• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis yuridis pencucian uang (money laundering)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis yuridis pencucian uang (money laundering)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Pemilihan tema tersebut dilatarbelakangi oleh perkembangan teknologi dan informasi yang semakin canggih di era digital ini yang memungkinkan kejahatan di dunia maya menjadi semakin kompleks, salah satunya kejahatan pencucian uang yang dilakukan dengan cara siber, sebagaimana kita ketahui bahwa pencucian uang merupakan kejahatan luar biasa yang sangat merugikan stabilitas ekonomi bangsa Indonesia1). Apakah pencucian uang yang dilakukan dengan cara siber diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan/atau Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak pidana pencucian uang dengan menggunakan sarana siber diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 sebagai upaya pemerintah untuk menerapkan rezim anti pencucian uang.

Sianturi merumuskan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang dilakukan di tempat tertentu, pada waktu tertentu dan dalam keadaan dimana perbuatan itu dilarang (atau diharuskan) dan diancam dengan undang-undang, adalah melawan hukum dan dengan schuld (kesalahan) yang dilakukan oleh seseorang (yang mampu mempertanggung jawabkannya). Kejahatan dunia maya yang dilakukan secara maya (virtual) dapat dikategorikan sebagai perbuatan hukum nyata dan perbuatan. Dengan demikian, subjek pelaku cybercrime juga harus dikualifikasikan sebagai orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum dalam arti yang sebenarnya.

Salah satu bentuk tindak pidana yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah tindak pidana pencucian uang melalui sarana siber yaitu akses ke PT. 16 Yunus Husein dan Roberts K., Tipologi dan Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang, Jakarta: Rajawali Press, 2018, hlm. Terlihat dari kasus tersebut bahwa kejahatan ini dikategorikan sebagai kejahatan ekstrim yang cukup merugikan perusahaan PT.

Rumusan Masalah

ANALISIS HUKUM PENCUCIAN UANG MENGGUNAKAN CYBER CAPABILITY TERKAIT PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 132/PID/B/2012/PN.PWK.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan sebagaimana dikemukakan di atas, maka suatu penelitian pasti memiliki tujuan, karena tujuan mempunyai arah akhir dari penelitian. Untuk mengetahui apakah pencucian uang dengan cara siber diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan/atau Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Untuk mengetahui bagaimana laporan tersebut diputus dalam Putusan Mahkamah Agung no. 132/PID/B/2012/PN.PWK memeriksa dan memutus perkara tindak pidana pencucian uang yang dilakukan dengan cara siber.

Manfaat Penelitian

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Pendekatan Penelitian
  • Bahan Hukum
  • Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
  • Teknik Analisis Bahan Hukum

Pendekatan hukum dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah hukum yang sedang dibahas.20 Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji dan menelaah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang, yang diatur dalam UU No. 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pendekatan konseptual berangkat dari posisi profesi hukum dan doktrin-doktrin yang ada. Pendekatan yang tepat, yaitu alasan-alasan hukum yang dengannya hakim mengambil putusan dengan mempertimbangkan rasio decidindi.22 Uji rasio decidindi akan menetapkan fakta-fakta material berupa orang, tempat, waktu dan segala sesuatu yang menyertainya, sampai terbukti sebaliknya.

Penulis akan memahami bagaimana ratio decisionndi putusan Mahkamah Agung nomor 132/PID/B/2012/PN.PWK untuk menemukan aturan hukum yang tepat untuk diterapkan pada fakta tersebut. Bahan hukum adalah segala sesuatu yang dapat digunakan atau diperlukan untuk keperluan analisis peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku hukum, seperti makalah, disertasi hukum dan jurnal hukum, selain kamus hukum dan ulasan putusan pengadilan. Bahan hukum tersier adalah seperti bahan hukum pelengkap yang menjelaskan bahan hukum primer dan sekunder, dalam hal ini yang diperoleh penulis dari ensiklopedia, majalah, surat kabar dan sebagainya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan studi kepustakaan dengan cara membaca, mempelajari, menganotasi dan membuat kajian literatur dari berbagai sumber bahan hukum, baik primer, sekunder maupun tersier, terkait dengan masalah yang dihadapi penulis yaitu pencucian uang dengan menggunakan sarana siber.

Bahan hukum tersebut selanjutnya dikumpulkan melalui proses identifikasi untuk mengetahui bahan hukum apa yang akan digunakan, dilanjutkan dengan proses inventarisasi untuk menjaring dan mengumpulkan bahan hukum yang telah melalui proses identifikasi, dan terakhir penulis akan melakukan proses klasifikasi dan mensistematisasikan bahan hukum berdasarkan permasalahan penelitian. Dalam hal metode analisis bahan hukum, penulis menggunakan analisis deskriptif dalam penelitian ini. Analisis deskriptif akan memberikan penjelasan atas dua permasalahan yang diangkat oleh penulis yaitu, pertama, pernyataan mengenai apakah pencucian uang melalui siber diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pencucian Uang.

Pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan/atau UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Dalam penelitian ini, penulis juga akan menganalisis melalui konsep-konsep hukum yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang diangkat dalam penelitian ini dengan menggunakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang dibahas.

Orisinalitas Penelitian

Kedua, memberikan penjelasan yang menggambarkan struktur putusan dan pernyataan yang tertuang dalam Putusan MA nomor 132/PID/B/2012/PN.PWK. BANK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 (Studi Putusan Perkara No. 64/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Sby)” yang disusun oleh DAYANTI, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, memiliki kemiripan dengan kajian penulis dan menganalisis tindak pidana ganda kajian dan nama mereka. dari kejahatan yang signifikan. Namun bedanya, tesis ini menjelaskan tentang tindak pidana pencucian uang dalam transaksi perbankan, sedangkan penelitian penulis memuat tentang tindak pidana pencucian uang melalui sarana kejahatan dunia maya (cybercrime) melalui dunia maya yaitu pembobolan data informasi perusahaan.

Kontribusi penelitian ini berguna sebagai referensi bagi pihak lain tentang apa yang harus dilakukan dalam kasus seperti ini. Skripsi lain dengan judul “TINJAU HUKUM PIDANA PENCUCIAN UANG BERASAL KORUPSI (Studi Kasus No. 48/Pid.Sus/2013/PN.Mks)” oleh AGUS MULIADI mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar memiliki kesamaan dengan penelitian penulis yaitu mengkaji dan menganalisis tindak pidana pencucian uang sebagai tindak pidana ganda yang merupakan tindak pidana lanjutan dari tindak pidana (pra menunjukkan kejahatan).

TAHUN 2010 (Studi Kasus Putusan Nomor

Sistematika Penulisan

Bab-bab yang tersusun tersebut nantinya akan membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan dengan sistematika sebagai berikut:

PENDAHULUAN

KAJIAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian

Tugas Prioritas UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Dalam hal pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, lebih ditekankan pada pembuktian alat bukti dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan yang dimaksud pada ayat (1) Pasal 5 UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Materi diatur dengan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, terdiri dari substansi pengaturan, kualifikasi kejahatan dan ancaman hukuman, perluasan fungsi PPATK, perintah pencegahan pewarisan oleh penyidik, penuntut negara dan hakim, penetapan minimum dan maksimum kejahatan, persidangan in absentia, pembuktian terbalik dan harta kekayaan terdakwa yang meninggal sebelum keputusan hakim. Berdasarkan perkara dalam putusan Mahkamah Agung dengan nomor register perkara: 132/PID/B/2012/PN.PWK yang memutus dan mengadili terdakwa Lukman Bin Abdul Khodir terbukti bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang dan cybercrime.

Dalam menjatuhkan putusan, majelis hakim melakukan interpretasi gramatikal terhadap pasal yang didakwakan, yang kemudian dikorelasikan dengan perbuatan terpidana.

Saran

Pelaporan, hal ini dilakukan oleh bank apabila menemukan transaksi keuangan mencurigakan yang patut diduga sebagai tindak pidana pencucian uang dan dilaporkan kepada lembaga PPATK. Regulasi, dalam hal ini pemerintah sebagai pembentuk undang-undang atau pembuat undang-undang, harus memperhatikan dengan seksama bagaimana penerapan hukum pencucian uang secara tepat sebagai bentuk pencegahan atau preventif. Sanksi dalam hal penjatuhan sanksi tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan diperlukan sesuai dengan Pasal 4, Pasal 4 dan Pasal 5 UU No 8 Tahun 2010 untuk dipahami dan diketahui bersama untuk menakut-nakuti calon pelaku tindak pidana pencucian uang.

Mengidentifikasi asal kejahatan (primary crime) untuk mengetahui kejahatan apa saja yang melatar belakangi kejahatan pencucian uang, seperti cyber crime. Dan proses penjatuhan pidana dilakukan sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai bentuk penegakan sistem peradilan pidana. Masyarakat harus berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, karena masyarakat juga berperan penting dalam hal ini yaitu melalui pemerintah yang melakukan sosialisasi atau kampanye untuk menumbuhkan persepsi bahwa pencucian uang merupakan kejahatan yang merugikan moral dan ekonomi bangsa, dan sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi, dalam memberikan data yang adil kepada masyarakat untuk menerima uang, mengenai tindak pidana, masyarakat juga berhak untuk menerima informasi yang akurat dan berhak untuk menyampaikan saran atau pendapat atas kinerja pemangku kepentingan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. memberantas kejahatan pencucian uang.

UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penerapan Teori Pidana dalam Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Tipikor Yogyakarta, Disertasi, Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut dikemukakan, bahwa meskipun terdapat berbagai cara dalam melakukan pencucian uang, akan tetapi dari itu semua ada tiga tahap yang dapat mencakup sejumlah transaksi