PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk mengetahui seperti apa perlindungan hukum terhadap korban pidana yang main hakim sendiri menurut hukum pidana positif. Untuk mengetahui apa saja perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana main hakim sendiri menurut hukum pidana Islam. Abu Yusuf, “Tindak Pidana Pengambilan Hakim Sendiri Terhadap Perilaku Maksiat Berdasarkan Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam (Studi Kasus di Desa Teluk Kuldi Tanjung Jabung Barat)” (Skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019), 8 .
Tindakan main hakim sendiri merupakan tindakan penganiayaan yang termasuk dalam qisas jihad dalam hukum pidana Islam. Banyak peraturan dalam hukum positif Indonesia yang memberikan perlindungan hukum kepada korban kejahatan yang main hakim sendiri.
Fokus Penlitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Tesis ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman ulama mengenai perlindungan hukum yang diberikan oleh hukum pidana Islam dan hukum positif terhadap mereka yang melakukan tindak pidana akibat main hakim sendiri. Dengan memberikan referensi dan pengembangan ilmu hukum dalam literatur institusi khususnya dalam konteks Program Studi Hukum Pidana Islam, penelitian ini memberikan manfaat yang signifikan bagi Kiai Haji Achmad Siddiq Jember UIN. Para ulama sangat tertarik untuk mengkaji persoalan perlindungan hukum bagi mereka yang melakukan tindak pidana akibat praktek main hakim sendiri, dengan memperhatikan asas hukum pidana Islam dan hukum positif.
Peneliti berharap temuan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat Indonesia dan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Guna meningkatkan perlindungan hukum yang harus diberikan aparat penegak hukum kepada mereka yang melakukan tindak pidana main hakim sendiri, peneliti meyakini penelitian ini dapat berkontribusi pada sejumlah faktor penting.
Definisi Istilah
10 Sumardi Eendi, “Tindak Pidana Pengambilan Hakim Sendiri (Eigenrichting) Berdasarkan Hukum Pidana dan Fiqh JInayah,” Jurnal Hukum Islam dan Hukum Pidana 5, no. Pengertian hukum pidana sebagai Ius Constitutum adalah hukum pidana (KUHP) yang berlaku pada waktu tertentu dan di negara tertentu.14. Hukum pidana Islam, atau fiqh jinayah, berkaitan dengan kejahatan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dan harta bendanya.
15 Hasan Mustofa dan Saebani Beni Ahmad, Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, (Bandung: Pustaka Setia Bandung. Berdasarkan pemikiran yang diberikan sebelumnya, judul tesis ini menyoroti pertanyaan bagaimana hukum pidana Islam secara positif melindungi korban dari tindakan main hakim sendiri.
Sistematika Pembahasan
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Penelitian Terdahulu
Artikel jurnal yang ditulis oleh I Gusti Agung Kiddy Krisna Zulkarnain dan Ida Bagus Surya Dharma Jaya berjudul “Kriminalisasi Perbuatan Vigilante (Eigenrinchting) dalam Hukum Pidana di Indonesia”. 17 bertujuan untuk mengetahui kemungkinan pemidanaan bagi pelaku main hakim sendiri (Eigenricht) dalam hukum pidana di Indonesia, serta untuk memahami peraturan mengenai main hakim sendiri (Eigenricht) dalam hukum pidana Indonesia di kemudian hari. “Kriminalisasi Tindakan Vigilante (Eigenrinchting) dalam Hukum Pidana di Indonesia,” Jurnal Kertha Wicara 1, no.
Berdasarkan hasil penyidikan, tindakan main hakim sendiri pada dasarnya dianggap sebagai tindak pidana umum lainnya. Upaya pencegahan, penanggulangan dan penindakan tindakan main hakim sendiri meliputi kegiatan preventif, preventif dan represif, serta keterlibatan tokoh masyarakat dan aparat kepolisian. 18 Yuda Kuswara, Ilham Abbas dan Hardianto Djanggih, “Penegakan Hukum Tindakan Vigilante (Eigenrinchting) Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian” Jurnal Tinjauan Hukum Toddopuli 1, no.
Artikel jurnal yang ditulis oleh Tayono, Made Warka dan Slamet Suhartono dengan judul “Penerapan Peran Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dalam Memberikan Perlindungan kepada Korban Vigilantes”19 bertujuan untuk menjelaskan peran Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dalam memberikan perlindungan pelayanan kepada korban, main hakim sendiri dan bentuk perlindungan apa saja yang ada bagi korban main hakim sendiri. Namun penelitian yang ada saat ini mengkaji tentang perlindungan dari perspektif hukum positif dan hukum pidana Islam, sedangkan penelitian terdahulu telah mengkaji perlindungan dari sudut pandang hukum positif dan hukum pidana Islam. fokus pada pemahaman peran LPSK dalam memberikan perlindungan terhadap korban main hakim sendiri.19 Tayono, Made Warka, Slamet Suhartono, “Implementasi peran lembaga perlindungan saksi dan korban dalam memberikan perlindungan kepada korban main hakim sendiri”, Jurnal AKRAB JUARA 4, no .4 (November.
