• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPER ARSITEKTUR PENGARUH INTEGRASI SISTEM AUDIO-VISUAL PADA ARSITEKTUR RUANG PUBLIK MODERN

N/A
N/A
FAKHRUN NISA T

Academic year: 2024

Membagikan "PAPER ARSITEKTUR PENGARUH INTEGRASI SISTEM AUDIO-VISUAL PADA ARSITEKTUR RUANG PUBLIK MODERN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER ARSITEKTUR

“PENGARUH INTEGRASI SISTEM AUDIO-VISUAL PADA ARSITEKTUR RUANG PUBLIK MODERN”

Dosen Pengampu:

I Wayan Yuda Manik, S.T, M.T.

Disusun oleh:

Fakhrun Nisa Tumanggor NIM. 2305521189 Mata Kuliah Arsitektur Pintar

UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR GANJIL 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, warahmatullahi wabarakatuh, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya, salam kebajikan, salam sejahtera bagi kita semua.

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan

karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas paper mata kuliah Arsitektur Pintar ini dengan baik.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan laporan ini kepada:

1. Orang tua yang telah mendukung

2. Serta segala pihak yang telah terlibat dan mendukung selesainya tugas paper ini.

Paper ini disusun untuk menyelesaikan tuntutan tugas akhir, menyelaraskan tujuan, serta membangun hubungan yang baik antara penulis dengan pihak Universitas. Semoga paper ini bermanfaat dan mampu memberi pengertian secara garis besar.

Medan, 8 Desember 2023

Penulis

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR...2

Daftar Isi...3

Daftar Gambar...4

BAB 1...5

PENDAHULUAN...5

BAB II...7

TINJAUAN TEORI...7

Komponen Inti dalam Sistem Audio Visual...7

Sumber Audio Visual...7

Pemrosesan Audio dan Video...7

Speaker dan Display...7

Sistem Kontrol Audio Visual...8

Penggunaan Sistem Audio Visual dalam Teknologi Bangunan Pintar...8

BAB III...9

STUDI PRESEDEN...9

Philharmonie de Paris...9

James B. Hunt Jr. Library...12

D. H. Hill Jr Library...14

BAB IV...17

INTISARI EJOURNAL INTERNASIONAL...17

BAB V...19

KESIMPULAN...19

DAFTAR PUSTAKA...20

LAMPIRAN...21

1. Materi Presentasi...21

2. Ejournal Internasional...21

3. Catatan Kuliah...21

(4)

Daftar Gambar

(5)

BAB 1 PENDAHULUAN

Keterkaitan antara teknologi audiovisual dan arsitektur telah lama menjadi landasan penting dalam menciptakan lingkungan yang dinamis dan berpengalaman bagi individu yang berinteraksi dengan ruang. Perkembangan teknologi dalam hal audiovisual telah menghadirkan dimensi baru dalam pemahaman dan pengalaman ruang arsitektur, membawa perubahan signifikan dalam cara kita memandang, menggunakan, dan menginterpretasi lingkungan binaan.

Pada era di mana konvergensi antara arsitektur, teknologi, dan komunikasi semakin tak terhindarkan, integrasi sistem audiovisual telah menjadi salah satu elemen kunci dalam merancang dan merespons kebutuhan ruang. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana integrasi sistem audiovisual memengaruhi dan memperluas visibilitas arsitektur, serta bagaimana komunikasi melalui media audiovisual memperkaya pengalaman pengguna terhadap ruang.

Teknologi audiovisual tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat pemutaran informasi, namun telah menjadi elemen yang tidak terpisahkan dari perancangan arsitektur modern.

Integrasi sistem audiovisual telah membuka peluang baru dalam memahami fungsi ruang, memperluas batasan-batasan fisik, dan menciptakan interaksi yang lebih mendalam antara individu dan lingkungan sekitarnya. Dari instalasi multimedia hingga penggunaan pencahayaan dinamis, sistem audiovisual telah mengubah cara kita berinteraksi dengan dan memahami ruang dalam konteks arsitektur.

Komunikasi melalui media audiovisual bukan hanya sekadar alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga menjadi sarana untuk memperluas dan memperkaya pengalaman visual pengguna terhadap ruang. Dalam konteks ini, audiovisual bukan hanya mempengaruhi pengalaman sensorik, tetapi juga berperan dalam memperluas visibilitas arsitektur, menciptakan narasi yang memadukan fungsi, estetika, dan makna melalui penggunaan teknologi yang semakin canggih.

