• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANCAMAN INFEKSI BAKTERI PATHOGEN PADA BUDIDAYA IKAN KOI (Cyprinus carpio)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANCAMAN INFEKSI BAKTERI PATHOGEN PADA BUDIDAYA IKAN KOI (Cyprinus carpio) "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 KARYA ILMIAH POPULER

ANCAMAN INFEKSI BAKTERI PATHOGEN PADA BUDIDAYA IKAN KOI (Cyprinus carpio)

Oleh :

HAPSARI MAHATMI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

2020

(3)

3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena tulisan Ilmiah popular ini selesai disusun.Tulisan ilmiah populer ini disusun untuk membantu para mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan maupun dari prodi Biologi dalam mempelajari jenis-jenis bakteri pathogen yang dapat menginfeksi ikan Koi terutama bagi yang belum mengenal secara jelas mengenai bakteri patogen pada ikan Koi.

Tulisan ini hanya sebagai informasi umum bagi mahasiswa maupun masyarakat awam agar memahami adanya berbagai bakteri pathogen yang menjadi ancaman bagi kesehatan ikan Koi. Penulis menyadari apabila dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan, tetapi penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun karya ilmiah ini tetap memberikan manfaat.

Akhir kata guna penyempurnaan karya ilmiah ini kritik dan saran dari pembaca sangat penulis nantikan.

Denpasar, Januari 2020

Penulis

(4)

4

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

1. Pendahuluan 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3.Tujuan 6

2. Pembahasan 7

3. Kesimpulan 14

Daftar Pustaka 17

(5)

5 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cyprinus carpio atau di Indonesia lebih dikenal sebagai Ikan Koi, merupakan salah satu ikan hias yang memiliki prospek ke depan yang sangat baik untuk dikembang biakan sejalan dengan semakin tingginya peningkatan taraf hidup masyarakat yang berdampak pada peningkatan dana untuk memenuhi hobi dan kecintaan memelihara ikan Koi. Alasan yang sangat mendasar adalah secara morfologi ikan Koi sangat menarik karena memiliki nilai estetika yang cukup tinggi. Ikan Koi berasal dari Jepang yang didatangkan ke Indonesia pada tahun 1962, ketika pangeran Akito dan putri Michiko berkunjung ke Indonesia sebagai tanda mata. Dalam Bahasa Jepang ikan Koi disebut

dengan Nishigoi. Ikan koi juga memiliki berbagai macam pola warna dan bentuk tubuh yang indah sehingga menjadikannya ikan hias yang menarik para pecinta ikan hias baik dalam dan luar negeri. Ikan Koi yang sehat dan tumbuh optimal umumnya memiliki Gerakan yang lemah gemulai, menenangkan jiwa bagi orang yang melihatnya. Oleh karena itu ikan Koi saat ini banyak dipelihara di halaman hotel, perkantoran, seklolah ataupun perguruan tinggi dan sebagai media penyembuhan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Selain itu ada anggapan bahwa Ikan Koi dapat membawa keberuntungan bagi pemiliknya (Effendy, 1993)

Pada awalnya ikan Koi hanya memiliki warna tunggal yaitu hitam (Karasugoi dan Sumigoi), merah (benigoi, higoi, akagoi), putih (shiromuji), keemasan (kingoi), dan putih keperakan (gingoi). Beberapa ahli Koi mencoba melakukan penyilangan diantara jenis- jenis tersebut sehingga mampu menghasilkan dua warna, tiga warna, lima warna dan multi warna (Purbani, 1995).. Ikan koi yang berkualitas dapat dibentuk dari induk yang berkualitas baik, benih unggul dan juga dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan dan pakan

Meskipun Ikan Koi berasal dari Jepang ternyata setelah mengalami masa adaptasi sekian puluh tahun, saat ini ikan Koi telah mampu dan bisa dipelihara hampir di semua wilayah, baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Di Indonesia hampir di seluruh wilayah ikan Koi mampu hidup dang berkembang dengan baik. Perkembangan ikan Koi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Masyarakat Indonesia umumnya menyukai ikan Koi karena pola warna yang terbentuk pada ikan Koi dan pola pada badan ikan Koi dipercaya dapat membawa hoki pada pemiliknya. Budi daya ikan Koi pada skala besar saat ini mampu menjadi sumber penggerak ekonomi

