukan

pemberontakan.

Abstraksi PKI telah berulang kali melakukan pemberontakan.

c. Nominasi-Kategorisasi

Dalam suatu pemberitaan mengenai aktor (seseorang/kelompok) atau mengenai suatu permasalahan, sering kali terjadi pilihan apakah aktor tersebut ditampilkan apa adanya, ataukah yang disebut adalah kategori dari aktor sosial tersebut. Kategori ini bisa bermacam-macam, yang menunjukkan ciri penting dari seseorang: agama, status, bentuk fisik, dan sebagainya.

Nominasi Seorang laki-laki ditangkap polisi karena kedapatan membawa obat-obatan terlarang.

Kategorisasi Seorang laki-laki kulit hitam ditangkap polisi karena kedapatan membawa obat-obatan

terlarang.

d. Nominasi-Identifikasi

Strategi wacana ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa, atau tindakan tertentu didefinisikan. Bedanya dalam identifikasi, proses pendefinisian itu dilakukan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Di sini, terdapat dua proposisi, di mana proposisi kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Umumnya dihubungkan dengan kata hubung: yang dan di mana. Proposisi kedua ini dalam kalinat posisinya sebetulnya murni sebagi penjelas atas identifikasi atas sesuatu. Wartawan barangkali ingin memberikan penjelasan siapa seseorang itu atau apa tindakan atau

peristiwa itu. Akan tetapi, sering kali, dan ini harus dikritisi pemberian penjelas ini menyugestikan makna tertentu karena umumnya berupa penilaian atas seseorang, kelompok, atau tindak tertentu. Ini merupakan strategi wacana di mana satu orang, kelompok, atau tindakan diberi penjelasan yang buruk sehingga ketika diterima oleh khalayak akan buruk pula.

Nominasi Seorang wanita ditemukan tewas, diduga sebelumnya diperkosa.

Identifikasi Seorang wanita, yang sering keluar malam, ditemukan tewas. Diduga sebelumnya diperkosa.

e. Determinasi-Indeterminasi

Dalam pemberitaan sering kali aktor atau peristiwa disebutkan secara jelas, tetapi sering kali juga tidak jelas (anonim). Anonimitas ini bisa jadi karena wartawan belum mendapatkan bukti yang cukup untuk menulis sehingga lebih aman untuk menulis anonim. Bisa juga karena ada ketakutan struktural kategori yang jelas dari seorang aktor sosial tersebut disebut dalam teks. Apa pun alasannya, dengan membentuk anonimitas ini, ada kesan yang berbeda ketika diterima oleh khalayak. Hal ini karena menurut van Leeuwen, justru membuat suatu generalisasi, tidak spesifik. Misalnya,

Indeterminasi Menlu Alwi Shihab disebut-sebut terlibat skandal bulog.

Determinasi Orang dekat Gus Dur disebut-sebut terlibat dalam skandal bulog.

f. Asimilasi-Individualisasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor sosial yang diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya atau tidak. Asimilasi terjadi ketika dalm pemberitaan bukan

(7)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

7 kategori aktor sosial yang spesifik yang disebut di mana seseorang tersebut berada. Misalnya, dalam sutau demonstrasi mahasiswa di Jalan Cendana yang menuntut Soeharto diadili. Dalam demonstrasi itu, Adi, seorang mahasiswa, tertembak oleh polisi yang bernama Parman. Peristiwa itu dapat diberitakan dengan menyebut kategori mahasiswa dan polisi itu secara jelas dapat juga diberitakan kumpulan (mahasiswa dan polisi) sebagai berikut.

Individualisasi Adi, mahasiswa Trisakti, tewas ditembak Parman, seorang polisi, dalam

demonstrasi di Cendana kemarin.

Asimilasi Mahasiswa tewas ditembak polisi dalam

demonstrasi di Cendana kemarin.

g. Asosiasi-Disosiasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan sendiri ataukah ia dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar. Ini adalah proses yang sering kali terjadi dan tanpa disadari. Jika ada tentara menembak mahasiswa, kita sering kali bukan hanya menilai secara khusus kasus tersebut tetapi juga menghubungkan dengan perilaku militer yang memang sering melakukan penembakan dan berjiwa militeristik.

Elemen asosiasi ingin melihat apakah suatu peristiwa atau aktor sosial dihubungkan dengan peristiwa lain atau kelompok lain yang lebih luas.

Kelompok sosial di sini menunjuk pada di mana aktor tersebut berada, tetapi persoaannya apakah disebut secara eksplisit atau tidak dalam teks. Asosiasi menunjuk pada pengertian ketika dalam teks, aktor sosial dihubungkan dengan asosiasi atau kelompok yang lebih besar,

di mana aktor sosial tersebut berada.

