INPUT DATA DAN GEOMETRI
(Laporan Praktikum Metode Seismik)
Oleh
Annisa Vidia Agustin 2115051063
LABORATORIUM EKSPLORASI GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2023
ii
Judul Praktikum : Input Data dan Geometri Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2023
Tempat Praktikum : Ruang 1.3 Gedung Teknik Geofisika
Nama : Annisa Vidia Agustin
NPM : 2115051063
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Geofisika
Kelompok : VI (Enam)
Bandar Lampung, 19 Oktober 2023 Mengetahui,
Asisten
Muhamad Syaihsan Isviandani NPM. 1955051009
iii ABSTRAK
INPUT DATA DAN GEOMETRI
Oleh
Annisa Vidia Agustin
Telah dilaksanakan praktikum Metode Seismik pada tanggal 10 Oktober 2023 di ruang 1.3 Gedung Teknik Geofisika. Praktikum Metode Seismik ini mengenai materi Input Data dan Geometri, dimana bertujuan untuk mengolah data dengan pengaplikasian field geometri, trace labeling dan CDP. Dalam tahapan praktikum kali ini dimulai dengan add geometri, pada flow geometri dengan parameter 2D Marine Geometry Spreadsheet, Disk Data Input, Inline Geom Header Load, dan Disk Data Output. Pada geometri yang berhasil ditandai dengan geometry matches database pada tampilan informasi dataset. Geometri dilakukan untuk mencocokan data hasil pengukuran dengan observer report sehingga dapat diolah lebih lanjut.
Adapun penyebab hasil gather miring pada perekaman titik yang sama pada CMP (Common Midpoint) adalah kecepatan gelombang dibawah permukaan bumi yang berbeda-beda pada setiap titik perekaman, variasi kepadatan bawah permukaan bumi, non-uniformity dalam kekuatan sumber getaran, dan noise yang terekam pada saat pengambilan data. Terlampir pada praktikum ini praktikan diberikan tugas untuk membuat rekaman video mengenai langkah-langkah input data geometri pada promax.
Kata kunci: Geometri, Promax, Seismik.
iv DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Praktikum ... 1
II. TEORI DASAR ... 2
III. METODE PENELITIAN ... 4
3.1 Alat dan Bahan ... 4
3.2 Diagram Alir ... 5
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 6
4.1 Hasil Pengamatan ... 6
4.2 Pembahasan ... 6
V. KESIMPULAN ... 10
DAFTAR PUSTAKA ... 11
LAMPIRAN ... 12
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Modul praktikum ... 4
2. Alat tulis ... 4
3. Laptop ... 4
4. Software promax ... 4
5. Diagram alir ... 5
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengolahan data seismik digunakan beberapa software diantaranya ProMax. ProMax adalah perangkat lunak berbasis sistem operasi Linux yang memungkinkan pemrosesan awal data seismik dalam 2D, 3D, atau 4D. Secara umum, ProMax memiliki 3 lapisan jendela, yaitu area, line, dan flows. Entri data adalah proses memformat ulang data dari format lapangan ke format perangkat lunak ProMax dan kemudian memverifikasinya melalui proses geometri. Tahap geometri digunakan untuk mengoreksi geometri agar menyesuaikan dengan kondisi lapangan pada saat pengambilan data. Dalam proses mengaplikasikan field geometri, trace labeling, dan CDP pada data seismik, harus dipastikan bahwa data yang dimasukan merupakan data mentah, harus dilakukan pencocokan dengan data penembakan dilapangan agar data yang diolah sesuai dengan geometri pada saat pengambilan data dilapangan.
Adapun tahapan dalam melakukan proses geometri adalah 2D Marine Geometry Spreadsheet, Disk Data Input, Inline Geom Header Load dan Disk Data Output. Untuk lebih mendalami pengolahan data seismik khususnya dalam hal geometri maka dilakukanlah praktikum ini.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari pengaplikasian field geometri, trace labeling dan CDP. Yang mana proses tersebut bertujuan untuk mencocokkan geometri data yang akan diolah agar sesuai dengan kondisi asli di lapangan saat melakukan akuisisi data.
