Makalah
Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Skripsi Mahasiswa Prodi Teknik Pertambangan
Berjudul:
“Anilisis Pengaturan Kerja Coal Mill A Unit 2 Terhadap Potensi Self Combustion Batubara Pada PLTU Keban Agung 2 X 135 MW PT. CHD Lahat, Sumatera
Selatan”
Karya Siti Fadiyah Maharani 2018
Disusun oleh;
Berliani Putri Trysnawati (C2031201011) Heri Al-Fauzi (C2031201012) Muhamad Rizal (C2031201002)
Muhammad Alfian Fathurrohman (C2031201018)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tasikmalaya, 17 Desember 2020 Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
BAB I...4
PENDAHULUAN...4
1.1 Latar Belakang Penelitian...4
1.2 Masalah Penelitian...4
1.3 Tujuan Penelitian...5
1.4 Metode Penelitian...5
1.5 Manfaat Penelitian...5
BAB II...6
LANDASAN TEORI...6
2.1 Definisi Bahasa...6
2.2 Arti Kesalahan Berbahasa...7
2.3 Objek Analisis Kesalahan Berbahasa...9
2.4 Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Berbahasa...11
2.6 Jenis Kesalahan Berbahasa...13
2.7 Daerah dan Sifat Kesalahan Berbahasa...17
BAB III...21
ANALISIS DAN PEMBAHASAN...21
3.1 Analisis...21
3.2 Daerah Kesalahan...23
3.3 Pembetulan Kesalahan...24
BAB IV...25
PENUTUP...25
4.1 Kesimpulan...25
4.2 Saran...26
DAFTAR PUSTAKA...27
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita.
Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat. Fungsinya adalah agar segala sesuatu yang disampaikan mudah dirnengerti. Namun, dalam menggunakan bahasa tersebut pemakai bahasa tetaplah mengikuti kaidah-kaidah atau aturan yang benar karena bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh rnasyarakat pemakai bahasa, dan ragam itu digunakan dalam situasi resmi. Apakah penggunaan bahasa Indonesia saat ini masih belum baik dan benar?”Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut. Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang memenuhi faktor-faktor komunikasi, adapun bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan.
Bagaimana cara kita mengalisis bahasa yang baik dan benar itu? Hal itu lah yang akan dibahasa dalam makalah ini. Setelah mempelajari, kita dapat mempraktikannya dalam berbahasa Indonesia.
1.2 Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, adapun yang menjadi permasalahan di dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apa pengertian Kesalahan Berbahasa?
2. Bagaimanakah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar?
3. Apa saja Kategori Kesalahan Berbahasa?
4. Apa saja Sumber Kesalahan Berbahasa?
5. Apa Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa?
6. Apa Metode Analisis Kesalahan Berbahasa?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang pengertian Kesalahan Berbahasa 2. Menjelaskan tentang Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 3. Menjelaskan tentang Kategori Kesalahan Berbahasa
4. Menjelaskan tentang Sumber Kesalahan Berbahasa
5. Menjelaskan tentang Apa Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa 6. Menjelaskan tentang Apa Metode Analisis Kesalahan Berbahasa 1.4 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif karena bertujuan mendeskripsikan data yang dianalisis. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung kesalahan berbahasa pada skripsi
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang pengertian Kesalahan Berbahasa 2. Menjelaskan tentang Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 3. Menjelaskan tentang Kategori Kesalahan Berbahasa
4. Menjelaskan tentang Sumber Kesalahan Berbahasa
5. Menjelaskan tentang Apa Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa 6. Menjelaskan tentang Apa Metode Analisis Kesalahan Berbahasa
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Bahasa
Ada beberapa pengertian bahasa yang dijelaskan dalam buku-buku linguistik dan kamus-kamus, tetapi ada satu definisi yang sesuai dengan bahasan ini.
