111
Analysis Of The Role Of Parents In Protecting Children From Cyber Crime
Analisis Peran Pengawasan Orang Tua Dalam Melindungi Anak Dari Cyber Crime
Noureza Wirawan
Universitas Nusantara PGRI Kediri, Jawa Timur, Indonesia.
E-mail: [email protected]
Novi Chandra Ayu Rahmawati Universitas Nusantara PGRI Kediri, Jawa Timur, Indonesia.
E-mail: [email protected] Rois Rahmat Kurnia
Universitas Nusantara PGRI Kediri, Jawa Timur, Indonesia.
E-mail: [email protected]
Rian Damariswara
Universitas Nusantara PGRI Kediri, Jawa Timur, Indonesia.
E-mail: [email protected]
Abstrak:
Orang tua menjadi salah satu pelindung anak dari bahaya Cyber Crime bimbingan dan pengawasan menjadi salah satu cara untuk melindungi anak dari bahayanya Cyber Crime.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis peran orang tua dalam melindungi anak da ri bahayanya Cyber Crime. Peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para orang tua sangat berperan penting dalam melingdungi anak dari bahayanya Cyber Crime.
Kata Kunci:
Orang tua, Cyber Crime, Anak, Sosial Media.
Abstract:
Parents are one of the protectors of children from the dangers of Cyber Crime, guidance and supervision is one of the ways to protect children from the dangers of Cyber Crime. This research was conducted with the aim of analyzing the role of parents in protecting children from the dangers of Cyber Crime. This researcher uses a descriptive qualitative research method with data collection techniques through interviews. The results of the study show that parents play an important role in protecting children from the dangers of Cyber Crime.
Keywords:
Parents, Cyber Crime, Children, Social Media.
AGENDA : Analisis Gender dan Anak , Vol. 5 (2), 2021, (Desember) ISSN Print: 2615-1502 ISSN Online: 2723-3278 Tersedia online di
https://ejournal.uinmybatusangkar.ac.id/ojs/index.php/agenda/index
PENDAHULUAN:
Dewasa ini teknologi berkembang semakin pesat. Menurut Santi dan Damariswara (2017) manusia dalam kesehariannya dimudahkan dengan sarana dan prasarana canggih baik transportasi telekomunikasi maupun informasi melalui media elektronik. Salah satu contoh dari perkembangan teknologi saat ini adalah maraknya penggunaan sosial media. Jumlah pengguna sosial media terus meningkat, tidak hanya kalangan remaja dan orang tua yang menikmati perkembangan teknologi, tetapi merambat sampai ke anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Perkembangan teknologi memberikan banyak dampak positif bagi penggunanya. Selain memberikan banyak manfaat bagi penggunanya, perkembangan teknologi juga memberikan dampak negatif. Salah satu bentuk dampak negatif dari perkembangn terknologi yang terlampaui cepat adalah lahirnya terobosan kejahatan baru. Salah satunya yaitu cyber crime atau yang disebut dengan kejahatan dunia maya.
Hal ini tentu menjadi momok bagi para pengguna sosial media. Cyber crime atau kejahatan di dunia maya, adalah suatu jenis kejahatan yang muncul akibat dari penggunaan internet,dan cyber crime merupakan kausalitas yang terjadi karena penggunaan internet (Zakaria et al.,2020). Anggara dan Dharmada menyatakan cyber crime dapat terjadi pada semua jenjang umur dan dapat dilakukan oleh siapapun karena cyber crime merupakan penyalahgunaan kecanggihan dunia digital.
Saat ini banyak pemandangan anak-anak yang dengan tekun bermain gadget. Anak yang dibawah umur dan masih belum cukup memahami tentang penggunaan sosial media rentan mendapat dampak negatif dari
sosial media (Holivia dan Suratman, 2021). Dampak negatif yang didapat anak dibawah umur bukanlah sebagai pelaku dari cyber crime, tetapi anak berpotensi sebagai korban dari tindak kejahatan dari oknum-oknum yang menyalah gunakan media sosial sebagai ladang mencari keuntungan (Holivia dan Suratman,2021).
