• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARtikel baruku

N/A
N/A
FITRIYANTI

Academic year: 2023

Membagikan "ARtikel baruku"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Peranserta Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya 2023 Dalam Proses Pembelajaran

Fitriyanti

Guru IPA MTs. Negeri 2 Sidrap Email: yanti8086@gmail.com

ABSTRAK

Kebijkan terbaru dalam dunia Pendidikan merupakan Konsep Merdeka Belajar diabad sekarang. Konsep ini berfokus pada materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan dari masing-masing karakteristik siswa. Di level sekolah, belajar memberikan otoritas dan fleksibilitas pada proses pembelajaran. Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan bahasa, menjadi tantangan dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang Pendidikan. Merdeka Budaya merupakan proses belajar yang mengenalkan peserta didik keanekaragaman budaya Indonesia. "Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya" merupakan program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2019 dengan tujuan untuk menghasilkan generasi yang cerdas dan berbudaya.

Kata Kunci : Merdeka Belajar, Merdeka Budaya serta kebermanfaatannya dalam proses pembelajaran.

ABSTRACT

The latest policy in the world of education is the concept of free learning in the present century.

This concept focuses on essential and flexible material according to the interests, talents, and needs of each student's characteristics. At the school level, learning gives authority and flexibility to the learning process. As a country that has cultural and linguistic diversity, it is a challenge in national development, especially in the field of education. Merdeka Budaya is a learning process that introduces students to Indonesia's cultural diversity. "Freedom to Learn and Freedom to Be Cultured" is a government program launched in 2019 with the aim of producing an intelligent and cultured generation.

Keywords: Free Learning, Free Culture and its usefulness in the learning process.

1. PENDAHULUAN

Merebaknya pandemi global coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang menjangkiti mayoritas negara di belahan dunia termasuk Indonesia. Di tengah masa pandemi Covid-19 yang melanda dunia tersebut, Pemerintah mensosialisaikan sebuah Kurikulum yaitu Kurikulum Merdeka. Salah satu tujannya mewujudkan kemerdekaan dalam proses belajar dan mengajar yang menuntut terjadinya kemerdekaan dalam berinovasi kearah pembelajaran profil belajar Pancasila, yang terdapat dalam BSKAP 009/H/KR/2022. Kurikulum sebelumnya memang sudah ada, namun penerapan dan aplikasinya belum jelas terlihat, hanya sebatas penempatan dalam penulisan dan perancangan program pembelajaran (RPP). Dengan adanya Kurikulum Merdeka dalam platform merdeka belajar, guru tidak dibebani pencapaian materi yang banyak disertai dengan administrasi pendidikan yang harus diselesaikan. Sebaliknya guru merdeka karena lebih fokus pada kompetensi yang ingin ditumbuhkan pada siswa, dalam

arti apa yang dilakukan pada siswa dan manfaat apa yang didapat dalam kehidupan nyata.

(2)

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh membeda-bedakan agama, suku, budaya, etnis, adat istiadat, kebiasaan, dan status ekonomi seseorang. Pendidikan didasarkan pada nilai kemerdekaan asasi, karena Tuhan memberikan kemerdekaan bagi manusia untuk mengembangkan diri dalam peradaban yang lebih tinggi.

Ki Hajar Dewantara meletakan kemerdekaan dalam mendidik anak-

anak sebagai hal yang fundamental. Mengisi jiwa merdeka pada anak-anak artinya mempersenjatai bangsa dengan semangat berjuang dan menanamkan harga diri, sehingga mampu mencapai hidup “salam bahagia” dan membentuk hidup “tertib damai”.

Menyadari bahwa merdeka belajar dan merdeka budaya dalam pembelajaran sangat dibutuhkan akibat dari peralihan ,asa pandemic kemasa normal Kembali, maka guru dituntut untuk menciptakan inivasi-inovasi terbaru dalam pembelajaran yang arahnya menuju Profil Belajar Pancasila.

2. Pentingnya Pemanfaatan Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya 2.1. Defenisi Merdeka

Kebebasan bagi mahluk hidup untuk mendapatkan hak berbuat sekehendaknya, bebas dari segala belenggu (kekangan), aturan, dan kekuasaan dari pihaktertentu meupakan defenisi dari Merdeka. Misalnya seekor burung yang terlepas dari sangkar, maka burung tersebut merdeka, karena dia bisa pergi kemanapun dan berbuat sesukanya. Dalam sebuah negara, merdeka berarti bebas dari belenggu, kekuasaan dan aturan penjajah.

