• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apa yang kami pikirkan.docx

N/A
N/A
Toko Adhyaksa

Academic year: 2023

Membagikan " Apa yang kami pikirkan.docx"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

“Apa yang kamu pikirkan?”

“Pertanyaanmu susah.”

“Susah bagaimana? Kamu cukup jabarkan satu per satu, segampang itu.”

Dengan satu dengusan singkat sarat amarah, dunia mereka lalu bertukar.

(2)

“Bodoh, bodoh, bodoh…. Bangsat, Biadab…”

Ia tidak sadar mengumpat di tengah garbing kereta yang ramai pada jam berangkat kerja. Semua orang lalu memandangnya seolah ia adalah wanita gila yang tidak sengaja terikut dalam arus penumpang pejuang rezeki. Beberapa mendelik marah menatap jijik.

Lebih banyak lagi yang tampak tersinggung. Tapi mayoritas melihatnya seolah ia membawa barang beracun yang akan membunuh mereka semua di dalam gerbong.

“Maaf Pak, Maaf Bu. Ini temen saya yang bodoh. Bukan Bapak sama Ibu. Maaf ya.”

Ujarnya sambil menunjukkan percakapan pada layar handphone yang ia pegang.

Pengumuman terdengar dari pengeras suara kereta membuat penumpang lain tidak lagi tertarik dengan penjelasan perempuan muda itu. Bergegas meninggalkan gerbong seakan tidak terjadi apa-apa.

Tanpa rasa malu, perempuan itu dengan kelincahan tingkat tinggi bergegas mencari tempat duduk yang kosong. Ia tak peduli dengan lautan manusia yang baru saja naik dan menjejali gerbong tempat ia sedang berada.

“Gila banget sih, masa gitu aja gak beres…” Dengan cekatan, tangannya mengetik bak kilat. Menjelaskan setiap langkah sedetail mungkin untuk dilakukan oleh orang lain yang berada di sambungan lain dari komunikasi handphonenya.

Ia lalu menatap jam di sudut layer, memastikan bahwa ia belum terlambat untuk tiba di tempat yang sedang ia tuju.

“Masih aman…” Batinnya.

Ia lalu kembali meletakkan handphonenya dan sadar akan perasaan bahwa ia sedang diperhatikan secara seksama oleh seseorang. Seseorang yang membuatnya merasa tidak nyaman, namun pada saat yang sama juga memberikan perasaan terlindungi.

(3)

Matanya lalu mencoba menyapu secara sekilas manusia-manusia lain di gerbong itu.

Mencoba mencari arah dan posisi dari perasaan yang ia coba tebak. Namun, nihil tak ada.

Tidak sepasang pun mata yang melihat ke arahnya. Semua orang sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

“False alarm maybe….”

Ia lalu memejamkan mata, mencoba sejenak mengistirahatkan tubuhnya setelah berdiri selama kurang lebih satu jam. Tetapi perasaan diawasi masih terus membayangi pikirannya.

Ini bukan pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Ia pun selalu percaya pada instingnya seratus persen. Tak pernah keliru. Ia hanya perlu menajamkan kembali focus pikirannya.

Pesan dari rekan kerjanya telah membuat konsentrasinya sempat buyar. Kini, ia harus mengulang kembali semuanya dari awal.

Tarik nafas perlahan, hembuskan pelan-pelan.

Tarik nafas perlahan, hembuskan pelan-pelan.

Tarik nafas perlahan, hembuskan pelan-pelan.

Ia lalu segera membuka mata dan menatap lurus tepat ke arah yang ia rasa benar.

Dan nalurinya sekali lagi tidak membuatnya kecewa. Seorang pria paruh baya sedang melihatnya dengan tatapan aneh. Aneh yang membuatnya merasa geli.

Ia bergegas memperbaiki posisi duduknya dan meletakkan tas yang ia bawa di depan tubuhnya. Sebisa mungkin menutup setiap jengkal dari badannya.

