METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR BASEMENT 1 PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG
APARTEMEN GRAND SHAMAYA SURABAYA Khambang Airlangga
1¹ Universitas Negeri Malang, email: [email protected]
Abstrak: Proyek Pembangunan Gedung Apartemen Grand Shamaya Surabaya berlokasi di Jl.
Embongsawo No. 1, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya. Pemilik proyek ini merupakan PT. PP Properti Tbk. yang memiliki schedule rencana pekerjaan pelaksanaan proyek dimulai dari bulan Agustus tahun 2022 dan akan selesai di bulan Maret tahun 2025. Pelaksanaan proyek ini masih dalam tahap pekerjaan struktur bawah yaitu pekerjaan basement, dimana terdapat 2 basement yang akan dibangun, yaitu basement 1 dan basement 2 dengan metode konstruksi basement yang digunakan adalah metode semi-top down. Dalam pelaksanaannya, terdapat 3 aspek yang menunjang keberhasilan metode pelaksanaan pekerjaan pada struktur basement 1, yaitu perencanaan, metode pelaksanaan, dan aspek manajemen pelaksanaan konstruksi. Bentuk perencanaan (planning) dari pekerjaan tersebut terdiri dari flowchart pekerjaan, produktivitas pekerjaan, dan schedule pekerjaan. Kemudian, sequence pekerjaan yang menunjang metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, diantaranya pekerjaan galian, pekerjaan bekisting baja, pekerjaan chemical rebar, pekerjaan bekisting dan pembesian, pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan pembongkaran bekisting baja. Selanjutnya, terdapat aspek manajemen pelaksanaan yang diterapkan, yaitu quality assurance, quality control (QC), quality target, manajemen K3, manajemen alat, dan manajemen lalu lintas.
Kata kunci: basement, perencanaan, metode, manajemen.
Abstract: The Grand Shamaya Surabaya Apartment Building Construction Project is located on Jl. Embongsawo No. 1, Embong Kaliasin, Genteng District, Surabaya City. The owner of this project is PT PP Properti Tbk. which has a project implementation work plan schedule starting from August 2022 and will be completed in March 2025. The implementation of this project is still in the lower structure work stage, namely basement work, where there are 2 basements to be built, namely basement 1 and basement 2 with the basement construction method used is the semi-top down method. In its implementation, there are 3 aspects that support the success of the method of implementing work on the basement 1 structure, namely planning, implementation methods, and construction implementation management aspects. The planning form of the work consists of a work flowchart, work productivity, and work schedule. Then, the sequence of work that supports the work implementation method, including excavation work, steel formwork work, chemical rebar work, formwork and reinforcement work, casting work, and steel formwork dismantling work. Furthermore, there are aspects of implementation management that are applied, namely quality assurance, quality control (QC), quality targets, OHS management, tool management, and traffic management.
Keywords: basement, planning, method, management.
Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) merupakan sebuah bentuk program pendidikan dan sarana pelatihan yang dilaksanakan di dunia industri atau dunia kerja secara terarah agar peserta yang mengikuti program tersebut terbekali oleh sikap, sifat, dan keterampilan sesuai dengan cara kerja secara langsung di industri (Du et al., 2015). Program Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) termasuk dalam salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang (UM). Pelaksana untuk Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini merupakan mahasiswa yang sudah memenuhi syarat sks dari yang sudah ditentukan, salah satunya yaitu mahasiswa/i Program Studi S1 Teknik Sipil Departemen Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) pada Departemen Teknik Sipil dan Perencanaan dilaksanakan pada perusahaan yang berkecimpung pada indrustri konstruksi dan memiliki hubungan dengan tujuan kurikulum Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) di Universitas Negeri Malang (UM), salah satunya yaitu konstruksi gedung tinggi.
Dalam kegiatan Praktik Kerja Industri ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Apartemen Grand Shamaya Surabaya. Proyek Pembangunan Gedung Apartemen Grand Shamaya Surabaya berlokasi di Jl.
