• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis of Creative Thinking Development in PTGSD Students during Creative Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analysis of Creative Thinking Development in PTGSD Students during Creative Learning"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://journal.umg.ac.id/index.php/didaktika

ISSN 1693-4318 (printed) and ISSN 2621-8941 (online) Vol. 28 No. 2 (1) Tahun 2022 | 142 – 147

DOI: 10.30587/didaktika.v28i2(1).3851

http://journal.umg.ac.id/index.php/didaktika

Analisis Creative Thinking Mahasiswa PGSD Dalam Pembelajaran Kreatif .

Siti Fatimah Soenaryo1), Beti Istanti Suwandayani2), Reny Dwi Susanti2)

123Universitas Muhammadiyah Malang Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT

Keywords:

Creative Thinking Active Learning

Student of Elementary Teacher Education

The purpose of this study was to analyze the application of the creative learning learning model in the Teacher Training Profession, describe the supporting factors and inhibiting factors for the application of the creative learning learning model in the Teacher Profession Course and describe the efforts to anticipate the inhibiting factors in the application of creative learning learning models in Teacher Training Professionals. The technique of data collection is done by giving assignments and through direct observation. The results of the study showed that in the implementation the students had completed according to the direction of the instructor. Supporting factors for the implementation of this learning are the creativity possessed by the instructor, the background of students who have been equipped with the world of technology, supporting infrastructure facilities, the surrounding environment that supports the application of creative learning methods and strategies that are in accordance with the ability of students. In addition there are inhibiting factors in their implementation. But the inhibiting factor is used by the facilitator as a challenge for the success of the implementation of learning by finding alternative solutions to problems. Alternative that is done by the supervisor in order to overcome the inhibiting factor that occurs is to determine the number of references that must be used, students are taught to quote, and provide a clear lesson plan

Article history:

Received 2022-03-12 Revised 2022-07-26 Accepted 2022-09-05

Corresponding Author:

Beti Istanti Suwandayani

Universitas Muhammadiyah Malang Indonesia; [email protected]

INTRODUCTION

Proses pengembangan pendidikan di Indonesia saat ini masih terdapat beberapa kendala, misalnya adalah dalam hal peningkatan mutu suatu pendidikan. Peningkatan mutu tersebut bertujuan

(2)

143 untuk menjadikan sumber daya manusia menjadi pribadi yang mempunyai kerativitas dan mempunyai kemandirian. Pendidikan merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia. Dengan adanya pendidikan diharapkan manusia dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan tuntutan di mana ia tinggal. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan suatu wadah untuk belajar, baik dalam pengembangan potensi yang ia miliki sampai pada sarana untuk memberikan bimbingan guna menjadikan pribadi yang matang dan tumbuh menjadi pribadi yang dewasa.

Melihat pentingnya suatu pendidikan dalam mengembangkan sumber daya manusia tersebut maka untuk dapat mencapai tujuan yang dirumuskan haruslah terlebih dahulu membangun seorang pendidik yang dapat mengajarkan pada peserta didik tersebut sesuatu yang sangat bermanfaat dan mempunyai arah serta tujuan yang jelas. Menjadi seorang pendidik diperlukan suatu pengetahuan dan pengalaman yang baik dan luas untuk bisa diterapkan ke peserta didiknya. Seperti yang pernah diungkap oleh Dodge, et al. (2002), berdasarkan teori multiple intelligences yang disampaikan oleh Howard Gardner, bahwa pendidik harus mampu memberikan kesempatan bagi semua anak untuk mampu menampilkan kemampuan khususnya. Sehingga sebagai seorang pendidik perlu menggunakan metode atau cara dalam kegiatan pembelajaran supaya apa yang disampaikan dapat diterima oleh peserta didik dan peserta didik juga dapat mengeksplorasi kemampuannya.

Dalam proses pembelajaran membutuhkan proses pembelajaran kreatif, dalam hal ini guru sebagai fasilitator dan motivator dalam membelajarkan siswa, sehingga siswa dapat belajar aktif dan kreatif (Putera, 2013). Sehingga dalam hal ini pendidik dapat menggunakan atau memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan dami tercapainya tujuan pendidikan.