Menurut pengertian ini, bahasa adalah sistem yang teratur berupa lambang- lambang bunyi yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran bahasa tersebut. Pengertian ini menonjolkan beberapa segi sebagai berikut:
1. Bahasa adalah sistem : Maksudnya bahasa itu tunduk kepada kaidah-kaidah tertentu baik fonetik, fonemik, dan gramatik. Dengan kata lain bahasa itu tidak bebas tetapi terikat kepada kaidah-kaidah tertentu.
2. Sistem bahasa itu sukarela (arbitary): Sistem berlaku secara umum, dan bahasa merupakan peraturan yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa bahasa yang memulai kalimat dengan kata benda seperti Bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali kalimatnya dengan kata kerja. Dan seseorang tidak dapat menolak aturanaturan tersebut baik yang pertama maupun yang kedua. Jadi tidak tunduk kepada satu dialek tertentu.
3. Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi, dan manusia sudah menggunakan bahasa lisan sebelum bahasa lisan seperti halnya anak belajar berbicara sebelum belajar menulis. Di dunia banyak orang yang bisa berbahasa lisan, tetapi tidak dapat menuliskannya. Jadi bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan (berbicara), adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua.
Dengan kata lain bahasa itu adalah ucapan dan tulisan itu merupakan lambang bahasa.
4. Bahasa itu simbol
Bahasa itu merupakan simbol-simbol tertentu. Misalnya kata ”rumah”
menggambarkan hakikat sebuah rumah. Jadi bahasa itu adalah lambing
lambang tertentu. Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut secara proporsional.
5. Fungsi bahasa adalah mengekspresikan pikiran dan perasaan. Jadi tidak hanya mengekspresikan pikiran saja. Peranan bahasa terlihat jelas dalam mengekpresikan estetika, rasa sedih senang dalam interaksi sosial. Dalam hal ini mereka mengekspresikan perasaan dan bukan pikiran. Karena itu bahasa itu mempunyai peranan sosial, emosional disamping berperan untuk mengemukakan ide.
2.2 Arti Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan2. S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode. Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh mahsiswa yang mempelajari B2 (bahasa yang dipelajari mahasiswa), tetapi juga dibuat mahasiswa yang belajar B1 (bahasa ibu).
Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa3.
Kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan.
Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Indonesia membuat kesalahan, maka ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau
kalimat yang digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa Indonesia. Jika kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah, dikatakan pembelajar bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa yang baik ini adalah ukuran intrabahasa atau intralingual. Ukuran kesalahan dan ketidaksalahan intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan meliputi :
1. fonologi(tata bunyi) 2. morfologi(tata kata) 3. sintaksis(tata kalimat) 4. semantic(tata makna)
Seorang pakar linguistik Noam Comsky membedakan antara kesalahan berbahasa(error) dengan kekeliruan berbahasa(mistake), keduanya memang sama- sama pemakaian bentuk tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya kaidah bahasa yang benar. Sedangkan kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis, melainkan dikarenakan gagalnya merealisasikan kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan dalam berbahasa disebabkan karena faktor performansi, sedangkan kesalahan berbahasa disebabkan faktor kompetensi. Faktor performansi meliputi keterbatasan ingatan atau kelupaan sehingga menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kekeliruan ini bersifat acak, maksudnya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan dengan cara lebih mawas diri dan lebih memusatkan perhatian pada pembelajaran. Sedangkan kesalahan yang di sebabkan faktor kompetensi adalah kesalahan yang disebabkan mahasiswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan berbahasa akan sering terjadi apabila pemahaman mahasiswa tentang sistem bahasa kurang.
Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa diantaranya4 :
1. Pengertian kacau 2. Interferensi
3. Logika yang belum masak 4. Analogi
5. Sembrono
2.3 Objek Analisis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa di dalam pembelajaran bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Bahkan Tarigan (1990:67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa. Penggunaan bahasa sehari-hari tentu tidak luput dari kesalahan, dan kesalahan tersebut bervariasi.