(6)

6 masyarakat karena padat karya, atau mampu membuka peluang pekerjaan yang tidak bisa dipandang sebelah mata, dan berefek domino, mulai dari pekerja kolam, pembuat kolam, penjual bahan-bahan tambahan, pakan, dan seterusnya. Pada skala kecil sebagai penghobi yang semakin bertambah pula. Adanya peluang pasar yang cukup besar di Indonesia, saat ini terjadi peningkatan tren budidaya ikan Koi di beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi dan beberapa wilayah lain.

Ikan Koi mampu hidup di Indonesia dengan baik selain daya adaptasi yang baik.

Hal ini karena iklim tropis dan kondisi lingkung di Indonesia berdampak pada kecepatan ikan koi beradaptasi di lingkungan baru. Selain itu kualitas air juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidya ikan Koi. Selain itu kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ikan koi. Meskipun ikan koi dapat hidup dan berkembang pada air yang berkualitas buruk tetapi akan rentan terhadap serangan penyakit dan warna akan menjadi pudar dan tidak indah lagi. Kualitas koi dapat ditingkatkan melalui kualitas air yang memenuhi syarat. Kualitas air yang baik akan berdampak pada kesehatan ikan Koi (Lesmana 2001). Kualitas air merupakan hal penting yang diperhatikan dalam budidaya ikan. Air yang kurang baik akan menyebabkan ikan koi mudah terserang penyakit.

Budidaya ikan Koi selain dipengaruhi oleh iklim, lingkungan, kualitas air, pakan dan kolam tempat hidupnya, juga oleh keberadaan bakteri. Bakteri selain beberapa bermanfaat bagi kehidupan ikan Koi, khususnya bakteri yang tergolong komensal, namun beberapa spesies bakteri merupakan agen penyebab penyakit pada ikan Koi, Bakteri pathogen atau bakteri penyebab penyakit pada ikan Koi (Anshary, 2008). Bakteri pathogen pada ikan Koi mampu menyerang dan menginfeksi serta dapat mengakibatkan kematian dan kerugian dalam jumlah besar dengan waktu singkat yang berakibat menimbulkan kerugian cukup besar hingga mencapai jutaan rupiah (Liviawaty,1990).

Oleh karena itu, mengenal dengan lebih dalam tentang jenis-jenis bakteri pathogen yang berbahaya bagi budidaya ikan koi menjadi hal yang sangat penting sebagai upaya untuk menghindari adanya penyakit dan menjaga agar ikan Koi yang dipelahara tetap sehat. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi secara umum tentang bakteri-bakteri yang berbahaya bagi ikan Koi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang terdapat beberapa rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

(7)

7

 Jenis-jenis penyakit akibat dari bakteri pathogen pada budidaya ikan Koi

 Diagnosis serangan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri

 Penanganan dan pengobatan ikan koi yang terserang bakteri

1.3 Tujuan

 Mengetahui jenis-jenis bakteri pathogen pada budidaya Ikan Koi

 Mengetahui cara diagnosis penyakit pada ikan koi yang diakibatkan oleh serangan bakteri

 Penangan dan Pengobatan Ikan Koi yang terserang oleh Bakteri

(8)

8 2. PEMBAHASAN

2.1 Aeromonas hydrophilla

Gejala klinis ikan akibat serangan A. hydrophila adalah terjadinya perubahan morfologi dan tingkah laku. Perubahan morofologi yang terjadi diantaranya yaitu pendarahan pada permukaan kulit dan sirip punggung kemudian disusul dengan timbulnya ulcer. Pendarahan yang terjadi pada permukaan kulit dan sirip punggung diduga disebabkan adanya toksin hemolisin. Toksin ini berperan dalam memecah sel- sel darah merah, sehingga sel keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan warna kemerahan pada permukaan kulit (Cipriano, 2001; Huys et al., 2002) (Gambar 1).