Menurut Uzer (2006) proses belajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang belangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan mahasiswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi atau hubungan timbal balik tersebut tidak sekedar hubungan antara pendidik dan mahasiswa saja tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan penyampian pesan berupa materi, melainkan penanamanan sikap dan nilai pada diri mahasiswa yang sedang belajar.

Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar sehingga mahasiswa dapat belajar dengan maksimal. Dengan demikian, aktivitas belajar sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengaja sehingga mahasiswa yang harus banyak aktif, karena mahasiswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan mahasiswa sendiri yang melaksanakan belajar. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pendidik dalam menerapkan suatu metode pembelajaran lebih menekankan pada metode yang berpusat pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Sebagian besar kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik kurang variatif. Serta penilaian yang digunakan juga hanya mengukur aspek kognitif misalnya pada kemampuan untuk menyebutkan.

Mata kuliah Profesi Keguruan merupakan mata kuliah yang melatih peserta didik untuk memahami dan menerapkan konsep teori keguruan. Oleh karena mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang paling penting dalam proses menjadi seorang sarjana pendidikan maka proses pembelajarannya harus juga dapat mengembangkan kemampuan peserta didik. Dalam rangka proses pengembangan kemampuan peserta didik tersebut maka proses kegiatan pembelajaran harus mengunakan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang digunakan haruslah model yang dapat meningkatkan peserta didik yang dapat menuntutnya berpikir secara kreatif dan kritis.

Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2011).

Dengan model yang mengharuskan peserta didik berpikir secara kreatif dan kritis akan dapat merubah sistem pembelajaran yang berpusat pada pendidik menjadi berpusat pada peserta didik.

Dengan berfikir kreatif diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki.

Secara umum kreatif itu sendiri mencakup tiga hal, yaitu kognitif (berpikir), afektif (sikap dan kepribadian) dan psikomotor (ketrampilan dan perilaku) (Munandar, 2009). Dalam hal proses

(3)

144 pembelajaran kreatif yang bisa dilakukan oleh pendidik adalah menerapkan metode atau model pembelajaran yang kreatif pula. Pembelajaran kreatif harus dapat mengeksplorasi semua kemampuan peserta didik. Misalnya adalah kegiatan pembelajaran yang dapat membuat peserta didik bernalar dan berkreasi serta dapat pula mengkomunikasikan. Kemampuan tersebut dapat memuat aspek kognitif, afektif maupun psikomotornya. Sehingga dengan metode pembelajaran yang kreatif dapat membuat peserta didik bereksplorasi untuk kemampuan yang mereka miliki. Selain itu penentuan kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu: dimensi proses, person (ide/gagasan) dan produk kreatif (Supriadi, 1994). Hal tersebut harus diperhatikan oleh pendidik oleh karena perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.

Kemampuan peserta didik tentunya sangat heterogen, sehingga perlakuan khusus juga diperlukan untuk kegiatan pembelajaran. Perlakuan yang dapat digunakan adalah dengan adanya pembentukan kelompok dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembentukan kelompok dapat dilakukan secara acak dalam kelompok tersebut. Sehingga dengan adanya kerja kelompok diharapkan peserta didik yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata dapat membantu peserta didik lain dalam belajar.

Berpikir kreatif pada hakikatnya adalah berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasikan sesuatu baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada (Daryanto, 2009).

Pembelajaran dengan metode yang kreatif sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2015) yang menyatakan bahwa aktivitas guru dan aktivitas siwa dapat dikatakan cukup dan ketuntasan siswa berada pada kriteria yang bagus dan di atas rata-rata klasikal. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik mampu mempelajari dan menganalisis konsep teori profesi keguruan sebagai bekal peserta didik tersebut di masyarakat kelak.

Rumusan yang terdapat dalam artikel ini adalah untuk menganalisis penerapan model pembelajaran creative learning pada mata kuliah Profesi Keguruan, mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan model pembelajaran creative learning pada mata kuliah Profesi Keguruan serta mendeskripsikan upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi faktor penghambat dalam penerapan model pembelajaran creative learning pada mata kuliah Profesi Keguruan.