Melalui analisis kesalahan berbahasa, dapat dijelaskan bentuk kesalahankesalahan yang dilakukan oleh siswa baik secara morfologis, fonologis, dan sintaksis yang kemudian memberikan manfaat tertentu bagi proses pengajaran bahasa. Hal ini menjadi sangat menarik ketika dalam proses pengajaran bahasa dilakukan analisis kesalahan untuk menjadi umpan balik sebagai titik tolak perbaikan dalam pengajaran bahasa dalam mencegah dan mengurangi terjadinya kesalahan berbahasa yang dilakukan para siswa.
Tarigan (1990:68) mengatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan kesalahan-kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta evaluasi taraf keseriusan kesalahan itu.
Analisis kesalahan berbahasa ditujukan kepada bahasa yang sedang dipelajari atau ditargetkan sebab analisis kesalahan dapat membantu dan bahkan sangat berguna sebagai kelancaran program pengajaran yang sedang dilaksanakan. Maksudnya,
dengan analisis kesalahan para guru dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa.
Menurut Tarigan (2011:60) para ahli linguistik, pengajaran bahasa, dan guru bahasa sependapat bahwa kesalahan bahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh siswa harus dikurangi dan kalau bisa dihapuskan. Hal ini baru dapat tercapai apabila seluk-beluk itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan inilah yang disebut analisis kesalahan
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Corder (1974) menggunakan 3(tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Sedangkan Tarigan (1997) menyebutnya dengan istilah “kesalahan berbahasa”. Lapses, Error dan Mistake adalah istilah- istilah dalam wilayah kesalahan berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:
1) Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue”
sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”.
Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
2) Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
3) Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua. Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.
2.4 Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Berbahasa
Ghufron (2015:28) menyatakan ruang lingkup analisis kesalahan adalah kesalahan sistematis yang terkait dengan kompetensi yang mencakup tataran tata bunyi (fonologi), tata bentuk kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), tata wacana dan tata makna (semantik). Pateda (1987:34) juga menyimpulkan bahwa kesalahan yang perlu dianalisis melingkupi tataran fonologi, morfologi, sintakis, dan semantik. Fonologi misalnya kesalahan yang berhubugan dengan pelafalan, morfologi misalnya kesalahan yang berkaitan dengan morfem, Sintaksis misalnya berkaitan dengan urutan kata, dan semantik misalnya kesalahan yang berkaitan dengan ketepatan penggunaan kata.Kesalahan dalam tataran fonologi hanya terjadi dalam bahasa lisan, misalnya salah dalam pelafalan, tidak terjadi dalam bahasa tulisan. Kesalahan dalam tataran morfologi yaitu kesalahan yang berkaitan dengankata. Kesalahan dalam tataran sintaksis yaitu kesalahan yang berkaitan dengan urutan kata. Kesalahan dalam tataran semantik yaitu kesalahan yang berkaitan dengan penggunaan atau makna kata.
1. Fonolog
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia.[1]. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata
2. Morfolog
Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang bagaimana sebuah kata atau terbentuknya sebuah morfem sebagai satuan gramatikal. Morfologi juga mempelajari tentang pengaruh perubahan bentuk kata terhadap artian sebuah kata. Dengan kata lain, morfologi itu mempelajari dan menganalisis struktru, bentuk dan klasifikasi kata.
3. Sintaksis
Istilah sintaksis secara langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis.
Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan bentuk-bentuk kata dan morfem. Dalam KBBI disebutkan bahwa morfologi adalah cabang linguistik tentang morfem dan kombinasinya.
4. Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (bahasa Inggrisnya Semantic).
Semantik berasal dari bahasa Yunani Sema, kata benda yang berarti “tanda” atau
“lambang”. Kata kerjanya adalah Semaino yang berarti “Menandai” atau
“Melambangkan”. Yang dimaksud lambang atau tanda di sini sebagai padanan kata semaadalah tanda Linguistik.
Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik.
Kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik tengan hal-hal yang ditandainya, atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistic yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.
