© 2023 Jurnal Studi Budaya Nusantara - SBN All rights reserved
APRESIASI DAN KREASI SENI RUPA NUSANTARA SEBAGAI PENDORONG KECINTAAN TERHADAP BUDAYA NUSANTARA BAGI SISWA SEKOLAH
INDONESIA RIYADH ARAB SAUDI
Ponimin1, Satriya Nugroho2, Okta Viviana Asmi Nusantari3
1Dosen Departemen Seni Dan Desain FS Universitas Negeri Malang [email protected]
2 Guru Sekolah Indonesia Riyadh, Kedutaan Besar RI Riyadh Arab Saudi [email protected]
3 Magister Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM [email protected]
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel:
Diterima November 2022 Disetujui Mei 2023 Dipublikasikan Juni 2023
Kecintaan terhadap budaya Nusantara harus tetap ditumbuhkan kepada setiap warga negara Indonesia. Hal ini untuk memperkuat jati diri mereka sebagai bangsa Nusantara agar tidak tercerabut dari akar budayanya. Hal tersebut juga tidak terkecuali kepada para siswa- siswi Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) di Arab Saudi. Strategi untuk memberi dorongan rasa cinta tersebut diantaranya melalui kegiatan apresiasi seni dan kreasi seni terhadap seni budaya Nusantara kepada mereka dengan cara seperti yang dilaksanakan pada program pengabdian masyarakat luar negeri LPPM Universitas Negeri Malang. Untuk mencapai hasil kegiatan tersebut diterapkan metode workshop dan pelatihan yang meliputi metode: (1) Presentasi ceramah dengan menanaman wawasan kepada siswa SIR (Sekolah Indonesia Riyadh, (2) Metode demonstrasi berkreasi seni rupa Nusantara, (3) Diskusi dan evaluasi terhadap hasil kegiatan dan pelaksanaan kegiatan, (4) Analisis hasil kegiatan apresiasi dan kreasi seni rupa Nusantara yang telah dilakukan siswa sebagai sasaran program. Hasil kegiatan ini diharapkan para siswa memiliki pemahaman tentang pentingnya mencintai melalui tindakan apresiasi dan kreasi seni budaya Nusantara sebagai warga Indonesia. Pada sisi lain mereka memiliki kemampuan dan pengalaman teknis dalam berkreasi, khususnya bidang seni rupa Nusantara yang dicapai melalui kegiatan pelatihan berkreasi seni rupa.
Kata Kunci: Sekolah Indonesia Riyadh (SIR), Apresiasi seni, dan Kreasi seni
Abstract
A sense of love, belonging and pride in the culture of the Nusantara must still be grown in every Indonesian citizen. This is to strengthen their identity as a Nusantara nation so as not to be uprooted from their cultural roots. This is also no exception for the students of the Riyadh Indonesian School (SIR) in Saudi Arabia. The strategies to encourage this sense of love, belonging and pride include art appreciation activities and art creations for the Nusantara's cultural arts to them in a way that is implemented in the overseas community service program from LPPM State University of Malang. To achieve the results of these activities such as workshops and training methods are applied which include the following methods: (1) The presentation with the theme of fostering insight to SIR students (Sekolah Indonesia Riyadh), (2) The Demonstration method for creating Nusantara fine arts, (3) Discussion and evaluation of the results of activities and implementation of activities, (4) Analysis of the results of appreciation activities and creations of Nusantara fine arts that have been carried out by students as program targets. The results of this activity are expected that the students will have an understanding of the importance of loving through the act of appreciation and creation of Nusantara cultural arts as Indonesians.
On the other hand, the students have the ability and technical experience in creating, especially in the field of Nusantara fine arts which is achieved through training activities to create fine arts.
Keywords : Indonesian School Riyadh (SIR), Art Appreciation, and Art Creation
PENDAHULUAN
Penanaman sikap cinta terhadap Nusantara wajib ditumbuhkan pada setiap warga negara Indonesia, dari segala usia, suku bangsa dan di mana pun dia berada. Hal ini sebagai pendorong kepedulian mereka dalam menjaga dirinya sebagai bangsa yang memiliki karakter ke-Nusantara-an untuk selalu mencintai tanah airnya (Hariyono, 2017). Budaya Nusantara merupakan produk kreasi bangsa yang tersebar di berbagai kawasan bumi Indonesia, dan wajib menjadi bagian dalam berbangsa dan bernegara. Budaya tersebut dihasilkan serta digunakan oleh bangsa Indonesia secara turun-temurun dalam kehidupan sehari-hari sebagai bangsa yang memeiliki karakter budaya ketimuran (Suryadi, 2022). Budaya tersebut baik yang terkait dengan kebutuhan spiritual atau religi, maupun kebutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini termasuk juga kegiatan kreatif seni rupa dan hasil kreatifnya (Hariana & Sufri, 2019).
