Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia lebih spesifik diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian angkatan kerja sebagai “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau kebutuhan masyarakat.
Latar belakang Masalah
Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan menyediakan lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah; Salah satu alasan umum yang menciptakan citra buruk karyawan adalah rendahnya produktivitas tenaga kerja.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
- Manfaat Praktis
- Manfaat Teoritis
Kajian Pustaka
Perjanjian bersama adalah perjanjian/perjanjian bersama yang diadakan antara serikat pekerja/serikat buruh atau perkumpulan pekerja yang terdaftar di Kementerian Ketenagakerjaan dengan pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang berbentuk badan hukum, yang secara umum atau khusus memuat syarat-syarat kerja yang harus diperhatikan. akun dalam perjanjian kerja bersama. Perjanjian bersama merupakan peraturan pokok atau peraturan dasar bagi perjanjian kerja, baik perjanjian kerja yang diadakan maupun yang akan diadakan.
Metode Penelitian
- Jenis Penelitian
- Sumber Hukum
- Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum
- Analisis Pengelolaan Bahan Hukum
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum normatif adalah bahan hukum yang tergolong bahan hukum primer. 13 Jan Gijssels & Mark Van Hoecke, Dalam Prasetijo Rijadi & Sri Priyati, Ibid, Hal.42. dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum yang digunakan sebagaimana tercantum dalam pemikiran yang mewakili pendapat penulis akan disebut otentik.
Bahan hukum yang terkumpul diklasifikasikan secara sistematis menurut rumusan masalah dan tujuan penelitian. Bahan hukum yang diperoleh diolah dengan kategorisasi sebagai langkah awal dalam klasifikasi bahan hukum secara selektif.
Sistematika Penulisan
Pengertian Upah
Penetapan Upah
Saat ini kebijakan penetapan upah minimum masih menghadapi banyak kendala karena belum adanya keseragaman pengupahan. Oleh karena itu, upah minimum ditentukan berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan sektor dalam wilayah kabupaten/kota-provinsi. Dalam hal ini, pengusaha tidak boleh memberikan upah lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan di masing-masing daerah.
Dalam sistem penetapan upah minimum menurut provinsi atau kabupaten/kota dan sektor di daerah atau kabupaten/kota, hal ini berarti masih belum adanya keseragaman pengupahan di seluruh perusahaan dan daerah/daerah. Sistem pengupahan yang terdiferensiasi menyebabkan beberapa perbedaan besaran upah, terutama dalam penentuan upah minimum.
Keadilan dan Kelayakan dalam Pengupahan
Aspek ini mempunyai arti khusus karena memperoleh pekerjaan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pekerja yang bersangkutan. Mengenai ketidakcukupan upah dibandingkan dengan perusahaan lain, terdapat dua jenis kekurangan tersebut, yaitu: 25. Mengajak skala gaji yang lebih rendah dibandingkan dengan skala gaji yang dibayarkan di perusahaan lain untuk skala pekerjaan yang sama.
Skala gaji dimana suatu posisi tertentu dibayar lebih rendah dibandingkan skala untuk jenis pekerjaan lain di perusahaan yang sama.
Pengertian Tenaga Kerja
Sedangkan menurut DR Payaman Siamanjuntak dalam bukunya “Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia”, pekerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. . Dalam praktiknya, menurutnya, pengertian bekerja dan tidak bekerja hanya dibedakan berdasarkan batasan usia. Tenaga kerja menurut A Hamzah meliputi kerja di dalam atau di luar hubungan kerja dengan alat produksi utama dalam produksi proses kerja itu sendiri, baik kekuatan fisik maupun pikiran.
Dapat kita simpulkan bahwa tenaga kerja terdiri dari berbagai tingkatan, dengan fungsi dan hak yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya yang sebenarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk produktifitas perusahaan dan peningkatan kesejahteraan yang bersangkutan.28. 26 Subijanto, 2011, Peran Negara dalam Hubungan Perburuhan Indonesia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.17 No.6, hal.
