• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aqiqah merupakan kewajiban yang dibebankan kepada orang tua bayi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Aqiqah merupakan kewajiban yang dibebankan kepada orang tua bayi"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Masyarakat juga memiliki alternatif untuk melakukan aqiqah setelah meninggal atau aqiqah sendiri setelah dewasa. Tidak sedikit orang yang juga bingung dengan permasalahan pelaksanaan aqiqah di atas, seperti bolehkah melakukan aqiqah setelah meninggal, tetap memiliki nilai aqiqah atau sedekah, boleh atau tidaknya sampai dewasa sekalipun. , karena aqiqah adalah kewajiban orang tua terhadap anak.

Pertanyaan Penelitian

Berbagai permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat judul “PERMASALAHAN IMPLEMENTASI AQIQAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM” (Di Sadar Sriwijaya Kecamatan Bandar Sribhawono).

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan khasanah keilmuan, khususnya di bidang hukum Islam, khususnya hukum tentang problematika pelaksanaan aqiqah dari perspektif hukum Islam. Penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam sesuai dengan ketentuan syariat yang berlaku bagi orang tua yang akan melakukan aqiqah bagi anaknya, serta mengetahui sejauh mana problematika pelaksanaan aqiqah yang terjadi di masyarakat.

Penelitian Relevan

Penelitian di atas membahas apakah aqiqah diperbolehkan setelah hari utama aqiqat, yaitu hari ketujuh setelah lahir. Dari permasalahan yang dibahas, terdapat persamaan hakiki yaitu pembahasan penerapan aqiqat setelah hari ketujuh kelahiran.

Landasan Teori

Aqiqah

  • Pengertian Aqiqah
  • Dasar Hukum Aqiqah
  • Aqiqah Menurut Hukum Islam

Bahwa Nabi SAW memerintahkan untuk menamai anak itu pada hari ketujuh setelah kelahirannya, membersihkan kotorannya dan menyembelih hewan tersebut”. dia dan menyembelih hewan itu".

Problematika Pelaksanaan Aqiqah

  • Aqiqah setelah Meninggal Dunia Menurut Ulama

Pendapat kedua: Ibnu Hazmi mengatakan bahwa aqayah untuk bayi harus dilakukan bahkan jika bayi meninggal, baik sebelum atau setelah hari ketujuh kelahirannya. Pendapat ketiga: Ulama mazhab Maliki mengatakan bahwa tidak disunnahkan aqiqah bayi jika bayi tersebut meninggal sebelum hari ketujuh kelahirannya. Pemikiran pertama: Ibnu Hazm mengatakan bahwa aqiqah bayi harus dilakukan meskipun bayi tersebut meninggal, baik sebelum atau setelah tujuh hari kelahirannya.

Artinya : Dari Aisyah Radiallahu „Anha bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi SAW, “Ibuku meninggal mendadak dan aku menduga jika dia berbicara dia akan bersedekah. Apakah dia mendapat pahala jika saya bersedekah (atas namanya)? Menurut Mazhab Hanafi, melakukan aqiqah setelah kematian tidak wajib dan tidak sunnah, tetapi sebagai anjuran biasa atau mubah.

Metodologi Penelitian

Jenis dan Sifat Penelitian

Sumber Data Penelitian

Sumber data primer adalah “sumber informasi langsung kepada pengumpul data.55 Sumber primer adalah data utama dalam suatu penelitian. Sumber primer adalah mereka yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data.56 Dalam penelitian ini, sumber data primer diperoleh melalui wawancara. Data primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan 4 orang warga yang melakukan aqiq baik secara anumerta maupun dirinya sendiri saat dewasa, salah satu dari 4 orang tersebut merupakan tokoh agama di daerah tersebut.

Tokoh agama yang menjadi data primer peneliti adalah orang yang menjadi rujukan masyarakat dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan agama dan dianggap oleh masyarakat sebagai seseorang. Selain itu, tokoh agama yang dimaksud peneliti adalah orang yang diserahi penyembelihan hewan aqiqah bagi siapa saja yang ingin melaksanakannya, juga sebagai pimpinan jamaah dan majelis taklim di lingkungannya. Sumber data sekunder yang dimaksud peneliti disini adalah data yang tidak dapat memberikan informasi langsung kepada pengumpul data, seperti melalui dokumen, orang lain, dan sebagainya.

Tekhnik Pengumpulan Data

Antaranya ialah: Kitab Al-Fiqh Islam Wa Adillatuh karangan Wahbah Zuhaili, Ensiklopedia Aqiqah karangan Husmuddin bin Musa „Afanah, Kitab Bulughul Maram karangan Syeikh Ibnu Hajar Al-Ashqalani, Kitab Al-Majmu‟ Syarh Al-Muhadzab karangan oleh Imam Nawawi dan begitu juga ramai lagi. Temu bual merupakan satu bentuk komunikasi lisan, jadi sejenis perbualan yang bertujuan untuk mendapatkan maklumat.59 Dalam temu bual, soalan dan jawapan diberikan secara lisan. Temu bual selalunya dijalankan antara dua orang, tetapi boleh juga ditemu bual oleh dua atau lebih orang pada masa yang sama.