Sebaliknya, disosiasi, jika tidak terjadi hal demikian.

Disosiasi Sebanyak 40 orang muslim meninggal dalam kasus Tabelo, Galela, dan Jailolo.

Asosiasi Umat Islam di mana-mana selalu menjadi sasarn pembantaian. Setelah di Bosnia, sekarang di Ambon.

Sebanyak 40 orang meninggal dalam kasus Tabelo, Galela, dan Jailolo.

Data yang diperoleh dari surat kabar Harian kompas edisi 19 Mei 2013 s/d 07 Juni 2013 pada rubrik Politik dan Hukum adalah sebagai berikut:

1. Exclusion a. Pasivasi

Pasivasi adalah satu cara untuk menghilangkan aktor dalam suatu peristia ialah dengan membuat kalimat dalam bentuk pasif. Melalui kalimat pasif, aktor tidak dapat hadir dalam teks,

Pasif Ditemukan penggelembungan dana di luar batas kewajaran dari APBN-P 2012 Ditjen Kebudayaan Sebesar 700 Milyar (Kompas, 5 Juni 2013)

Pasif Setyabudi ditangkap di ruang kerjanya sesaat setelah diberi uang Rp 150 juta oleh Asep.

(Kompas, 29 Mei 2013)

Dua kalimat berita tersebut disajikan dalam bentuk kalimat pasif.

Aktor, dari masing-masing peristiwa hilang dalam pemberitaan karena yang lebih dipentingkan adalah objek (Setyabudi, dan penggelembungan dana).

Wartawan dan khalayak pembaca lebih tertarik untuk melihat objek pemberitaan, selain itu pasivasi juga membuat khalayak pembaca tidak kritis. Orang hanya berpikir tentang objek. Pelaku

(8)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

8 dapat bersembunyi karena tidak mendapat perhatian yang memadai.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan membuat kalimat pasif ini, yang menjadi subjek dan inti pembicaraan adalah korban (objek), bukan pelaku.

b. Nominalisasi

Nominalisasi adalah strategi untuk menghilangkan aktor suatu peristiwa dengan cara mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina).

Nominalisasi Pemeriksaan terhadap Dada rata-rata berangsung selama 10 jam. (Kompas, 29 Mei 2013)

Nominalisasi Dalam sebuah pemeriksaan keterangan

Dada beberapa kali dikonfrontasi dengann Setyabudi dan Toto. ( Kompas, 29 Mei 2013) Dua kalimat di atas adalah hasil dari nominalisasi. Kata kerja memeriksa di ubah menjadi kata benda pemeriksaan.

Tindakan memeriksa telah di ubah menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan periksa.

Hal ini bertujuan untuk menghilangkan aktor dalam peristiwa tersebut. Jadi, hal yang menjadi penekanan ialah pemeriksaan terhadap target yang sudah menjadi gejala umum.

2. Inclusion

Terdapat beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang, atau kelompok ditampilkan dalam teks. Van Leeuwen menjelaskan bahwa strategi-strategi tersebut diantaranya sebagai berikut.

a. Objektivasi

Elemen wacana ini berhubungan dengan pertanyaan apakah informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor

sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret (objektivasi) ataukah yang ditampilkan adalah abstraksi.

Objektivasi Komisi Pemberantasan Korupsi Jumat (31/5) untuk pertama kali memeriksa Guberbur Riau Rusli Zainal sebagai tersangka kasus suap terkait pembangunan arena Pekan Olah Raga Nasional serta dugaan korupsi pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan dan tanaman industri di pelawann dan siak.

Objektivasi KPK tercatat sudah empat kali memeriksa Dada sebagai saksi

Objektivasi KPK Telah menetapkan empat tersangka, yakni Setyabudi, Asep Trianta, Toto Hutagalung, dan Hery Hidayat.

Kalimat-Kalimat berita tersebut disajikan secara konkret dan jelas.

Kalimat pertama disebut secara jelas bahwa KPK baru pertama kali memeriksa Gubenur Riau. Dalam kalimat kedua disebutkan juga secara konkret bahwa KPK telah empat kali memeriksa Dada, begitu juga kalimat ketiga juga menyebutkan secara jelas bahwa KPK telah menetapkan empat tersangka.

Penyebutan secara jelas tersebut bertujuan untuk menonjolkan aktor sosial yang terlibat di dalamnya.

b. Nominasi

Dalam suatu pemberitaan sering aktor tersebut ditampilkan apa adanya, ataukah yang disebut adalah kategori dari aktor sosial tersebut. Kategori ini bisa bermacam-macam, yang menunjukkan

(9)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

9 ciri penting dari seseorang: agama, status, bentuk fisik, dan sebagainya.