2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa
Tujuan analisis kesalahan juga dikemukakan oleh Tarigan (2011:61-62) yaitu:
1. Menentukan urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sulit;
2. Menentukan urutan jenjang relatif penekanan, dan latihan berbagai hal bahan yang diajarkan.
3. Merencanakan latihan dan pengajaran remedial;
4. Memilih hal-hal bagi pengujian kemahiran siswa.
Tarigan (2011:69) mengatakan bahwa tujuan analisis kesalahan bersifat aplikatif, yakni memperbaiki dan mengurangi kesalahan berbahasa para siswa.
Tujuan tersebut ternyata mengabaikan hal yang penting, yakni penyusunan atau pengembangan teori penjelasan mengenai performansi siswa. Padahal, tujuan analisis kesalahan melalui penyeleksian, pengurutan, dan penggabungan. Hasil modifikasi tersebut diambil inti sarinya sebagai berikut: mengumpulkan data, mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, memperingkat kesalahan, menjelaskan kesalahan, memprakirakan atau memprediksi daerahatau hal kebahasaan yang rawan, dan mengoreksi kesalahan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menganalisis kesalahan yaitu pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan, penjelasan kesalahan, pengklasifikasian kesalahan, dan pengevaluasian kesalahan.
2.6 Jenis Kesalahan Berbahasa
Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga memengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan. Penyimpangan/kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Hiperkorek. Kesalahan berbahasa karena "membetulkan" bentuk yang sudah benar sehingga menjadi salah.Contoh:
utang (betul) --> hutang pihak (betul) --> fihak
2. Pleonasme. Kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya tidak diperlukan. Pleonasme ada tiga macam:
a. Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata.
zaman dahulu (benar) dahulu kala (benar)
zaman dahulu kala (pleonasme)
b. Bentuk jamak dinyatakan dua kali.
ibu-ibu (benar) para ibu (benar)
para ibu-ibu (pleonasme)
c. Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya sudah cukup jelas. Contoh: maju ke depan, kambuh kembali.
3. Kontaminasi. Istilah "kontaminasi" diambil dari bahasa Inggris
"contamination" (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan "kerancuan". Rancu artinya "kacau", dan kerancuan artinya "kekacauan".
Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk. Kata yang salah disusun menimbulkan frase/kalimat yang kacau.
Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi tumpang tindih. Contoh kontaminasi imbuhan:
(meng+kesamping+kan) --> mengesampingkan (benar) (men+samping+kan) --> menyampingkan (benar) mengenyampingkan (kontaminasi)
Contoh kontaminasi frase:
Berulang-ulang (benar) Berkali-kali (benar)
Berulang kali (kontaminasi) Contoh kontaminasi kalimat:
Anak-anak dilarang merokok. (benar) Anak-anak tidak boleh merokok. (benar)
Anak-anak dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi)
4. Perombakan Bentuk Pasif. Perombakan bentuk pasif ada tiga:
a. Pemakaian awalan di- untuk bentuk pasif yang seharusnya tidak berawalan di-. Contoh:
Buku itu dibaca oleh saya. (tidak baku) Buku itu saya baca. (baku)
b. Penghilangan awalan di- untuk bentuk pasif yang seharusnya menggunakan awalan di-. Contoh:
Buku itu dibaca oleh mereka. (baku) Buku itu mereka baca. (tidak baku)
c. Penyisipan kata di antara dua kata dari sebuah frase terikat. Contoh:
Masalah itu kami sudah bahas kemarin. (tidak baku)
Masalah itu sudah kami bahas kemarin. (baku)
d. Kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan pemakaian/penghilangan kata tugas dalam berbahasa Indonesia ada tiga macam: Ketidaktepatan kata tugas yang digunakan. Contoh:
Hasil daripada penelitian itu sangat memuaskan. (tidak tepat) Hasil penelitian itu sangat memuaskan. (baku)
e. Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan. Contoh:
Kepada mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (tidak baku) Mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (baku)
f. Penghilangan kata tugas yang diperlukan. Contoh:
Dia bekerja sesuai peraturan yang berlaku. (tidak baku) Dia bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. (baku) 6. Pengaruh Bahasa Daerah
a. Pengaruh bahasa daerah menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu pemakaian awalan ke- (yang seharusnya awalan ter-) dan penghilangan imbuhan. Contoh pemakaian awalan ke-:
ketabrak, kepukul. (tidak baku) tertabrak, terpukul. (baku) Contoh penghilangan imbuhan:
Hasil penelitiannya beda dengan hasil penelitian saya. (tidak baku) Hasil penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian saya. (baku) Pengaruh dalam susunan kalimat, penggunaan akhiran –nya.
