• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Analysis of The Use of CDI Variations with Fuel Variations on the Power and Torque of a Single Cylinder Gasoline Motor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Analysis of The Use of CDI Variations with Fuel Variations on the Power and Torque of a Single Cylinder Gasoline Motor"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SCIENCE TECH

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/sciencetech/

Analisis Penggunaan Variasi CDI dengan Variasi Bahan Bakar terhadap Daya dan Torsi Motor Bensin 1 Silinder

Rizky Yusuf Efendi1, Nurcholish Arifin Handoyono2(*), Samsul Hadi3

PVTM, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Jl. Batikan, UH-III Jl. Tuntungan No.1043, Tahunan, Kec.

Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55167, Indonesia1,2,3

E-mail: [email protected]1, [email protected]2(*), [email protected]3 Profil Korenspondensi

Nurcholish Arifin Handoyono, PVTM, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Indonesia.

Submission Revision Accepted

27/04/2023 10/07/2023 26/07/2023

Abstract

This research aims to determine the ratio of power and torque produced by motorcycle engines using CDI variations with various fuels. The type of research used is descriptive quantitative. Data collection techniques using tests, namely by testing the object under study then measuring and recording directly the resulting data. The testing process uses the help of a dynamometer measuring instrument. Data collection was carried out at 6000 to 11000 rpm rotation. The results showed that the power and torque produced using standard CDI DC on pertalite fuel showed the lowest value with a maximum power of 22.5 HP at 9168 rpm and a maximum torque of 19.78 Nm at 6576 rpm, on Pertamax 92 fuel the maximum power was 22, 6 HP at 8370 rpm, with a maximum torque of 19.99 Nm at 7246 rpm and the Pertamax 98 fuel shows the highest value with a maximum power of 23.2 HP at 8931 rpm and a maximum torque of 20.16 Nm at 7345 rpm. For the power and torque generated by the use of CDI DC racing BRT on pertalite fuel, it shows the lowest value with a maximum power of 22.9 HP at 8604 rpm and a maximum torque of 19.43 Nm at 7670 rpm, on Pertamax 92 fuel the maximum power is 23, 6 HP at 8979 rpm, with a maximum torque of 19.81 Nm at 7552 rpm and the Pertamax 98 fuel shows the highest value with a maximum power of 23.8 HP at 9156 rpm and a maximum torque of 20.36 Nm at 7458 rpm. The use of CDI DC racing BRT is able to serve engine performance at higher rpm rotations and produce greater power and torque for each type of fuel variation.

Keywords: Power; Motorcycle; Torque.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan daya dan torsi yang dihasilkan mesin sepeda motor pada penggunaan variasi CDI dengan variasi bahan bakar. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, yaitu dengan menguji obyek yang diteliti kemudian mengukur dan mencatat langsung data-data yang dihasilkan. Proses pengujian menggunakan bantuan alat ukur dynamometer. Pengambilan data dilakukan pada putaran 6000 sampai 11000 rpm. Hasil penelitian menunjukan daya dan torsi yang dihasilkan penggunaan CDI DC standar pada bahan bakar pertalite menunjukan nilai terendah dengan daya maksimal 22,5 HP pada 9168 rpm dan torsi maksimal 19,78 Nm pada 6576 rpm, pada bahan bakar pertamax 92 daya maksimal adalah 22,6 HP pada 8370 rpm, dengan torsi maksimal adalah 19,99 Nm pada 7246 rpm dan pada bahan bakar pertamax 98 menunjukan nilai tertinggi dengan daya maksimal 23,2 HP pada 8931 rpm dan torsi maksimal 20,16 Nm pada 7345 rpm. Untuk daya dan torsi yang dihasilkan pada penggunaan CDI DC racing BRT pada bahan bakar pertalite menunjukan nilai terendah dengan daya maksimal 22,9 HP pada 8604 rpm dan torsi maksimal 19,43 Nm pada 7670 rpm, pada bahan bakar pertamax 92 daya maksimal

(2)

bakar pertamax 98 menunjukan nilai tertinggi dengan daya maksimal 23,8 HP pada 9156 rpm dan torsi maksimal 20,36 Nm pada 7458 rpm. Penggunaan CDI DC racing BRT mampu melayani performa mesin pada putaran rpm yang lebih tinggi dan menghasilkan daya dan torsi yang lebih besar pada setiap variasi jenis bahan bakar.