Hak-Hak Dan Kewajiban Tenaga Kerja
- Hak dan Kewajiban Pemberi Kerja
- Kewajiban Tenaga Kerja
- Hak dan Kewajiban Pemberi Kerja
Ia harus menaati peraturan dan petunjuk pengusaha/majikan, peraturan yang harus dipatuhi antara lain tercantum dalam pedoman perilaku perusahaan dan tindakan perusahaan. Pekerja wajib mengikuti perintah pemberi kerja apabila hal tersebut diatur dalam kontrak kerja, hukum dan adat istiadat setempat. Pekerja wajib melaksanakan kewajibannya dengan baik, yang ditentukan dalam kontrak kerja, tata tertib perusahaan, atau kesepakatan bersama.
Selain itu, pegawai juga wajib melakukan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan menurut peraturan perundang-undangan, kesusilaan, dan adat istiadat. Tunjangan hari raya (THR) wajib bagi pegawai yang telah bekerja terus menerus selama 3 bulan atau lebih;
Hubungan Kerja
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lahirnya suatu hubungan kerja disebabkan adanya perjanjian kerja baik tertulis maupun lisan antara pekerja dan pemberi kerja, yang wajib bekerja sama untuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang dan/atau jasa. Perjanjian kerja waktu tertentu berdasarkan jangka waktu tertentu dapat dibuat untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun (Pasal 59 4) dapat meminta masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan (Pasal 60(1).
Pekerja kontrak termasuk dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (selanjutnya disebut PKWT) karena PKWT merupakan perjanjian kerja yang memuat jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu.32. Perjanjian ini akan berakhir apabila: pekerja meninggal dunia, jangka waktu perjanjian kerja berakhir, terdapat putusan pengadilan dan/atau keputusan atau penetapan badan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang mempunyai kekuatan hukum tetap, dan ditetapkan syarat-syarat atau peristiwa-peristiwa tertentu. dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama yang dapat mengakibatkan berakhirnya hubungan kerja, hal ini terdapat dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.33.
Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja
Perjanjian ini berakhir apabila: pekerja meninggal dunia, jangka waktu kontrak kerja berakhir, terdapat putusan pengadilan dan/atau ketetapan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan kerja yang mempunyai kekuatan hukum tetap, dan terjadi keadaan atau peristiwa tertentu. dalam kontrak kerja, peraturan, perusahaan atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja, hal ini termasuk dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.33..yang diterima oleh pekerja dengan sistem kontrak apabila dibandingkan dengan karyawan tetap. Secara hukum, Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan melindungi bahwa setiap pekerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan keyakinan politik berdasarkan kepentingannya. dan kemampuan tenaga kerja yang terlibat, termasuk perlakuan setara terhadap penyandang disabilitas. Sedangkan Pasal 6 mewajibkan pengusaha memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan keyakinan politik. Kedua isi pasal ini merupakan bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja.34.
Hal ini juga disebabkan oleh kualifikasi pemberi kerja dalam hal persyaratan calon pekerja yang direkrutnya. Dalam hal ini pekerja/buruh diperlakukan sebagai alat yang dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga mengakibatkan :.
Macam-macam Perlindungan Tenaga Kerja
- Sistem Hukum Pengupahan Undang – Undang Cipta Kerja
Salah satu variabel proksi yang digunakan untuk menilai tingkat produktivitas pegawai/pekerjaan adalah jadwal kerja efektif. Upah merupakan salah satu hak dasar pekerja/buruh yang sensitif karena sering menimbulkan perselisihan39. Kebijakan Pemerintah Mengenai Undang-Undang Pengupahan, HUKUM HAK CIPTA, Kaitannya Baik Dengan Kompetensi Pegawai/Pekerja Dan Kapasitas Produksi Perusahaan.
Artinya kebijakan pemerintah mengenai UUCK Pengupahan selain mampu meningkatkan ekosistem penanaman modal dan daya saing Indonesia juga dapat menciptakan pendapatan yang layak bagi pekerja/buruh yang merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan kompetensi pekerja agar semakin meningkat. /pekerja untuk mewujudkan keuntungan perusahaan yang berkorelasi dengan peningkatan produktivitas perekonomian nasional Indonesia dalam jangka panjang. Gugatan hubungan industrial akan diajukan ke pengadilan ketenagakerjaan pada pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi wilayah tempat keempat pekerja/buruh itu bekerja.”