Teknik wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dari sumber data primer yang diperlukan untuk penelitian, wawancara akan dilakukan dengan informan, untuk mendapatkan informasi tentang masalah pelaksanaan Aqiqah dari perspektif hukum Islam, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa warga yang melakukan aqiqah seperti yang dijelaskan pada judul, serta melakukan wawancara dengan tokoh agama yang melakukan aqiqah bahkan setelah meninggal dan sering menawarkan aqiqah kepada masyarakat. Dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat data yang terkumpul sebagai bukti nyata untuk mendapatkan data yang maksimal sesuai kebutuhan.

Tekhnik Analisis Data

Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti di Desa Sadar Sriwijaya Kecamatan Bandar Sribhawono Lampung Timur terhadap 5 orang warga yang melakukan aqiqah, dimana salah satunya adalah tokoh agama di desa setempat dan 3 diantaranya melakukan aqiqah setelah meninggal dunia baik aqiqah maupun aqiqah. untuk bayi yang meninggal atau aqiqah untuk orang tua dari orang yang telah meninggal, dan kemudian aqiqah orang lain setelah dewasa. Latar belakang problematika pelaksanaan aqiqah tersebut di atas adalah tidak adanya biaya untuk pelaksanaan aqiqah tepat waktu dan orang tua yang tidak dapat mengajar diri sendiri atau mengajar anak-anak mereka seumur hidup. Menurut MU, sebagai tokoh agama, beliau mengatakan, “Masalah aqiqah yang muncul di Desa Sadar Sriwijaya adalah aqiqah setelah meninggal, baik aqiqah untuk orang tua dan bayi, dan ada juga aqiqah untuk dirinya sendiri.

Menurut S mengatakan bahwa : “Saya aqiqah kepada kedua orang tua saya yang meninggal dunia, karena semasa hidupnya orang tua saya tidak mampu, sehingga mereka tidak dapat melakukan aqiqah. Alhamdulillah Allah memberi saya makanan yang lebih banyak, sehingga saya memiliki aqiqah untuk orang tua saya yang dilakukan 70 Wawancara dengan Bapak S yang melakukan aqiqah untuk kedua orang tuanya yang meninggal pada tanggal 10 Desember 2019 di desa Sadar Sriwijaya.

71 Wawancara dengan Pak B yang melakukan aqiqah untuk anaknya yang meninggal tujuh hari yang lalu di desa Sadar Sriwijaya pada 10 Desember 2019. 72 Wawancara dengan Pak M yang melakukan aqiqah untuk ibunya yang meninggal di desa Sadar Sriwijaya 10 Desember 2019.

Tabel 1. Nama-nama Kepala Desa Sadar Sriwijaya 64 No  Nama Kepala Desa  Masa Jabatan
Tabel 1. Nama-nama Kepala Desa Sadar Sriwijaya 64 No Nama Kepala Desa Masa Jabatan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum Desa Sadar Sriwijaya Kecamatan Bandar

  • Sejarah Singkat Desa Sadar Sriwijaya
  • Visi dan Misi Desa Sadar Sriwijaya
  • Letak Geografis Desa Sadar Sriwijaya
  • Kependudukan Desa Sadar Sriwijaya
  • Struktur Organisasi Desa Sadar Sriwijaya

Analisis Problematika Pelaksanaan Aqiqah Perspektif Hukum

Menurut Bapak B, beliau mengatakan bahwa: “Saya aqiqahi untuk anak saya yang meninggal sebelum hari ketujuh karena sebelumnya saya berencana untuk aqiqahi pada hari ketujuh setelah lahir sekaligus membacakan ultah dan memotong rambut, namun Allah berkehendak lain. sebelum hari ketujuh anak saya meninggal, maka terhitung pada hari ketujuh setelah anak saya lahir, saya tetap berakqiqah karena saya sudah niatkan sejak awal, jadi saya tetap melakukannya dengan niat mengganggu kewajiban saya sebagai orang tua untuk aqiqah untuk anak saya Menurut SM, dia mengatakan bahwa: "Saya mengaqiqahi diri saya sendiri karena saya menyadari bahwa orang tua saya adalah orang tua yang tidak mampu, bahkan ketika saya dewasa, orang tua saya tidak dapat mengaqiqahi saya, saya sebagai seorang anak adalah tentu saja saya prihatin dengan keadaan orang tua saya, oleh karena itu saya tidak melakukan aqiqah sendiri dengan maksud untuk mengganggu kewajiban orang tua saya, tetapi saya niatkan sebagai bentuk bakti saya kepada orang tua dan usaha saya untuk meringankan beban hidup saya. orang tua mengganggu kewajiban aqiqah pada saya. Sebelumnya, ketika saya belajar di pesantren, saya pernah menanyakan masalah ini kepada ustadz saya. Beliau mengatakan bahwa beliau sendiri diperbolehkan untuk aqiqah, namun tidak dengan maksud untuk menyela kewajiban orang tua, karena aqiqah adalah kewajiban atas orang tua kita, begitu juga kita.

