• Tidak ada hasil yang ditemukan

232310101112 Andika Darmasetyo Suwarno Kelas D Laporan Uts KDK semester 2

N/A
N/A
Ands

Academic year: 2025

Membagikan "232310101112 Andika Darmasetyo Suwarno Kelas D Laporan Uts KDK semester 2"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Keterampilan Dasar Keperawatan Dengan Dosen Pengampu Ns. Yulia Kurniawati, S.Kep., M.Kep.

Oleh:

Andika Darmasetyo Suwarno 232310101112

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER April,2024

(2)

ii

PRAKATA

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmatNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ns. Yulia Kurniawati, S.Kep., M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan yang telah membimbing saya selama proses pengerjaan makalah ini.

Saya sebagai penulis berharap makalah ini dapat membantu untuk lebih memahami konsep pengukuran tanda-tanda vital dan diharapkan setelah memahami makalah ini, saya dapat mengaplikasikan pengukuran tanda-tanda vital dengan baik dan benar. Saya juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca.

Makalah ini saya susun dengan bukti – bukti penelitian dari beberapa sumber. A pabila ada kesalahan maupun kekurangan pada makalah ini, saya memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat membantu dalam perbaikan makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan penulisan maupun ketidaksesuaian materi pada makalah ini, saya mohon maaf. Saya sebagai penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya agar dapat membuat karya makalah yang lebih baik lagi ke depannya.

Jember, 18 April 2024

Penulis

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL

(3)

iii A. Kasus 1

Nn. C, 19 tahun, seorang mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Jember yang akan mengecek kondisi kesehatan dasarnya. Ns. W datang untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada semua poisi tubuh (berbaring, duduk, dan berdiri).

Nama Inisial : Tn. I Usia : 19 Tahun

1. Hasil pemeriksaan TTV pada posisi berlari tanpa Istirahat a) Tekanan darah : 128/80 mmHg

b) Nadi :118 x/menit

c) Respiratory Rate : 26x/menit d) Suhu aksila : 36,8 °C

2. Hasil pemeriksaan TTV pada posisi berlari diberi istirahat dan minum a) Tekanan darah : 117/76 mmHg

b) Nadi : 83 x/menit

c) Respiratory Rate : 19x/menit d) Suhu aksila : 37,5 °C

Dokumentasi :

https://drive.google.com/drive/folders/13b0x_j9Jk6l1UGTUWopOlWz8MeZMN27L

B. Kasus 2

Nn. C, 19 tahun, seorang mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Jember yang akan mengecek kondisi kesehatan dasarnya. Ns. W datang untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada semua poisi tubuh (berbaring, duduk, dan berdiri).

Nama Inisial : Tn. I Usia : 19 Tahun

1. Hasil pemeriksaan TTV pada posisi Berbaring a) Tekanan darah : 120/80 mmHg

Dokumentasi:

(4)

iv b) Nadi : 72 x/menit

Dokumentasi :

c) Respiratory Rate : 18x/menit Dokumentasi :

d) Suhu aksila : 36,6°C Dokumentasi :

2. Hasil Pemeriksaan TTV pada posisi Duduk a) Tekanan darah : 118/78 mmHg

Dokumentasi:

b) Nadi : 78 x/menit Dokumentasi :

(5)

v c) Respiratory Rate : 20x/menit

Dokumentasi :

d) Suhu aksila : 36,6°C Dokumentasi :

3. Hasil Pemeriksaan TTV pada posisi Berdiri a) Tekanan darah : 115/76mmHg

Dokumentasi:

b) Nadi : 76x/menit Dokumentasi :

(6)

vi c) Respiratory Rate : 22x/menit

Dokumentasi :

d) Suhu aksila : 36,6°C Dokumentasi :

(7)

vi i C. PEMBAHASAN

 Kasus 1

Pada bagian kasus 1 telah dilakukan pemeriksaan TTV dengan faktor pembanding dari pemeriksaan pengukuran TTV perbedaan pemeriksaan saat beraktifitas berlari dan tanpa beristirahat dan beristirahat di tempat teduh. Dimana:

Beraktifitas (berlari)

Tekanan Darah Denyut Nadi Respiratory Rate

Suhu Tanpa istirahat 128/80 mmHg 118 x/menit 26x/menit 36,8 °C

Dengan

istirahat 117/76 mmHg 83 x/menit 19x/menit 37,5 °C

Keterangan:

o Merah : nilai tertinggi o Hijau : nilai terendah

Dari pemeriksaan diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pada setiap hasil pemeriksaan. Hal ini dapat diakibatkan :

1) Tekanan darah

Tekanan darah pada aktivitas berlari dengan dan tanpa istirahat memiliki perbedaan yang cukup signifikan yaitu 128/80 mmHg banding 117/76 mmHg hal ini diakibatkan, Dengan meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka kebutuhan darah yang mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran

darahnya. Hal ini juga direspon pembuluh darah dengan melebarkan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga akan berdampak pada tekanan darah individu tersebut. ( Handayani, G., F. Lintong, J. F. Rumampuk. 2016).