Kebijakan Pemerintah Mengenai Hukum Pengupahan undang - undang cipta
Upaya Hukum Bagi Pekerja Terhadap Perselisihan Hak Terkait Upah Pekerja
Upaya hukum yang diberikan kepada pekerja untuk memperoleh hak-hak yang timbul akibat perselisihan hubungan industrial didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Sedangkan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004, “Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak terpenuhinya hak karena perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan. atau perjanjian kerja bersama.45. Berdasarkan pengertian perselisihan hak pada dasarnya berkaitan dengan hak pekerja untuk menerima upah sesuai dengan upah minimum pekerja.
Upaya hukum yang dapat dilakukan pekerja untuk memperjuangkan haknya adalah dengan menggunakan upaya penyelesaian perselisihan yang dimulai dengan menyelesaikan perselisihan secara kekeluargaan atau di luar pengadilan (bukan litigasi) hingga upaya penyelesaian melalui pengadilan. Upaya penyelesaian di luar pengadilan (non-litigasi) yang dapat dilakukan pekerja/buruh sehubungan dengan perselisihan hak memperoleh upah yang layak sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 hanya dapat dilakukan melalui upaya bilateral dan mediasi.46.
Mengadukan kepada Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan
Ada pandangan yang mengatakan bahwa keberadaan pegawai pengawasan ketenagakerjaan tidak berbeda dengan penegak hukum yang sederhana maupun penegak hukum yang samar-samar. Hal ini secara samar-samar disebutkan karena petugas pengawasan ketenagakerjaan pada awal pembangunan seolah-olah diposisikan sebagai petugas yang bertugas memastikan pelaksanaan pekerjaan tetap adil sesuai undang-undang. Apabila pengawas ketenagakerjaan tidak diperbolehkan melakukan tindakan tertentu untuk menertibkan pelanggaran, maka jelas pengawas ketenagakerjaan tidak dapat memberikan sanksi yang tegas dan berat kepada pelanggar berbagai ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Pegawai pengawasan ketenagakerjaan juga tidak mungkin dapat dikenakan sanksi pidana, karena ia tidak dapat menduduki jabatan penegak hukum yang mempunyai kekuasaan keadilan. Selain itu, pegawai pengawasan ketenagakerjaan tidak dapat memberikan sanksi administratif, meskipun penegakan peraturan perundang-undangan administratif nasional merupakan suatu kompetensi.
Menyelesaikan masalah di Pengadilan Hubungan Industrial
- Perundingan Bilateral
- Mediasi
- Rekonsiliasi
- Arbitrase
Perselisihan antara pengusaha dan pekerja/buruh terlebih dahulu harus diselesaikan melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat.” Hubungan hukum yang melandasi pengaturan wajib perundingan bilateral sebelum hadir di Pengadilan Hubungan Industrial adalah untuk mencapai penyelesaian yang saling menguntungkan kedua belah pihak yang berselisih. penyelesaian (win-win solution) diatur dalam Pasal 17 sampai dengan 28 Undang-Undang tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
Hal ini sesuai dan sepenuhnya mengacu pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 ayat 6, dalam Undang-Undang Penyelesaian Hubungan Pasar Tenaga Kerja. Karena terdapat konflik hak antara pekerja dan manajer, Pengadilan Ketenagakerjaan tentu saja memiliki yurisdiksi absolut untuk memutuskan kasus tersebut seadil-adilnya.
Saran
Selain itu, perusahaan harus membuat perjanjian tertulis agar para pihak mengetahui secara jelas dan terbuka hak dan kewajibannya; Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003). Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2015, Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka. Utama, 1997).
Friedmann, Teori & Filsafat Hukum: Kajian Kritis Teori Hukum (komposisi I), Radja wali, Jakarta, 1990,. Hans Kelsen, Dasar-dasar Hukum Normatif: Asas Teoritis Mewujudkan Keadilan Hukum dan Politik, Nusa Media, Bandung, 2008.