Embongsawo No. 1, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya. Pemilik proyek ini merupakan PT. PP Properti Tbk. yang memiliki schedule rencana pekerjaan pelaksanaan proyek dimulai dari bulan Agustus tahun 2022 dan akan selesai di bulan Maret tahun 2025. Lingkup pekerjaan konstruksi ini menggunakan metode design and build (perencanaan, perijinan, pembongkaran bangunan eksisting, konstruksi dan pemeliharaan). Lahan proyek Gedung ini memiliki luas sebesar 1.600 m2 dengan luas total bangunan sebesar 93.761 m2. Untuk konstruksi dari Gedung Apartemen ini terdiri dari proyeksi area dan ruangan dengan jumlah lantai yang berbeda-beda, diantaranya adalah pada area STP-GWT terdiri dari 1 lantai, pada Podium terdiri dari 8 lantai dengan konstruksi basement dibawahnya yang terdiri dari 2 lantai. Kemudian, terdapat 3 main tower yang terdiri dari 45 lantai dimana pada setiap towernya dihubungkan dengan garden bridge pada lantai tertentu.
Lingkup Pekerjaan proyek gedung ini terdiri atas design development dan perijinan, struktur, landscape, arsitektur dan interior, beserta MEP dan penyambungan. Kondisi eksisting atau kondisi nyata lokasi lahan proyek yang dikerjakan saat ini terletak pada daerah yang cukup strategis yang dibuktikan dekat dengan gedung-gedung tinggi lainnya seperti WYNDHAM Hotel, Mall Tunjungan Plaza, Hotel Aria Centra, PT. Indah Golden Signature, dan Gedung tinggi lainnya di sekitar area proyek. Lokasi sekitar pekerjaan proyek yang strategis juga terjamin sanitasi dan lingkungan sekitarnya.
Pelaksanaan proyek ini masih dalam tahap pekerjaan bawah yaitu pekerjaan basement. Pada proyek pembangunan Gedung Apartemen Grand Shamaya
Metode pelakasanaan yang digunakan untuk membangun kedua basement tersebut adalah metode semi-top down.
Dalam pelaksanaannya, terdapat berbagai pekerjaan yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan pekerjaan basement 1 dengan menggunakaan metode semi- top down, seperti pekerjaan struktur basement 1. Oleh karena itu, mengenai apa saja dan bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, itu semua menjadi hal yang menarik untuk dibahas dalam Laporan Praktik Kerja Industri ini.
2. METODE
Studi kasus yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan metode observasi dan pengamatan secara langsung di lapangan dengan memperhatikan poin-poin yang penting untuk didalami dan didukung dengan arsip data berupa dokumentasi dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Observasi ini berfokus pada metode pelaksanaan pekerjaan struktur basement 1 yang diterapkan pada Proyek Pembangunan Gedung Apartemen Grand Shamaya Surabaya yang dimulai dari pekerjaan galian, pekerjaan bekisting baja, pekerjaan chemical rebar, pekerjaan bekisting dan pembesian, pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan pembongkaran bekisting baja.
3. HASIL
Metode ini membahas tentang substructure dari basement 1 yang terdiri dari pekerjaan galian, bekisting baja, chemical rebar, bekisting, pembesian, pengecoran dan pembagian zonanya, pembongkaran bekisting, serta pembongkaran bekisting baja. Pekerjaan substructure basement 1 dimulai dengan galian hingga elevasi -5,6 m. Pekerjaan bekisting baja ini difungsikan sebagai dudukan bekisting untuk menghindari penurunan plat yang diakibatkan tanah lunak, baja ini dipasang bertumpu pada platfom yang bertumpu pada kingpost.