Seni Rupa telah menjadi bagian kehidupan budaya bangsa Indonesia, dan sudah berlangsung saat masyarakat Indonesia berkehidupan budaya primitif, tradisional, modern, hingga sekarang. Aspek-aspek teknis terkait misalnya dalam menghasilkan suatu produk seni rupa yang penggunan material dari lokal Nusantara. Teknik penggarapan karya yang terkadang memiliki aspek filosofis pembentukan karakter bangsa. Oleh karean pada teknik penggarapan seni rupa tersebut mengajarkan tentang ketekunan dalam berkreasi seni, ketelitian dan kecermatan. Pada aspek bentuk karya juga terkadang memiliki nilai filosofis, karena bentuk-bentuk karya seni rupa nusantara tidak hanya diciptakan untuk keindahan visual semata, tetapi juga mengadung nilai filosofis kebaikan dan keburukan. Hal tersebut selanjutnya penting untuk dipahamkan kepada generasi bangsa sebagai tuntunan amaupun tatanan berkehidupan (Budi Setyaningrum, 2018).
Aspek nilai, bentuk dan proses penggarapan seni rupa Nusantara penting untuk dipahami dan ditanamkan pada generasi berikutnya agar mereka tidak tercerabut dari akar budayanya sebagai bangsa Nusantara yang berkarakter. Penanaman nilai-nilai yang terkandung pada seni rupa Nusantara terhadap generasi bangsa dapat dimaknai sebagai pembentukan karakter mereka yang tetap menghargai karya atau budaya bangsanya (Hudayana, 2021) (Guntur, 2016). Hal ini dapat dicapai melalui pemahaman tentang nilai yang ada pada kandungan seeni budaya seni rupa, bentuk estetika karya seni rupa, dan melakukan kegiatan berkreasi seni rupa Nusantara melalui kegiatan belajar berapresiasi dan berkreasi seni yang diberikan pada berbagai jenjang pendidikan serta tidak memandang tempat dan waktu (Oetojo & Lestari, 2019).
Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) yang dikelola oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Riyadh Arab Saudi merupakan lembaga pendidikan resmi yang menaungi pelaksanaan pendidikan formal dari mulai TK hingga SMA. Lembaga tersebut melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar yang berlangsung di Kota Riyadh. Para peserta didik dan
pendidiknya berasal dari Indonesia. Peserta didik umumnya berasal merupakan putra-putri dari para pekerja migran yang tinggal disekitar Riyadh Arab Saudi. Pada sisi lain terdapat dari mereka yang memang lahir di Arab saudi, akan tetapi tetap sebagai warga negara Indonesia.
Oleh karena itu, lembaga Sekolah ini memiliki tanggung jawab kepada pesrta didiknya, dalam membangun karakter bangsa di kawasan tersebut. bentuk tanggung jawab penanaman karakter dapat dicapai melalui proses pendidikan mereka di Sekolah Indonesia Riyadh (Karmedi et al., 2021).
Luasnya tanggungjawab terhadap lembaga pendidikan dalam membentuk karakter bangsa tersebut, maka pentingnya dalam proses pembelajaran dengan materi yang menguatkan muatan pembentukan karakter bangsa. Hal tersebut dengan pada capaian pendidikan ke peserta didik agar tetap memiliki kecintaan terhadap Nusantara sebagai jati dirinya (Karmedi et al., 2021). Tentu saja dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang tidak dapat dihindari, karena terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga pendidik yang memiliki kemampuan didalam melaksanakan tersebut (Malyana, 2020). Dalam hal ini guru seni budaya memiliki peran penting dalam pembentukan karakter tersebut. Yakni dapat dilakukan melalui penyampaian materi pembelajaran tentang seni budaya Nusantara kepada para siswa.
Terbatasnya kemampuan guru seni budaya telah diamati oleh tim pelaksana program pengabdian masyarakat luar negeri LPPM UM 2022 melalui wawancara kepada kepala Sekolah SIR dan guru seni budaya di Sekolah tersebut. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan, mereka berharap ada pihak lain untuk dapat membantu dalam proses pembelajaran Apresiasi Seni Dan Kreasi Seni Rupa (Budi Setyaningrum, 2018; Hariana &
Sufri, 2019). Mereka berharap ada pihak lain untuk membantu pengembangan materi pembelajaran seni budaya di sekolahnya. Baik melalui pembelajaran daring maupun luring oleh pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap hal tersebut (Syelitiar & Putra, 2021).
Oleh karena itu, melalui program pengabdian masyarakat luar negeri LPPM Universitas Negeri Malang telah merealisasikan program tersebut melalui program kerjasama dalam bentuk workshop dan pelatihan apresiasi dan kreasi seni Nusantara untuk para siswa di Sekolah Indonesia Riyadh. Hal ini sebagai bentuk kepedulian lembaga LPPM Universitas Negeri Malang dalam memecahkan persoalan masyarakat, utamanya pelaku pendidikan di Lembaga milik kedutaan besar Republik Indonesia di Riyadh. Tim pelaksana dalam program ini adalah para dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang apresiasi dalam bidang seni rupa yakni kompetensi pengkajian dan penciptaan karya seni. Kompetensi tersebut untuk diimplementasikan kepada para peserta workshop atau pelatihan. Tentu saja pelaksanaannya dengan melakukan kesepakatan kerjasama antara Lembaga SIR dan LPPM Universitas Negeri Malang.