Contoh:
Rumahnya Pak Ahmad sangat besar. (tidak baku) Rumah Pak Ahmad sangat besar. (baku)
7. Pengaruh Bahasa Asing
Pengaruh bahasa asing menimbulkan kesalahan dalam pemakaian kata tugas (kata ganti penghubung) seperti: yang mana, di mana, kepada siapa.
Contoh:
Baju yang mana baru saya beli telah sobek. (tidak baku) Baju yang baru saya beli telah sobek. (baku)
Bandung di mana saya dilahirkan sekarang sangat panas. (tidak baku) Bandung tempat saya dilahirkan sekarang sangat panas. (baku)
2.7 Daerah dan Sifat Kesalahan Berbahasa 2.7.1 Daerah Kesalahan Fonologi
Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bahasa Indonesia antara lain: fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan ituterdapat pada tataran berikut :
1. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/.
2. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/.
3. Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.
4. Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/.
5. Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
6. Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/.
7. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/.
8. Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/.
9. Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal.
10. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
11. Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/.
12. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/.
13. Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/.
14. Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/.
15. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/.
16. Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/.
17. Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/.
18. Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/.
19. Penghilangan fonem /k/.
20. Penyimpangan pemenggalan kata.
2.7.2 Daerah Kesalahan Morfologi
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi bahasa Indonesia, antara lain:
1. Salah penentuan bentuk asal.
2. Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
3. Fonem yang tidak luluh diluluhkan.
4. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng, dan nge-.
5. Perubahan morfem ber-, per-, dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-.
6. Penulisan morfem yang salah.
7. Pengulangan yang salah.
8. Penulisan kata majemuk serangkai.
9. Pemajemukan berafiksasi.
10. Pemajemukan dengan afiks dan sufiks.
11. Perulangan kata majemuk.
2.7.3 Daerah Kesalahan Sintaksis
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis, antara lain:
1. Penggunaan kata perangkai, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk.
2. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain:
a. Kalimat tidak efektif.
b. Kalimat tidak normatif.
c. Kalimat tidak logis.
d. Kalimat rancu.
e. Kalimat ambigu.
f. Kalimat pengaruh struktur bahasa asing
2.7.4 Daerah Kesalahan Semantik
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik, antara lain:
1. Akibat gejala hiperkorek.
2. Akibat gejala pleonasme.
3. Akibat bentukan ambiguitas.
4. Akibat diksi (pemilihan kata).
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis
3.1.1 Kesalahan Penulisan Huruf
Penulisan huruf besar atau huruf kapital dipergunakan untuk hal-hal berikut.
a. Awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.
Bentuk salah
(1) Dia berasal dari daerah malang selatan.
(2) Ibu bertanya,”kapan kamu pulang ke malang ?”.
Bentuk benar
(3) Dia berasal dari daerah Malang Selatan.
(4) Ibu bertanya, “Kapan kamu pulang ke Malang ?”.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan keagamaan, kitab suci, dan Tuhan termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Bentuk salah
(5) Islam, kristen, hindu, allah, yang maha pengasih, qur‟an, alkitab, weda, yang mahakuasa, tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-nya.