Penelitian ini akan melihat berbagai studi kasus yang mengilustrasikan pengaruh integrasi sistem audiovisual pada perancangan arsitektur. Dari penggunaan proyeksi

(6)

multimedia hingga konfigurasi ruang yang menggabungkan elemen-elemen audiovisual, paper ini akan menjelajahi bagaimana sistem ini tidak hanya menciptakan hubungan baru antara individu dan ruang, tetapi juga memperkaya makna dan pengalaman dalam arsitektur.

Melalui penelitian ini, diharapkan akan terbuka wawasan yang lebih dalam tentang peran penting integrasi sistem audiovisual dalam arsitektur modern. Dengan memahami hubungan erat antara teknologi audiovisual dan arsitektur, kita dapat lebih baik menggali potensi ruang untuk memenuhi kebutuhan pengguna, menciptakan pengalaman yang lebih baik, dan memperluas batasan-batasan konvensional dalam merancang lingkungan binaan.

(7)

BAB II TINJAUAN TEORI

Sistem audiovisual merupakan topik kompleks yang meliputi berbagai peralatan dan bahan, standar teknis yang beragam, serta teknologi yang cepat berubah. Meskipun kompleks, teknologi bangunan pintar (seperti sistem kabel terstruktur standar, koneksi Ethernet, dan protokol IP) mulai diterapkan dalam sistem audio visual. Hal ini termasuk digitalisasi sinyal audio dan video analog serta penggunaan teknologi jaringan data untuk mengendalikan dan mengelola sistem audio visual.

Komponen Inti dalam Sistem Audio Visual

Sistem audio visual dirancang untuk memenuhi kebutuhan ruang tertentu dalam sebuah fasilitas, seperti ruang pertemuan atau kelas. Komponen inti dari sistem audio visual mencakup sumber audio dan visual, pengolahan dan manajemen, tujuan (pengeras suara dan layar), serta kontrol sistem.

Sumber Audio Visual

Sumber audio meliputi mikrofon, instrumen elektronik, atau sumber yang diprogram.

Sedangkan sumber visual meliputi kamera, pemutar DVD/VCR, televisi kabel, internet, dan lainnya. Penggunaan beragam sumber ini menghasilkan berbagai jenis sinyal audio dan video yang berbeda serta berbagai metode koneksi ke sistem audio visual.

Pemrosesan Audio dan Video

Sinyal audio dapat diproses dengan berbagai metode seperti equalizer, pembatalan echo, pembatas, kompresor, ekspander, gates, kontrol gain otomatis, delay, pemrosesan sinyal digital, dan lainnya. Begitu pula dengan sinyal video yang memerlukan penyesuaian dan pemrosesan seperti penyesuaian timing, warna, kecerahan, atau kontras.

Speaker dan Display

Pada bagian speaker, mereka mengubah energi listrik kembali menjadi energi akustik.

Sedangkan display video memiliki berbagai jenis teknologi inti seperti layar plasma, DLP (Digital Light Processing), LCD (Liquid Crystal Display), dan CRT (Cathode Ray Tube).

Pemilihan jenis display didasarkan pada beberapa faktor seperti area tampilan, pencahayaan, dan jenis konten yang akan ditampilkan.

(8)

Sistem Kontrol Audio Visual

Sistem kontrol audio visual harus dapat mengelola semua komponen sistem audio visual. Ini dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti kontrol lokal dengan tombol dan sakelar, perangkat nirkabel, atau layar sentuh pada komputer. Sistem kontrol tersebut dapat diintegrasikan dalam jaringan data menggunakan protokol Ethernet dan IP.

Penggunaan Sistem Audio Visual dalam Teknologi Bangunan Pintar

Teknologi bangunan pintar memungkinkan pengelolaan sistem audio visual secara efisien melalui jaringan, meliputi pemantauan jarak jauh, manajemen aset, pemeliharaan preventif, pengiriman konten, dan peningkatan perangkat lunak komponen.

(9)

BAB III STUDI PRESEDEN Philharmonie de Paris

Philharmonie de Paris adalah institusi budaya yang menggabungkan ruang-ruang yang didedikasikan untuk musik. Bangunan ini terdiri dari aula konser, ruang pameran, ruang latihan, fasilitas pendidikan, restoran, dan bar. Bangunan utamanya terletak di Parc de la Villette, di tepi timur laut Paris, di distrik ke-19.