Metode pekerjaan yang digunakan dalam proyek pembangunan apartemen Grand Shamaya Shamaya merupakan pekerjaan semi-top down, dimana pekerjaan dimulai dari pengecoran basement 1 lalu secara paralel dilanjutkan secara top down sekaligus bottom up. Hal tersebut dilakukan karena kondisi tanah tidak memiliki daya dukung yang baik, sehingga pada pekerjaan pengecoran basement 1 dibutuhkan platform bekisting dari baja untuk memudahkan proses pekerjaan. Pada proyek ini juga terdapat coupler yang digunakan pada pembesian kepala kolom. Kepala kolom dirancang dan dibangun untuk bertindak sebagai unit kesatuan kolom dan lantai sehingga dapat meningkatkan tahanan geser. Kepala kolom merupakan bagian atas kolom yang tidak langsung dicor karena masih akan digunakan untuk pengerjaan balok.
4.1 Planning (Perencanaan) 4.2.1 Flowchart Pekerjaan
Berikut ini flowchart yang memuat pekerjaan struktur basement 1 secara keseluruhan, mulai dari galian, bekisting baja, chemical rebar, bekisting dan pembesian, pengecoran, hingga pembongkaran bekisting baja.
a) Pekerjaan Galian
Gambar 4.1 Flowchart Pekerjaan Galian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
b) Pekerjaan Bekisting Baja
Gambar 4.2 Flowchart Pekerjaan Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
c) Pekerjaan Chemical Rebar
Gambar 4.3 Flowchart Pekerjaan Chemical Rebar
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
d) Pekerjaan Bekisting dan Pembesian
Gambar 4.4 Flowchart Pekerjaan Bekisting dan Pembesian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
e) Pekerjaan Pengecoran dan Pembongkaran Bekisting
Gambar 4.5 Flowchart Pekerjaan Pengecoran
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
f) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Baja
Gambar 4.6 Flowchart Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4.2.2 Produktivitas Pekerjaan
Produktivitas untuk masing-masing pekerjaan adalah sebagai berikut:
a) Produktivitas Pekerjaan Galian
Tabel 4.1 Produktivitas Pekerjaan Galian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
b) Produktivitas Pekerjaan Bekisting Baja
Tabel 4.2 Produktivitas Pekerjaan Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
ZONE
start finish
1A 14-Oct-22 15-Nov-22
1B 6-Feb-23 10-Feb-23
2 14-Dec-22 2-Jan-23
3 16-Nov-22 28-Nov-22
4 3-Jan-23 21-Jan-23
5 22-Jan-23 27-Feb-23
6 29-Nov-22 13-Dec-22
7 22-Jan-23 5-Feb-23
8 6-Feb-23 22-Feb-23
ZONE
vol (m2,m3) durasi (hari) 721,24
3079,69 194,78 831,71 895,35 3823,14 601,06 2566,53 813,71 3474,54 1709,99 7301,66 656,67 2803,98 654,93 2796,55 760,05 3245,41
8 16
7 14
6 14
5 37
4 17
3 13
2 19
1B 4
1A 32
VOLUME GALIAN B1 SCHEDULE GALIAN BASEMENT 1
GALIAN
c) Produktivitas Pekerjaan Chemical Rebar
Tabel 4.3 Produktivitas Pekerjaan Chemical Rebar
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
d) Produktivitas Pekerjaan Bekisting dan Pembesian
Tabel 4.4 Produktivitas Pekerjaan Bekisting dan Pembesian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
e) Produktivitas Pekerjaan Pengecoran (Kolom, Balok, Pelat Lantai dan Shaerwall)
Tabel 4.5 Produktivitas Pekerjaan Pengecoran
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
f) Produktivitas Pekerjaan Pengecoran (Kolom, Balok, Pelat Lantai dan Shaerwall)
Tabel 4.6 Produktivitas Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4.2.3 Schedule Pekerjaan
Pada proyek pembangunan Gedung Apartemen Grand Shamaya terdapat schedule pekerjaan untuk pekerjaan basement 1. Schedule tersebut digunakan sebagai panduan oleh para Site Engineer untuk mengerjakan proyek sesuai syarat, ketentuan, dan jadwal yang berlaku.