II. TEORI DASAR
Gelombang seismik bersumber dari sumber seismik yang merambat menuju bidang batas lapisan, lalu gelombang dibiaskan dengan sudut datang kritis sepanjang interface. Dengan menggunakan prinsip Huygens saat interface, gelombang akan kembali menuju ke permukaan bumi dan di terima oleh geophone yang berada di permukaan. Perhitungan seismik refraksi didasarkan pada waktu yang digunakankan oleh gelombang guna merambat pada batuan menuju penerima dengan jarak tertentu. Gelombang sinyal pertama (firstbreak) dihiraukan dikarenakan gelombang seismik refraksi menjalar paling cepat dari pada gelombang lainnya kecuali pada jarak (offset) yang relatif dekat. Sehingga yang digunakan ialah waktu pertama gelombang diterima masing-masing geophone.
Kecepatan pada gelombang P lebih cepat dari pada kecepatan gelombang S yang menyebabkan waktu datang gelombang P dipergunakan dalam perhitungannya.
Pada parameter jarak dan waktu perambatan gelombang akan disambungkan terhadap cepat rambat gelombang di dalam medium. Tingginya kecepatan penjalaran gelombang sangat dipengaruhi oleh konstanta fisis yang berada di material sebagai parameter elastisitas (Nurdiyanto, 2011).
Pengolahan data seismik bertujuan untuk menghasilkan penampang seismik S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadan danbentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya. Tahapan terpenting dalam proses pengolahan data seismik yaitu dekonvolusi, stacking, dan migrasi namun ada beberapa tahap yang lain yang dapat digunakan untuk pengolahan data seismik diantaranya preprosesing, koreksi NMO, analisa kecepatan dan koreksi statik (Yilmaz, 2001).
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertantu.
Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics). Magnetik tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan format: SEG-A, SEG-B, SEG- C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi mengenai survei, project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai data itu sendiri. Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik lapangan sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. Data yang tersusun berdasarkan urutan pencuplikan disusun
3
kembali berdasarkan receiver atau channel (demultiplex). Proses ini dikenal dengan demultiplexing (Anderson, 1999).
Geometri merupakan langkah awal dalam pengolahan data seismik. Setelah melakukan Trace Display, kemudian kembali ke jendela ruang kerja FLOW untuk menambahkan processing flow yang baru. Pada tahap geometri (geometri loading) merupakan tahap dimana dilakukan proses input berbagai parameter yang digunakan saat akuisisi data dilakukan. Sebab setelah data dimasukkan ke dalam komputer untuk melakukan processing dari tape, tersebut perlu adanya data-data atau parameter seperti shot interval, near trace group, far trace group dan sebagainya (Jusri, 2005).
Proses geometri dilakukan dengan tujuan pemberian label titik koordinat pada data atau nominal geometri. Untuk membuat data sesuai dengan kondisi sebagaimana saat akuisisi dilakukan, maka dilakukan tahap geometri. Informasi mengenai geometri akan menjadi suatu identitas (header) dari trace seismik yang terekam, dan akan menjadi suatu atribut yang sangat vital dalam pengolahan data seismik pada tahapan-tahapan selanjutnya. Secara umum, dalam tahap ini harus dimasukkan semua parameter geometri lapangan yang dibutuhkan, mulai dari Setup, Auto2D, Sources, Patterns, TraceQC dan melakukan binning data. Perintah yang akan kita gunakan harus sesuai dengan jenis geometri data, berkaitan dengan zona survey akuisisi seismik yang dilakukan (Ramadhan, 2016).
Common midpoint (CMP) didefinisikan sebagai titik tengah antara source dan receiver. Metode CRS stack didasarkan pada ide dan prinsip yang sama dengan metode CMP stack. Perbedaan mendasar dari kedua metode ini adalah metode CRS menggunakan daerah stack yang berupa segmen reflektor (kumpulan beberapa CMP), sedangkan metode CMP stack hanya menggunakan satu titik CMP yang menjadi daerah stack. Dengan alasan ini, tras yang digunakan dalam proses stack dalam metode CRS menjadi lebih banyak dibanding proses CMP stack Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa refleksi yang terkumpul pada CMP gather yang berdekatan memiliki titik refleksi pada bagian reflektor yang sama. Tujuan utama dari metode CRS stack adalah untuk menentukan operator stack yang paling cocok dengan event refleksi yang sebenarnya pada data multicoverage. Untuk CRS stack, digunakan ekspansi Taylor orde dua dalam mengestimasi nilai traveltime berdasarkan ketiga atribut CRS (Mann , 2002).
III. METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut:
Gambar 1. Modul praktikum
Gambar 2. Alat tulis
Gambar 3. Laptop
Gambar 4. Software promax
5
Hasil 2D marine geometry dan CDP 3.1 Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum kali ini sebagai berikut :
Gambar 5. Diagram alir Open software ProMAX
Add data dan buat folder Geometri
Masukkan parameter geometri yaitu 2D marine geometry, disk data input, inline Geom header, disk
data output
Selesai Mulai
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil praktikum mengenai Input Data dan Geometri terdapat di lampiran.
4.2 Pembahasan
Praktikum metode seismik pada tanggal 10 Oktober 2023 mengenai Input Data dan Geometri yang dilaksanakan di ruang 1.3 Gedung Teknik Geofisika.
Praktikum kali ini diawali dengan asisten memaparkan materi mengenai cara pengolahan geometri menggunakan software promax, mulai dari input data hingga penampilan CDP nya dengan beberapa parameter diantaranya yaitu 2D marine geometry, disk data input, inline Geom header, disk data output diakhiri dengan praktikan mengerjakan soal postest dan diberikan tugas untuk membuat video mengenai pengolahan 2D marine geometry.
Pengolahan input geometri yaitu dimulai dengan membuka VirtualBox, lalu klik start yang akan menampilkan jendela promax, selanjutnya memasukkan username “root” dan password “promax”, lalu double click promax, lalu pilih run. Langkah selanjutnya pilih area “2115051063_Annisa Vidia A”, lalu pilih line 1. Setelah itu, add flows dengan format nama “2. Geometri”. Lalu pilih flows yang telah dibuat. Pada editing flow akan dimasukkan beberapa parameter atau subflow secara berurut diantaranya yaitu 2D Marine Geometry Spreadsheet, Add Flow Comment, Disk data input, Inline Geom Header Load, dan Disk data output. Selanjutnya non aktifkan Add Flow Comment, Disk data input, Inline Geom Header Load dan Disk data output dengan cara arahkan kursor ke arah subflow yang akan di non aktifkan lalu klik kanan pada mouse.
Setelah non aktifkan subflow, pada 2D Marine klik Excute dan tunggu hingga proses running selesai. Akan muncul kotak kecil dan beberapa menu, tahap awal yaitu melakukan Setup. Kemudian klik Matching pattern number in the SIN and PAT spreadsheets, dengan isian Nominal Receive bernilai 12.5, Nominal Source bernilai 25, Nominal Sail Line Azimuth bernilai 40, Nominal Source Depth bernilai 5 dan Nominal Receiver Depth bernilai 7. Setelah semua nilai terisi lalu klik OK. Tahap kedua dengan menu “Auto-2D” lalu isi nilai pada unit-unit nilai seperti yang ditentukan asisten praktikum. Tahap ketiga dengan menu “Sources” blok bagian mark block dengan cara klik kiri pada
7
tulisan mark block lalu kanan pada tabel, setelah itu pada tulisan “Source” klik tengah pada mouse, lalu akan muncul kotak melayang dan dilanjutkan dengan mengisi starting value 1.00 dan Increment 1.00. Kemudian melakukan pengisian kolom FFID lakukan hal yang sama pada kolom mark block sprti pada langkah sebelumnya, pada tulisan FFID klik tengah pada mouse, lalu akan muncul kotak melayang, dan isi starting value 1000 dan Increment 1.00.
Setelah selesai, klik menu file-save, lalu file-exit. Tahap keempat yaitu menu
“Patterns” lalu isi kolom “Src Pattern” di baris kedua dengan nilai 1, lalu klik menu file-exit. Tahap kelima yaitu menu “Bin”, pilih Assign midpoints > OK >
Processed > OK. Lalu di klik “Binning” lalu isi nilai Souce Station Tie to CIP Number dengan nilai 0, CIP Number dengan nilai 0, dan Distance Between CIP dengan nilai 6.25 dan klik ok. Lalu ubah parameter “Method” menjadi Receiver, dan isi nilai Receiver Bin 12.5 lalu klik ok. Untuk melakukan finaslisasi terhadap database, pilih menu Finalize Database, klik Ok, lalu Cancel. Tahap keenam yaitu menu “TraceQC” untuk melihat hasil geometri.