Timbulnya ulcer diduga karena tingginya kepadatan bakteri di area penyuntikan, sehingga volume dan intensitas toksin yang dikeluarkan pada proses infeksi menjadi lebih tinggi pada bagian tersebut (Mangunwardoyo et al., 2010).

Gambar 1. Infeksi A. Hydrophilla (https://www.isw.co.id/)

Perubahan lain yang ditunjukkan adalah pembengkakan pada mata (exopthalmia) dan perut yang menggembung (dropsy). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mangunwardoyo et al. (2009), yang menyatakan bahwa ikan yang terinfeksi bakteri A.

hydrophila, menunjukkan gejala seperti pendarahan pada permukaan kulit (haemorrhagic septicemia), pendarahan pada pangkal sirip dada, nekrosis otot, luka borok (ulcer) pada pemukaan tubuh dan bagian perut membesar berisi cairan (dropsy) (Gambar 2). Menurut Asniatih et al. (2013), organ mata yang menonjol keluar (exopthalmia) disebabkan karena adanya akumulasi cairan pada mata sehingga menyebabkan bola mata menjadi cekung dan menonjol keluar. Austin dan Austin (1999), menyatakan bahwa dropsy merupakan gejala yang ditandai dengan perut ikan tampak

(9)

9 mengembung sebagai akibat adanya pelepasan Aerolysin Cytotoxic Enterotoxyn (ACT- gene) yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan

Kemampuan A hydrophila dalam menimbulkan penyakit cukup tinggi.

Patogenisitas yang ditunjukkan dengan LD50 cukup bervariasi, yaitu berkisar antara 104 – 106 sel/ml (Sarono et al., 1993). Bakteri A. hydrophila dapat ditemukan dimana-mana, terutama di perairan yang mengandung bahan organik tinggi. Disamping itu, bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 4 – 45 oC, meskipun lambat dan tumbuh optimum pada suhu 37 oC (Farmer et al., 2000). Bakteri A. hydrophila menghasilkan bermacam-macam enzim, seperti gelatinase, caseinase, elastase, lipase lecithinase, staphylolyase, deoxyribonuclease dan ribonuclease. Selain itu, A.hydrophila menghasilkan bermacam- macam toksin antara lain eksotoksin, seperti α dan β hemolisin, cytotoksin, enterotoksin dan endotoksin, yaitu LPS (Lipopolisakarida) (Roberts, 1993).

Gambar 2. Perut membesar

Pencegahan terhadap serangan bakteri ini dapat dilakukan dengan mengendalikan kualits peraira pad kolam budidaya ikan Koi. Bakteri ini muncul pada lingkungan perairan dengan bahan organic tinggi serta pH perairan yang tidak stbil. Utuk itu menjaga kualitas peraina pada kondisi yang optimal dapat mencegah serangan penyakit dari bakteri A.hydrophilla. Pengobatan penyakit akibat serangan bakteri Aeromonosa hydropilla dapat dilakukan dengan bahanbahan herbal seperti, eksrak bawang putih dan kunyit, selain bahan herbal dapat juga dengan pengapikasian antiobotik seperti oxytetracylin atau Enrofloxacin.

(10)

10 2.2 Flavobacterium columnare

Flavobacterium columnare merupakan bakteri penyebab penyakit Columnaris, yang masuk dalam Family Flavobacteriaceae (Bernardet and Bowman, 2006) dan merupakan salah satu penyakit bakteri terpenting dari spesies ikan air tawar (Durborow et al., 1998). Bakteri ini bisa berada di semua lingkungan perairan, yang dapat berpengaruh ke ikan yang ada di alam dan budidaya serta ikan hias di akuarium (Austin and Austin, 1999). Timbul penyakit Columnaris ditandai dengan infeksi eksternal di permukaan tubuh ikan, insang, atau sirip. Jeney dan Jeney (1995) menambahkan, infeksi bakteri ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna abu-abu keputihan pada beberapa bagian kepala, sekitar mulut, insang, sirip atau badan. Penyakit ini sering berakhir dengan kematian, yang menyebabkan kerugian ekonomi yang besar dalam industri perikanan budidaya. Penyakit Columnaris, pertama dijelaskan oleh Herbert Spencer Davis pada tahun 1922, bakteri penyebabnya disebut dengan nama yang berbeda diantaranya Bacillus columnaris, Flexibacter columnaris, Cytophagakolumnis, dan terbaru Flavobacterium columnare.