Terdapat ruang inti yakni Grande Salle, La Philharmonie 1, dengan kapasitas 2.400 kursi yang dirancang oleh Jean Nouvel dan dibuka pada Januari 2015. Pembangunannya mengalami keterlambatan sekitar dua puluh tahun, melengkapi lembaga musik saat ini yaitu Cité de la Musique yang dirancang oleh Christian de Portzamparc dan dibuka pada tahun 1995 dan sejak pembukaan bangunan baru ini sekarang disebut Philharmonie 2.

Didedikasikan untuk konser simfoni, Philharmonie de Paris juga menampilkan bentuk-bentuk musik lain seperti jazz dan musik dunia.

Gambar 3.1 Grande Salle

Grande Salle merupakan arsitektur yang luar biasa, dengan audiens yang sepenuhnya diberikan pengalaman mendengarkan yang unik. Di dalam bangunan ini, semua ruangan dibangun mengelilingi auditorium. Berbeda dengan bagian luar yang berbentuk sudut, ruang

(10)

ini dibingkai oleh balkon melengkung yang memayung, termasuk yang terletak di sekitar panggung.

Philharmonie de Paris mengadopsi gaya "kotak sepatu" Musikverein di Vienna dan karakteristik "kebun anggur" Berlin Philharmonic. Dalam konsepsinya, bangunan ini menciptakan modelnya sendiri, konser yang dapat disesuaikan berdasarkan konsep amplop yang membutuhkan inovasi dalam arsitektur, desain set, dan rekayasa suara. Arsitek, Jean Nouvel, dan ahli akustik Sir Harold Marshall merancang ruangan ini dalam sesi sinergi, dengan kerjasama erat bersama ahli akustik.

Meskipun Grande Salle memiliki kapasitas besar, 2.400 kursi, ruang ini di dalam Philharmonie terasa sangat dekat. Hal ini dapat dijelaskan secara matematis: jarak antara panggung dan penonton terjauh hanya 32 meter, dibandingkan dengan 47 meter di Salle Pleyel di Paris, 45 meter di Symphony of Angels, atau 40 meter di Berlin.

“… Reminiscent of the immaterial, draped sheets of music and light, the room suspended listeners-viewers in space, on long balconies… This suspension creates the impression of being immersed in the music and light…” jelas sang arsitek, Jean Nouvel.

Balkon-balkon menjorok dan langit-langit menghasilkan atmosfer yang memeluk dengan intim dan luas.

Penggunaan sistem audio dengan teknologi baru menghasilkan kejernihan suara yang tinggi dikombinasikan dengan reverberasi yang tinggi dan pantulan samping yang signifikan.

Solusinya terletak pada sistem yang menciptakan privasi di balkon-balkon mengapung, dan juga pada ruang kamar luar, yang menghasilkan reverberasi tinggi. Model ini menyelaraskan pantulan, suara langsung, dan reverberasi, untuk kejelasan dan transparansi yang sangat baik dalam resonansi hangat dan memeluk.

Sistem akustik lainnya, yang berbeda namun tak kalah menakjubkan, adalah berhasilnya dalam membuat ruangan ini kedap suara terhadap kebisingan luar, yang cukup besar mengingat lokasi Philharmonic yang berdekatan dengan Boulevard Sérurier, Péripherique (jalan lingkar di sekitar Paris), dan gedung konser Zenith di La Villette. Hal ini dicapai dengan menggunakan konsep "kotak di dalam kotak," yaitu dengan menyisakan ruang antara dinding-dinding tersebut. Dengan demikian, ruangan ini terikat pada konsep yang tradisional namun juga sangat teknis. Teknik ini disebut sebagai auditorium mengambang yang merujuk pada ide ruang auditorium yang seakan-akan terisolasi dari lingkungannya secara akustik.

(11)

Gambar 3.2 Sistem akustik pada Grande Salle

Hal lain yang membuat Philharmonie de Paris berbeda dari aula konser di Eropa adalah fleksibilitasnya. Untuk mengembangkan aspek ini, Atelier Jean Nouvel bekerja sama dengan Metra & Associés, serta spesialis desain panggung untuk aula konser dengan tujuan agar audiens dapat menyesuaikan diri dengan genre musik yang berbeda, selalu menawarkan tampilan optimal dan kondisi pendengaran yang sama. Pada pengaturan simfoni, penonton mengelilingi orkestra. Bangku di belakang panggung dapat menampung paduan suara dari karya yang dipresentasikan, namun lebih sering ditempati oleh penonton. Namun, dalam konser, opera, atau 'cine-concerts' (penayangan film dengan musik live), konsep modular memungkinkan tangga-tangga ini dapat dihilangkan dan panggung dipindahkan ke belakang.