METODE
Metode pelaksanaan kegiatan apresiasi dan kreasi merupakan cara untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada lembaga Sekolah Indonesia Riyadh. Dalam penyelenggaraan materi pembelajaran bidang apresiasi dan kreasi seni rupa kepada siswa dan guru di Lembaga tersebut dilakukan oleh tim pelaksana program Pengabdian Masyarakat Luar Negeri LPPM UM 2022. Untuk mencapai hal tersebut metode yang diterapkan dengan menggunakan metode workshop dan pelatihan. Metode tersebut meliputi: (a) Pemaparan materi tentang seni rupa Nusantara oleh tim pelaksana program pengabdian masyarakat luar negeri, (b) Demonstransi atau peragaan berkreasi seni rupa Nusantara yang dilakukan oleh tim pelaksana dan diajarkan ke siswa, (c) Diskusi, tanya jawab dan evaluasi dari hasil pelaksanaan program untuk mendapatkan umpan balik, (d) Analisis, evaluasi dan rancangan tindak lanjut dari hasil kegiatan. Pelaksanaan program dilakukan secara daring menggunakan zoom dan google meet (Hariana & Sufri, 2019).
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Gambaran SIR (Sekolah Indonesia Riyadh) sebagai Masyarakat Sasaran Program dan Rancangan Program.
Siswa dan guru Sekolah Indonesia Riyadh merupakan putra-putri warga negara Indonesia yang tinggal di Kota Riyadh dan sekitarnya. Orang tua mereka umumny sebagai pekerja migran ataupun para pegawai kedutaan besar RI di negara tersebut. Para siswa umumnya putra-putri dari para pekerja rumah tangga atau perusahaan serta pegawai pemerintah di kedutaan Republik Indonesia yang tinggal selama mengikuti orang tua mereka.
Mereka selama tinggal di negara tersebut, tentu saja terjauhkan dari kehidupan sosial yang nyata seperti di Indonesia (Al-Thamari et al., 2020). Pola perilaku sosial budaya selama tinggal di negara tersebut, tentu banyak mendapat pengaruh budaya dari negara tersebut ataupun negara asing. Pengaruh tersebut baik baik terkait berkehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan seni budaya. Dengan berkembangnya arus informasi dan komunikasi tentu saja pengaruh budaya dari asing semakin sulit dikendaikan. Sehingga budaya yang mempengaruh tersebut dapat mendorong dirinya kurang mengenal, bahkan terlupakan sebagai bangsa Indonesia yang memiliki karakter ketimuran dan berkebudayaan Nusantara (Arwansyah et al., 2017).
Para guru seni budaya dalam pengajaran tersebut tentu juga memiliki keterbatasan dalam menanamkan materi yang dapat mendorong kecintaan budaya Nusantara melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah. Hal ini karena terbatasnya waktu dan kemampuan guru dalam menguasai materi seni budaya yang begitu luas. Oleh karena itu, diperlukan pihak lain yang dapat membantu dalam memecahkan persoalan strategi pembelajaran maupun pengembangan isi materinya (Carabine, 2013). Pengembangan isi materi tersebut agar para siswa tetap memperoleh pemahaman dan penanaman sikap cinta
seni budaya Nusantara. Penguatan isi materi dharapkan dapat sebagai pendorong dalam membentuk jati diri siswa sebagai bangsa Indonesia, meskipun mereka jauh dari tanah air Indonesia (Archer et al., 2015). Tentu saja dalam pencapaian ini tidak cukup dengan materi yang sifatnya apresiasi. Akan tetapi juga perlu melalui materi yang bersifat kreasi seni. Yakni kegiatan pembelajaran kepada para siswa dengan materi pelatihan berkreasi seni dan workshop berkarya seni rupa. Kegitan belajar seni yang bersifat terlibat aksi kreatif dalam berkarya seni, dapat mendorog mereka melatih kreatifitas dalam menghasilkan produk seni rupa (Mumtaz Begum Aboo Backer et al., 2019).
Melalui program pengabdian masyarakat luar negeri LPPM Universitas Negeri Malang, tim pelaksana program telah melakukan kegiatan apresiasi dan kreasi seni rupa Nusantara melalui program pelatihan dan workshop secara daring. Adapun pelaksana program adalah dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang apreasiasi dan kreasi seni rupa Nusantara. Pelaksanaannya dilakukan mengikuti jam mata pelajaran seni budaya di Sekolah tersebut, sebagai sasaran program adalah para siswa dan guru seni budaya.
Sebelum pelaksanaan program berlangsung, tim pelaksana telah melakukan analisis situasi untuk mendapatkan gambaran kondisi dari pembelajaran seni budaya di Sekolah tersebut.