Kata Kunci: Daya; Sepeda motor; Torsi.

Pendahuluan

Perkembangan teknologi pada saat ini yang semakin pesat, mendorong manusia untuk selalu menciptakan inovasi. Perkembangan teknologi juga terjadi pada bidang otomotif, pada bidang otomotif mengalami kemajuan yang cukup pesat seperti adanya perkembangan sistem pengapian pada sepeda motor yang lebih praktis dan mampu meningkatkan performa mesin dan irit bahan bakar yaitu dengan mulai ditinggalkannya sistem pengapian konvensional (platina) dan bergeser dengan penggunaan sistem pengapian elektronik (CDI) pada sepeda motor (Kurniawan et al., 2019; Tahroni &

Widjanarko, 2014). Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi pada saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder. Sistem pengapian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangkitan tenaga (daya) yang dihasilkan oleh suatu mesin bensin. Apabila sistem pengapian tidak bekerja dengan baik dan tepat, maka kelancaran proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar akan terganggu sehingga tenaga yang dihasilkan oleh mesin berkurang (Maulana & Wulandari, 2016).

Deskripsi sederhana hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: “sistem pengapian sangat berpengaruh pada performa (daya dan torsi) yang dibangkitkan oleh mesin sepeda motor”. Pada fakta di lapangan menunjukkan bahwa, sistem pengapian konvensional menggunakan platina (contact breaker) untuk memutus dan menghubungkan tegangan baterai ke kumparan primer dirasakan kurang praktis. Sistem seperti ini sudah mulai ditinggalkan. Sistem pengapian sepeda motor sekarang kebanyakan menggunakan sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) yang memiliki karakteristik lebih baik dibanding sistem pengapian konvensional.

Menurut sumber arus yang digunakan, sistem pengapian CDI dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu CDI bertipe AC dan CDI bertipe DC (Navet & Simonot-Lion, 2017). Sistem CDI-AC adalah sistem pengapian elektronik dengan arus listrik berasal dari koil eksitasi, sedangkan sistem CDI-DC adalah sistem pengapian elektronik dengan arus listrik berasal dari baterai. Pada CDI bertipe AC pengapian yang terjadi tidak stabil, karena arus yang digunakan oleh sistem pengapian ini tergantung oleh putaran mesin. Hal tersebut akan membuat pengapian yang terjadi pada putaran rendah kurang optimal, sedangkan sistem pengapian pada CDI-DC adalah sistem pengapian elektronik dengan sumber arus listrik berasal dari baterai, sehingga pengapian yang terjadi akan stabil dari putaran rendah sampai putaran tinggi.

Copyright © 2023, Rizky Yusuf Efendi,

Nurcholish Arifin Handoyono, Samsul Hadi. 10.30738/st.vol9.no2.a14744

(3)

Menurut penggunaanya CDI memiliki bermacam tipe yaitu CDI limiter, unlimiter dan programmable. Saat ini kebanyakan sepeda motor menggunakan sistem pengapian CDI standar dangan limiter. CDI standar merupakan CDI yang memiliki batasan dalam memercikkan bunga api ke dalam ruang bakar pada putaran tertentu dan percikan bunga api yang dihasilkan pada putaran tinggi relatif kurang stabil. Biasanya CDI standar motor bawaan pabrik ini memiliki limiter sekitar 8000 rpm sampai 9000 rpm, sehingga apabila motor dipacu pada putaran tinggi melebihi dari pada putaran yang telah ditentukan oleh CDI mengakibatkan sepeda motor akan terasa seperti tersendat-sendat dan performanya menurun (Hoyle, 2005).

Terkait penjelasan di atas, sistem pengapian pada sepeda motor Honda Tiger 200 cc dengan nomor mesin MC21E1092225 dan nomor rangka MH1MC211X8K092050 yang telah dilakuakan ubahan dari sistem pengapian CDI-AC menjadi sistem pengapian CDI-DC hasil adopsi dari sistem pengapian CDI standar sepeda motor Suzuki Shogun 110 cc dirasa masih kurang maksimal, karena CDI standar bawaan pabrik tersebut juga dilengkapi limiter. Pada saat ini banyak pabrikan CDI yang menawarkan CDI racing unlimiter seperti (BRT Powermax Hyperband ) sebagai pengganti CDI standar dengan limiter. CDI racing unlimiter adalah CDI yang kerjanya tanpa ada batasan pengapian dan mampu melayani kerja mesin pada putaran tinggi tergantung dari seberapa kuat mesin sepeda motor tersebut berputar. CDI racing unlimiter mampu melayani kerja mesin hingga 20.000 rpm. Pencapaian ini lebih tinggi dibanding CDI standar sepeda motor bawaan pabrik yang hanya 9.000 rpm.