Nominasi Berita acara permintaan keterangan yang dicuri tersangka kasus dugaan suap pengurusan kuota impor sapi di Kementerian Pertanian, Ahmad Fathanah, dari KPK ternyata dijadikan bahan diskusi oleh pengacara tersangka Luthfi Hasan Ishaaq.

Dalam kalimat berita tersebut aktor disebutkan scara jelas dan apa adanya. Dua aktor tersebut adalah Ahmad Fathanah dan pengacara Luthfi Ishaaq disebutkan apa adanya tanpa menyebutkan kategorisasi tertentu. Jadi kesan yang diterima pembaca hanya terfokus kepada kedua aktor tersebut.

c. Nominasi-Identifikasi

Strategi wacana ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa, atau tindakan tertentu didefinisikan. Bedanya dalam identifikasi, proses pendefinisian itu dilakukan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Di sini, terdapat dua proposisi, di mana proposisi kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama. Umumnya dihubungkan dengan kata hubung: yang dan di mana.

Nominasi Pembantu Rektor III Universitas Negeri Jakarta Fachruddin Arbah merasa dirinya dikorbankan oleh sebuah konspirasi korupsi yang dilakukan Group

Permai pimpinan Muhammad Nazaruddin.

Identifikasi Achmad Rozi, Konsultan hukum Ahmad Fathanah yang juga pernah menjadi konsultan hukum Luthfi Hasan Ishaaq serta PT

Konsultan PT Radina,

mengaku pernah diperintahh Luthfi untuk

meminta data mutakhir kebutuhan daging di lapangan kepada Elda Devianne.

Identifikasi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta telah memfonis anggota Komisi VII DPR Nonaktif yang juga anggota Badan anggaran DRP Zulkarnaen Djabar 15 ahun penjara dan anaknya , Dendy Prasetya 8 tahunn penjara.

Kalimat pertama berita disajikan apa adanya tanpa menyebutkan identifikasi aktor tertentu. Kalimat tersebut adalah strategi nominasi yang dilakukan wartawan untuk memfokuskan pemberitaan kepada korban yaitu Purek III Universitas Negeri Jakarta dan aktor yaitu Muhammad Nazaruddin. Pada kalimat selanjutnya berita disajikan dengan memberikan tambahan anak kalimat. Anak kalimat tersebut ditandai dengan kata penghubung yang, merupakan identifikasi dari aktor tertentu yang diberikan oleh wartawan. Pada kelimat kedua fokus pemberitaan terletak pada Ahmad Rozi dan Luthfi Hasan Ishaaq, sedangkan pada kalimat ketiga fokus kepada Zulkarnaen Djabar.

Akan tetapi, identifikasi itu sering kali bisa menjadi penilaian ke arah mana peristiwa tersebut harus dijelaskan.

Pemberian anak kalimat tersebut, sering kali menimbulkan penilaian bukan hanya berupa penilaian yang subjektif mengenai diri seseorang atau tindakan, tetapi sering kali memakai label-label yang memarginalkan seseorang atau suatu kelompok.

d. Determinasi

(10)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

10 Dalam pemberitaan aktor atau peristiwa disebutkan secara jelas, tetapi sering kali juga tidak jelas (anonim).

Anonimitas ini bisa jadi karena wartawan belum mendapatkan bukti yang cukup, atau karena ada ketakutan struktural kategori yang jelas dari seorang aktor sosial tersebut disebut dalam teks.

Determinasi Komisi

pemeberantasan Korupsi menyeret keterlibatan

sejumlah anggota banggar DPR yang diduga menerima suap terkait anggaran di Korlantas.

Determinasi Kemungkinan

mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera

(PKS)bakal

disidang pada pertengahan Juni mendatang.

Determinasi Majelis Hakim menyinggung

aliran dana kepada kolega Zulkarnaen di DPR.

Ketiga kalimat berita tersebut disajikan dengan strategi determinasi, yaitu dengan menganonimkan pihak- pihak tertentu. Pada kalimat pertama, terdapat pihak yang dianonimkan dengan hanya menyebutkan sejumlah anggota banggar DPR, pada kalimat kedua pihak yang dianonimkan diganti dengan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, sedangkan pada kalimat ketiga dianonimkan dengan kalimat kolega Zulkarnaen di DPR. Penganoniman tersebut sebenarnya menyinggung atau menuju kepeda pihak-pihak tertentu yang dimarginalkan, tetapi karena ada

ketakutan struktural maka wartawan mengambil strategi determinasi.

e. Individualisasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor sosial yang diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya atau tidak. Asimilasi terjadi ketika dalam pemberitaan bukan kategori aktor sosial yang spesifik yang disebut di mana seseorang tersebut berada.

Individualisasi Terpidana Korupsi mantan Bupati Kepualaun Aru Theddy Tengko dipindahkan dari Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Ambon, Maluku, ke LP Kelas 1 Sukamiskin Bandung.