Merdeka seperti ini terbagi dua macam. Pertama adalah merdeka tanpa syarat dan kedua adalah merdeka bersyarat.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa bisa memilih pelajaran yang diminati.

Tujuannya agar setiap siswa dapat mengeluarkan kemampuannya dan bisa memberikan sumbangan yang paling bagus dan berkarya untuk bangsa Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam pidatonya memperingati Hari Guru Nasional (Direktorat Jenderal Pendiidkan dan Tenaga Kependidikan, 2019) menjelaskan konsep "Merdeka Belajar" yang merupakan kebebasan berpikir dan kebebasan berinovasi. Nadiem Makarim mengatakan bahwa kebebasan berpikir harus dipraktikkan oleh para guru terlebih dahulu sebelum diajarkan kepada para siswanya. Kurikulum merdeka berlandaskan pada tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan. Selain itu, juga berlandaskan pada pengembangan profil pelajar Pancasila peserta didik.

Ciri khas Merdeka Belajar yang harus diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. Berbasis Projek dan Karakter.

Pembelajaran lebih berfokus pada pemerolehan pengetahuan melalui pratikum atau percobaan. Istilahnya "learn by doing". Jadi siswa tidak hanya sekedar menghafal suatu konsep, melainkan ikut terlibat untuk mengamati suatu fenomena tentang suatu konsep. Pembelajaran inilah yang akan menjadikan anak belajar bermakna. Model pembelajaran yang sering digunakan akan berbasis penemuan atau solusi seperti :

Inquary

Problem Based Learning (PBL)

Project Based Learning (PjBL)

Discovery Learning (DL)

Pelaksanaan percobaan dan pembuatan projek akan mengasah soft skills siswa seperti kemampuan berkomunikasi, kerja sama, kepemimpinan, berpikir kritis, dan manajemen waktu.

(3)

2. Focus pada Materi Esensial.

Semua materi pelajaran memang penting untuk dipelajari. Namun, waktu belajar yang tersedia di sekolah sangat terbatas. Sehingga alangkah baiknya jika kita berfokus pada materi esensial yang paling berguna.

Siswa akan memilki waktu yang cukup untuk mendalami kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.

Literasi adalah kemampuan menganalisis bacaan dan memahami konsep di balik tulisan

Numerasi adalah kemampuan untuk menganalisis menggunakan angka

Kedua kompetensi tersebut akan sering digunakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terlepas apapun profesinya di masa depan.

3. Flesibelitas bagi Guru dan Siswa

Guru dapat melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didiknya masing-masing. Tentunya kemampuan setiap anak berbeda-beda. Tugas guru adalah menilai kompetensi awal peserta didik dan memfasilitasinya.

Apabila mayoritas siswa memiliki gaya belajar kinestetik maka pembelajaran didominasi dengan demontrasi atau percobaan. Apabila terdapat siswa yang memiliki kemampuan yang kurang maka guru dapat meminta siswa lain menjadi tutor sebaya.

Merdeka Budaya adalah konsep pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan karakter siswa dengan mengenalkan kebudayaan Indonesia. Dalam konsep ini, siswa diajarkan nilai-nilai budaya Indonesia, seperti kerja sama, toleransi, kejujuran, dan semangat gotong royong. Pembelajaran berbasis budaya membawa budaya lokal mesti masuk sebagai bagian dari kurikulum merdeka belajar. Proses pembelajaran berbagai mata pelajaran di sekolah diseragamkan menurut kebudayaan daerah. Merdeka belajar yang memang sudah mengacu pada kebebasan pendidikan, akan sangat tepat dengan memasukkan unsur budaya di dalamnya.

2.2. Peranserta Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya 2023

Konsep Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya memiliki kebermanfaatan yang cukup besar bagi dunia pendidikan.

1. Konsep yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat yang dimilikinya. Dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan kreatif dalam merencanakan masalah, siswa sebagai subjek utama dalam proses pembelajaran Konsep Merdeka Belajar dapat memberikan ksesempatan untuk lebih aktif untuk mengembangkan kreativitas dan inivasinya. Hal ini akan membantu siswa dalam menemukan gaya belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

2. Konsep Merdeka Budaya dapat membantu dalam membentuk karakter siswa yang berkarakter Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan budaya, Indonesia memiliki banyak nilai-nilai budaya yang patut dipelajari. Dalam konsep Merdeka Budaya, siswa diajarkan nilai-nilai budaya Indonesia, seperti kerja sama, toleransi, kejujuran, dan semangat gotong royong. Dengan mempelajari nilai-nilai budaya ini, diharapkan siswa akan menjadi pribadi yang berbudaya dan memiliki karakter yang kuat. Selain itu, konsep Merdeka Budaya juga dapat membantu dalam membangun rasa nasionalisme siswa. Melalui pemahaman nilai-nilai budaya Indonesia, siswa dapat mengembangkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya Indonesia. Hal ini penting untuk membentuk generasi yang memiliki rasa nasionalisme yang kuat.