Berdasarkan penjelasan di atas penggunaan CDI racing unlimiter dalam sistem pengapian diharapkan akan menunjang performa mesin yang lebih maksimal. Beberapa penelitian telah meneliti analisis perbandingan CDI standar dan CDI racing yang membuktikan bahwa penggunaan CDI racing lebih unggul dalam performa mesin jika dibandingkan dengan CDI standar (Evan Maulana, Teuku Zulfadli, Nazaruddin., 2020;

Jamaludin & Nurrohman, 2020).

Peningkatan performa mesin sepeda motor tentunya sangat erat kaitannya dengan kualitas bahan bakar yang digunakan. Penggunaan bahan bakar yang berkualitas kurang baik, dapat berakibat pada turunnya performa mesin sepeda motor. Pertamina sebagai produsen bahan bakar minyak dalam negeri menyediakan berbagai jenis pilihan bahan bakar, diantaranya Pertalite, Pertamax 92 dan Pertamax 98, masing-masing dibedakan oleh kandungan oktan didalamnya dan diperuntukan sesuai rasio kompresi yang diperlukan mesin sepeda motor.

Perbandingan kompresi yang tinggi harus diimbangi dengan digunakan bahan bakar yang berkualitas baik dan penggunaan sistem pengapian yang baik juga agar proses pembakaran pada ruang bakar silinder lebih maksimal (Tampubolon & Koto, 2019;

Wigraha, 2015). Berdasarkan penjelasan di atas performa (daya dan torsi) yang dibangkitkan oleh mesin sepeda motor sangat dipengaruhi oleh sistem pengapian dan jenis bahan bakar nya, penggunaan sistem pengapian yang maksimal dan disesuaikan dengan jenis bahan bakar yang berkualitas baik diharapkan dapat menghasilkan kerja mesin sepada motor yang lebih maksimal. Dalam penelitian ini akan membandingkan daya dan torsi yang dihasilkan dari CDI standar dan CDI racing dengan penggunaan bahan bakar pertalite, pertamax 92, dan pertamax 98 untuk mencari performa mesin terbaik yang diuji menggunakan dynometer, menginggat penelitian selama ini belum banyak yang meninjau dari segi penggunaan jenis bahan bakar.

(4)

Metode

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk menjabarkan hasil torsi dan daya sepeda motor yang menggunakan CDI standar dan CDI racing BRT dengan variasi bahan bakar pertalite, pertamax 92, dan pertamax 98. Subjek penelitian ini adalah sepeda motor merek Honda Tiger 200 cc dengan nomor mesin MC21E1092225 dan nomor rangka MH1MC211X8K092050.

Pengambilan data menggunakan dynamometer dengan tahap persiapan yaitu melakukan pengecekan kondisi mesin, pengecekan alat uji, dan perangkat uji serta proses pemasangannya. Tahap selanjutnya pengujian yaitu penempatan sepeda motor pada tempat pengujian dynamometer, pengisian bahan baka pada tabung atau botol infus, dan pengujian serta pengambilan data pada suhu kerja mesin.

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan tes, yaitu dengan menguji obyek yang diteliti kemudian mengukur dan mencatat langsung data-data yang dihasilkan. Proses pengujian menggunakan bantuan alat ukur dynamometer.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengamati secara langsung hasil pengukuran kemudian menyimpulkan dan menentukan hasil penelitian (Latifah Uswatun Khasanah, 2021). Data yang diperoleh berupa grafik daya dan torsi mesin sepeda motor. Data yang diperoleh dimasukan ke dalam tabel untuk dianalisis dan ditarik kesimpulannya.