Fitur inovatif lainnya adalah kursi di parterre dapat dilepas untuk memungkinkan penonton menonton konser sambil berdiri.

Secara garis besar Philharmonie de Paris merupakan contoh yang baik dalam integrasi sistem audio visual dalam desainnya. Bangunan ini memadukan teknologi canggih dengan arsitektur yang inovatif. Ruang konsernya didesain untuk menampilkan audio visual yang mengesankan, termasuk tata cahaya yang dinamis dan layar proyeksi yang memukau.

(12)

James B. Hunt Jr. Library

Dibuka pada bulan Januari 2013, Perpustakaan James B. Hunt, Jr. adalah perpustakaan utama kedua Universitas Negara Bagian North Carolina (NCSU) dan menjadi pusat intelektual dan sosial di Centennial Campus. Perpustakaan ini merupakan perpustakaan utama bagi fakultas dan mahasiswa di bidang teknik, tekstil, dan program ilmu pengetahuan lainnya. Ruang pembelajaran yang inspiratif dan teknologi canggih menjadikannya destinasi bagi mahasiswa, fakultas, dan mitra akademik dan profesional dari segala disiplin ilmu.

Perpustakaan ini memiliki auditorium berkapasitas 400 kursi, laboratorium visualisasi yang digunakan baik oleh mahasiswa maupun Angkatan Laut Amerika Serikat, 100 ruang proyek/studi bagi mahasiswa, laboratorium game, panggung produksi video, ruang penerimaan dan acara, balkon dengan pemandangan danau, dan sebuah ruang korporat yang mendukung perusahaan-perusahaan di Centennial Campus NCSU. Sistem pengiriman buku otomatis mengakomodasi koleksi dua juta volume dan secara signifikan mengurangi ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan buku.

Mulai dari awal hingga selesai, membangun Perpustakaan Hunt memakan waktu empat tahun, dan teknologi audio yang tepat akan tetap relevan sepanjang masa itu, dan ke depannya. Tanpa ada model yang bisa diikuti, NCSU harus bekerja sama dengan perusahaan- perusahaan yang tepat untuk mewujudkan visi mereka. Dirancang oleh Sextant Group dan diimplementasikan oleh AVI-SPL, sistem audio untuk Perpustakaan Hunt melibatkan komponen desain audio/visual, akustik, dan IT yang komprehensif.

Dibawa ke dalam proyek pada waktu yang tepat, Sextant Group dapat merancang sistem audio yang memenuhi semua kebutuhan kampus NCSU dengan dua platform DSP:

Audia dan Nexia dari Biamp. Karena proyek ini sangat besar, diperlukan pendekatan bertahap, di mana tim desain bekerja dari ruang ke ruang untuk menginstal audio yang disesuaikan untuk setiap ruangan dan pengalaman yang diinginkan yang mungkin terjadi sepanjang hari. Karena area-area tersebut perlu berubah dari ruang studi hening pada pukul 9 pagi menjadi tempat acara langsung pada pukul 10 malam, tim IT Perpustakaan Hunt membutuhkan kendali dan fleksibilitas yang luar biasa atas sistem ini. Mark Valenti, Presiden Sextant Group dan Kepala Proyek instalasi ini, memutuskan bahwa platform Audia dan Nexia adalah pilihan yang tepat untuk tingkat fleksibilitas dan kendali yang diperlukan dari DSP tersebut, dan bahwa Biamp adalah pilihan yang tepat sebagai mitra manufaktur.

(13)

Berikut adalah contoh penerapan sistem audio visualnya dalam lingkungan perpustakaan:

1. Auditorium

Gambar 3.3 Ruang auditorium

Auditorium ini dirancang untuk panel diskusi, pengambilan gambar HD, dan sesi konferensi video, serta presentasi khusus seperti diskusi terbuka dan forum mini. Sistem audio visual mencakup solusi tampilan desktop yang diperluas yang memungkinkan beberapa gambar diproyeksikan pada layar proyeksi. Contoh peralatan yang ada di ruangan ini termasuk: dua proyektor HD DLP, prosesor video multi-windowing, pemutar blu-ray dan input AV tambahan, sistem audio program dan surround sound film, panel sentuh berwarna dengan pratinjau perangkat sumber dan kontrol pencahayaan, serta tiga kamera HD dan mikrofon terhubung dengan video konferensi.

