APLIKASI ANDROID DIAGNOSA PENYAKIT BIPOLAR DISORDER MENGGUNAKAN METODE FORWARD
CHAINING
Yohanes Nur Eko Prasetyo1, Dwiza Riana2, Mayya Nurbayanti Shobary3
1Universitas BSI, Indonesia, E-mail : [email protected]
2Universitas BSI, Indonesia, E-mail : [email protected]
3Universitas BSI, Indonesia, E-mail :[email protected]
Abstrak : Bipolar disorder atau yang sebelumnya dikenal sebagai manik depresif adalah kondisi kesehatan mental yang meliputi perasaan (mood) pada seseorang yang ditandai dengan episode depresi dan mania secara berulang. Permasalahan yang akan dibahas yaitu bagaimana merancang mobile aplikasi untuk mendiagnosa penyakit bipolar disorder. Metode yang digunakan dalam merancang aplikasi ini menggunakan Forward Chaining. Perancangan sistem dan perangkat lunak ini meliputi Analisa Kebutuhan Aplikasi, Analisa Kebutuhan Software, Unified Modeling Language, dan perancangan interface. Implementasi sistem dan bahasa pemograman dilakukan dengan menggunakan Android Studio dan Java. Dari penelitian yang dilakukan menghasilkan perangkat lunak tentang “Aplikasi Android Diagnosa Penyakit Bipolar Disorder Menggunakan Metode Forward Chaining” yang dapat merepresentasikan pengetahuan manusia dalam bentuk sebuah alat. Sistem ini dapat mendiagnosa 2 jenis gangguan bipolar disertai dengan informasi yang terkait dengan penyakit tersebut. Untuk kedepannya diharapkan sistem ini bisa dikembangkan dalam bentuk web.
Kata kunci : android, forward chaining, gangguan perasaan, bipolar disorder
Abstract : Bipolar disorder, previously known as manic depression, is a common, lifelong, mental health condition characterised by recurring episodes of depression and mania. It is associated with significant impairment. Issues to be discussed how to design mobile application to diagnose bipolar disorder disease. The method in designing this application using Forward Chaining. The design of this system and software includes Application Requirement Analysis, Software Requirement Analysis, Unified Modeling Language, and Interface Design. Implementation of system and programming languages is done by using Android Studio and Java. From research conducted to produce software about "Android Diagnosis Application of Bipolar Disorder Disease Using Forward Chaining Method" which can represent human knowledge in the form of a tool.
This system can diagnose 2 types of bipolar disorder accompanied by information related to the disease. For the future is expected this system can be developed in the form of web.
Keyword : android, forward chaining, mood disorder, bipolar disorder
1. Pendahuluan
Gangguan perasaan atau suasana hati dikelompokkan atas depresi yaitu gangguan perasaan yang diwarnai dengan perasaan sedih, rendahnya keinginan, dan mania yaitu perasaan yang kebalikannya, sangat bergembira, semangat yang berlebihan.
Kedua gangguan perasaan ini, depresi dan mania disebut dengan bipolar. Bi artinya dua dan polar berarti kutub (Panggabean, 2015).
seseorang yang menderita gangguan
bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis.
Seiring dengan berkembangnya zaman, peran teknologi informasi menjadi bagian penting dalam kehidupan di masyarakat. Semua bidang membutuhkan teknologi informasi baik hukum, ekonomi, perbankan dan kesehatan. Salah satu penerapan teknologi yang dapat digunakan yaitu pemograman mobile android, yaitu
pembuatan aplikasi berbasis android yang berjalan pada perangkat bergerak seperti handphone atau tablet (Rahmanti, 2016).
Tujuan dilakukannya diagnosa ini adalah untuk membantu mendiagnoasa penyakit bipolar disorder dengan menggunakan metode forward chaining berbasis android, agar pengguna dapat mendeteksi penyakit bioplar dengan memanfaatkan fasilitas android pada smartphone sebelum konsultasi ke psikolog ataupun psikiater
2. Metode Penelitian 2.1. Algoritma
Algoritma merupakan kumpulan Instruksi yang terdefinisi langkah demi langkah secara baik dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Suprapto, 2008).
Terdapat dua metode inferensi dalam algoritma berbasis aturan yang menyediakan mekanisme fungsi berfikir dan pola-pola penalaran sistem yang akan digunakan (Merliana, 2012).
1. Metode ini akan menganalisis masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik.
2. Metode ini akan memulai pelacakannya dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta- fakta yang ada dalam basis data.
Pendekatan metode inferensi yang digunakan pada pembuatan skripsi ini adalah model inferensi pelacakan kedepan (forward chaining).
2.2. Forward Chaining
Menurut (Giarattano 2005), dalam kutipan nya menyebutkan Forward chaining (runut maju) merupakan suatu penalaran yang dimulai dari fakta untuk mendapatkan kesimpulan (conclusion) dari fakta tersebut.