Metode yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan yang terinfeksi bakteri dengan metode konvensional dengan melihat karakteristik morfologi dan biokimia, yaitu pertumbuhannya aerobic, gram negatif, bentuk batang panjang dengan ukuran 4-10 µm dan lebar 0,3 -0,5 µm, ada yang berkapsul atau tidak (tergantung pewarnaan yang digunakan), memproduksi H2S, tidak dapat mendegradasi crystalline cellulose, namun dapat mendegradasi polisakarida asam kompleks jaringan ikat (Bernardet and Bowman, 2006). F. columnaris tumbuh pada media bernutrien rendah, dengan koloni berwarna kuning dengan tepi rhizoid yang tidak beraturan. Tumbuh optimum pada suhu 20-25°C, namun dilaporkan F. columnaris dapat tumbuh pada suhu antara 4 dan 37°C. Bakteri ini bersifat non-halophilic dan tumbuh hanya di bawah kondisi aerobik. F. columnare menghasilkan sitokrom oksidase dan katalase positif; tidak menghasilkan asam dari karbohidrat; mengurangi nitrat menjadi nitrit; menghasilkan hidrogen sulfida; tidak menghidrolisis selulosa, kitin, pati, esculin pada , dan; Menghidrolisis agar kasein, dan tirosin;tidak dekarboksilat arginin, lisin, atau ornitin; dan menghasilkan pigmen khusus tipe flexirubin.Reichenbach dan Dworkin (1981) menggunakan metode kalium hidroksida (20%) untuk menunjukkan produksi pigmen flexirubin.

Ikan yang terinfeksi bakteri secara tidak langsung menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan yang dapat berakibat ikan sakit. Ciri-ciri lain dari serangan baketri ini adalah terpat bercak-bercak titik kuning pada bagian insang ikan. (Gambar3).

Perubahan yang terjadi dapat terlihat secara eksternal maupun internal. Menurut Kvitt

(11)

11 dan Colorni (2004) gejala klinis maupun lesio patologi akan berbeda-beda untuk setiap spesies pathogen. Hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan agen pathogen dalam memproduksi enzim, toksin, dan juga kemampuan dalam mengatasi system imun inang (Russo et al., 2006).

Gambar 3. Bintik kekuningan akibat infeksi Flexibacter columnaris (Taukhid, 2010)

F. columnare merupakan bakteri yang dapat muncul pada saat kondisi ikan stress dan menyebabkan penyakit columnaris pada ikan. Kondisi stress ini dapat diakibatkan karena menurunnya kadar oksigen, meningkatnya kadar karbondioksida, kadar ammonia maupun kadar nitrit dalam airserta perubahan suhu air yang ekstrem.

Penanganan ikan yang salah juga menjadi penyebab ikan stress yang mengakibatkan luka pada tubuh ikan sebagai salah satu pemicu tersebarnya penyakit melalui gesekan yang dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. (Durborow, 1998).

2.3 Pseudomonas aeruginosa

Bakteri Pseudomonas sp memiliki karakteristik seperti Gram negatif, berbentuk batang (rods) atau kokus (coccus), aerob obligat, motil mempunyai flagel polar. Bakteri ini oksidase positif, katalase positif, nonfermenter dan tumbuh dengan baik pada suhu 4o C atau dibawah 43 oC. Bakteri genus ini memproduksi beberapa enzim seperti protease, amilase, dan lipase. Selain itu bakteri Pseudomonas juga dapat menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa- senyawa lain yang lebih sederhana (Suyono dan Farid, 2011).