Tak jauh dari tempatnya duduk, seorang pemuda berkacamata hitam terus memperhatikan. Tubuhnya seperti seseorang yang sedang tidur, tetapi setiap indranya ia

(4)

pasang dalam mode siaga. Seperti seekor singa yang sedang memantau, ia terus waspada dengan setiap perubahan pergerakan mangsa yang ia sedang awasi.

Ia menyadari bahwa perempuan itu sadar ia sedang diawasi. Sikap tubuhnya yang langsung seperti menutup diri dengan memasang perisai dari tas kanvas, kepala tertunduk dengan mata yang yang begitu focus terarah, tangan yang terkepal erat.

Syukurlah ada pria paruh baya yang menghalangi dirinya untuk langsung terlihat.

Namun ia tidak ingin gegabah. Satu kekeliruan kecil, atau kesalahan sepele, maka seluruh pengintaian yang ia lakukan akan menjadi sia-sia. Itu artinya, semua harus kembali dimulai dari awal. Jauh ke permulaan.

(5)

“Tugas kamu cukup mudah. Kamu Cuma perlu ikuti satu orang. Perhatikan setiap gerak-geriknya. Catat di dalam kepala kamu. Buat dalam bentuk yang runut dan sistematis.

Kita perlu informasi yang sedetail mungkin tentang dia. Paham?”

Orang yang sedang ditanya memgangguk singkat.

“Pokoknya, kita harus punya data yang cukup dan komprehensif. Paham?”

Ia lalu mengangguk kembali.

“Jangan sampai ada yang terlewat, biarpun Cuma sedikit. Ingat itu.”

Ia lalu mengangguk kembali dengan mantap. Walaupun sebenarnya matanya sedang tertuju pada liur pria itu yang tidak sengaja terciprat di lensa kacamata yang yang ia gunakan. Tapi ia tetap mencoba mengontrol diri.

Biar bagaimana, tugas ini penting. Walaupun terdengar remeh, tetapi penjelasan awal yang ia terima telah menyatakan bahwa misi yang akan ia emban adalah sesuatu yang menjadi prioritas utama saat ini.

Dan hanya dirinya yang dianggap mampu untuk menjalankan ini semua.

“Pokoknya jangan sampai ketahuan. Kamu jangan menghubungi kita di sini. Kami yang akan kontak ke kamu. Semua hasil pengamatan kamu, wajib hukumnya untuk disampaikan ke kami.”

Ia lalu mengangguk lagi. Tangannya lalu terjulur untuk mengambil amplop di cokelat yang terletak di atas meja.

“Semua dokumen yang kamu butuhkan, profil target kamu, dan penjelasan lain sudah disiapkan di dalam situ. Kamu tinggal pelajari kembali. Dan tenang, begitu kamu selesai, semua data penting itu akan hilang tak bersisa. Paham?”

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Perspektif orientasi pengguna merupakan prioritas utama bagi Perpustakaan Usakti, sedangkan sasaran strategi yang menjadi prioritas utama pada perspektif ini adalah

Perspektif orientasi pengguna merupakan prioritas utama bagi Perpustakaan Usakti, sedangkan sasaran strategi yang menjadi prioritas utama pada perspektif ini adalah

Musik Wagner mendapatkan suatu tempat utama dalam sejarah musik Romantik, bahkan opera Wagner menjadi acuan awal perkembangan musik film, dengan tema yang besar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dimensi koleksi, digital natives di universitas yang diteliti menyatakan bahwa buku berkualitas menjadi prioritas utama diikuti

Program prioritas diartikan sebagai penjabaran pelaksanaan Misi dalam pelaksanaan Visi yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Kependudukan

Prinsip proposionalitas diimplemantasikan dengan batasan, penduduk sipil mendapat prioritas utama dalam perlindungan, penggunaanya harus dengan kendali manusia

Hasil  pengolahan  vertikal  prioritas  alternatif  strategi  diperoleh  strategi 

Untuk itu perlu dilakukan perancangan jaringan distribusi.Tujuan utama dari perancangan jaringan distribusi adalah untuk mengetahui prioritas wilayah distribusi dan prioritas