Forward chaining bisa dikatakan sebagai strategi inference yang bermula dari sejumlah fakta yang diketahui. Pencarian dilakukan menggunakan rules yang premisnya cocok dengan fakta yang diketahui tersebut untuk memperoleh fakta baru dan melanjutkan proses hingga goal yang dicapai atau hingga sudah tidak ada rules lagi yang premis nya cocok dengan fakta yang diketahui maupun fakta yang diperoleh.
Forward chaining bisa disebut juga pendekatan data-driven yang dimulai dari informasi yang tersedia atau dari ide dasar kemudian mencoba menarik kesimpulan.
Data-Aturan-Kesimpulan.
A = 1 IF A = 1 AND B = 2
B = 2 THEN C = 3 C = 3 Contoh:
IF Akar tanaman rusak
AND Terdapat telur-telur ulat pada reremputan
THEN Terserang hama ulat grayak Forward chaining digunakan jika:
1. Banyaknya aturan berbeda yang dapat memberikan kesimpulan yang sama.
2. Banyak cara untuk mendapatkan konklusi.
3. Benar-benar sudah mendapatkan berbagai fakta, dan ingin mendapatkan konklusi dari fakta-fakta tersebut.
Adapun tipe sistem yang dapat digunakan untuk pelacakan forward chaining, yakni:
1. Sistem yang direpresentasikan dengan satu atau beberapa kondisi.
2. Untuk setiap kondisi, sistem mencari rule-rule dalam knowledge base untuk rule-rule yang berkorespondensi dengan kondisi dalam bagian if.
3. Setiap rule dapat menghasilkan kondisi baru dari konklusi yang diminta pada bagian then. Kondisi baru ini dapat ditambahkan ke kondisi lain yang sudah ada.
4. Setiap kondisi yang ditambahkan ke sistem akan diproses. Jika ditemui suatu kondisi, sistem akan kembali ke langkah 2 dan mencari rule-rule dalam knowledge base kembali. Jika tidak ada konklusi, maka sesi ini akan berakhir.
2.3. Pengujuan Aplikasi
Pengujian sistem dengan tujuan untuk menghindari kesalahan sebelum sistem diterapkan. Sebelum program diterapkan di dalam perusahaan, sistem yang baru dikembangkan harus benar-benar teruji.
Dicapai dengan menggunakan strategi uji yang direncanakan dan data yang realistis, sehingga seluruh proses pengujian yang ketat dan metode dilakukan..
Sumber : Arhami (2005:20)
Gambar 2.1. Proses Forward Chaining
Menurut Nidhra dan Dondeti (2012:56), pengujian software adalah teknik yang sering digunakan untuk verifikasi dan validasi kualitas suatu software. Pengujian software adalah prosedur untuk eksekusi sebuah program atau sistem dengan tujuan untuk menemukan kesalahan.
Pengujian software merupakan proses verifikasi dan validasi apakah software memenuhi requirement dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang ditemukan saat eksekusi program.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. UML (Unified Modelling Language) UML (Unified Modeling Language) adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang berparadigma berorientasi objek. Pemodelan (modeling) sesungguhnya digunakan untuk penyederhanaan permasalahan- permasalahan yang kompleks sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami (Nugroho, 2010:6).
UML terdiri dari diagram, notasi, konsep dan aturan yang dipakai dalam memodelkan sistem. Diagram UML terdiri dari 13 jenis diagram yang memiliki fungsi dan notasi masing-masing, berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa diagram UML:
3.1.1. Use Case Diagram
Use Case Diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sistem.
Pada diagram ini, yang ditekankan adalah apa yang diperbuat oleh sistem, dan bukan bagaimana. Fungsi dari diagram ini adalah menggambarkan kebutuhan sistem dari sudut pandang pengguna yang memfokuskan pada proses komputerisasi.
Use Case Diagram terdiri dari Use Case, Actors dan Relationship.
1. Activity Diagram
Activity Diagram Menggambarkan urutan aktifitas dalam proses. Struktur activity diagram ini mirip dengan flowchart pada perancangan strukturnya. Penggunaan activity diagram ini bermanfaat untuk
memodelkan sebuah proses untuk membantu memahami proses secara keseluruhan. Berikut ini merupakan activity diagram dari pemrograman mobile yang akan dibuat :
a. Activity Diagram Diagnosis
2. Sequence Diagram
Sequence Diagram menggambarkan interaksi antar objek didalam dan disekitar sistem (termasuk pengguna, user interface, dan display). Diagram sequence bisa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu.
Dengan pseudocode untuk rancangan algoritma nya seperti dibawah ini:
Rule 1: IF jenis gejala GK1 AND GK2 AND GK3 AND GK4 AND GK5 AND GK6 AND GK7 AND GK8 AND GK9 AND GK10 THEN diduga mengidap bipolar episode depresi.