Tabel 4.7 Schedule Pekerjaan Basement 1
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.8 Schedule Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.9 Schedule Pembacaan Observation Well dan Inclinometer
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4.2 Metode Pelaksanaan 4.3.1 Pekerjaan Galian
a) Pekerjaan Persiapan
Tentukan area yang akan digali, pastikan area tersebut clear dari material yang ada.
b) Tahapan Pekerjaan
1. Pekerjaan Galian B1 dilakukan sesuai sequence zoning yang telah dibuat. Tahap penggalian dan pengecoran dimulai dari bagian sudut, yaitu Zone 1A, Zone 3 dan Zone 6. Setelah slab basement 1 pada Zone 1a, zone 3 dan Zone 6 selesai di cor,
ZONE
start finish start finish start finish start finish start finish start finish 1 31-Oct-22 19-Nov-22 23-Nov-22 13-Dec-22 26-Nov-22 9-Jan-23 21-Dec-22 31-Dec-22 25-Dec-22 9-Jan-23 10-Jan-23 10-Jan-23 2 20-Nov-22 9-Dec-22 9-Mar-23 21-Mar-23 12-Mar-23 31-Mar-23 22-Mar-23 29-Mar-23 24-Mar-23 31-Mar-23 1-Apr-23 1-Apr-23 3 10-Dec-22 23-Dec-22 16-Jan-23 24-Jan-23 19-Jan-23 1-Feb-23 25-Jan-23 30-Jan-23 27-Jan-23 1-Feb-23 2-Feb-23 2-Feb-23 4 24-Dec-22 10-Jan-23 9-Mar-23 20-Mar-23 12-Mar-23 29-Mar-23 21-Mar-23 27-Mar-23 23-Mar-23 29-Mar-23 30-Mar-23 30-Mar-23 5 11-Jan-23 17-Feb-23 21-Mar-23 12-Apr-23 24-Mar-23 15-May-23 13-Apr-23 12-May-23 1-May-23 15-May-23 16-May-23 16-May-23 6 18-Feb-23 4-Mar-23 13-Apr-23 6-May-23 16-Apr-23 15-May-23 7-May-23 13-May-23 9-May-23 15-May-23 16-May-23 16-May-23 7 5-Mar-23 19-Mar-23 7-May-23 16-May-23 10-May-23 24-May-23 17-May-23 22-May-23 19-May-23 24-May-23 25-May-23 25-May-23 8 20-Mar-23 5-Apr-23 17-May-23 25-May-23 20-May-23 1-Jun-23 26-May-23 30-May-23 28-May-23 1-Jun-23 2-Jun-23 2-Jun-23 9A 11-Aug-23 15-Aug-23 14-Aug-23 21-Aug-23 16-Aug-23 19-Aug-23 18-Aug-23 21-Aug-23 22-Aug-23 22-Aug-23 9B 16-Aug-23 24-Aug-23 19-Aug-23 24-Sep-23 18-Sep-23 22-Sep-23 20-Sep-23 24-Sep-23 25-Sep-23 25-Sep-23 9C 25-Aug-23 31-Aug-23 28-Aug-23 30-Sep-23 25-Sep-23 28-Sep-23 27-Sep-23 30-Sep-23 1-Oct-23 1-Oct-23 9D 1-Sep-23 7-Sep-23 4-Sep-23 29-Jan-24 23-Jan-24 27-Jan-24 25-Jan-24 29-Jan-24 30-Jan-24 30-Jan-24
SCHEDULE PEKERJAAN BASEMENT 1
GALIAN BEKISTING BAJA CHEMICAL BEKISTING BESI COR
kemudian dilanjutkan penggalian pada Zone 2, Zone 4 dan Zone 7. Setelah slab B1 pada Zone 2, Zone 4,dan Zone 7 selesai di cor, baru kemudian dilanjutkan penggalian pada Zone sisanya.
Tabel 4.10 Schedule Galian Basement 1
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
2. Dewatering sudah dilakukan sebelum dimulai galian.
3. Galian dilakukan per layer setiap 2 m dan saat melakukan galian, posisi kingpost ditandai agar tidak terkena saat galian.