Semasa hidupnya, orang tua tidak melakukan aqiqah karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, dan sebagai bakti anak kepada orang tua si anak, mereka melakukan aqiqah atas nama orang tuanya yang telah meninggal. Umumnya aqiqah dilakukan pada hari ketujuh kelahiran dan biasanya dibarengi dengan pemotongan rambut bayi, namun sebelum hari ketujuh bayi meninggal akibatnya orang tua memutuskan untuk melanjutkan aqiqah untuk bayinya meskipun ia meninggal. Ketika mereka sudah dewasa dan mandiri, aqiqah sang anak sendiri dalam rangka membantu meringankan beban orang tua karena mereka belum pernah mengaqiqahi anaknya.

Analisis Hukum Islam terhadap Problematika Pelaksanaan

Aqiqah untuk bayi yang meninggal sebelum hari ketujuh, ada tiga pendapat di kalangan ahli fikih mengenai hal ini. Pendapat bahwa itu sunnah juga didukung oleh pendapat Ash-Shaykh Utsaimin yang mengatakan bahwa aqiqah adalah sunnah bagi bayi yang meninggal sebelum hari ketujuh kelahirannya. Aqiqah untuk bayi yang meninggal setelah hari ketujuh kelahirannya juga memiliki tiga pendapat utama.

Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Aqiqah bagi bayi yang meninggal baik setelah atau sebelum hari ketujuh adalah diperbolehkan, bahkan sebagian ulama mengatakan sunnah, namun ada juga yang tidak menyetujuinya. pelaksanaan aqiqah ini karena aqiqah merupakan bentuk syukur atas kehadiran sang anak, padahal dalam hal ini sang anak telah meninggal dunia atau tidak selamat. Hadits tersebut menjelaskan bahwa aqiqah diperbolehkan, namun dalam hadits ini hanya diedit untuk bayi yang baru lahir, sedangkan untuk orang tua yang telah meninggal, menurut Imam Hanafi, tidak diperlukan aqiqah untuk jenazah. Pendapat kedua, tidak perlu aqiqah sendiri, pernyataan ini dilontarkan oleh ulama mazhab Maliki, karena aqiqah untuk orang dewasa tidak dikenal di kota Madinah, ini juga versi lain.

Penutup

Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis mendalam dan pembahasan data penelitian di lapangan, penelitian terhadap beberapa permasalahan dalam pelaksanaan aqiqah yang terjadi di Desa Sadar Sriwijaya Kecamatan Bandar Sribhawono, dapat disimpulkan bahwa semua permasalahan dalam pelaksanaan aqiqah itu terjadi menurut hukum Islam, diperbolehkan untuk tetap melaksanakannya, bahkan ada yang mengatakan itu sunnah, baik aqiqahi orang yang sudah meninggal maupun aqiqahi bahkan setelah dewasa. Adapun aqiqah untuk orang tua yang telah meninggal, pendapat yang paling kuat mengatakan bahwa tidak diperlukan aqiqah jika tidak ada wasiat dari almarhum, ahli waris hanya perlu menyembelih hewan dan membagikannya kepada fakir miskin dengan niat bersedekah atas nama. dari yang meninggal. Namun jika ada wasiat dari almarhum, ahli waris harus melakukan aqiqah atas nama almarhum.

Saran

Pelaksanaan Aqiqah setelah tujuh hari (studi banding Majlis Trjih Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama). Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-„Asqalani, 2013, Terjemahan Bulughul Maram; Kumpulan Hadits Hukum Yang Mengatur Kehidupan Sehari-hari, Jogjakarta: Hikam Pustaka.

Gambar

Tabel 1. Nama-nama Kepala Desa Sadar Sriwijaya 64 No  Nama Kepala Desa  Masa Jabatan
Tabel 2. Tata Guna Tanah
Tabel 4. Lulusan Pendidikan Khusus 68
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Referensi

Dokumen terkait

3 Hukum Kewarisan menurut hukum Islam sebagai salah satu bagian dari hukum keluarga (Al-ahwalus Syakhshiyyah) sangat penting dipelajari agar dalam pelaksanaan

Perbandingan hukum pidana Islam dan hukum pidana positif terhadap tindak pidana pembunuhan bayi yang dilakukan oleh orang tuanya yaitu dalam hukum Islam tidak

yaitu mengenai bentuk perlindungan dari orang tua terhadap anak. yang mengalami kekerasan dan mengenai kewajiban orang

Bab 4 ini membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan pengaruh partisipasi masyarakat dalam konservasi cagar

seorang istri karena kewajiban istri berbakti pada suami. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Kompilasi Hukum Islam. 1. Kewajiban ayah

Dilihat dari beberapa penelitian yang membahas mengenai korupsi, namun tidak ada judul skripsi yang sama dengan judul yang diajukan penulis, yaitu tentang Tinjauan Hukum Pidana

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dijelaskan bahwa hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris,

Pendapat lain dan berbeda dikemukakan oleh Mahmud Syaltut salah seorang pembaharu hukum Islam yang memiliki pandangan tersendiri dalam melihat masalah Qishash bagi