Arah x-y disebut sudut azimuth (Φ) - 0° s/d 360°
Arah x-z disebut sudut kutub (θ) - 0° s/d 180°
dA : luasan ananta kecil (infinitesimal)
Luasan ini akan dilalui daya (Pr) bila antena berada di titik asal koordinat
Di titik asal dapat dibayangkan berbagai bentuk antena (antena ideal).
Dari titik asal ke dA membentuk sudut ruang ananta kecil dΩ dengan satuan steradian (sr). dΩ=sinθ dθ dΦ.
Seluruh sudut ruang dalam permukaan bola = 4π sr.
Antena ideal memancarkan daya ke
segala arah = 4π sr.
Beam Area (Daerah Berkas)
Yaitu seluruh sudut ruang yang dilalui daya.
Pn : Pola radiasi daya ternormalisasi
Untuk menentukan besarnya sudut ruang dapat dipakai titik daya paro (half power point).
sr )
, θ (
2
0 0
A
Pn d2 2
2
2 2
2 2
derajat 41253
derajat 9
, 41252 )
derajat 3282,8064
( 4 sr 4
derajat 3282,8064
derajat rad 180
1 sr 1
HP HP
A
θ
Intensitas Radiasi
Daya yang diradiasikan antena per sudut ruang disebut intensitas radiasi, U (W/sr).
Pola daya ternormalisasi dapat dinyatakan sebagai rasio intensitas radiasi U(θ,Φ) sebagai fungsi sudut terhadap nilai maksimumnya :
S : vektor pointing (w/m2)
maxmax
,
, ,
, ,
S S U
P
nU
Efisiensi Berkas (Beam Efficiency)
Daerah berkas,Ω
A/ sudut ruang berkas
terdiri dari daerah berkas utama, Ω
M( main beam area ) dan daerah kuncup minor, Ω
m( minor lobe area ), sehingga :
Ω
A= Ω
M+ Ω
m
Efisiensi berkas, ε
M:
A M M
Stray factor, Ω
m:
Dan ε
M+ ε
m=1
A m
m
Perarahan/ Directivity
Perarahan antena, D adalah perbandingan intensitas radiasi maksimum (daya per sudut ruang), U(θ,Φ)max dengan intensitas radiasi rata- rata Urata2.
Pada antena isotropis daya ke segala arah sama besar sehingga
Ω
A = 4π, karena itu untuk antena isotropis D=1. Semakin kecil sudut ruang, semakin besar perarahan, D
Nilai perarahan, D ≥ 1
A rata
rata S
S U
D U
, , 4
2 max 2
max
Secara pendekatan D dapat dihitung :
Perarahan juga dapat dihitung secara eksak, yaitu bila persamaan pola radiasi U(θ,Φ) diketahui
o o
o o
41000 41253
4 4
HP HP
HP HP
HP HP
A
D
Perolehan, Gain
Ada 2 definisi perolehan : 1.
Sebagai acuan biasanya antena dipole ½ λ
2.
Hubungannya dengan perarahan, D G = k D
k : faktor efisiensi antena 0 ≤ k ≤ 1
berhubungan dengan rugi-rugi ohmic pd antena yg akan membuat panas struktur antena
acuan antena
dari radiasi
Intensitas
antena subject
the of
maksimum radiasi
Intensitas
G
sama daya
dg masukan diberi
yg ideal antena
radiasi Intensitas
subyek antena
maksimum radiasi
Intensitas G