Gambar 4.7 Potongan Eksisting Sebelum Dimulai Galian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4. Galian basement 1 dilakukan sampai dengan kedalaman dengan elevasi -5.6 meter pada tepi galian dibuat kemiringan 1 : 3 supaya tanah disamping galian tidak mudah longsor.
5. Buat Galian sumpit di beberapa titik yang sudah ditentukan.
Pada pekerjaan galian juga dilakukan monitoring muka air tanah dan deformasi galian:
• Inclinometer
Inclinometer berfungsi untuk mengukur pergerakan lateral tanah terutama pada area galian yang terjadi selama pengamatan dengan
ZONE
1A 1B 2 3 4 5 6 7 8
periode waktu tertentu. Inclinometer dapat berfungsi sebagai early warning system sehingga apabila terjadi pergerakan yang melampaui batas toleransi yang ditentukan, maka langkah solutif dapat dilakukan segera.
Gambar 4.8 Ilustrasi Inclinometer
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
• Piezometer Stand Pipe
Selain pemasangan instrumentasi inclinometer, disarankan untuk melakukan monitoring muka air tanah menggunakan pemasangan piezometer standpipe.
Gambar 4.9 Piezometer Stand Pipe
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
• Deflection Marker
Merupakan penanda yang dipasang pada area top capping beam untuk memonitoring pergerakan capping beam, yang diberi tanda dengan menggunakan paku dan ditandai supaya mudah terlihat.
Monitoring akan dilakukan setiap hari selama proses galian berlangsung dengan menggunakan alat theodolite.
Gambar 4.10 Deflection Marker
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
• Lokasi Buangan Tanah Galian
Lokasi pembuangan tanah galian berjarak sekitar 10,4 km dari lokasi proyek.
Gambar 4.10 Lokasi Buangan Tanah Galian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4.3.2 Pekerjaan Bekisting Baja a) Pekerjaan Persiapan
Pertama, dilakukan pekerjaan persiapan yang meliputi pembuatan shopdrawing serta melakukan review struktur pekerjaan baja.
b) Tahapan Pekerjaan
1. Setelah pekerjaan-pekerjaan persiapan selesai, maka selanjutnya dilakukan pekerjaan fabrikasi pada subkontraktor sesuai gambar shopdrawing yang disetujui oleh MK.
2. Selama proses fabrikasi dilakukan, dilakukan pekerjaan marking dan elevasi corbel terhadap kingpost sebagai dudukan baja balok induk. Elevasi dudukan corbel ini pada elevasi - 4,912 m.
3. Setelah marking elevasi sudah sesuai dilakukan pemasangan corbel/haunch dengan metode pengelasan. Pengelasan dilakukan full corbel/haunch pada kolom kingpost.
Gambar 4.11 Pemasangan Haunch
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4. Setelah pekerjaan pengelasan corbel selesai, selanjutnya dilakukan pendatangan material-material segmen balok induk serta dilakukan pengangkatan material baja.
5. Sebelum segmen balok/baja induk diangkat menggunakan tower crane, berat segmen balok induk tersebut perlu diperhitungkan beratnya terlebih dahulu. Kemudian, diperlukan juga pengecekan untuk kapasitas tower crane terhadap radius angkatan.
6. Setelah dipastikan segmen terberat mampu diangkat dengan menggunakan tower crane, maka selanjutnya adalah dilakukan pemasangan segmen baja induk yang pada dudukan corbel telah terpasang sebelumnya.
Gambar 4.12 Proses Pengangkatan dan Pemasangan Balok Baja Induk
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
7. Setelah pemasangan baja induk utama terpasang, maka selanjutnya dilakukan pemasangan baja pada dinding secant pile sebagai pengaku dan ter-strut sementara pada struktur bekisting baja dengan dinding secant pile.