Gambaran kondisi tersebut diperoleh melalui wawancara terhadap manajemen Sekolah dan guru seni budaya setempat. Inti dari gambaran kondisi di lapangan, bahwa mereka memerlukan pihak lain yang memiliki kompetensi dalam menyampaikan materi terkait penanaman kecintaan terhadap budaya Nusantara melalui program pembelajaran seni budaya di sekolahnya.
b. Pelaksanaan Program Apresiasi dan Kreasi Seni Rupa Nusantara Bagi sekolah Indonesia Riyadh (SIR) Arab Saudi
Penyampaian Materi apresiasi dan kreasi seni rupa bagi siswa dan guru di Sekolah Indonesia Riyadh penting untuk direalisasikan, guna menanamkan rasa cinta terhadap budaya Nusantara. Keterlibatan siswa dalam kegiatan ini dilakukan melalui pembelajaran teoritis tentang apresiasi seni dan kegiatan kreatif berkarya seni, khususnya berkarya seni rupa Kriya. Penanaman rasa memiliki terhadap budaya Nusantara tersebut dapat didekatkan melalui kedua materi tersebut. Oleh karena dengan apresiasi seni maka mereka memperoleh pemahan tentang seni budaya Nusantara. Sedangkan melalui kegiatan kreasi seni, maka mereka memperoleh pengalaman teknis secara langsung tentang proses produksi seni budaya (Mumtaz Begum Aboo Backer et al., 2019).
Apresiasi seni merupakan bagian kegiatan pembelajaran untuk menanamkan pengetahuan tentang bentuk seni, makna seni, dan teknik seni yang ada di Nusantara.
Sedangkan kreasi seni adalah kegiatan berkarya seni bagi siswa untuk menanamkan kemampuan berkreasi secara aktif melalui kegiatan belajar yang bersifat aksi atau demonstratif (Lanang Jelantik, 2017). Dalam pelaksanaannya, tim pelaksana program terlebih
dahulu menyampaikan paparan kebudayaan nusantara dengan segala keunikannya yang meliputi bentuk, teknik penggarapan, dan filosofis yang terkandung didalamnya. Pada pelaksanaan tersebut, siswa menyimak dan memperhatikan dengan penuh kesungguhan.
Pada kegiatan kreasi, para siswa menyimak tim pelaksana dalam memperagakan cara membuat karya seni rupa, selanjutnya mereka mempraktikannya dengan diarahkan guru dan tim pelaksana (Hariana & Sufri, 2019).
Gambar 1. Para siswa Sekolah Indonesia Riyadh mengikuti program apresiasi dan kreasi seni yang disampaiakan tim pelaksana dari dosen seni rupa UM, pada program pengabdian masyarakat luar
negeri secara Daring.
Semangat siswa dalam mengikuti kegiatan ditunjukkan melalui aktivitas mereka dalam kegiatan kreatif berkarya dengan hasil yang baik. Serta pengajuan pertanyaan dan diskusi setelah tim pelaksana melakukan pemaparan materi apresiasi seni dan kreasi seni rupa tersebut. Penyampaian materi oleh tim pelaksana dengan menggunakan media yang menarik dan demonstrasi berkarya dapat mendorong minat mereka (Kusnawan, 2021). Penyampaian materi tersebut dengan media digital multimedia pdan praktik langsung di hadapan mereka.
Pada penyampaian materi disertai dengan penjelasan-penjelasan teknisnya dapat mendorong siswa lebih antusias. Fungsi media videografi dengan isi materi ragam bentuk budaya Nusantara dapat mendorong semangat mereka dalam mendiskusikan tentang keunikan kebudayaan Nusantara tersebut (Cahyani et al., 2021). Kekritisan dalam diskusi ditunjukan melalui pengajuan pertanyaan tentang esensi ragam seni rupa Nusantara yang tersebar diberbagai kawasan ketika. Oleh tim pelaksana dicontohkan melalui tayangan video tersebut. Ragam seni budaya rupa Nusantara yang memiliki filosofis untuk fungsi spiritual maupun fungsi fisikal ataupun seni rupa fisik untuk fungsional praktis dalam kehidupan, menarik bagi mereka untuk didalami. Pada penyampaian materi kreasi seni, tim pelaksana
memaparkan kemudian mendemonstrasikan tentang teknik pembentukkan karya seni rupa masa lalu, bentuk seni rupa Nusantara, dan makna dari seni rupa terebut, serta mencontohkan proses produksinya (Lanang Jelantik, 2017).