Individualisasi Kesetiaan komisaris Legino, kepada atasannya yang saat itu menjabat Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Djoko Susilo benar-benar tengah diuji.

Individualisasi Komisaris Legimo, mantan Bendahara Korps Lalu Lintas Polri mengaku biasa di perintah terdakwa mantan Kepala Korlantas Inspektur jenderal Djoko Susilo untuk mengumpulkan uang dari berbagai sumber non –APBN

terutama dari perusahaan rekanan.

Individualisasi Penetapan Status Wali Kota Bandung Dada

Rosada akan

(11)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

11 dilakukan setelah semua tersangka tangkap tangan terkait penyuapan terhadap

Wakil Ketua pengadilan negeri bandung Setyabudi Tejocahyono selesai disidik.

Individualisasi Komisi

Pemberantasan

Korupsi segera menentukan nasib Wali Kota Bandung Dada Rosada dalam Kasus suap kepada

Wakil Ketua pengadilan Negeri Bandung Setyabudi Tejocahyono terkait pengurusan perkara korupsi bantuan sosial.

Individualisasi Komisi Yudisial mengawasi secara ketat persidangann perkara dugaan korupsi pengadaann simulator berkendara di Korps Lalu Lintas dan tindak pidana pencurian uang dengan terdakwa Inspektur Jederal Djoko Susilo (DS).

Individualisasi Komisi

Pemberantasan

Korupsi membidik pemberian suap dalam kasus pengadaan Al

Quran dan Laboratorium

komputer untuk madrasah di Kemeterian Agama,

Pustaka Indonesia Abdul Kadir Laydrus.

Dari ke tujuh kalimat berita tersebut kesemuanya menggunakan strategi individualisasi. Individualisasi ini ditandai dengan penyebutan kategori tertentu pada aktor yang diberikatan.

Kalimat pertama kategori mantan bupati Kepulauan Aru disebutkan secara jelas.

Pada kalimat kedua dan sterusnya juga disebutkan kategorinya secra jelas berturut-turut adalah komisaris - Kepala Korps Lalu Lintas Polri, mantan Bendahara Korps Lalu Lintas Polri- mantan Kepala Korlantas, Wali Kota Bandung - Wakil Ketua pengadilan Negeri Bandung. Penyebutan kategori tersebut bertujuan untuk menjelaskan aktor soaila yang diberitakan.

SIMPULAN

Baik inklusi ataupun eklusi pada hakikatnya adalah inti dari model analisis wacana yang dikemukakan oleh Theo Van Leeuwen. Inti dari teori ini adalah bagaimana seorang aktor ditampilkan atau dikeluarkan dari pemberitaan.

Penentuan aktor sosial ditampilkan atau dikeluarkan dari pemberitaan adalah suatu bentuk dari pemarginalan atau peminggiran seorang atau sekelompok orang atas dasar kekuasaan. Siapa yang berkuasa bebas menentukan apakah aktor sosial tersebut akan ditampilkan atau dikeluarkan dari pemberitaan.

Secara garis besar dalam kasus tindak pidana korupsi ada dua aktor besar yang terlibat yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) versus pelaku korupsi (koruptor). Berdasarkan pembahasan dan analisis data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pemberitaan kasus pidana korupsi pada Harian Kompas wartawan cenderung memarginalkan pelaku korupsi (koruptor). Terdapat dua strategi yang digunakan oleh para wartawan dalam memarginalkan para koruptor, dianalisis dengan teori Van Leuween. Pertama

(12)

Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol.7 No. 1 April 2023 http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095

Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen pada Berita Tipikor dalam Rubrik Politik dan Hukum Surat Kabar Harian Kompas

12 adalah strategi eksklusi yang meiputi: (1) pasivasi dan (2) nominalisasi, kedua adalah strategi eksklusi yang meliputi:

(1) objektivasi, (2) nominasi, (3) nominasi-identifikasi, (4) determinasi, dan (5) individualisasi. Semua strategi tersebut digunakan oleh wartawan untuk memarginalkan atau meminggirkan seorang atau kelompok orang, dalam hal ini adalah para koruptor.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharisni. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatima. (2010). Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung:

Repika Aditama.

Eriyanto. (2009). Analisis Wacana:

Pengantar Analisis Teks Media.

Yokyakarta: PT Lukis Printing Cemerlang.

Kompas, Edisi 29 Mei 2013 s/d 07 Juni 2013. No 323 s/d. 331 Tahun ke - 48. Jakarta.

Moleong, Lexy J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung.

Remaja Rosdakarya.

Ratna, Nyoman Kutha. (2010). Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh model dan media tersebut terhadap keterampilan berbicara siswa, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Dalam Editorial Surat Kabar Harian Tribun Pekanbaru by Sri