3. Konsep Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam konsep ini, siswa diberikan peran yang lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat lebih

(4)

memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Selain itu, dengan mempelajari nilai-nilai budaya Indonesia, siswa dapat mengembangkan sikap positif dan memiliki moral yang baik. Hal ini penting untuk membentuk siswa yang berkualitas dan memiliki karakter yang baik.

2.3. Pemanfaatan MBMB 2023.

Madarash adalah sekolah yang melayani pengajaran jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) . Adapun pelajaran yang diberikan meliputi semua mata pelajaran wajib sesuai kurikulum nasional dengan tambahan nilai-nilai agama Islam.

Dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di Madarsah, diperlukan suatu platform pendidikan yang mumpuni agar kegiatan belajar mengajar dapat selaras dengan kebutuhan pendidikan era modern. Salah satu platform pendidikan terbaik yang bisa digunakan yaitu Jelajah Ilmu. Jelajah Ilmu merupakan platform pendidikan yang dapat membantu para guru untuk menciptakan pengalaman belajar yang paling efektif dan mudah bagi siswa. Diera sekarang siswa membutuhkan kemerdekaan dalam menuntut ilmu agar ilmu yang didapat dari guru bisa dimanfaatkan untuk masa depannya, tanpa danya tekanan-tekanan dari hal apapun, baik itu dari adat istiadat dan budaya yang dilingkungan tempat tinggal siswa masing-masing.

Dengan memanfaakan Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya dalam proses pembelajaran di Madrasah, guru bukan hanya mengajar tetapi juga harus memahami apa yang menjadi kebutuhan siswa. Berikut adalah garis besar prose pembelajaran dengan menggunakan pemanfaatan Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya yang dilakukan di Madrasah:

Elemen sistem yang berpengaruh dalam proses pembelajaran Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya yaitu:

1. Kepala Madrasah MTs. Negeri 2 Sidrap 2. Guru MTs. Negeri 2 Sidrap

3. Siswa MTs. Negeri 2 Sidrap 4. Komite MTs. Negeri 2 Sidrap

5. Orang Tua Siswa MTs. Negeri 2 Sidrap

Secara umum , rencana proses pembelajaran yang memanfaatkan Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya di MTs. Negeri 2 Sidrap:

Tahap awal; guru melakukan assesmen diagnoostik yang merupakan asesmen awal untuk mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan, perkembangan, serta pencapaian

(5)

dari pembelajaran. Asesmen ini umumnya dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran, kemudian hasil asesmen akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan perencanaan yang lebih lanjut.

Tahap madya: guru menyusun perencanaan mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan selama periode tahun ajar sesuai dengan hasil asesmen diagnostik.

Selain itu, guru juga bisa mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan mereka supaya pembelajaran dapat lebih tepat sasaran.

Tahap akhir : guru tidak hanya akan melaksanakan sesuai perencanaan, namun juga melakukan asesmen formatif secara berkala. Hal ini bertujuan agar guru bisa

mengetahui seperti apa progress pembelajaran siswa dan menyesuaikan metode pembelajaran jika diperlukan. Pada akhir proses pembelajaran, guru dapat melakukan asesmen sumatif sebagai proses evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran.

Baik Tahap awal, tahap madya, dan tahap akhir, pemanfaatan Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya dalam proses pembelajaran berinovasi pada profil Pancasila dengan memperhatikan 4 konsep merdeka belajar dan merdeka budaya, dan pelaksanaanya akan melibatkan elemen-elemen sistem di atas.

3.1. Identifikasi Pemanfaatan MBMB

Rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan pendidikan, bersikap positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti kegiatan di satuan pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari keluhan kondisi fisik satuan pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di satuan pendidikannya.

Kebijakan Merdeka Belajar merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.

Adapun tujuan yang yang ingin dicapai pada pelaksanaaan pebelajaran Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya, yan ngin dicapai yaitu diantaranya Memberikan

kesempatan bagi peserta didik untuk belajar senyaman mungkin dalam suasana bahagia tanpa adanya rasa tertekan dan menerapkan budaya positif, dan mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila dan meraih kesuksesan di masa depan.