(14)

2. Ruang Audio

Gambar 3.4 Ruang audio

Terdapat tiga ruang audio yang dilengkapi sepenuhnya untuk membuat dan mencampur musik, merekam suara, mentransfer audio dari format analog, dan mengedit media digital dengan pengontrol/keyboard 88-key MIDI, mikrofon profesional, turntable, dek kaset, workstation audio digital, dan alat-alat pengeditan dan media perangkat lunak.

Pengontrol 88-key MIDI sangat cocok untuk perekaman dan latihan menggunakan keyboard.

D. H. Hill Jr Library

Terletak di North Campus Universitas Negara Bagian North Carolina, Perpustakaan D. H. Hill Jr. adalah salah satu dari dua perpustakaan utama NC State, melengkapi Perpustakaan James B. Hunt Jr. di Centennial Campus. Perpustakaan Hill menampung lebih dari satu juta koleksi buku dari perpustakaan.

Terdapat banyak fasilitas yang ada di dalam Hill Library, misalnya ruang commons yang terpisah untuk anggota fakultas dan mahasiswa pascasarjana. Lalu terdapat area yang lebih tenang, seperti ruang bacaan koleksi khusus, dan tempat duduk studi di menara rak

(15)

buku. Selain itu makerspace, digital media lab, dan studio VR menyediakan peralatan khusus, layanan, dan lokakarya. Hill of Beans Café menawarkan kopi dan makanan ringan.

Beberapa contoh ruang yang menerapkan sistem audio visual yang baik adalah sebagai berikut:

1. Cyma Rubin Visualization Gallery

Gambar 3.5 Galeri visual

Galeri Visualisasi Cyma Rubin adalah ruang visual dan auditori yang dirancang untuk memamerkan konten menarik dari setiap fakultas dan departemen di NC State. Dengan beberapa proyektor definisi tinggi dan komputer yang dikonfigurasi secara khusus, Galeri Visualisasi ini menampilkan konten visual dan gambaran 360 derajat yang mulus untuk pengalaman belajar mengajar yang menarik, presentasi riset, serta proyek dan acara khusus lainnya.

Mahasiswa, dosen, dan staf Universitas NC State dapat reservasi Galeri Visualisasi Cyma Rubin untuk keperluan seperti aktivitas pembelajaran, sesi interaktif, pengalaman virtual reality, pameran media kreatif digital, presentasi visualisasi dan simulasi skala besar, komunikasi riset.

(16)

2. Auditorium

Gambar 3.6 Auditorium

Auditorium ini adalah ruang kelas dengan 100 kursi, yang terletak di sayap barat perpustakaan. Ruang kelas ini dapat digunakan dengan jadwal oleh fakultas melalui kantor registrasi. Ruangan ini dilengkapi dengan teknologi untuk memutar film, termasuk proyektor LCD, VCR, pemutar DVD, dan pemutar Blu-Ray.

(17)

BAB IV

INTISARI EJOURNAL INTERNASIONAL

Media audiovisual yang terintegrasi dalam bangunan secara fisik mampu memperluas ruang dengan menggabungkan area yang sebelumnya terpisah. Ada beragam teknologi yang telah dikembangkan dan dievaluasi dalam konteks ini, seperti konferensi video, ruang media, dan teknologi audiovisual yang tertanam dalam lingkungan virtual kolaboratif. Tujuan dari perluasan topologi ruang ini adalah untuk meningkatkan fleksibilitas organisasi, memperbaiki koneksi tim, serta mengurangi jarak pencapaian, yang merupakan perhatian yang sangat penting saat ini. Dua dampak penting dari hal ini layak disoroti dalam konteks ini.

Pertama, ketika teknologi tersebut selalu aktif dan mudah diakses, hal ini memungkinkan interaksi sosial spontan yang telah ditunjukkan dalam studi sebagai bagian penting dari kehidupan sosial dan proses kerja dalam sebuah organisasi. Kedua, pergerakan dalam lingkungan virtual yang terhubung atau di tempat jauh dapat memberikan kesan tubuh kita diperluas melalui indera elektronik. Meskipun secara fisik tidak bisa memasuki ruang ini, kita bisa merasakannya dengan sebagian persepsi kita: penglihatan dan pendengaran dalam kasus yang dibahas.