Hasil dan Pembahasan

Data yang diperoleh dari penelitian berupa data putaran mesin, torsi, dan daya yang dihasilkan dari mesin sepeda motor yang diuji menggunakan alat Dynamometer. Data yang dihasilkan dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 1. Data Hasil Uji Dyno Test dengan Nilai Maksimal pada Setiap Kondisi No. Jenis Bahan

Bakar

CDI DC Standar (Shogun 110) CDI DC Racing BRT Hyperband Daya

(HP) Putaran

(rpm) Torsi

(Nm) Putaran

(rpm) Daya

(HP) Putaran

(rpm) Torsi

(Nm) Putara n (rpm) 1. Pertalite 22,5 9168 19,78 6576 22,9 8604 19,43 7670 2. Pertamax 92 22,6 8370 19,99 7246 23,6 8979 19,81 7552 3. Pertamax 98 23,2 8931 20,16 7345 23,8 9156 20,36 7458

Hasil Uji Mesin Sepeda Motor dengan CDI DC Standar 1. Bahan bakar Pertalite

Ditemukan data pada penggunaan bahan bakar pertalite dengan CDI standar, untuk daya maksimal adalah 22,5 HP pada 9168 rpm dengan torsi maksimal adalah 19,78 Nm pada 6576 rpm.

2. Bahan bakar Pertamax 92

Ditemukan data pada penggunaan bahan bakar pertamax 92 dengan CDI standar, untuk daya maksimal adalah 22,6 HP pada 8370 rpm dengan torsi maksimal adalah 19,99 Nm pada 7246 rpm.

3. Bahan bakar Pertamax 98

Ditemukan data pada penggunaan bahan bakar pertamax 98 dengan CDI standar, untuk daya maksimal diperoleh adalah 23,2 HP pada 8931 rpm dengan torsi maksimal adalah 20,16 Nm pada 7345 rpm.

(5)

Hasil Uji Mesin Sepeda Motor dengan CDI DC Racing BRT 1. Bahan bakar Pertalite

Ditemukan data pada penggunaan bahan bakar pertalite dengan CDI racing BRT, untuk daya maksimal adalah 22,9 HP pada 8604 rpm dengan torsi maksimal adalah 19,43 Nm pada 7670 rpm.

2. Bahan bakar Pertamax 92

Ditemukan data pada penggunaan bahan bakar pertamax 92 dengan CDI racing BRT, untuk daya maksimal adalah 23,6 HP pada 8979 rpm dengan torsi maksimal adalah 19,81 Nm pada 7552 rpm.

3. Bahan bakar Pertamax 98

Ditemukan data pada penggunaan bahan bakar pertamax 98 dengan CDI racing BRT, untuk daya maksimal diperoleh adalah 23,8 HP pada 9156 rpm dengan torsi maksimal adalah 20,36 Nm pada 7458 rpm.

Pembahasan.

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan alat ukur dynamometer, ditemukan data yang dihasilkan mesin sepeda motor pada setiap putaran. Data hasil pengukuran dengan menggunakan alat dynamometer adalah data yang digunakan sebagai acuan merumuskan hasil penelitian. Dari data yang telah didapat dari hasil uji Dyno test terhadap mesin sepeda motor Honda Tiger 200 cc CDI DC, ditemukan perbedaan pada putaran (rpm), torsi (Nm) dan daya (HP) yang dihasilkan bahan bakar pertalite, pertamax 92 dan pertamax 98 untuk setiap jenis pengapian, penjelasannya sebagai berikut.

Hasil Uji Dyno Test Mesin Sepeda Motor Honda Tiger 200 cc dengan CDI DC Standar

Berdasarkan hasil uji Dyno Test, ditemukan data pada penggunaan bahan bakar pertalite daya tertinggi adalah 22,5 HP pada 9168 rpm dengan torsi tertinggi adalah 19,78 Nm pada 6576 rpm. Pada penggunaan bahan bakar pertamax 92 daya tertinggi adalah 22,6 HP pada 8370 rpm, terdapat selisih 0,1 HP dari bahan bakar pertalite, sedangkan torsi tertinggi adalah 19,99 Nm pada 7246 rpm, selisih 0,21 Nm dari bahan bakar pertalite, dan pada penggunaan bahan bakar pertamax 98 daya tertinggi diperoleh adalah 23,2 HP pada 8931 rpm, terdapat selisih 0,6 HP dari pertamax 92 dan 0,7 HP dari pertalite, sedangkan torsi tertinggi adalah 20,16 Nm pada 7345 rpm, juga terdapat selisih 0,17 Nm dari pertamax 92 dan 0,38 Nm dari pertalite. Selisih angka tersebut dipengaruhi oleh kandungan nilai oktan pada bahan bakar yang membuat putaran mesin bervariasi pada tiap waktu pembakarannya. Semakin tinggi nilai kandungan oktan pada bahan bakar maka semakin lama juga campuran bahan bakar terbakar habis pada ruang bakar, sehingga berpengaruh pada peningkatan performa mesin. Angka oktan atau disebut juga dengan bilangan oktan adalah suatu bilangan yang menunjukkan kemampuan bertahan suatu bahan bakar terhadap (Wahyu, 2019). Kualitas bensin dinyatakan dengan angka oktan atau octane number, kualitas bahan bakar yang baik berdasarkan kandungan oktan mampu menambah performa yang dihasilkan mesin sepeda motor (Supriyana & Mastur, 2018). Hal ini sesuai bahwa penggunaan bahan bakar pertamax 98 memiliki kelebihan dan manfaat terhadap mesin diantaranya, peningkatan tenaga mesin kendaraan dan akselerasi mesin menjadi lebih baik karena torsi yang dihasilkan lebih tinggi (Irawan &