Keterlibatan Siswa, ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.

Sebuah perangkat tes minat belajar untuk mengukur tingkat minat belajar siswa dengan pemanfaatan Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya.

Angket minat belajar dikembangkan berdasarkan indikator minat belajar yang diutarakan oleh Djaali yang menyebutkan bahwa indikator pada minat belajar siswa ada empat, yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan siswa. Berikut ini penjelasan dari masing-masing indikator yang dapat memunculkan minat belajar bagi seorang siswa:

1. Perasaan Senang, seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.

2. Ketertarikan Siswa, berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

3. Perhatian Siswa, merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki

(6)

minat belajar pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.

Dari hasil tes tersebut diketahui secara umum diketahui secara umum untuk siswa MTs. Negeri 2 Sidrap Tahun Ajaran 2022/2023 mempunyai kecenderungan nilai minat yang tinggi terhadap pemanfaatan Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya dalam pembelajaran, ada empat indikator yang tampak pada tes tersebut yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan siswa.

3.2. Pelaksanaan dan Evaluasi

Penerapan pembelajaran Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya meliputi 3 aspek, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Sebelum pembelajaran dimulai guru harus memiliki pengetahuan khusus terhadap peserta didiknya. Untuk mengetahui minat dan bakat belajar siswa guru melakukan diagnostik awal, berupa diagnostik assessment. Baik berupa : menggunakan angket, mewawancarai siswa, berkomunikasi dengan orang tua, berkoordinasi dengan guru bimbingan konseling, berkomunikasi dengan guru mata pelajaran lainnya, mengalisis hasil capaian nilai siswa pada waktu sebelumnya. Memberikan kuesioner untuk memetakan apakah siswa masuk kategori audory, kinestetik dan visual. Memberikan bahan-bahan pembelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya. Misalnya siswa yang bakatnya visual diberikan pembelajaran berupa : gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, auditory diberikan pembelajaran berupa mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, dan mendengarkan musik. Siswa yang masuk kinestetik diberikan pelajaran disertai Gerakan, atau praktek langsung. Hal ini yang biasa disebut diferensiasi konten. Kemudian diferensiasi proses adalah dilakukan dengan cara menggunakan kegiatan berjenjang, menyediakan pertanyaan pemandu (pemantik) atau tantangan yang perlu diselesaikan, membuat agenda individu untuk siswa, mengembangkan kegiatan bervariasi misalnya di berikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara, menuliskan perasaannya, dan pemahamannya selama proses pembelajaran berlangsung. Perlu di pahami bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi harus diterapkan sejalan seiringan dengan kompetensi Sosial Emosional, misalnya belajar harus berada pada suasana hati gembira, senyum, ramah, bersahabat, riang, ceria, dan fress, sehingga belajar di kelas tidak menjadi beban, tapi kami selaku peserta didik menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan. Sedangkan diferensiasi produk meliputi guru memberikan tugas-tugas kepada peserta didik dengan bervariasi sesuai

(7)

dengan bakat dan minatnya. Misalnya yang suka menggambar diberikan tugas mengambar, peserta didik yang suka menulis diberikan tugas membuat artikel, jurnal atau karya ilmiah. Sedangkan peserta didik yang suka konten-konten video diberikan tugas berupa video. Kesemuanya ini dimaksudkan agar seluruh potensi dan bakat minat yang terpendam dalam pribadi peseerta didik dapat diaktualisasikan sesuai dengan minatnya.

4. Hambatan-hambatan

Program Merdeka Belajar menjadi suatu kebijakan yang dianggap transformatif di dunia pendidikan, tentu ada berbagai perubahan akan dirasakan oleh guru.

Perubahan yang dirasakan guru ini menghadapkannya pada berbagai kendala yang perlu diatasi dengan baik. Apa saja sih kendala guru dalam menghadapi program Merdeka Belajar?

1. Tidak Memiliki Pengalaman dengan Kemerdekaan Belajar

Pengalaman personal para guru terkait kemerdekaan belajar masih minim.

Menurut Shintia Revina, peneliti dari SMERU Research Institute, sebuah lembaga yang bergerak di bidang penelitian sosial-ekonomi di Indonesia, menyebutkan telah banyak program pemerintah yang sebenarnya bertujuan untuk mempromosikan perubahan paradigma dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Beberapa program di antaranya seperti Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) maupun Kelompok Kerja Guru (KKG).