Anak menjadi korban yang paling sering diincar oleh pelaku kejahatan dunia maya. Anak perlu perhatian lebih agar tidak menjadi korban dari cyber crime. Saat ini, anak perlu bimbingan dan pengawasan orang tua dalam penggunaan sosial media. Sebagai orang tua tentu merasa khawatir jika cyber crime menimpa sang anak.
Melindungi anak adalah insting dasar orang tua. Jika orang tua tidak turut melakukan pengawasan pada anak, maka akibat buruk akan menyerang sang anak.
Adanya perubahan terhadap perilaku anak juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di era digital ini anak-anak lebih memiliki respon yang sensitif dari alat-alat teknologi tinggi dan bisa di gunakan dan di akses kapan saja melalui jaringan internet, alat ini yang sering kita sebut smartphone. Fitur pada smartphone ini sudah mewakili dari komputer dengan ber spesifikasi lengkap, dimana ada banyak aplikasi yang bisa pengguna pakai dan akses media sosial yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. (Sari, 2022)
Pada anak biasanya atribusi social ini terjadi karena streotip peran gender yang diajar kepada anak yang terjadi sejak lahir. Streotip ini merupakan pelabelan yang diawali berdasarkan persepsi/ sudut pandang tentang seseorang. Sedangkan streotip peran gender adalah bagian pembahasan tentang gender ‘jenis
kelamin”, yakni ekspektasi social yang merumuskan bagaiaman pria dan wanita berfikir, merasa, dan berbuat, yang merupakan bagian produk dari streotip itu sendiri. Maka peran gender merupakan hasil dari pelabelan yang yang akhirnya menjadi perngharapan social yang sulit untuk diubah.
(Mastanora et al., 2021)
Bedasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian untuk menganalisis peran pengawasan orang tua dalam melindungi anak dari cyber crime. Karena anak merupakan bagian dari kelompok rentan, untuk membantu kelompok rentan, hendaknya bersama-sama pengguna ruang digital melakukan gotong royong. Menurut beberapa sumber, ruang digital merupakan tempat yang sangat efektif untuk menggalakkan gotong royong bagi warga negara.
Dikarenakan terlalu cepatnya jalan informasi dan keterhubungan yang masif antar warga negara sangat mungkin untuk bisa membantu satu sama lain. (Sari & Mastanora, 2022)
METODE PENILAIAN:
Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Hikmawati (2020) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan suatu informasi sesuai gejala yang apa adanya.
Data penelitian ini diperoleh dari 10 orang tua anak yang berumur 7-10 tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara.
Di dalam menganalisis data yang ada maka peneliti membandingkan hasil dari data yang dperoleh dengan teori-teori yang sudah disebutkan sehingga akan di dapatkan hasil analisa yang sesuai dan
akurat bedasarkan kajian teoritis yang sudah ada
HASIL DAN PEMBAHASAN:
Bedasarkan hasil yang ditemukan oleh peneliti melalui tahap wawancara, peneliti menyimpulkan poin-poin yang menjadi statergi orang tua di dalam mengawasi anak- anak agar tidak menjadi korban kejahatan cyber crime:
Komunikasi Terbuka
Data menunjukkan bahwa sebanyak 90% orang tua aktif dalam membangun komunikasi terbuka dengan anak-anak mereka mengenai penggunaan internet. Mereka berusaha untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan anak-anak merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman online mereka, mengajukan pertanyaan, atau mengungkapkan kekhawatiran yang mungkin mereka miliki terkait internet. Ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua sangat peduli dan terlibat dalam memahami kehidupan digital anak-anak mereka.