Adityo, 2016).

(6)

Gambaran perbandingan kondisi daya dan torsi tertinggi maupun terendah pada mesin sepeda motor Honda Tiger 200 cc dengan CDI DC standar pada penggunaan bahan bakar pertalite, pertamax 92, dan pertamax 98 dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan bakar dengan nilai oktan yang baik pada kondisi pengapian CDI DC standar mampu meningkatkan performa mesin pada sepeda motor Honda Tiger 200 cc.

Tabel 2. Perbandingan Kondisi Daya dan Torsi Tertinggi maupun Terendah pada Mesin Sepeda Motor Honda Tiger 200cc (CDI DC Standar)

Daya Tertinggi: 23,2 HP Rpm: 8931 Bahan Bakar: Pertamax 98 Terendah: 22,5 HP Rpm: 9168 Bahan Bakar: Pertalite Torsi Tertinggi: 20,16 Nm Rpm: 7345 Bahan Bakar: Pertamax 98

Terendah: 19,78 Nm Rpm: 6576 Bahan Bakar: Pertalite

Hasil uji dyno test mesin sepeda motor Honda Tiger 200 cc dengan CDI DC racing BRT

Berdasarkan hasil uji Dyno Test , ditemukan data pada penggunaan bahan bakar pertalite daya tertinggi adalah 22,9 HP pada 8604 rpm, terdapat selisih 0,4 HP dengan CDI standar bahan bakar pertalite, untuk torsi tertinggi adalah 19,43 Nm pada 7670 rpm, mengalami penurunan 0,35 Nm dari CDI standar bahan bakar pertalite, sedangkan pada penggunaan bahan bakar pertamax 92 daya tertinggi adalah 23,6 HP pada 8979 rpm, terdapat selisih 1 HP dari CDI standar bahan bakar Pertamax 92 dan selisih 0,7 HP dari bahan bakar pertalite dengan CDI racing BRT, untuk torsi tertinggi adalah 19,81 Nm pada 7552 rpm, mengalami penurunan 0,18 Nm dari CDI standar bahan bakar pertamax 92 tetapi selisih 0,38 Nm dari bahan bakar pertalite dengan CDI racing BRT, dan pada penggunaan bahan bakar pertamax 98 daya tertinggi diperoleh adalah 23,8 HP pada 9156 rpm, terdapat selisih 0,6 HP dari CDI standar bahan bakar pertamax 98 dan selisih 0,2 HP dari bahan bakar pertamax 92 dengan CDI racing BRT, sedangkan torsi tertinggi adalah 20,36 Nm pada 7458 rpm, terdapat selisih 0,20 Nm dari CDI standar bahan bakar pertamax 98 dan selisih 0,55 Nm dari bahan bakar pertamax 92 dengan CDI racing BRT.

Selisih angka tersebut dipengaruhi oleh kandungan nilai oktan pada bahan bakar yang membuat putaran mesin bervariasi pada tiap waktu pembakarannya, semakin tinggi nilai kandungan oktan pada bahan bakar maka semakin lama juga campuran bahan bakar terbakar habis pada ruang bakar, sehingga berpengaruh pada peningkatan performa mesin. Peningkatan nilai daya dan torsi yang dihasilkan pada penggunaan CDI racing BRT diikuti dengan kenaikan putaran mesin (rpm).