20 Muhammad Rafli Rizmandar, “Perlindungan Hukum Terhadap Tersangka Korban Pembalasan”, (Tesis Magister Universitas Gadjah Mada, 2019), xii. Abu Yusuf, “Tindak Pidana Vigilante Terhadap Perilaku Asusila Menurut Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam (Studi Kasus di Desa Teluk Kuldi Tanjung Jabung Barat)”.Kriminalisasi Tindakan Vigilante (Eigenrinchting) Dalam Menyikapi Perspektif Hukum Pidana Positif, Penelitian yang yang sedang berkembang, mencakup kedua pandangan yaitu hukum pidana positif dan hukum pidana Islam.
Kajian Teori
Perbuatan main hakim sendiri merupakan tindak pidana berupa penganiayaan atau pembunuhan yang dilakukan secara massal terhadap seseorang yang diduga melanggar hukum. Namun nasib korban kejahatan main hakim sendiri seringkali diabaikan, apalagi jika korban diduga melakukan tindak pidana seperti pencurian. Dalam kasus main hakim sendiri, korban penyerangan main hakim sendiri biasanya adalah tersangka pelaku pelanggaran hukum.
Tujuan dari main hakim sendiri yang berbasis komunitas adalah untuk memberikan efek jera kepada para pelanggar hukum, namun dengan cara yang melanggar hukum. Vigilantes adalah suatu jenis kejahatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap orang-orang yang mereka yakini telah melakukan kejahatan, baik yang bersifat kekerasan maupun tidak. Tindakan main hakim sendiri dilakukan secara sewenang-wenang tanpa bantuan sistem peradilan, baik oleh individu maupun kelompok masyarakat.
Biasanya, tindakan main hakim sendiri melibatkan pelecehan, termasuk pemukulan, pembakaran, dan bentuk kekerasan lainnya yang dapat berakibat fatal. Karena main hakim sendiri merupakan perilaku ilegal yang dilakukan oleh pihak yang tidak diundang dan melanggar hukum, maka tindakan tersebut sendiri merupakan tindak pidana. Tindakan main hakim sendiri ini merupakan cara untuk menghukum sebagian orang tanpa menggunakan sistem hukum seperti yang berlaku saat ini.
Pada dasarnya undang-undang melarang tindakan main hakim sendiri di masyarakat karena kewenangan penanganan masalah hukum hanya ada pada aparat penegak hukum. Kaitan main hakim sendiri dengan Pasal 351 KUHP adalah pasal ini menyinggung pidana. 31 Hendrawati Heni dan Krisnan Johny, “Eigenrichting dalam Perspektif Kriminologi”, Jurnal Colloquium Research University.
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Sumber Bahan Hukum
- Teknik Pengumpulan Bahan
- Analisis Bahan
- Keabsahan Bahan
- Tahap-Tahap Penelitiam
45 Lukman Hakim, Budaya Mengadili Sendiri (Eigenrichting) Terhadap Penjahat yang Ditangkap, Ar-Rislah, Vol. Umumnya, main hakim sendiri melibatkan evaluasi tersangka pelaku kejahatan yang dilakukan oleh individu atau organisasi besar. Melindungi Korban Tindakan Vigilante Dengan Pendekatan Rectorial Justice (Studi di Kabupaten Demak), Jurnal Hukum Diponegoro, Vol.
Perbuatan main hakim sendiri tidak termasuk dalam jurimah tertentu dalam hukum pidana Islam, namun perbuatan tersebut mengandung unsur perbuatan penganiayaan. Indonesia sebagai negara yang menghormati dan membela hak asasi manusia, khususnya bagi individu yang menjadi korban kejahatan, termasuk main hakim sendiri. Oleh karena itu, tindakan main hakim sendiri yang melanggar hak orang lain dilarang karena menunjukkan ketidaktahuan masyarakat terhadap hukum.
Islam telah mengatur larangan main hakim sendiri dalam menangani kejahatan demi menjaga keadilan. Main hakim sendiri, sekalipun menimpa pelaku tindak pidana, adalah salah dan masuk dalam kategori penyalahgunaan. Tindak Pidana Pengambilan Hakim Sendirian (Eigenrichting) Menurut Hukum Positif dan Fiqih Jinayah” Jurnal Perundang-undangan Islam dan Hukum Pidana 5, no.
Tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku pencurian yang berujung pada kematian ditinjau dari hukum Islam dan KUHP. Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Pencurian Dalam Kasus Main hakim sendiri (Eigenricht) (Studi kasus di Desa Sambongsari Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal. Tindak pidana main hakim sendiri terhadap perilaku asusila menurut terhadap hukum pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam (Studi Kasus di Desa Teluk Kuldi Tanjung Jabung Barat)” Skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlindungan Hukum bagi Korban Pidana Main Hakim Sendiri menurut
Tindakan yang dilakukan sendiri atau secara massal yang bertentangan dengan keinginan pihak berwenang, terutama aparat penegak hukum, dan menimbulkan kerugian termasuk peradilan jalanan, hukuman mati tanpa pengadilan massal, dan main hakim sendiri. Perbuatan main hakim sendiri ini merupakan tindakan sewenang-wenang terhadap tersangka pelaku tindak pidana atau tindak pidana yang menjadi pokok tindak pidananya. Hukum positif Indonesia tidak secara khusus mengatur perlindungan hukum terhadap korban berbagai kejahatan, seperti korban pembunuhan, korban pencurian, dan lain-lain, seperti korban main hakim sendiri.
Dalam tindak pidana main hakim sendiri, perlindungan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi hak dan memberikan bantuan keamanan. Dari pemaparan di atas mengenai perlindungan terhadap korban pidana main hakim sendiri, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa main hakim sendiri merupakan suatu tindak pidana yang merampas banyak hak seseorang yang belum maupun tidak bisa berbuat apa-apa. dinyatakan sebagai seseorang. dicurigai, dituduh atau bahkan dihukum. Meskipun belum ada peraturan khusus yang membahas tentang tindak pidana main hakim sendiri atau perlindungan hukum bagi korban kejahatan, namun terdapat beberapa peraturan hukum seperti UUD 1945 pasal 28D, 28G, 28I, dan 28j, pasal 351 KUHP. . Kitab Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, serta KUHAP pasal 80, pasal 98-99, dan.
Pembunuhan berencana, yang dikenal sebagai pembunuhan (al-qatl), adalah unsur lain dari ketidakpatuhan yang bisa terjadi bersamaan dengan penganiayaan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menegakkan hukum dengan cara main hakim sendiri adalah salah dan tidak diperbolehkan dalam agama Islam. Main hakim sendiri merupakan suatu perbuatan penganiayaan yang termasuk dalam kategori judima dalam hukum pidana Islam, dan dapat dikategorikan sebagai pembunuhan apabila mengakibatkan korban jiwa karena main hakim sendiri. .
Kuswara, Yuda, Ilham Abbas dan Hardianto Djanggih, “Penegakan Hukum Tindakan Vigilante (Eigenrichting) Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian” Jurnal Tinjauan Hukum Toddopuli 1, no. Penegakan Hukum Terhadap Kasus Aksi Vigilante (Eigenrichting) di Wilayah Hukum Polsek Cerenti Fakultas Hukum JOM, Jilid I Nomor 1 Februari 2015, halaman 8. Tayono, Made Warka, Slamet Suhartono, “Penerapan Peran Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Dalam Perlindungan Korban Vigilantes”, Jurnal AKRAB JUARA 4, no.4, November 2019.
Perlindungan Hukum bagi Korban Pidana Main Hakim Sendiri menurut
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Mereka berpendapat bahwa peraturan yang ada dalam KUHAP sangat kurang dan bertentangan dengan aturan mengenai hak-hak tersangka dan terdakwa, sehingga korban dan kliennya sulit menerima hak-haknya, dan kurang mendapat perhatian dari pembentuk undang-undang. Tidak hanya satu pihak yang bisa berkontribusi dalam pencegahan main hakim sendiri, penegak hukum dan masyarakat harus bersinergi agar tidak semakin banyak orang yang dirugikan. Penuntutan Tindak Pidana di Indonesia melalui Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam” Majalah UBELAJ 4, no.
Nazaruddin, Perlindungan HAM Tersangka dalam Proses Penyidikan Polisi (Studi Kasus di Polres Pidie), Jurnal Hukum, Vol.1, (2) Agustus. Perlindungan Hukum Tersangka Dalam Penyidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia Berdasarkan Hukum Acara Pidana, Jurnal Independen Fakultas Hukum, ISSN. Perlindungan Saksi dan Korban berdasarkan Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban No.31 Tahun 2014.”
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kehakiman. UU No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Tidak ada Negara Bagian yang boleh membuat atau menegakkan undang-undang apa pun yang membatasi hak istimewa atau kekebalan warga negara Amerika Serikat; Negara mana pun juga tidak boleh merampas kehidupan, kebebasan, atau harta benda seseorang tanpa proses hukum yang semestinya; atau menolak hak siapa pun dalam yurisdiksinya untuk mendapatkan perlindungan hukum yang setara.”