Bentuk benar
(6) Islam, Kristen, Hindu, Allah, Yang Maha Pengasih, Qur‟an, Alkitab,Weda,
Yang Mahakuasa, Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Walaupun berkaitan dengan ungkapan keagamaan, kata-kata seperti nabi,
rasul, surga, neraka, kiamat, setan, malaikat, awal penulisannya tetap menggunakan huruf kecil.
c. Huruf kapital depakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Bentuk salah
(7) Mahaputra yamin, sultan hasanuddin, nabi ibrahim.
Bentuk benar
(8) Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Nabi Ibrahim.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Bentuk salah
(9) Amir hamzah, dewi sartika, wage rudolf supratman, halim perdanakusuma.
Bentuk benar
(10) Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusuma.
e. Huruf kapital dipakai unruk nama bangsa, suku dan bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Bentuk salah
(11) Bangsa indonesia, tahun hijriyah, hari minggu, hari kebangkitan nasional.
Bentuk benar
(12) Bangsa Indonesia, tahun Hijriyah, hari Minggu, hari Kebangkitan
Nasional.
f. Huruf kapital dipakai untuk menulis nama resmi badan lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Bentuk salah
(13) Departemen pendidikan dan kebudayaan, dewan perwakilan rakyat, surat
perintah sebelas maret.
Bentuk benar
(14) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Perwakilan Rakyat, Surat Perintah Sebelas Maret.
3.1.2 Kesalahan Penulisan Tanda Baca Titik
Sudibyo (2014: 33) tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan suara atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
3.2 Daerah Kesalahan
3.2.1 Bidang Fonologi Pada Penulisan Huruf Kapital 1. Ibuk
2. tuhan 3. selaku
3.2.2 Bidang Fonologi Pada Penulisan Penggunaan Tanda Baca 3.3 Pembetulan Kesalahan
3.3.1 Pembetulan Kesalahan Penulisan Huruf Kapital 1. Ibu (Karena nama pengganti kehormatan)
2. Tuhan (Karena nama kehormatan) 3. Selaku (karena setelah tanda titik)
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”. Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi. Kesalahan dalam bidang morfologi relative dalam bentuk afiksasi, proses reduplikasi, dan proses pemajemukan. Menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik merupakan bagian integral dari analisis kesalahan berbahasa secara terpadu di bidang kebahasaan
Dalam segi frasa, Kesimpulan kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”. Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi. Kesalahan dalam bidang morfologi relative dalam bentuk afiksasi, proses reduplikasi, dan proses pemajemukan.
Menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik merupakan bagian integral dari analisis kesalahan berbahasa secara terpadu di bidang kebahasaan. Kesalahan yang relatif sering terjadi dalam bidang sintaksis adalah sebagai berikut.
1. Dalam segi frasa, 2. Dalam segi klausa, 3. Dari segi kalimat,
Adapun kesalahan dalam bidang semantik disebabkan pertama adanya adanya penerapan gejala hiperkoret dalam penyusunan kalimat seperti penggantian /E/ menjadi /e/, penggantian fonem /sy/ menjadi /s/, kedua adanya penerapan gejala pleonasme dalam penyusunan kalimat.
4.2 Saran
Agar dapat menganilisis dengan tepat sebaiknya kita harus memahami terlebih dahulu mengenai materi mengalisis Penulisan serta teliti dalam membaca sehingga dapat menganilisis dengan baik.
Dan besar harapan kami untuk para pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya untuk membangun makalah ini agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Jauharoti Alfin, S.Pd., M.Si. 2018 E-book: “Analisis Kesalahan Berbahasa”.
Surabaya. Link akses download:
http://digilib.uinsby.ac.id/36212/4/Jauharoti%20Alfin_Analisis
%20Kesalahan%20Berbahasa%20Indonesia.pdf . Diakses Pada Minggu 20 Desember 2020 Pukul 15.00
Indihadi, Dian. Analisis Kesalahan Berbahasa BBM 8 Kesalahan. Link akses tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/DUAL- MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBA
GAI_BAHASA_KEDUA/10_BBM_8.pdf. Diakses Pada Minggu 20 Desember 2020 Pukul 15.00.