Pencapaian daya dan torsi maksimal dicapai pada putaran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian maksimal pada penggunaan CDI standar (Sulisdiantoro et al., 2021). Hal ini sesuai bahwa penggunaan CDI racing BRT menghasilkan performa mesin yang sangat stabil dan besar mulai dari putaran rendah sampai putaran tinggi (Nazar & Weriono, 2021). Untuk performa terbaik pada penggunaan CDI racing BRT diperoleh dengan penggunaan bahan bakar pertamax dengan nilai oktan 98 dan sekaligus hasil tertinggi dari performa maksimal mesin sepeda motor pada penelitian ini.

(7)

Hal ini sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dimana disebutkan bahwa CDI racing unlimiter adalah CDI yang kerjanya tanpa ada batasan pengapian dan mampu melayani kerja mesin pada putaran tinggi tergantung dari seberapa kuat mesin sepeda motor tersebut berputar. CDI racing unlimiter mampu melayani kerja mesin hingga 20.000 rpm. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat peningkatan performa mesin dengan menggunakan CDI racing (Siswanto

& Efendi, 2015).

Gambaran perbandingan kondisi daya dan torsi tertinggi maupun terendah pada mesin sepeda motor Honda Tiger 200 cc dengan CDI DC Racing BRT pada penggunaan bahan bakar pertalite, pertamax 92, dan pertamax 98 dapat dilihat pada tabel 3. Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan bakar dengan nilai oktan yang baik pada kondisi pengapian CDI DC Racing BRT mampu meningkatkan performa mesin lebih maksimal pada putaran atas, terlihat dari kenaikan daya dan torsi terbaik yang capai pada putaran tinggi pada setiap jenis bahan bakar yang digunakan.

Tabel 3. Perbandingan Kondisi Daya dan Torsi Tertinggi maupun Terendah pada Mesin Sepeda Motor Honda Tiger 200 cc (CDI DC Racing BRT)

Daya Tertinggi: 23,2 HP Rpm: 8931 Bahan Bakar: Pertamax 98 Terendah: 22,5 HP Rpm: 9168 Bahan Bakar: Pertalite Torsi Tertinggi: 20,16 Nm Rpm: 7345 Bahan Bakar: Pertamax 98

Terendah: 19,78 Nm Rpm: 6576 Bahan Bakar: Pertalite

Kesimpulan

Penggunaan bahan bakar dengan nilai oktan yang baik pada kondisi pengapian CDI DC standar mampu meningkatkan performa mesin pada sepeda motor Honda Tiger 200 cc. Pada penggunaan bahan bakar pertalite menunjukan nilai terendah dari masing- masing variasi bahan bakar dengan daya maksimal 22,5 HP pada 9168 rpm dan torsi maksimal 19,78 Nm pada 6576 rpm, dan pada penggunaan bahan bakar pertamax 92 daya maksimal adalah 22,6 HP pada 8370 rpm, dengan torsi maksimal adalah 19,99 Nm pada 7246 rpm, sedangkan pada penggunaan bahan bakar pertamax 98 menunjukan nilai tertinggi dari masing-masing variasi bahan bakar dengan daya maksimal 23,2 HP pada 8931 rpm dan torsi maksimal 20,16 Nm pada 7345 rpm.

Penggunaan bahan bakar dengan nilai oktan yang baik pada kondisi pengapian CDI DC standar mampu meningkatkan performa mesin pada sepeda motor Honda Tiger 200 cc. Pada penggunaan bahan bakar pertalite menunjukan nilai terendah dari masing- masing variasi bahan bakar dengan daya maksimal 22,9 HP pada 8604 rpm dan torsi maksimal 19,43 Nm pada 7670 rpm, dan pada penggunaan bahan bakar pertamax 92 daya maksimal adalah 23,6 HP pada 8979 rpm, dengan torsi maksimal adalah 19,81 Nm pada 7552 rpm, sedangkan pada penggunaan bahan bakar pertamax 98 menunjukan nilai tertinggi dari masing-masing variasi bahan bakar dengan daya maksimal 23,8 HP pada 9156 rpm dan torsi maksimal 20,36 Nm pada 7458 rpm. Berdasarkan hasil uji pada penelitian ini, penggunaan CDI DC racing BRT mampu melayani performa mesin pada putaran rpm yang lebih tinggi dan menghasilkan daya dan torsi yang lebih besar pada setiap variasi jenis bahan bakar.