Pada aspek lain pembelajaran yang bersifat demonstratif berkarya seni rupa Nusantara sangat menarik untuk mereka ketahuai dan lakukan. Oleh karena mereka dapat mengamati dan merasakan langsung secara teknis bagaimana karya seni rupa Nusantara diproduksi / dikreasi oleh leluhur mereka. Serta seni rupa hasil produksi oleh bangsa kita dapat dipakai oleh masyarakat yang memproduksinya maupun masyarakat penggunanya (Ponimin
& Guntur, 2020). Dalam proses pembelajaran seni rupa nusantara peserta didik juga diberikan wawasan tentang ragam seni budaya nusantara yang bersifat atraktif maupun artefak. Penyampaian materi dilakukan melalui media power point, videografi, dan contoh demonstratif lainnya. Penyampaian materi dalam bentuk media power point berisi tentang penjelasan atau uraian ragam budaya Nusantara yang meliputi presentasi bentuk, presentasi teknik, teknik penggarapan yang dilakukan oleh berbagai pelaku produsen seni budaya nusantara duberbagai kawasan. Isi dari media pembelajaran ini untuk mendorong para siswa memiliki pengetahuan, wawasan, dan cinta terhadap apa yang telah dipelajari (Lanang Jelantik, 2017). Melalui media tersebut untuk merangsang pikiran mereka tentang pentingnya memahami bentuk, teknik, dan makna yang terkandung dalam ragam seni budaya tersebut.
Sebagai contoh, ketika ditayangkan tentang bentuk-bentuk seni kriya tekstil Nusantara yang berupa seni batik, seni keramik, seni wayang, seni tenun dan yang lainnya.
Mereka akan tumbuh pemikiran untuk memahami lebih dalam terhadap apa yang telah dilihatnya melalui media pembelajaran yang berupa media gambar maupun vidiografi tersebut. Ketika disela-sela proses pembelajaran, juga diadakan diskusi. Pada proses diskusi tersebut mereka antusias ingin mengetahui lebih dalam tentang seni budaya tersebut. Yakni ditunjukkan dengan pengajuan-pengajuan pertanyaan yang mengacu pada apa yang telah dilihatnya melalui tayangan media pembelajaran. Dengan demikian, apresiasi seni yang diterapkan dalam seni budaya tidak hanya untuk menanamkan pengetahuan, wawasan, tetapi juga untuk menumbuhkan empati terhadap seni budaya Nusantara dikalangan para siswa (Sukadari et al., 2015). Hidup diperantauan yang jauh dari kondisi nyata seperti di Indonesia, tentu saja membuat mereka menjadi bertanya-tanya tentang kondisi seni budaya yang sebenarnya di Indonesia. Maka melalui pembelajaran apresiasi dapat merangsang imajinasi mereka tentang keragaman seni budaya yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter bangsa.
c. Proses dan Hasil Karya Siswa Sekolah Indonesia Riyadh Melalui Program Kreasi Seni Rupa Nusantara
Tindakan kreasi dalam menghasilkan suatu karya seni merupakan bentuk dari sebuah aksi kreatif yang ditumbuhkan melalui adanya imajinasi dan kegiatan kreatif sebagai sarana
mengekspresikan apa yang dialami oleh seorang kreator. Dalam proses pembelajaran kreasi seni memiliki peran penting pada peserta didik dalam menumbuhkan imajinasi yang dinyatakan melalui ungkapan bentuk karya seni. Tentu saja dalam proses kreatif ini siswa tidak hanya mendapatkan aspek pengetahuan dari apa yang telah dilakukan. Akan tetapijuga mendapatkan pengalaman teknis ketika dia melakukan proses kreatif tersebut. dalam proses pembelajaran seni kegiatan kreasi juga tidak hanya untuk mendapatkan pengalaman teknis kepada peserta didik, tetapi juga untuk menumbuhkan empati terhadap apa yang dia pahami tentang berkarya seni sebagai bagian dari mencintai seni budaya (Syamsuddin, 2019).
Gambar 2. Ketua pelaksana (Ponimin dosen seni rupa UM) mendemonstrasikan teknik menggambar ornamen pada benda hias bentuk dasar silinder kepada siswa SIR, yang disampaikan dari studio
Kreasi kriya Nusantara di Batu Malang secara daring.
Melalui program pembelajaran berkreasi dengan sasaran siswa Sekolah Indonesia Riyadh yang diadakan oleh tim LPPM UM dalam kegiatan pengabdian masyarakat luar negeri tidak hanya bertujuan untuk menanamkan pengalaman teknis berkreasi seni kepada siswa.
Akan tetapi, juga untuk menumbuhkan empati kepada siswa tentang teknik berproduksi seni rupa nusantara. Keterlibatan siswa dalam proses berkreasi seni yang dicapai melalui pembelajaran ini, akan berdampak pada pembangunan skill motorik dan emosional (Hariana
& Sufri, 2019). Karena penerapan pembelajaran demonstratif ini, adalah menekankan kreativitas siswa dan kepedulian siswa untuk berkarya secara langsung dengan arahan guru maupun tim pelaksana program pengabdian masyarakat LPPM UM. Tentu saja pengalaman langsung yang diperoleh dalam proses kreasi ini akan melekat pada pikiran dan hatinya. Oleh karena mereka mengalami secara nyata dalam proses kreasi. Dalam proses pembelajaran pentingnya penerapan metode ini sebagai bagian dari pendorong menumbuhkan kecintaan mereka terhadap seni budaya Nusantara.