Kemudian pilih menu View > View All > XY Graph, pada kolom CDP klik kiri pada mouse dan kolom offset klik tengah mouse. Kemudian akan muncul tampilan grafik, tampilan Geometri dapat dilihat lebih detail dengan klik tombol kotak panah pada bagian kiri, lalu klik file > exit > confirm. Tahap selanjutnya, aktifkan kembali parameter yang sebelumnya dimatikan dengan klik kanan mouse, dan non-aktifkan 2D Marine. Klik tengah Disk Data Input lalu pada “select dataset” masukkan dataset SEG D. Kemudian klik tengah mouse untuk Inline Geom dan isi water velocity dengan 4860. Setelah itu, klik tengah mouse “Disk Data Output” lalu pada output dataset filename, klik invalid > add > 02. Geometry > enter. Lalu pilih 2. Geometri. Setelah semua subflow sudah terlaksanakan, pilih excute. Lalu tunggu hingga proses
“Completed”. Selanjutnya, klik tengah bagian mouse pada dataset “2.
Geometri” untuk menampilkan nilai hasil pengolahan, pastikan nilai tampilan nilai sesui yang diberikan asisten praktikum dan proses pengolahan berhasil.
Untuk bentuk geometri ini terdapat pada lampiran.
Proses geometri dilakukan dengan tujuan untuk pemberian label titik koordinat pada data atau nominal geometri. Untuk membuat data sesuai dengan kondisi sebagaimana saat akuisisi dilakukan, maka dilakukan tahap geometri.
Informasi mengenai geometri akan menjadi suatu identitas (header) dari trace seismik yang terekam, dan akan menjadi suatu atribut yang sangat vital dalam pengolahan data seismik pada tahapan-tahapan selanjutnya. Adapun tujuan lain dari pemodelan geometri yaitu bertujuan untuk memungkinkan pemodelan topografi dengan akurat, membantu memodelkan lapisan geologi yang relevan, memungkinkan penempatan yang optimal dari sensor seismik (geophone) di lapangan. Penempatan yang tepat dapat meningkatkan akurasi pengukuran seismik dan membantu dalam mendapatkan data yang berkualitas, sebagai
8
perhitungan jarak dan arah gelombang seismik dari sumber ke geophone. Ini membantu dalam pemahaman lebih baik tentang sumber gempa atau ledakan yang diamati, memahami dan mengkoreksi efek seismik yang disebabkan oleh faktor seperti variasi kecepatan gelombang seismik dalam lapisan bumi.
Analisis ini penting untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang struktur geologi di bawah permukaan.
Perbedaan dari data SEG A, SEG B, SEG C, SEG D, dan SEG Y yaitu data SEG A, SEG B, SEG C yaitu data prestacking (data sebelum diolah dan masih data mentah), Data seismik yang diproses sebelum di-stacking (penggabungan semua trace) disebut sebagai prestack data. Data ini terdiri dari sejumlah besar trace seismik yang diambil dari berbagai sudut, offset, dan orientasi, sedangkan data SEG D, dan SEG Y yaitu berupa data poststacking (data yang sudah diolah), Data seismik yang telah di-stack (digabungkan) dari berbagai trace seismik diproses setelah stacking. Data ini mewakili gambaran struktur bawah permukaan yang sudah lebih baik.
Pengukuran darat (landseismic) maupun laut (marine seismic), pada pengukuran seismik memiliki variasi yang signifikan tergantung pada berbagai faktor seperti bentangan kabel, arah gerak perekaman, posisi relatif terhadap titik tembak (source), dan jalur gelombang (raypath) yang dihasilkan. beberapa macam geometri data landdan marine seismic berdasarkan faktor-faktornya yaitu faktor pertama berupa bentangan kabel, pada landseismic terdapat dua yaitu straight-line spread yaitu kabel seismik ditempatkan dalam garis lurus tanpa variasi yang signifikan. ini sederhana dan mudah diakuisisi di daerah datar, dan zigzag spread yaitu kabel bergerak dalam pola zigzag untuk mengatasi hambatan seperti vegetasi tebal atau topografi berbukit, dan pada marine seismic yaitu streamer spread berupa kabel seismik (streamer) ditarik oleh kapal di belakangnya. streamer ini biasanya panjang dan mengapung di permukaan laut, mengukur sifat-sifat bawah laut, dan ocean bottom cable (obc) spread berupa kabel seismik ditempatkan di dasar laut. ini memberikan resolusi yang lebih baik di daerah-daerah laut yang dalam atau kompleks. faktor kedua yaitu arah gerak perekaman (survey direction) pada land seismic yaitu in-line (inline) adalah kabel seismik ditempatkan sejajar dengan arah tertentu (sering kali utara-selatan) dan data direkam sepanjang jalur tersebut, dan cross-line (crossline) yaitu kabel seismik ditempatkan tegak lurus terhadap arah in-line, sehingga menghasilkan data yang memotong jalur in-line, dan pada marine seismic in-line (inline) sama dengan land seismic, tetapi di bawah air. data direkam sepanjang jalur in-line dari arah utara ke selatan, cross-line (crossline) seperti di land seismic, data direkam sepanjang jalur yang tegak lurus terhadap in-line, menghasilkan potongan data yang melintasi jalur in-line, lalu faktor ketiga yaitu posisi relatif terhadap titik tembak (source-receiver offset) yaitu
9
near offset, receiver (geophone) ditempatkan dekat dengan titik tembak.