METHODS

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan cara menggali data secara mendalam tentang penerapan model pembelajaran creative learning pada mata kuliah Profesi Keguruan.

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada tahun akademik 2021/2022. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa PGSD semester 1 yang menempuh mata kuliah profesi keguruan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penugasan dan observasi langsung. Kisi kisi dari pedoman observasi antara lain persiapan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi model pembelajaran creative learning. Untuk pedoman wawancara terkait faktor pendukung, faktor penghambat dan penerapan model pembelajaran creative learning Sedangkan dokumentasi berkenaan bukti bukti pendukung model pembelajaran creative learning pada mata kuliah profesi keguruan di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Analisis data tersebut analisis kualitiatif. Dengan mereduksi data, penyajian atau display data, dan memberikan kesimpulan

FINDINGS AND DISCUSSION

Pelaksanaan pembelajaran creative learning dalam hal ini dilakukan selama kegiatan pembelajran pada mata kuliah profesi keguruan. Pembelajaran ini dilakukan dengan tiga kegiatan yaitu proses pembuatan mind maping, pembuatan makalah dan pembuatan power point. Pada dasarnya kegiatan ini merupakan kegiatan wajib yang harus dilakukan oleh seorang pendidik. Yang dalam hal ini adalah

(4)

145 mahasiswa PGSD yang sedang menempuh mata kuliah profesi keguruan. Dalam kegiatan ini mahasiswa dilatih untuk dapat mempersiapkan diri sebagai seorang pendidik. Selain itu dalam mata kuliah profesi keguruan tersebut mahasiswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Pembentukan kelompok tersebut dibagi secara heterogen sehingga dalam kelompok tersebut terdapat berbagai macam pengetahuan mahasiswa. Berikut adalah penjelasan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran creative learning.

Pembuatan Mind Mapping

Pembuatan mind maping bertujuan untuk mengenalkan pada mahasiswa terkait dengan pola pikir sebelum mempelajari secara menyeluruh apa yang ada dalam materi tersebut. Dengan ini mahasiswa diajarkan untuk menganalisis terlebih dahulu kemungkinan teori atau materi apa saja yang dapat dipetakan dari kompetensi dasar yang diberikan. Pembuatan peta konsep ini didapatkan dari kompetensi dasar. Dari kompetensi dasar mahasiswa diminta untuk menuliskan dan memetakan apa saja materi inti yang akan menjadi pokok permasalahannya. Adanya mind mapping diharapkan dapat mempermudah mahasiswa dalam penyusunan makalah. Hal ini dikarenakan yang ada dalam materi inti harus di uraikan secara detail dalam makalah yang akan dibuat selanjutnya. Sebelum membuat mind maping tentunya dosen menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan mind mapping dalam suatu materi pembelajaran. Setelah penjelasan materi terkait dengan mind mapping selanjutnya dosen membagi kompetensi dasar sesuai dengan jumlah kelompok yang ada. Gambar 1 adalah hasil penyusunan mind mapping yang dibuat oleh mahasiswa.

Gambar 1. Hasil Mindmap siswa

Dari gambaran peta konsep tersebut dapat dikatakan bahwa mahasiswa membuat peta konsep sendiri sesuai dengan kreasinya, namun selain itu peta konsep tersebut juga tetap sesuai dengan kaidah pennyusunan atau kaidah yang tedapat dalam mind mapping.

Pembuatan makalah

Makalah yang di buat mahasiswa dijelaskan harus sesuai dengan arahan yang dijelaskan oleh dosen dan disesuaikan dengan mind mapping yang sudah di buat. Semua materi yang tertera dalam mind mapping harus diuraikan secara jelas dan lebih mendalam dalam makalah. Proses penyusunan makalah juga tidak hanya sekedar mengambil atau menyalin teori yang ada dalam buku, namun mahasiswa diarahkan untuk mengutip atau menggunakan bahasa sendiri dalam mengerjakannya.