2) Denyut Nadi

Denyut nadi juga terlihat meningkat saat diperiksa langsung tanpa beristirahat dibanding yang beristirahat yaitu, 118 x/menit berbanding 83 x/menit. Dengan meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka kebutuhan darah yang mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran darahnya

3) Respiratory Rate

Pada bagian respiration rate juga beda dari yang tidak beristirahat dan beristirahat secara signifikan yaitu, 26x/menit berbanding 19x/menit. Fungsi pernapasan agar baik, berolahraga merupakan cara yang sangat baik untuk meningkatkan vitalitas fungsi baru. Olahraga merangsang pernapasan yang dalam dan menyebabkan paru berkembang, oksigen banyak masuk dan disalurkan ke dalam darah, karbondioksida lebih banyak dikeluarkan.(Dr.Yudik Prasetyo 2011).

Demikian pula orang yang tidak melakukan kegiatan (sedang beristirahat) frekuensi pernapasannya lebih rendah daripada orang yang bekerja keras.(Dr.Yudik Prasetyo 2011).

4) Suhu aksila

Sedangkan pada suhu berbanding terbalik didapatkan data yang beristirahat lebih panas daripada yang langsung tanpa beristirahat 37,5 °C berbanding 36,8 °C. Manusia punya kemampuan untuk beradaptasi terhadap suhu lingkungan. Meningkatnya aktivitas fisik menyebabkan peningkatan suhu inti yang secara refleks memicu mekanisme pengeluaran panas.

Panas diproduksi oleh tubuh melalui proses metabolisme, aktivitas otot dan sekresi kelenjar.

Produksi panas dapat meningkat atau menurun. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Panas dapat hilang dari tubuh melalui tiga cara, yatu; melalui kulit, dalam udara ekspirasi dan melalui urin dan feses. Panas yang hilang dari kulit melalui konduksi, radiasi, dan konveksi, melalui perspirasi dan penguapan keringat. ( Handayani, G., F. Lintong, J. F. Rumampuk. 2016).

(8)

vi ii

 Kasus 2

Pada bagian kasus 2 setelah dilakukan pemeriksaan TTV dapat ditemui perbedaan hasil pada setiap perbedaan posisi. Misalnya pada hasil pemeriksaan pengukuran TTV dengan perbedaan posisi dimana:

Posisi Tekanan Darah Denyut Nadi Respiratory Rate

Suhu Supinasi

(berbaring)

120/80 mmHg 72x/menit 18x/menit 36,6°C

Duduk 118/76 mmHg 78x/menit 20x/menit 36,6°C

Berdiri 115/76 mmHg 76x/menit 22x/menit 36,6°C

Keterangan:

 Merah : perubahan nilai tertinggi

 Kuning : perubahan nilai tengah

 Hijau : perubahan nilai paling rendah

 Hitam : tidak ada perubahan

Dari pemeriksaan diatas, dapat ditemui bahwa perubahan posisi dapat mempengaruhi beberapa hasil pemeriksaan TTV. Tekanan darah, Denyut Nadi, dan Respiratory rate menunjukan perbedaan di tiap perubahan posisinya.

1) Tekanan darah

Pada tekanan darah dapat dilihat pada posisi supinasi menunjukkan nilai tekanan darah tertinggi pertama yaitu 120/80 mmHg , kemudian disusul dengan posisi duduk sebagai penengah118/76 mmHg , dan disusul terakhir posisi berdiri dengan nilai tensi terkencil yaitu 115/76 mmHg. Nilai tekanan darahberdasarkan perubahan posisi antar individu sangat bervariasi. Posisi tubuhdiketahui memengaruhi tekanan darah.

Studi oleh Netea et all memperlihatkantekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik secara signifikan lebih tinggipada posisi terlentang daripada dalam posisi duduk.(Jatinugroho, Y.D., & Lontoh, S.O. 2021).

Tekanan diastolik saat duduk lebih tinggidaripada saat pasien terlentang sebanyak 5 mmHg. Tekanan sistolik bisa lebihtinggi 8 mmHg saat lengan sejajar dengan

jantung seperti saat pasien dalam posisiterlentang daripada duduk.(Jatinugroho, Y.D.,

& Lontoh, S.O. 2021).

perubahan posisi, perbedaan posisi saatpemeriksaan, misalnya posisi punggung, kaki, dan lain-lain juga dapatmemengaruhi hasil tekanan darah.(Jatinugroho, Y.D., &

Lontoh, S.O. 2021).