menghasilkan data dengan resolusi tinggi pada kedalaman dangkal, dan far offset, receiver ditempatkan jauh dari titik tembak. memberikan informasi tentang formasi geologi pada kedalaman yang lebih dalam, dan pada marine seismic near offset sama seperti di land seismic, receiver ditempatkan dekat dengan titik tembak, far offset, receiver ditempatkan jauh dari titik tembak.
data far offset membantu dalam melihat formasi geologi di bawah lapisan bawah laut yang dangkal, dan faktor terakhir yaitu raypath (jalur gelombang), direct wave (reflected wave) pada land seismic yaitu gelombang seismik mencapai receiver setelah memantul satu kali dari lapisan bawah permukaan, refraction (head wave) yaitu gelombang merambat sejajar dengan permukaan tanah sebelum memantul dan mencapai receiver, memberikan informasi tentang lapisan dangkal, dan pada marine seismic, primary reflection yaitu gelombang seismik pertama yang memantul dari lapisan bawah laut dan mencapai receiver, multiple reflection yaitu gelombang seismik yang memantul lebih dari sekali sebelum mencapai receiver. multiple reflections menciptakan tantangan dalam interpretasi karena dapat membingungkan gambaran bawah permukaan.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut :
1. Field geometri adalah pendefinisian geometri penembakan dengan acuan observer report yang ada. Trace labeling adalah proses penamaan setiap trace- trace yang berhubungan dengan shot point, posisi dipermukaan, offset, dan nomor CMP pada hasil demultiplexing. CDP (Common Deep Point) adalah pengambilan data sesimik untuk konfigurasi sumber-penerima dimana terdapat satu titik tetap dibawah permukaan bumi.
2. Beberapa parameter atau subflow pada tahapan input geometri yaitu 2D Marine Geometry Spreadsheet, Add Flow Comment, Disk data input, Inline Geom Header Load, dan Disk data output.
3. Perbedaan dari data SEG A, SEG B, SEG C, SEG D, dan SEG Y yaitu data SEG A, SEG B, SEG C yaitu data pre-stacking. Sedangkan, data SEG D, dan SEG Y yaitu berupa data post-stacking.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, N and A. Atinuke. 1999. Overview of The Shallow Seismik Reflection Technique. University of Missouri-Rolla.
Jusri, T. A. 2005. Panduan Data Seismik Menggunakan Promax. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Mann, J. 2002. Extensions And Aplication of The Common Reflection Surface Stack Method. Berlin: Logos Verlag.
Nurdiyanto, B., Drajat, N., Bambang, S., and Pupung, S. 2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik Refraksi. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika. Vol. 12 (3): 211 – 220.
Ramadhan, Faiz, D. 2016. Laporan Kerja Praktik “Pemrosesan Data 2D Marine Seismik Lapangan “X’’ Dengan Menggunakan Migrasi “Kirchhoff” Pada Software Promax”. Yogyakarta: FMIPA Universitas Gadjah Mada.
Yilmaz, O. 2001. Seismic Data Analysis Volume I. Society Of Exploration Geophysics. Tulsa.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar jawab pretest
Lampiran 2: Tugas
Nama : Annisa Vidia Agustin NPM : 2115051063
Kelompok : 6 (Enam)
Tugas BAB 2 Praktikum Metode Seismik
Membuat record video pengolahan pada Bab 2 Input Data - Geometri. Kemudia SS hasil Raw Data, model CDP Fold, dan Dataset parameter nya
Jawab:
Berikut merupakan hasil screenshot tugas kali ini
Gambar 1. Raw data
Gambar 2. CDP fold
Gambar 3. Dataset parameter