(8)

Daftar Pustaka

Evan Maulana, Teuku Zulfadli, Nazaruddin. (2020). Kajian Eksperimental Tentang Pengaruh Penggunaan Variasi Dua Jenis Cdi (Standar Dan Brt) Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Honda Supra X 125 Cc Tahun 2011. Jurnal Ilmiah Teknik Unida, 1(2). https://doi.org/10.55616/jitu.v1i2.163.

Hoyle, D. (2005). Automotive Quality Systems Handbook. In Automotive Quality Systems Handbook. https://doi.org/10.1016/b978-0-7506-6663-3.x5000-3.

Irawan, A., & Adityo, -. (2016). Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi. Jurnal Ilmiah Inovasi, 15(1). https://doi.org/10.25047/jii.v15i1.64.

Jamaludin, J., & Nurrohman, Y. (2020). Pengaruh Penggunaan Cdi Standar Dan Cdi Racing Terhadap Daya Dan Torsi Motor Bensin 110 Cc Dengan Bahan Bakar Pertalite. Motor Bakar : Jurnal Teknik Mesin, 3(2).

https://doi.org/10.31000/mbjtm.v3i2.3336.

Kurniawan, A. F., Lapisa, R., & Basri, I. Y. (2019). Analisis Pengaruh Pemasangan Groundstrap Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Dan Emisi Gas Buang Pada Sepea Motor. Journal Of Multidicsiplinary Research And Development, 1(3).

Latifah Uswatun Khasanah. (2021). Penelitian Kualitatif : Teknik Analisis Data Deskriptif. Dqlab.Id.

Maulana, M. H., & Wulandari, D. (2016). Pengaruh Penggantian Koil Sepeda Motor Dengan Koil Mobil Tipe Kering Merk Diamond Dengan Busi Iridum Terhadap Performa Mesin Sepeda Motor Yamaha Mio Tahun 2011. Jurnal Teknik Mesin, 4(3).

Navet, N., & Simonot-Lion, F. (2017). Automotive Embedded Systems Handbook. In

Automotive Embedded Systems Handbook.

https://doi.org/10.1201/9780849380273.

Nazar, N., & Weriono. (2021). Analisa Penggunaan Cdi Racing Programmable Pada Mesin Sepeda Motor Jupiter Z 110 Cc. Sainstek (E-Journal), 9(2).

https://doi.org/10.35583/js.v9i2.168.

Siswanto, I., & Efendi, Y. (2015). Peningkatan Performa Sepeda Motor Dengan Variasi Cdi Programmable The Improvement Of Motorcycles Performance Using Cdi Programmable. Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, 1(1).

https://doi.org/10.30738/jst.v1i1.478.

Sulisdiantoro, C. B., Nauri, I. M., & Mindarta, E. K. (2021). Perbedaan Penggunaan Transistor Controlled Ignition (Tci) Dan Platina Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Pada Motor Bensin Sebaris 4 Silinder 4 Langkah 1500 Cc. Jurnal Teknik Otomotif :

Kajian Keilmuan Dan Pengajaran, 5(2).

https://doi.org/10.17977/um074v5i22021p1-6.

Supriyana, N., & Mastur, M. (2018). Uji Performa Motor Bensin Berbasis Program Labview. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 9(2).

https://doi.org/10.24176/simet.v9i2.2530.

Tahroni, & Widjanarko, D. (2014). Penggunaan Peraga Sistem Pengapian Sepeda Motor Cdi-Dc Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Identifikasi Sistem Pengapian. Automotive Science And Education Journal, 3(2).

(9)

Tampubolon, K., & Koto, F. R. (2019). Analisis Perbandingan Efisiensi Kerja Mesin Bensin Pada Mobil Tahun 2000 Sampai Tahun 2005 Dan Mobil Tahun 2018 Serta Pengaruh Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Dan Cara Perawatannya Sebagai Rekomendasi Bagi Konsumen. Journal Of Mechanical Engineering Manufactures Materials And Energy, 3(2). https://doi.org/10.31289/jmemme.v3i2.2773.

Wahyu, H. (2019). Motor Bensin Modern. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9).

Wigraha, N. A. (2015). Teknologi Motor Bakar Bensin Untuk Mencapai Persyaratan Batas Maksimal Polusi Dan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar Bensin. Jurnal

Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 12(2).

https://doi.org/10.23887/jptk.v12i2.6479.

Referensi

Dokumen terkait