Dari beberapa kutipan diatas dapat dimengerti dan disimpulkan bahwa perubahan hasil nilai tekanan darah ini diakibatkan oleh perbedaan posisi. Bukan hanya dari perubahan posisi secara keseluruhan, perubahan posisi kaki tangan dan lain-lain juga dapat mengakibatkan perubahan nilai. Perubahan nilai yang lebih tinggi di posisi supinasi. Hal ini, disebabkan oleh kesejajaran lengan dengan posisi jantung sehingga tekanan yang dapat dirasakan lebih besar.

2) Denyut Nadi

Pada pengukuran denyut Nadi posisi duduk mendapatkan nilai tertinggi dengan

(9)

ix

78x/menit , dilanjutkan dengan posisi kedua yaitu posisi berdiri dengan 76x/menit ,dan terakhir dengan nilai terkecil adalah posisi berbaring yaitu 72x/menit. Hal ini dapat disebabkan oleh kebutuhan oksigen meningkat akibat tonus otot lebih tinggi pada posisi berdiri dan duduk dibandingkan pada posisi berbaring. Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah anggota tubuh bagian bawah cenderung mengurangi darah ke otak. Sehingga, hal ini turut mempengaruhi denyut nadi pada tubuh. Sehingga Posisi paling ideal untuk mengukur denyut nadi adalah berbaring karena pada posisi duduk atau berdiri tonus otot cenderung lebih tinggi pada posisi berbaring hal ini menyebabkan kebutuhan oksigen lebih besar dan otomatis denyut nadi juga lebih besar. Kemudian efek gravitasi mempengaruhi tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi, darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstremitas inferior sehingga pengisian atrium kanan jantung berkurang dengan sendirinya curah jantung akan berkurang.(Manaf,dkk. 2018)

3) Respiratory Rate

Di pengukuran respiratory rate Frekuensi pernapasan orang yang berbaring lebih rendah daripada orang yang duduk atau berdiri. 22x/menit adalah nilai tertinggi yang diperoleh melalui posisi berdiri, posisi kedua adalah posisi duduk dengan 20x/menit , 18x/menit adalah hasil terendah yang di peroleh di posisi berbaring orang yang tidak melakukan kegiatan (sedang beristirahat) frekuensi pernapasannya lebih rendah daripada orang yang bekerja keras.

Kekurangan O2 menyebabkan kecepatan pernapasan bertambah, sedangkan bila konsentrasi CO2 bertambah kecepatan pernapasan bertambah pula. Gerakan pernapasan diatur oleh sistem saraf pusat pada medulla oblongata (sumsum penyambung) yang terdiri dari pusat inspirasi dan pusat ekspirasi. Kedua pusat ini bekerja bergantian sehingga terjadi ritme pernapasan. Saraf pusat juga dapat mempengaruhi dalamnya pernapasan, meskipun terbatas.(Dr.Yudik Prasetyo 2011).

4) Suhu aksila

Di pengukuran suhu aksila pada perbedaan posisi itu tidak terdapat perubahan sushu yang signifikan Tubuh sehat mampu memelihara suhu tubuh secara konstan walaupun pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah (Nuryanah et al., 2023), Suhu permukaan habuh berubah-ubah tergantung pada aliran darah ke kulit dan pelepasan panan ke lingkungan sekitar. Fluktuasi ini membuat kisaran subu tubuh yang normal berada antara 36°C dan 38°C. (Sulistyowatı, 2018 dalam Zahra et al., 2022)

(10)

x

D. IMPLIKASI TERHADAP TINDAKAN KEPERAWATAN

Dalam proses dalam pengumpulan data-data TTV untuk memperoleh pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (TTV) yang tepat dan secara akurat, terdapat beberapa implikasi yang dapat diterapkan, khususnya kepada pemeriksaan TTV, yang didapat

berdasarkan kasus yang disebutkan. Berikut adalah beberapa prinsip umum yang dapat diterapkan:

 Berdasarkan kasus 1 :

- Didapatkan bahwa pengukuran dan pengumpulan data tanda tanda vital secara akurat sebaik nya dilakukan setelah klien merasakan rileks dan lebih tenang.

- Pengambilan dan pengukuran yang dilakukan setelah klien yang beristirahat dan meminum air dapat membantu dalam menetralkan dan memper akurat pengukuran.