Bakteri Pseudomonas sp senang hidup di lingkungan yang bersuhu antara 15 - 30 oC. (Kordi,2004). Bakteri Pseudomonas sp mempunyai batas-batas pH tertentu untuk pertumbuhannya. Bakteri Pseudomonas sp pH 5,3-9,7 umumnya berkembang dengan baik pada pH antara 5,5-9,0 (Kordi, 2004). pH rendah merupakan keadaan yang optimal

(12)

12 bagi berkembang biaknya beberapa jenis bakteri patogen seperti bakteri Pseudomonas sp dan perubahan pH yang menyolok dapat menyebabkan ikan menjadi stres

Bakteri Pseudomonas sp merupakan bakteri patogen yang paling dominan ditemui pada ikan yang mengalami luka atau borok pada badan permukaan ikan yang sakit. Organ yang paling dominan ditemukan bakteri ini adalah kulit. Lubis dkk., (2014) menjelaskan bahwa serangan bakteri ini pada kulit meyebabkan kulit menjadi kesat, timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka-luka borok, perut kembung serta terjadi pendarahan pada hati, ginjal dan limfa saat dilakukan pembedahan (Meirani, 2016) (Gambar 4)

Gambar 4. Cici-ciri infeksi Pseudomonas sp (Meirani, 2016)

Bakteri Pseudomonas sp. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif dan termasuk golongan bakteri pathogen. Ciri-ciri dari serangan bakteri iini adalah terdapat bercak merah atau borok dan luka-luka pada permukaan tubuh ikan. Gejala klinis lain indikasi serangan terserang bakteri Pseudomonas sp. yaitu ikan, kembung, mata menonjol (exopthalmia), warna tubuh menjadi gelap, timbul pendarahan, gerak lamban, sirip geripis, warna tubuh pucat, insang dan permukaan tubuh luka, hemoragik, produksi lendir berlebih, dan sisik lepas dan kasar serta diikuti hemoragikyang membentuk spot putih dikelilingi zona merah, dan pendarahan pada organ dalam (Kabata, 1985; Dosim et al., 2013; Badjoeri, 2008; Azfirman et al., 2003;

Mastan, 2013;Hartati et al., 2012; dan Aydin et al., 1998) pertumbuhan bakteri ini sangat dipengaruhi oleh adanya sumber karbon yang cukup, suhu yang optimal, dan kondisi pH yang cocok serta kondisi lain yang mendukung.

2.4 Streptococcosis

Streptococcosis pada ikan merupakan infeksi kumulatif dari beberapa jenis bakteri dengan gejala penyakit yang hampir sama pada setiaps pesies bakteri dapat

(13)

13 mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat yang terkarakterisasi dari gejala klinis yang nampak adanya exophthalmia (pop-eye) dan meningoencephalitis. Menurut Toranzo (2009), pada kondisi perairan yang hangat (warm water) Streptococcosis (menyebabkan kematian pada suhudi atas 150 C) jenis bakteri yang menyerang adalah Lactococcus garvieae, Streptococcus niae, S. agalactiae, dan S. parauberis. Agen penyebab penyakit Streptococcosis pada ikan di daerah perairan hangat seperti di Indonesia

Bakteri Streptococcus sp. adalah penyebab penyakit Streptococcosis atau yang disebut “syndrome Meningoencephalitis dan Panophthalmitis” dengan gejala umum seperti: lemah, warna gelap, hilang nafsu makan, disorientasi atau hilang keseimbangan, uni/bilateral exophthalmia dengan kornea mata berwarna pucat, pendarahan dan luka pada bagian eksternal. Pada organ internal menunjukkan gejala adanya ascites, pembengkakan limpa, ginjal, hati, dan organ dalam lainnya. Spesies yang paling banyak ditemukan menyerang ikan adalah Streptococcus iniae dan Streptococcus agalactiae. Organ target dari serangan Streptococcosis adalah otak, mata dan ginjal (Taukhid dan Purwaningsih, 2011 ; Nanik ,2019 ). Ikan yang terinfeksi Streptococcosis menunjukkan gerakan renang yang tak menentu (erratic), berputar (whirling), pendarahan pada mata, katarak, exophthalmia(pop-eye), atau terdapat pendarahan di sekitaranus, dan pangkal sirip (Gambar 5 dan 6). Bagian internal badan mengalami perubahan, bagian otak menjadi lembek dan berair, serta hati membengkak dan berwarna pucat (Musa et al., 2009 ; Desy, 2012)