Namun, sebesar 10% orang tua cenderung acuh terhadap penggunaan internet oleh anak-anak mereka. Mungkin mereka kurang menyadari atau tidak menganggap penting untuk membahas topik ini dengan anak-anak mereka. Sikap seperti ini dapat menghambat komunikasi yang sehat dan membuka peluang bagi anak-anak untuk mengalami risiko atau kesulitan dalam penggunaan internet tanpa adanya dukungan dan arahan yang tepat dari orang tua.
Dalam keseluruhan, penting bagi orang tua untuk membangun
komunikasi terbuka dengan anak-anak mereka tentang penggunaan internet.
Dengan melibatkan diri secara aktif dan memastikan bahwa anak-anak merasa nyaman untuk berbagi pengalaman dan kekhawatiran mereka, orang tua dapat memainkan peran penting dalam membimbing anak-anak mereka dalam menjelajahi dunia digital dengan aman dan bertanggung jawab.
Pendidikan tentang Keamanan Digital
Dalam wawancara dengan sub bab pernyataan mengenai pendidikan keamanan digital ini, terungkap bahwa 90% narasumber menyatakan bahwa mereka memberikan edukasi dan pendidikan kepada anak-anak mengenai keamanan digital, terutama dalam konteks penggunaan internet.
Edukasi ini mencakup penjelasan tentang ancaman cybercrime seperti penipuan online, pelecehan seksual, dan penyebaran konten sensitif.
Tujuan dari pendidikan ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang risiko yang ada di dunia digital dan cara menghadapinya.
Selain itu, narasumber juga menganggap penting untuk mengajarkan praktik keamanan kepada anak-anak. Hal-hal seperti menggunakan password yang kuat, tidak membagikan informasi pribadi secara sembarangan, dan menghindari konten yang tidak pantas merupakan beberapa praktik yang harus diajarkan kepada anak-anak untuk menjaga keamanan mereka saat menggunakan internet.
Namun, sebanyak 10%
narasumber menunjukkan sikap acuh terhadap hal ini. Mereka cenderung tidak memperhatikan bahaya yang
mungkin ada di internet dan tidak memberikan pendidikan yang diperlukan kepada anak-anak mereka terkait keamanan digital. Sikap seperti ini dapat meningkatkan risiko anak-anak terhadap ancaman dan bahaya yang ada di dunia digital.
Secara keseluruhan, sub bab ini menyoroti pentingnya memberikan edukasi dan pendidikan kepada anak-anak tentang keamanan digital. Sebagian besar narasumber sadar akan pentingnya mengajarkan anak-anak tentang ancaman cyber crime dan praktik keamanan yang perlu diikuti saat menggunakan internet. Namun, masih ada sebagian narasumber yang perlu diberikan kesadaran lebih terhadap pentingnya melindungi anak-anak mereka dari bahaya yang ada di dunia digital.
Pengaturan Waktu dan Konten Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa sebanyak 60%
orang tua menggunakan perangkat lunak atau fitur pengawasan yang tersedia di perangkat elektronik untuk mengatur waktu layar anak-anak dan membatasi akses mereka ke konten yang tidak pantas. Langkah ini bertujuan untuk menjaga agar anak- anak tidak terpapar pada konten berbahaya atau tidak sesuai untuk usia mereka. Dengan menggunakan perangkat lunak atau fitur pengawasan ini, orang tua dapat mengontrol dan memantau aktivitas online anak-anak mereka, memberikan batasan waktu yang sehat, serta mencegah mereka mengakses konten yang tidak diinginkan.
Namun, sebanyak 40%
narasumber dalam penelitian ini menunjukkan ketidakpahaman
terhadap hal ini. Mereka cenderung tidak memahami pentingnya penggunaan pengawasan dalam konteks pemantauan online terhadap anak-anak mereka. Akibatnya, mereka tidak melibatkan diri dalam pengaturan waktu layar anak-anak mereka atau membatasi akses mereka ke konten yang tidak pantas. Hal ini bisa mengekspos anak-anak pada risiko konten berbahaya atau aktivitas yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Hasil penelitian ini menggambarkan perbedaan sikap dan pemahaman antara orang tua yang menggunakan perangkat lunak pengawasan dan mereka yang tidak.