Gambar 3.1. Use Case Diagram
Gambar 3.2. Activity Diagram Diagnosis
Gambar 3.3. Sequence Diagram Diagnosis
Gambar 3.4. Pohon Pakar episode depresi
Tabel 3.1. Gejala Bipolar Episode Depresi
No Gejala Kode
Gejala 1 Perasaan atau mood menurun hampir sepanjang hari,
hampir setiap hari
GK1
2 Menurunnya minat atau kesenangan GK2
3 Penurunan berat badan yang bermakna (>5% dalam sebulan) atau menurunnya maupun meningkatnya nafsu makan
GK3
4 Sulit tidur atau sebaliknya mengantuk (insomnia atau hipersomnia) hampir setiap hari
GK4 5 Banyak gerak atau sebaliknya malas bergerak (agitasi
atau retardasi psikomotor)
GK5
6 Lelah atau hilang energi GK6
7 Perasaan tidak berarti atau rasa bersalah yang tidak sesuai atau berlebihan
GK7 8 Menurunnya kemampuan berfikir atau berkonsentrasi
atau keragu-raguan
GK8
9
Pikiran berulang mengenai kematian, gagasan bunuh diri berulang tanpa suatu rencana spesifik atau upaya bunuh diri atau suatu rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri
GK9
10 Melakukan tindakan yang menyiksa diri sendiri GK10
3.2. Implementasi
Pada tahap implementasi ini menggambarkan tampilan dari aplikasi mobile android sistem pakar diagnosa penyakit bipolar disorder yang di implementasikan pada handphone android .
Pada halaman utama, terdapat lima pilihan menu yang bisa diakses oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan. Yang selebihnya bisa digunakan untuk diagnosa awal penyakit bipolar.
3.3. Testing
Testing atau pengujian sistem merupakan hal yang paling penting yang bertujuan untuk menemukan kesalahan- kesalahan atau kekurangan-kekurangan pada aplikasi yang akan diuji. Pengujian bermaksud untuk mengetahui aplikasi yang dibuat memenuhi kinerja sesuai dengan tujuan perancangan aplikasi tersebut.
Terdapat dua pengujian aplikasi, Black Box dan White Box. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengujian Black Box Testing.
3.3.1. Pengujian Black Box
Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui setiap event yang berada dalam program sesuai proses yang tepat dan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, Sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan yang di harapkan dan mewakili setiap langkah yang telah di proses. Berikut pengujian Black Box Aplikasi pemrograman mobile diagnosis penyakit bipolar berbasis android yang telah penulis buat.
Gambar 3.4. Halaman Utama
Sumber : Soban dan Umair, 2015 Gambar 3.5. Contoh Black Box
Tabel 3.2. Pengujian Black Box
No Skenario Uji Test Case Hasil yang
diharapkan Keterangan 1 Tampil Menu
Home
Menampilkan Halaman utama
Tampil
Halaman Utama Valid 2 Memilih
diagnosis
Menampilkan Pertanyaan gejala, hasil dan diagnosis
Tampil form prtanyaan,hasil dan
diagnosis
Valid
3 Memilih Tentang
Menampilkan Textview tentang
aplikasi
Tampil informasi
Tentang Aplikasi Valid
4
Memilih tips
Menampilkan textview mengenai
tips pengobatan bipolar
Tampil informasi tentang tips pengobatan bipolar
Valid
4. Kesimpulan
1. Aplikasi diagnosa penyakit bipolar disorder ini merupakan langkah awal dalam membantu seseorang untuk mengidentifikasi ganguan perasaan bipolar disorder sebelum dilakukan pemeriksaan oleh psikolog atau psikiater.
2. Aplikasi ini memberikan kemudahan bagi psikiater atau psiklog karena aplikasi ini menggunakan perangkat mobile sehingga bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang jauh lebih efisien dan efektif.
Referensi
Adi, N. (2010). Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek Dengan Metode USDP (Unified Software
Development Process).
Yogyakarta: Andi.
American Psychiatric Association. (2013).
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (5th ed.). America: American Psychiatric Publishing.
Kusrini. (2008). Konsep dan Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan . Andi.
Marwaha, S., & Bebbington, P. E. (2014, November). Adult Psychiatric Morbidity 2014. APMS 2014.
Nidhara, S. d. (2012). Blackbox and Whitebox Testing Technique- A Literature Review. 2.
Paryati. (2015, November). APLIKASI FARMAKOTERAPI SISTEM
PAKAR. Seminar Nasional
Informatika 2015 (semnasIF 2015).
Pressman, R. S. (2012). Rekayasa Perangkat Lunak (7 ed.). Andi.
Raharjo, J. D., Damiyana, D., & Supardi.
(2016, Maret). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Dengan.
JURNAL SISFOTEK GLOBAL, Vol.6 No.1.
Safaat, N. (2014). Android Revisi Kedua, Pemograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android. Bandung.
Yamudaha, M., Oktaviani, F., & Taufik, R.
R. (2015, September 2).
Komunikasi Psikiater dan Pasien Penderita Bipolar. Jurnal Ilmu Komunikas (J-IKA), Vol.2.