Menurut Revina, alasan guru belum mampu mengadopsi kemerdekaan belajar dipicu oleh cara dan pengalaman guru belajar di bangku kuliah.

Kurangnya rujukan penyelesaian soal dengan variasi metode di buku teks pun diduga sebagai penyebabnya. Minimnya pengalaman pembelajaran dengan cara merdeka ini juga disebabkan saat guru masih menjadi siswa, sebagai mahasiswa calon guru, maupun ketika menjalani pelatihan sebagai guru dalam jabatan.

2. Keterbatasan Referensi

Buku teks yang ada saat ini dinilai masih berkualitas cukup rendah. Baik buku guru maupun siswa yang diterbitkan pusat perbukuan atau penerbit swasta belum memberikan referensi yang dapat membantu guru dalam memperoleh rujukan terkait bagaimana memfasilitasi pembelajaran berpusat pada siswa dengan efektif.

Keterbatasan dalam mendapatkan referensi pelaksanaan Merdeka Belajar inilah yang kemudian juga menjadi guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai.

3. Akses yang Dimiliki dalam Pembelajaran

Adanya perbedaan akses digital dan akses internet yang belum merata juga menjadi kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan merdeka belajar.

Dalam wacana pelaksanaan merdeka belajar yang disampaikan Mendikbud, ada enam model pembelajaran yang dapat diterapkan. Salah satu model belajar yang dapat dilakukan ialah daring.

Kelancaran pelaksanaan belajar secara daring pastinya ditentukan dari akses digital dan internet yang dimiliki guru dan siswa. Tidak sedikit sekolah- sekolah yang belum memiliki fasilitas memadai atau guru dan siswa yang aksesnya terbatas mengalami kesulitan. Perbedaan fasilitas, sarana prasarana dan kemudahan akses teknologi menjadi kendala yang terkadang dihadapi guru.

(8)

4. Manajemen Waktu

Dalam upaya transformasi proses pembelajaran, guru mungkin membutuhkan waktu lebih untuk belajar lagi supaya dapat adaptif dengan tuntutan

perubahan yang diharapkan. Beberapa sekolah menentukan agenda yang cukup padat untuk melibatkan guru agar berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan.

Belum tugas-tugas dan tanggung jawab lain yang menyertai. Guru sebisa mungkin bergerak dan menemukan cara kreatif inovatif dalam pembelajaran.

Tidak semua guru mampu mengatur waktunya dengan baik, terutama dengan kesibukan atau persoalan yang lain yang sekiranya dihadapi.

5. Kompetensi (Skill) yang Memadai

Minimnya pengalaman dalam implementasi kemerdekaan belajar juga menentukan kualitas atau kompetensi yang dimiliki guru. Beberapa guru bahkan mengalami kesulitan untuk menguasai atau menerapkan keterampilan dasar untuk kebutuhan belajar di era digital seperti Ms. Word, membuat presentasi yang menarik dan menyenangkan, dan lainnya.

Padahal, untuk melaksanakan merdeka belajar guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dengan melibatkan berbagai media atau model pembelajaran yang mendorong siswa. Kompetensi yang masih minim ini juga menjadi kendala guru dapat menjalankan merdeka belajar dengan cepat.

6. Kesimpulan

Kurikulum Merdeka setidaknya memiliki beberapa karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran. Pertama, pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong;

kebinekaan global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas). Kedua, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurusiana.id/read/trianto/article/implementasi-kurikulum-merdeka- di-madrasah-364278#!

https://www.ayomadrasah.id/2022/04/pedoman-kurikulum-merdeka-belajar- di.html

https://www.indonesiana.id/read/153944/hambatan-dan-kunci-sukses-kurikulum- merdeka

https://www.kompasiana.com/yudiarlan9539/642e9e964addee3127272aa2/keberm anfaatan-dan-praktik-baik-merdeka-belajar-dan-merdeka-berbudaya

https://idalamat.com/alamat/444664/mtsn-2-sidrap-sidenreng-rappang-sulawesi- selatan

https://kumparan.com/mryoesran/merdeka-belajar-dan-merdeka-budaya-kunci- keberhasilan-pendidikan-di-sekolah-209DrBAg2rm

https://www.kompasiana.com/yudiarlan9539/642e9e964addee3127272aa2/keberm anfaatan-dan-praktik-baik-merdeka-belajar-dan-merdeka-berbudaya

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Riza Setiawan. Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar dalam Pembelajaran Matematika di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banjarmasin, Pembimbing Bidang