Gambar 4.13 Pemasangan Plat Chemical Angkur pada Secant Pile
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
8. Setelah hollow pengaku terpasang, maka selanjutnya dilakukan balok anak untuk membagi penampang bekisting.
9. Untuk memastikan kekuatan sambungan-sambungan yang ada pada struktur baja, maka digunakan test yang bersifat non- destruktif. Untuk tes sambungan las digunakan penetrant test atau uji liquid penetrant.
Gambar 4.14 Penetrant Test dan Alat Kunci Momen
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4.3.3 Pekerjaan Chemical Rebar a) Tahapan Pekerjaan
1. Pertama, dilakukan marking area yang akan dilakukan pengeboran untuk chemical rebar dan panjang pengeboran disesuaikan dengan gambar yang telah direncanakan.
Gambar 4.15 Marking Area
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
2. Memastikan kebersihan lokasi (permukaan secant pile) dari kotoran sebelum dilakukan pemasangan chemical rebar.
Kotoran yang ada di permukaan secant pile yang belum dibersihkan tentunya akan mengganggu pemasangan Chemical Rebar dan potensi Chemical Rebar tidak menempel sempurna pada lokasi yang direncanakan.
3. Sebelum dilakukan pengeboran, dilakukan pekerjaan chipping secant pile sedalam 10 cm. Kemudian, dilakukan pengeboran untuk lubang Chemical Rebar dengan menggunakan drill machine berdiameter ±2 mm lebih besar dari tulangan yang akan dipasang untuk memberi ruang pada zat kimia yang hendak dimasukkan ke dalam lubang tersebut.
Gambar 4.16 Shopdrawing Chemical Rebar
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Adapun spesifikasi kedalaman pengeboran dan diameter pengeboran untuk chemical rebar sebagai berikut.
Tabel 4.11 Spesifikasi Kedalaman dan Diameter Pengeboran
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4. Setelah lubang selesai di bor, selanjutnya dilakukan pembersihan lubang dengan menggunakan sikat dan blower untuk menyemprotkan udara agar dapat mengeluarkan debu dan kotoran yang tersisa di dalam lubang tersebut.
5. Setelah lubang dipastikan bersih, maka selanjutnya adalah pemasangan chemical rebar, dimana dimasukkan sampai kurang lebih setengah kedalaman lubang. Kemudian, dimasukkan besi kedalam lubang hingga cairan chemical rebar memenuhi lubang yang ada.
6. Apabila besi sudah dimasukkan ke dalam lubang, maka stek besi yang tersisa di permukaan harus diproteksi untuk menghindari kerusakan besi akibat karat. Proteksi besi overstek dilakukan dengan menggunakan air semen.
Anchor System
Drill-hole Diameter
(mm)
Drill-hole Depth (mm)
Rebar D25 30 365
Rebar D22 25 300
Rebar D19 22 260
Rebar D16 19 200
Rebar D13 16 170
Rebar D10 13 120
4.3.4 Pekerjaan Bekisting dan Pembesian a) Pekerjaan Persiapan
Pertama, mempersiapkan lahan kerja (baja bekisting) yang sudah di las penuh dan sudah melewati tes penetran sebelum di mulainya pekerjaan bekisting di basement 1. Kemudian, ketersediaan alat dan material sebelum dimulainya pekerjaan.
b) Tahapan Pekerjaan
• Pemasangan Bekisting
1. Pertama, Lakukan marking titik-titik yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penentuan balok, plat lantai, kolom, dan shearwall. Marking dibantu dengan total station.
2. Sebelum memasang bekisting dan pembesian, disusun perancah PCH diatas bekisting baja yang sudah terpasang dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Gelagar Double Hollow 50 x 100 dipasang di atas bekisting baja setiap jarak 120 cm untuk area pelat lantai dan jarak 90 cm untuk balok.
• Perancah PCH didirikan dengan U-Head diatas double hollow 50 x 100.
• U-Head dipasang di atas Perancah PCH.
• Hollow 50 x 100 dipasang di atas U-Head.