Gambar 5. Pop Eye Pada Ikan Koi (https://koiart.net/)

(14)

14 Gambar 6. Ciri-Ciri Streptococcosis (https://empangqq.com/)

(15)

15 KESIMPULAN

 IKan Koi merupakan salah satu ikan hias yang memiliki prospek yang sangat baik di kembangkan di Indonesia

 Serangan bakteri pathogen pada budidaya ikan koi dapat menimbulkan efek yang fatal bagi ikan Koi yang dibudidayakan

 Gejala awal ikan Koi terserang penyakit oleh bakteri adalah, menyendiri, nafsu makan menurun, pergerakan lemah , badan kasar dan biasanya terdapat luka pada beberapa bagian tubuh ikan.

 Pencegahan penyakit akibat bakteri dapat dilakukan dengan menjaga parameter kualitas air budidaya, melakukan vaksinasi terhadap ikan Koi yang dibudidayakan

 Pengobatan ikan yang terserang bakteri dapat dilakukan dengan pemberian bahan herbal seperti, bawang putih, kunyit , jahe, ataupun dengan pemberian antiobiotik dengan dosis yang ditentukan dalam akuarium terpisah.

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

Andi Jumria, Novia Christi Prihartini , dan Alfiyah. 2017. Identifikasi Dan Histopatologi Flavobacterium Columnare Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017

Anshary, H. 2008. Tingkat Infeksi Parasit pada Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio) pada Beberapa Lokasi Pembudidayaan Ikan Hias di Makasar dan Gowa (Parasitic Infections of Koi Carp Cultured in Makasar and Gowa). J Sains & Teknologi 8 (2) : 139-147

Asniatih., M. Idris dan K. Sabilu. 2013. Studi Histopatologi Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila). J. Mina Laut Indonesia., 3(12): 13-21.

Austin B. and Austin D. A. 1999. Bacterial Fish Pathogens: Disease of Farmed and Wild Fish, Heriot-Watt University, Edinburgh, UK

aydin, S., Ciltas, A., and Erman, Z. 1998. Pseudomonas putida Infections in Scattered Mirror Carp (Cyprinus carpio L.) and Gold Fish (Carassius auratus L.).Symposium Azfirman, Sosiawan, H., Oktavia, V., dan Zulkifli. 2003. Patogenitas Kuman Pseudomonassp. dan Aeromonassp. terhadap Ikan Air Tawar di Propinsi Sumatera Barat. Buletin vol 5.

Badjoeri, M. 2008. Identifikasi Bakteri Patogen pada Sistem Karamba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau, Sumatra Barat. 34 (2) 169-184. ISSN 0125-9830.

Bernardet J.F, Bowman J.P: The genus Flavobacterium. 2006. In The Prokaryotes: A Handbook on the Biology of Bacteria: Volume 7: Proteobacteria: Delta and Epsilon Subclasses. Deeply Rooting Bacteria. Edited by Dworkin M, Falkow S. New York:

Springer Science+Business Media, LLC. P.481–531.

Cipriano, R.C. 2001. Aeromonas hydrophila and Motil Aeromonas Septicemia of Fish.

United States Departement of The Interior Fish and Wild Life Service Division Of Fisheries Research, Washington DC,

Desy Sugiani, Sukenda, Enang Harris, Dan Angela Mariana Lusiastuti. 2012.

Streptococcus Agalactiae Dengan Aeromonas Hydrophila terhadap Gambaran Hematologi Dan histopatologi Ikan Tilapia (Oreochromis Niloticus). J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 1 Tahun 2012

Dosim, Hardi, E., dan Agustina. 2013. Efek Penginjeksian Produk Intraseluler (ICP) dan Ekstraseluler (ECP) Bakteri Pseudomonas sp. terhadap Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal 19(1).