Orang tua yang menggunakan fitur pengawasan cenderung lebih berperan aktif dalam melindungi anak-anak mereka di lingkungan digital, sementara mereka yang tidak
memahami atau tidak
menggunakannya mungkin kurang menyadari risiko yang mungkin dihadapi anak-anak mereka.
Secara keseluruhan, penggunaan perangkat lunak atau fitur pengawasan dalam mengatur waktu layar dan mengendalikan akses ke konten yang tidak pantas sangat penting dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan anak-anak di dunia digital. Orang tua perlu memahami dan menyadari pentingnya melibatkan diri dalam pemantauan online untuk melindungi anak-anak mereka dari bahaya yang ada di internet.
KESIMPULAN
Dengan melibatkan diri secara aktif dan memastikan bahwa anak-anak merasa nyaman untuk berbagi pengalaman dan kekhawatiran mereka, orang tua dapat memainkan peran penting dalam membimbing anak-anak mereka dalam menjelajahi dunia digital dengan aman dan bertanggung jawab.
Pendidikan tentang Keamanan Digital Dalam wawancara dengan sub bab pernyataan mengenai pendidikan keamanan digital ini, terungkap bahwa 90% narasumber menyatakan bahwa mereka memberikan edukasi dan pendidikan kepada anak-anak mengenai keamanan digital, terutama dalam konteks penggunaan internet.
Hal-hal seperti
menggunakan password yang kuat, tidak membagikan informasi pribadi secara sembarangan, dan menghindari konten yang tidak pantas merupakan beberapa praktik yang harus diajarkan kepada anak-anak untuk menjaga keamanan mereka saat menggunakan internet.
Mereka cenderung tidak memperhatikan bahaya yang mungkin ada di internet dan tidak memberikan pendidikan yang diperlukan kepada anak-anak mereka terkait keamanan digital.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, B., & Darmadha, I. N.
(2016). Penegakan Hukum Kejahatan Dunia Maya (Cybercrime) Yang Dilakukan Anak Di Bawah Umur. Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum, 5(5).
Hikmawati, F. 2020. Metodologi Penelitian. Depok: Rajawali Pers.
Holivia, A., & Suratman, T. (2021).
Child Cyber Grooming Sebagai Bentuk Modus Baru Cyber Space Crimes. Bhirawa Law Journal, 2(1), 1-13.
Mastanora, R., Pranata, R., & Lani, O. P.
(2021). Children Social Attribution Based on Gender Perspective.
AGENDA: Jurnal Analisis Gender Dan Agama, 3(1), 92.
https://doi.org/10.31958/agenda.v3i1.37 09
Sari, E. M. (2022). Parents’ Interpersonal Communication Strategy To Minimize Media Exposure On Children.
AGENDA: Jurnal Analisis Gender Dan Agama, 4(1), 54–64.
https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/inde x.php/agenda/article/view/6001%0Ahttp s://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.ph p/agenda/article/download/6001/2588 Sari, E. M., & Mastanora, R. (2022).
Solutions for Preventing Media
Exposure to Vulnerable Groups and Marginalized Groups on Social Media.
AGENDA: Jurnal Analisis Gender …, 4(2), 169–178.
https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/ind ex.php/agenda/article/view/8113%0Aht tps://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index .php/agenda/article/download/8113/310 4
Santi, N. N., & Damariswara, R. (2017).
Hubungan antara, Self Esteem dengan Self Disclosure pada Saat Chatting di Facebook.
PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 6(1), 110-123.
Zakaria, H., Noris, S., Samsoni, D. W., &
Wulandari, D. (2020).
PENGENALAN DAN
IMPLEMENTASI UU
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) DALAM KASUS CYBER CRIME DI MEDIA SOSIAL DAN SOLUSI
PERMASALAHANNYA BAGI
PELAJAR. KOMMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1).