Terkait dengan kedua hal tadi, ada bukti yang kuat bahwa otak, tubuh, dan lingkungan tidak dapat dipisahkan dalam pemahaman kita tentang cara kita mengartikan dunia. Dengan latar belakang perluasan teknologi ke lingkungan dan tubuh kita, maka penting untuk memeriksa kembali pemahaman kita tentang pergerakan di sekitar lingkungan arsitektur.

Visibilitas dalam lingkungan arsitektur yang diperluas secara audiovisual dan bagaimana hal ini dipengaruhi oleh teknologi kamera. Dalam hal ini, properti kamera yang krusial dipertimbangkan sebelum memberikan gambaran umum tentang 'teknologi spasial'. Ini digunakan untuk membahas efeknya terhadap visibilitas, akses ke ruang, permeabilitas, dan tampilan dari konfigurasi arsitektur yang diperluas secara audiovisual.

Sifat dari tipologi ruang arsitektur terdiri dari ruang fisik lokal, ruang terhubung jarak jauh melalui media dan ruang virtual sebagai perantara. Fokus utamanya adalah pada dampak teknologi kamera terhadap visibilitas dalam konfigurasi tersebut, meskipun tidak mempertimbangkan indra lainnya. Visibilitas menjadi penting karena dianggap krusial dalam memahami hubungan antara lingkungan dan pola interaksi.

(18)

Terdapat beberapa isu utama yang diperoleh dari argumen, yakni:

1. Visibilitas

Membahas bagaimana visibilitas dalam arsitektur audiovisual bergantung pada bentuk berbagai ruang virtual dan fisik serta sifat penyusunan kamera, yang menciptakan 'isovis teknologi-spasial.' Juga menyoroti bahwa konfigurasi dapat menjadi dinamis melalui teknologi kamera dan hanya bagian-bagian tertentu yang dapat diakses secara fisik.

2. Akses tersemat ke ruangan

Mendalami tantangan beradaptasi dengan akses yang dipacu oleh teknologi dalam lingkungan audiovisual yang diperluas. Ketika teknologi tersebut tertanam dan konvensi penggunaan terbentuk, orang dapat beradaptasi dengan nyaman.

3. Permeabilitas

Meskipun membahas visibilitas lokal dan jarak jauh, permeabilitas yang benar belum tersedia saat ini. Interaksi yang melintasi permukaan layar, serupa dengan interaksi di pintu masuk suatu ruang.

4. AV yang memperluas bentuk ruang

Variasi dalam akses ke konfigurasi ruang menghasilkan persepsi yang berbeda. Ruang teknologi lokal dan jarak jauh muncul secara berbeda, memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemahaman yang lebih mendalam.

5. Prospek ke depan

Untuk argumen yang lebih mendalam, alat analisis spasial perlu diperluas. Hal ini meliputi koneksi spasial non-fisik dan jenis ruang yang dapat dilihat tetapi tidak dapat dimasuki. Ini membutuhkan hubungan yang lebih kompleks antara visibilitas dan permeabilitas untuk menganalisis dampaknya pada pola pergerakan.

(19)

BAB V KESIMPULAN

Penggunaan teknologi audiovisual yang terintegrasi dalam bangunan fisik dapat memperluas ruang, menghubungkan ruang terpisah. Fokusnya adalah pada visibilitas, akses, dan dampaknya terhadap konfigurasi arsitektur. Beberapa isu utama termasuk visibilitas, akses terhadap ruang melalui teknologi, dan pentingnya memahami hubungan antara lingkungan dan interaksi manusia. Perluasan alat analisis spasial dan hubungan yang lebih kompleks antara visibilitas dan permeabilitas dapat mendukung pemahaman yang lebih dalam terkait pola pergerakan dalam lingkungan yang diperluas secara audiovisual.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Schnädelbach, H. (2009). Visibility in architecture extended through audiovisual communication technologies. In CHI ‘09 Proceedings of the 27th international conference on Human factors in computing systems. Boston.

Sinopoli, J. (2009). Smart building systems for architects, owners, and builders. Electronics Letters.

(21)

LAMPIRAN 1. Materi Presentasi

2. Ejournal Internasional 3. Catatan Kuliah

Gambar

Gambar 3.1 Grande Salle
Gambar 3.2 Sistem akustik pada Grande Salle
Gambar 3.3 Ruang auditorium
Gambar 3.4 Ruang audio
+3

Referensi

Dokumen terkait