Adapun hasil analisis dari pekerjaan mahasiswa adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Prosentase analisis ketercapaian tugas mahasiswa

No Aspek penilaian Persentase

1 Kelancaran (Fluency) 80%

2 Keluwesan (Flexibility) 76%

3 Keaslian (Originality) 83%

(5)

146

4 Elaborasi (Elaboration) 85%

5 Merumuskan kembali (Redefinition) 75%

Berdasarkan analisis pekerjaan mahasiswa tersebut untuk aspek kelancaran yaitu 80% yang memuat indicator mencetuskan banyak cara dan menyajikan suatu hal/cara yang berbeda. Aspek keluwesan (Flexibility) yaitu 76% dengan indicator penilaian sesuai arahan pengampu dan penyajian dengan cara yang berbeda. Aspek keaslian (Originality) memperoleh 83% dengan aspek penilaian melahirkan hal/sesuatu yang baru dan unik, murni hasil pemikiran sendiri dan tanpa bantuan orang lain. Aspek selanjutnya adalah elaborasi yaitu 85% yang memuat indicator mampu memperkaya dan mengembangkan suatu hal/gagasan dan Mampu menambahkan atau memperjelas suatu hal/gagasan yang diambil. Dan aspek yang terakhir adalah merumuskan kembali dengan 78% yang memuat mampu menyusun proses atau cara yang digunakan sesuai dengan prosedur serta mampu menemukan kebenaran dari suatu permasalahan.

Pembuatan power point

Pembuatan power point merupakan tahap akhir dari model pembelajaran creative learning sebelum selanjutnya mahasiswa mengkomunikasikan. Dalam pembuatan power point mahasiswa diarahkan untuk benar-benar membuat power point dan bukan power teks atau power point yang berisi tulisan.

Dimana tulisan tersebut merupakan hasil copy paste dari makalah. Power point yang seharusnya dibuat haruslah berupa poin penting yang nantinya akan dijelaskan. Pengampu menjelaskan kepada mahasiswa bahwa power point merupakan rambu-rambu pada saat penjelasan materi. Dengan ini mahasiswa diajarkan untuk membuat point penting atau penekanan-penekanan mana yang harus diberikan dalam suatu gagasan atau konsep materi. Sehingga yang ada di power point benar-benar merupakan hasil penekanan materi, sedangkan penjelasan materinya harus dipahami sendiri oleh mahasiswa yang akan menjelaskan.

Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model creative learning menjadikan mahasiswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menemukan konsep utama yang tidak hanya mengandalkan pendapat orang lain. Hal ini dikarenakan dengan creative learning mahasiswa dituntut untuk menemukan konsep atau gagasan dalam suatu materi yang diperoleh dari kajian beberapa referensi. Dalam pelaksanaanya tentunya terdapat factor-faktor yang mendukung dan meghambat pelaksanaannya. Adapun factor pendukung pelaksanaan pembelajaran dengan model ini adalah :

1. Kreativitas yang dimiliki oleh pengampu

2. Latar belakang mahasiswa yang sudah dibekali dengan dunia tekhnologi 3. Sarana prasarana yang mendukung

4. Lingkungan sekitar yang mendukung penerapan metode creative learning 5. Strategi yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa.

Poin di atas merupakan beberapa hal yang mendukung pelaksanaan metode creative learning.

Factor tersebut diperoleh dari observasi serta beberapa pertanyaan yang diberikan kepada mahasiswa.

Selain itu terdapat pula beberapa factor yang menghambat terkait dengan pelaksanaan metode creative learning ini, factor penghamba tersebut yaitu :

1. Kurangnya literasi yang dilakukan ole mahasiswa 2. Budaya meng-copy yang dimiliki mahasiswa

3. Ketergantungan mahasiswa dengan internet sehingga semua referensi yang digunakan hanya menggunakan ebook

4. Kebiasaan mahasiswa yang semua serba instan sehingga menyelesaikan tugas prinsipnya adalah yang penting selesai

5. Harus ada perintah terlebih dahulu untuk selanjutnya mahasiswa dapat bekerja

Beberapa hal tersebut merupakan factor penghambat pelaksanaan pembelajaran dengan metode creative learning. Factor tersebut di dapatkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh dosen selama kegiatan pembelajaran. Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan beberapa factor penghambat pelaksanaan pembelajaran dengan metode creative learning. Factor penghambat tersebut tentunya

(6)