Gambar 3. Seni Ornamen berupa gambar sketsa karya siswa SMA Sekolah Indonesia Riyadh kelas XII hasil kegiatan berkreasi seni rupa Nusantara melalui program daring bersama narasumber tim
dosen Seni Rupa UM.
Dalam proses pembelajaran tersebut, peran tim pelaksana dan guru seni budaya menjadi penting, karena akan menjadi model dalam proses kreasi seni mereka. Penumbuhan empati terhadap nusantara dapat dilakukan melalui proses kreasi ini dengan tema-tema budaya lokal sebagai ide berkreasi seni. Tentu saja dalam proses pembelajaran, guru dan tim pelaksana program memberikan contoh terlebih dahulu dengan cara mendemonstrasikan cara membuat karya seni budaya yang berbasis budaya lokal nusantara. Selanjutnya para siswa mendemontrasikan dengan arahan tim pelaksana dan guru melalui program pendampingan berkreasi. Dalam proses ini tentu terjadi dialog, diskusi yang terkait dengan aspek teknis berkarya dan aspek isi dari karya tersebut (Lanang Jelantik, 2017).
Sebagai contoh, ketika siswa dicontohkan tentang pentingnya melakukan kegiatan kreatif pembuatan karya seni batik. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut diterapkan dengan model pembelajaran kreasi, yang dimulai dari demonstrasi oleh tim pelaksana program, kemudian siswa mengikutinya. Pada pelaksanaan kegiatan kreatif dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Tim pelaksana memberikan contoh persiapan bahan yang digunakan dalam proses kreatif dan menjelaskannya dari bahan-bahan tersebut. Dalam hal ini adalah persiapan bahan kain, warna, peralatan melukis batik, dan teknis penggarapan batiknya. (2) Tim pelaksana dan guru mencontohkan cara membuat gambar desain motif batik pada permukaan kain. (3) Proses penuangan ide motif kedalam permukaan kain dengan menggunakan canting malam untuk membentuk motif. (4) Proses pewarnaan kain batik menggunakan teknit colet warna. (5) Melorotkan malam batik untuk menimbulkan motif pada permukaan kain (Ponimin & Triyono, W, 2020).
Setelah proses demonstrasi selesai, selanjutnya para siswa mengikuti langkah- langkah tersebut secara nyata dan mengacu pada apa yang mereka lihat. Proses pembelajaran model terlibat atau berkreasi secara langsung dapat menumbuhkan gairah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan tercapainya pembelajar. Hal ini karena
model pembelajaran terlibat sebagai bagian dari bentuk kegiatan kreatif siswa dalam menumbuhkan imajinasi dan sikap berkreasi (Malyana, 2020). Oleh karena itu, melalui program pembelajaran seni budaya Nusantara, yang diterapkan dalam program ini peserta didik sangat antusias ketika diajak kegiatan berkreasi seni. Penumbuhan rasa cinta terhadap Nusantara tidak hanya dapat dicapai melalui apreasiasi dan juga kreasi seni. Melalui pembelajaran tersebut capaian materi ke siswa sasaran ketika model pembelajaran apresiasi dan kreasi seni ini diterapkan dengan mengacu kepada kemampuan dan mengalaman siswa serta penggunaan media yang relevan (Syamsuddin, 2019).
d. Analisis dan Evaluasi Hasil
Untuk meningkatkan kepedulian bangsa terhadap kecintaannya Nusantara harus ditanamkan sejak dini tentang wawasan kebangsaan melalui berbagai strategi. Hal ini sebagai bentuk kepedualian mereka terhadap negerinya meskipun mereka jauh dari tanah air (Hariyono, 2017). Rasa cinta terhadap kenusantaraan ini, juga harus ditumbuhkan dengan berbagai cara yang memungkinkan mereka dapat menerapkannya sesuai dengan kondisi dan situasi mereka (Lanang Jelantik, 2017). Terutama bagi masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri memiliki kerawanan terhadap lunturnya kecintaan terhadap seni budaya Nusantara karena aspek sosial pembentuk karakter dirinya berbeda ketika mereka berada secara langsung di tanah air Indonesia. Demikian juga mereka tentu akan lebih mudah terpengaruh budaya yang mereka akrabi setiap hari di luar negeri. Sehingga apa yang ada di Indonesia dapat terlupakan karena mereka tidak mengenal dan memahainya.