-

Mantain atau menjaga kebutuhan cairan juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran ttv khususnya suhu kekurangan cairan berdampak dan menghasilkan penurunan performa. Dehidrasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, tekanan darah, dan detak jantung. Menurut temuan ini, dehidrasi dapat berdampak buruk pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas fisik dan meningkatkan kemungkinan terjadinya masalah kesehatan dan kecelakaan saat melakukannya. Mempertahankan status hidrasi selama aktivitas fisik sangatlah penting, dan hal ini menyoroti perlunya teknik pencegahan dehidrasi, terutama selama skenario olahraga yang intens.

Mempertahankan kinerja dan kesehatan orang yang melakukan latihan fisik membutuhkan perhatian yang cermat terhadap detail dan

pemantauan asupan cairan yang cermat (Hidayatulloh dan Gandasari, 2023).

 Berdasarkan kasus 2

- Didapatkan bahwa dalam pemeriksaan TTV perbedaan posisi banyak maupun sedikit mampu mempengaruhi hasil dari pengkajian.

- Disarankan bagi perawat memastikan dan mencatat posisi saat pengambilan data untuk pengkajian TTV selain dapat menjadi tolak ukur keakuratan, juga dapat menjadi data penunjang yang dapat mempertanggung jawabkan perbedaan hasil yang didapat setelah dilakukannya proses.

- posisi tubuh dapat memengaruhi tekanan darah namun

kurang menjadi perhatian dalam pengukuran tekanan darah serta masih banyaknya perbedaan terkait hasil tekanan darah berdasarkan

perubahanposisi tubuh. (Jatinugroho, Y.D., & Lontoh, S.O. 2021).

(11)

xi E. SIMPULAN DAN SARAN

1) Simpulan

Pada pemeriksaan hasil TTV ada beberapa hal yang mempengaruhi secara langsung terhadap hasil dari pengukuran. Pertama, kagiatan seperti aktivitas fisik mampu dengan signifikan untuk mempengaruhi penilaian atau pengukuran data saat proses TTV dimana TD,RR,Nadi, dan Suhu semuanya dapat dengan signifikan terpengaruh dengan kesimpulan yang di dapatkan diatas. Dimana faktor seperti kadar air, kontraksi otot, peningkatan kebutuhan oksigen menjadi faktor faktor utama.

Selanjutnya, adalah dimana perubahan posisi tubuh dalam pengukuran atau pengkajian TTV ini dapat berpengaruh dalam hasil dari pengkajian TTV ini. Walau tidak berdampak cukup signifikan namun dapat dengan mantap dijadikan patokan atau acuan untuk pemeriksaan TTV secara lebih akurat. Perbedaan hasil ini diakibatkan beberapa faktorseperti kontraksi otot pada bagian tertentu, hingga faktor gravitasi yang dapat mempengaruhinya.

2) Saran

Diharapkan dengan bacaan materi laporan yang telah disampaikan ini para pembaca dapat seedikit lebih memahami TTV sebenarnya adalah langkah

mendasar yang penting. Yang penting dalam pengkajian dimana merupakan proses evaluasi yang penting dengan melihat reaksi klien sebagai acuan.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan mengenai materi laporan ini, tentu saja masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan penulis dalam hal keahlian dan kurangnya sumber-sumber yang dapat penulis akses

(12)

xi i F. REFERENSI

Handayani, G., F. Lintong, J. F. Rumampuk. 2016. Pengaruh aktivitas berlari terhadap tekanan darah dan suhu pada pria dewasa normal. Jurnal eBiomedik. 4(1): 1-5 Hidayatulloh, K., dan M. F. Gandasari. 2023. Dampak kehilangan cairan terhadap aktivitas

lari 5 putaran sebelum dan sesudah dehidrasi. Jurnal of Sport, Physical Education, Organization, Recreation, and Training. 7(3): 661-672

Jatinugroho, Y.D., & Lontoh, S.O. (2021). Pengaruh perubahan posisi terhadap tekanan darah pada karyawan dan karyawati RSU

Manaf, M.A., F. Nabila , Nanda F.W., Dhika BagusS. Amaliah.N Isma M. 2018.

Pemeriksaan Denyut Nadi

Prasetyo, Y. 2011. Adaptasi sistem pernapasan terhadap

latihanPurwogondo. Tarumanagara Medical Journal.

Sulistyowati, A. 2018. Pemeriksaan Tanda-Tanda Viral. Sukoharjo: Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Zahra, S., Y. Purnama, Lusiana, dan Lindah. 2022. Pengaruh olahraga terhadap vital signs pada mahasiswa semester 2 pjkr unwahas. Altius: Jurnal Ilmu Olahraga dan Kesehatan. 11(2): 230-240

Referensi

Dokumen terkait