Durborow, R. M., Thune R. L., Hawke J. P., and Camus A. C. 1998. Columnaris disease:

a bacterial infection caused by Flavobacterium columnare. Publication 479, Aquaculture Center, Stoneville, Mich, USA.

Effendi, H. 1993. Mengenal Beberapa Jenis Koi. Kanisius. Yogyakarta. 88 hal

(17)

17 Hartati, W., Helmizuryani, dan Suwardi. 2012. Pathogenisitas Bakteri Pseudomonas anguillisepticapada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Abstrak. 1-1. ISSN 2301- 4172

Huys, G., P. kampfer., M.J. Albert., I. Kuhn., R. Denys and J. Swings. 2002. Aeromonas hydrophila subsp Isolated From Children With Diaerrhoea in Bangladesh. International J. of Systematis and Evolutionary Microbiology., 52: 705-712

Jeney, Z. and Jeney, G., 1995. Recent achievements in studies on diseases of Common carp (Cyprinus carpio). Aquaculture, 129 (1-4): 397-420

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and Francis. London and Philadelphia

Kordi, M. G. H. K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta : Bina Adiaksara dan Rineka Cipta

Liviawaty, Evi. 1990. Mas Koki Budidaya dan Pemasarannya. Kanisius. Yogyakarta Mangunwardoyo, W., R. Ismayasari., dan E. Riani. 2009. Aktivitas Kitinase, Lesitinase, dan Hemosilin Isolat dari Bakteri Ikan Nila (Oreochromis niloticus Lin.) Yang Dikultur dalam Karamba Jaring Apung Waduk Jatiluhur, Purwakarta. J. Riset Akuakultur., 4(2):

257-265

Mastan, S. 2013. Pseudomonas Septicemia in Labeo rohita (Ham) and Cyprinus carpio (Linn.) in Andhra Pradesh-Natural Occurrence and Artificial Challenge.

Journal 5

Meirani Ritonga, D. Suryanto, Yunasfi. 2016. Jenis-Jenis Bakteri Potensial Patogen Yang Menginfeksi Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Di Kolam Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

Musa, N., Wei, L.S., Hamdan, R., Leong, L.K., Wee,W., Amal, M.N., Kutty, B.M., &

Abdullah, S.Z.2009. Streptococcosis in red hybrid tila-pia (Oreochromis niloticus) commercialfarms in Malaysia. Short Communication.Aquaculture Research, 40: 630- 632.

Nanik Ning Rahayu, Prayogo , Mohammad Faizal Ulkhaq , Hapsari Kenconojati Muhammad Hanif Azhar. 2019. Identifikasi Bakteri pada Komoditas Ikan Air Tawar di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya I. Journal of Aquaculture Science Oktober 2019 vol 4 (2): 102-110 ISSN : 2550-0910 102

Purbani, E. 1995. Gradasi Warna Koi. Trubus 305. Th XXVI. Jakarta

Suyono,Y dan F. Salahudin. 2011. Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri Pseudomonas pada Tanah yang Terindikasi Terkontaminasi Logam. Jurnal Biopropal Industri . 01(02) :1-2

Taukhid dan U. Purwaningsih. 2011. Penapisan Isolat Bakteri Streptococcus spp.

Sebagai Kandidat Antigen dalam Pembuatan Vaksin, serta Efikasinya untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan Nila (Orechromis niloticus). Jurnal Riset Akuakultur, 6 (1) : 103-118.

(18)

18 Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, Wulan Andiyani, Rosidah, dan Sriati. 2010. Induksi Kekebalan Spesifik Pada Ikan Mas, Cyprinus Carpio Linn. Terhadap Infeksi Koi Herpesvirus (Khv) Melalui Teknik Kohabitasi Terkontrol. J. Ris. Akuakultur Vol.5 No.2 Tahun 2010: 257-276

Referensi

Dokumen terkait

Ikan ini sangat disukai konsumen dan menjadi salah satu ikan komersial utama di Indonesia karena memiliki daging yang gurih dan lembut selain kaya akan kandungan gizi,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pendapatan dan tahap pengambilan keputusan petambak dalam beralih usahatani ikan gurame menjadi ikan koi di Desa Bendiljati