Sekolah Indonesia Riyadh merupakan lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Riyadh Arab Saudi. Lembaga ini, selain bertujuan untuk mendidik putra putri generasi bangsa yang berada di Arab Saudi, juga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter mereka sebagai bangsa Indonesia yang harus tetap mencintai Nusantara, meskipun mereka jauh dari tanah airnya. Proses belajar mengajar di Sekolah ini juga dilakukan seperti yang ada di Indonesia baik kurikulum maupun proses pembelajarnnya (Sukadari et al., 2015). Tentu saja dalam proses pembelajaran tersebut, terdapat beberapa kendala untuk menanamkan tujuan pendidikan yakni agar siswa tetap mencintai nusantara sebagai bagian dari kehidupan bangsanya. Oleh karena itu, dengan terbatasnya fasilitas untuk menanamkan hal tersebut melalui program pengabdiam masyarakat luar negeri yang dilaksanakan oleh LPPM UM, adalah bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan kecintaan para siswa kepada tanah airnya. Kegiatan tersebut dilakukan melalui bentuk pengabdian apresiasi dan kreasi seni berbasis nusantara bagi siswa (Kusnawan, 2021). Kegiatan ini memiliki peran penting selain untuk mendukung pembelajaran pada mata pelajaran seni budaya di sekolah tersebut, juga penanaman sikap cinta Nusantara melalui kegiatan apresiasi dan kreasi seni. Yakni kegiatan pembelajarannya melalui program
daring. Penyampaian materi oleh tim pelaksana program yang memiliki potensi dalam bidang seni rupa. Dalam pelaksanaannya, tim pelaksana didukung oleh lembaga Sekolah Indonesia Riyadh melalui kepala sekolah dan guru pengampu mata pelajaran seni budaya.
Pada pelaksanaannya dengan penyampaian materi oleh tim pelaksana tentang ragam Seni budaya Nusantara. Adapun materi pembelajarn berupa materi ragam bentuk, jenis, dan makna seni rupa Nusantara (Dharsono, 2016). Penyampaian materi tentang ragam budaya Nusantara seni rupa dilakukan melalui media power point, videografi dan demonstrasi proses pembentukan seni. Keterlibatan dan semangat para siswa selama mengikuti program adalah bentuk tumbuhnya kecintaan mereka terhadap Nusantara yang harus tetap dijaga. Pada penyampaian materi yang bersifat kreatif, tim pelaksana menyampaikan materi dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan secara online (Cahyani et al., 2021). Pada penyajian materi tersebut diantaranya meliputi cara pembuatan ornamen nusantara pada benda guci terakota, pembentukan karya keramik, pembentukan ornamen Nusantara dan pembuatan karya seni rupa yang lainnya. Untuk menanamkan aspek teknis dalam seni yang dipahamkan oleh siswa dilakukan dengan model demonstratif, juga dikombinasi dengan diskusi dan tanya jawab.
Selama peroses berlangsungnya kegiatan, banyak hal yang dapat digali dari sini sebagai bahan pengembangan lebih lanjut. Diharapkan dengan kegiatan ini selain memicu tumbuhnya dan kuatnya rasa cinta siswa terhadap Nusantara, pada sisi lain juga memberikan pengalaman teknis berkreasi seni kepada siswa yang jauh dari tanah air Indonesia (Kusnawan, 2021).
SIMPULAN
Kegiatan apresiasi dan kreasi seni bagi siswa Sekolah Indonesia Riyadh memiliki peran penting untuk memberikan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman teknis dalam berkreasi seni berbasis seni Nusantara. Para peserta didik umumnya merupakan putra putri pekerja migran yang lahir disana tetapi masih menjadi warga negara Indonesia. Akan tetapi mereka ada yang tidak pernah mengalami tinggal di kawasan Nusantara dan belum perna melihat secara langsung suatu seni budaya Nusantara diproduksi. Dalam pelaksanaan pelatihan atau workshop tentang materi seni budaya telah dilakukan selama beberapa kali pertemuan melalui program pengabdian masyarakat luar negeri oleh LPPM UM.
Penyampaian materi melalui program daring tidak menjadi kendala. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak Univeristas Negeri Malang dengan Sekolah Indonesia Riyadh Arab Saudi. Melalui program tersebut, tim pelaksana yang memiliki potensi dalam bidang seni budaya khususnya seni rupa, telah menyampaikan materi yang berisi materi ragam seni budaya Nusantara khususnya seni rupa kriya. Isi materi juga dikelompokkan kedalam dua yakni materi yang bersifat apresiasi seni dan kreasi seni. Selama proses pelaksanaan program, tidak ada kendala yang berarti meskipun dilaksanakan secara
daring. Dorongan semangat siswa dalam mengikuti program ini menunjukkan, bahwa mereka sangat berminat dalam mengikuti program tersebut dan berharap ada program lanjutan.
Sekolah Indonesia Riyadh sebagai mitra program telah memfasilitasi tim pelaksana yang terkait dengan proses pembelajaran hybrid tersebut. Yakni dengan menyiapkan ruangan dan fasilitas lain yang dibutuhkan selama proses penyelenggaraan. Melalui program ini, diharapkan ada tindak lanjut dalam menguatkan caaian ini. Bentuk program dalam penguatan sikap siswa terhadap kecintaan budaya Nusantara dengan model pembelajaran dan materi yang lebih menarik. Sehingga semangat untuk menanamkan sikap cinta kepada Nusantara bagi semua Bangsa Indonesia, harus tetap ditumbuhkan dimana pun mereka berada.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Thamari, F., Al-Zadjali, Z., & Al-Mamari, B. (2020). Multiculturalism and Cultural Identity in Art Production. Open Journal of Social Sciences, 08(11), 159–173.