147 juga diusahakan oleh pengampu untuk tidak dijadikan alasan bahwa pelaksanaan pembelajaran tidak dilakukan, sehingga pengampu berusaha semaksimal mungkin untuk mencarikan solusi dari beberapa factor penghambat tersebut. Solusi yang diberikan untuk mengatasi factor penghambat tersebut adalah:

1. Mahasiswa diharuskan mencari refesensi untuk pembuatan makalah paling sedikit 8 buku (boleh hard copy dan juga soft copy (ebook yang ber-ISBN atau jurnal yang ber-ISSN)

2. Pembuatan makalah diharuskan untuk mengambil rujukan dari beberapa buku dan kemudian diolah dengan menggunakan kata-kata sendiri

3. Ada syarat yang diberikan untuk mahasiswa yaitu buku yang berupa hard-copy yang digunakan sebagai rujukan minimal 4. Buku tersebut merupakan buku yang dijadikan dasar atau fondasi dalam penyususnan makalah, sedangkan jurnal yang dijadikan referensi sebagai referensi tambahan.

4. Mahasiswa dilarang untuk menyalin semua teori yang ada di buku, melainkan harus mengerjakan dengan menggunakan bahasa sendiri atau mengolah apa yang ada di buku menjadi bahasa sendiri namun dengan tetap menuliskan rujukannya.

5. Memberikan lesson plan kepada mahasiswa yang berisikan tentang tanggal serta kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa pada setiap tanggalnya, sehingga terdapat progress yang dinilai oleh pengampu untuk setiap waktu pembelajaran.

Upaya yang dilakukan oleh pengampu tersebut telah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dan dapat mengurangi beberapa permasalahan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran.

CONCLUSION

Berdasarkan beberapa pembahasan yang telah diuraikan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran cerative learning dilakukan dengan tiga tahap yaitu pembuatan mind mapping/ peta konsep, pembuatan makalah dan pembuatan power point sebagai media untuk menjelaskan pada rencana selanjutnya. Dalam pelaksanaannya mahasiswa telah menyelesaikan sesuai dengan arahan pengampu. Factor pendukung pelaksanaan pembelajaran ini yaitu kreativitas yang dimiliki oleh pengampu, Latar belakang mahasiswa yang sudah dibekali dengan dunia tekhnologi, Sarana prasarana yang mendukung, Lingkungan sekitar yang mendukung penerapan metode creative learning dan Strategi yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Selain itu terdapat factor penghambat dalam pelaksanannya. Namun factor penghambat tersebut dijadikan oleh pengampu sebagai tantangan untuk kesuksesan pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan mencarikan alternative penyelesaian masalah. Alternative yang dilakukan oleh pengampu dalam rangka mengatasi factor penghambat yang terjadi adalah dengan menentukan jumlah referensi yang harus digunakan, mahasiswa diajarkan untuk mengutip, serta memberikan lesson plan yang jelas.

REFERENCES

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher

Dodge, D.T., Colker, L.J., dan Heroman, Cate. 2002. The Creative Curriculum For Preschool.

Washington DC: Teaching Strategies, Inc

Haryanti, T. (2015). Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Inpres 5 Birobuli, 4(7), 247–256

Komalasari, Kokom. 2011.PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta Putera, R. S. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press Supriadi, Dedi. (1994), Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta, Bandung Uzer, Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran CYCC dalam menulis kreatif cerpen mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1) Profil pelaksanaan pembelajaran

SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan tentang kemampuan literasi matematika siswa dalam menyelesaikan soal berorientasi

www.scholink.org/ojs/index.php/elsr Original Paper Effectiveness of Learning Devices with Inquiry Learning Models to Increase Skills Creative Thinking Students Syamsidah1,

https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pgsd 412 │Volume 7│Nomor 2│Januari 2022 CONCLUSION Based on the results of the discussion on the use of learning facilities in online

3 Analyzing Task Analyzing Task in developing project- based e-learning tools to sustain students' creative thinking skills, there are 1 practicing in constructing written test

The results of this study are that students have a high level of learning independence and students have difficulty working on tasks of mathematical creative thinking skills so that

Berdasarkan uraian dan keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan penerapan model Discovery Learning pada pembelajaran IPA kelas V MIN 1 Bantul dan SDIT