Archer, S., Buxton, S., & Sheffield, D. (2015). The effect of creative psychological
interventions on psychological outcomes for adult cancer patients: A systematic review of randomised controlled trials: CPIs for cancer patients: a review. Psycho-Oncology, 24(1), 1–10.
Arwansyah, Y. B., Suwandi, S., & Widodo, S. T. (2017). Revitalisasi Peran Budaya Lokal Dalam Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). 6.
Budi Setyaningrum, N. D. (2018). Budaya Lokal Di Era Global. Ekspresi Seni, 20(2), 102.
Cahyani, A., Munastiwi, E., & Mahdi, N. I. (2021). Strategi Kreatif Guru Seni Budaya Di Tengah Pandemi Covid-19. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 3(3), 1357–1364.
Carabine, J. (2013). Creativity, Art and Learning: A Psycho-Social Exploration of Uncertainty. International Journal of Art & Design Education, 32(1), 33–43.
Dharsono. (2016). Kreasi Artistik: Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni, Karang Anyar. LPKBN Citra Sains.
Guntur. (2016). Metode Penelitian Artistik (2nd ed.). ISI Press.
Hariana & Sufri. (2019). Metode Pembelajaran Seni Budaya Dapat Meningkatkan Minat Belajar Siswa Smk Negeri 2 Kota Gorontalo (Studi Kasus Kelas X Multimedia 2).
Seminar Nasional Teknologi, Sains Dan Humaniora 2019 (SemanTECH 2019), 352–
357.
Hariyono, H. (2017). Sejarah Lokal: Mengenal yang Dekat, Memperluas Wawasan. Sejarah Dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 11(2), 160–166.
Hudayana, B. (2021). Pengembangan Seni-Budaya sebagai Penguatan Identitas Komunitas Kejawen dan Santri di Desa pada Era Reformasi. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 5(1), 1–17.
Karmedi, M. I., Firman, F., & Rusdinal, R. (2021). Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Selama Pandemi Covid-19. Journal of Education Research, 2(1), 44–46.
Kusnawan, H. (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Seni Budaya Siswa Kelas IX melalui Model Project Based Learning. Jurnal Pendidikan Indonesia Gemilang, 1(1), 7–12.
Lanang Jelantik, I. G. (2017). Membangun Karakter Berbasis Pendidikan Seni Budaya di Sekolah. Mudra Jurnal Seni Budaya, 31(2). https://doi.org/10.31091/mudra.v31i2.29 Malyana, A. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Daring Dan Luring Dengan Metode
Bimbingan Berkelanjutan Pada Guru Sekolah Dasar Di Teluk Betung Utara Bandar Lampung. Pedagogia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Indonesia, 2(1), 67–76.
Mumtaz Begum Aboo Backer, Aboo backer, m. B., mohd noh, h., school of the arts,
Universiti Sains Malaysia, Malaysia, Yaacob, H., & School of the Arts, Universiti Sains Malaysia, Malaysia. (2019). The Process of Creating the Script for the Performance of,
“Bermulanya Di Sini…Kedah Tua.” Wacana Seni Journal of Arts Discourse, 18(Suppl.
1), 11–17.
Oetojo, J. O., & Lestari, A. N. (2019). Karakter Simbolik Opera Wayang Potehi Pada Budaya Peranakan Dalam Penciptaan Desain Motif Pakaian Kontemporer. Gestalt, 1(1), 59–
76.
Pelaksana, T. (n.d.). Pelatihan Model Pembelajaran Kalam Berbasis Phonetic Accuracy Untuk Meningkatkan Kemahiran Berbicara Guru Madrasah Aliyah Se Kabupaten Malang. 24.
Ponimin & Guntur. (2020). Expressing the Robustness of Love in Ceramic Art: A Creative Approach Study. ANASTASIS Research in Medieval Culture and Art, VII,(2), 285–
306.
Ponimin & Triyono, W. (2020). Batik Lereng Gunung Welirang: Alam Sebagai Sumber Kreasi Ragam Motif Batik. In Batik Lereng Gunung Welirang: Alam Sebagai Sumber Kreasi Ragam Motif Batik (Vol. 1, p. XX–182). UM Penerbit & Percetakan.
Sukadari, S., Suyata, S., & Kuntoro, S. A. (2015). Penelitian Etnografi Tentang Budaya Sekolah Dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 3(1), 58–68.
Suryadi. (2022). Implementasi Pendidikan Karakter dan Nilai Religius Siswa Melalui Seni Budaya Debus Banten.
Syamsuddin, S. (2019). Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Pendidikan Seni Budaya Di Man 1 Palu. Guru Tua : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(1), 29–36.
Syelitiar, F., & Putra, A. (2021). Systematic Literatur Review: Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Daring. Sepren, 2(2), 23–31.