• Primary Hollow 50 x 100 dipasang dengan jarak 20 cm di atas Hollow 50 x 100.
Gambar 4.16 Penyusunan Perancah (PCH)
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
3. Memasang bodeman dan tembereng balok dan plat. Bodeman balok dan plat di gelar diatas hollow 50 x 50 menggunakan triplek 12mm. Material Tembereng Balok menggunakan Tie Rod untuk hingga tebal 50 cm. Untuk balok dengan tebal diatas 50 cm digunakan siku dan juga kowel sebagai pengaku tembereng. Sebelum dimulainya pekerjaan pembesian, triplek terlebih dahulu diolesi minyak bekisting.
4. Bekisting kolom menggunakan rangka hollow dengan di kunci menggunakan tie rod yang kemudian di pasang sabuk kolom sebagai platform untuk bekisting dinding kolom.
Gambar 4.17 Pemasangan Adjuster Gelagar Memanjang
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
• Pemasangan Pembesian Kepala Kolom
1. Setelah setting dari rangka, selanjutnya pemasangan bodeman kolom, lakukan pelubangan pada bodeman kolom sebagai tulangan menerus ke arah basement 2 yang dihubungkan menggunakan Coupler.
2. Senai besi kolom arah yang digunakan sebagai sambungan antara kepala kolom dengan kolom basement 2 yang dimasukan ke dalam lubang yang sudah berada di bodeman kolom.
3. Pemasangan besi tulangan yang sudah tersenai pada bodeman kolom kemudian diikuti dengan sengkang, ties dan hoop yang sudah di fabrikasi dan kemudian dilakukan penutupan dinding bekisting kolom.
• Pemasangan Pembesian Balok dan Plat
1. Cek Gambar Kerja (diameter, spasi, sambungan, sengkang,dll).
2. Periksa beton decking, ukur jarak besi, dan terhadap bekisting.
3. Periksa kaki ayam (KA), perhatikan jumlah dan jaraknya.
4. Cek bendrat, pastikan tidak bergeser jika diketuk.
5. Pastikan sisa potongan bendrat tidak ada yang tertinggal.
6. Periksa sambungan daerah lapangan dan tumpuan.
7. Untuk pembesian balok yang terkena Kingpost, maka dilakukan penjangkaran dan dilakukan pengelasan ke king post.
• Pemasangan Pembesian Shearwall
Besi stek Shearwall Basement 2 telebih dahulu di pasang stek pembesian dari plat basement 1 menuju ke basement 2 sepanjang Lap Slice yang di tentukan di standar detail.
4.3.5 Pekerjaan Pengecoran a) Pekerjaan Persiapan
• Persiapan metode dan gambar shopdrawing.
• Persiapan Lokasi Pekerjaan dan Pengukuran Lapangan.
• Pembagian zoning pekerjaan pengecoran.
Gambar 4.18 Pembagian Zoning Pengecoran
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
b) Tahapan Pekerjaan
• Metode Pengecoran dengan Tower Crane dan Bucket Cor 1. Persiapan Truck Mixer.
2. Masukkan adukan mortar ke dalam Bucket Cor.
3. Bucket Kemudian diangkat Tower Crane ke lokasi pengecoran.
4. Tuang Beton dari Bucket Cor dengan ketinggian tidak lebih dari 1 meter.
Gambar 4.19 Pengecoran dengan Bucket Cor
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
• Metode Pengecoran dengan Concrete Pump 1. Masukkan adukan beton ke dalam bak pompa 2. Tembakkan adukan beton ke area pengecoran
3. Adukan beton diratakan menggunakan tenaga manual 4. Pindahkan pipa beton ke area pengecoran berikutnya
5. Pembongkaran bekisting plat dan balok (sistem reshoring) adalah 5 hari dan support adalah 8 hari.
Gambar 4.20 Pengecoran dengan Concrete Pump
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
• Pengecoran Beton SCC
1. Perbedaan pengecoran beton SCC adalah dengan tidak melakukan vibrasi ke beton.
2. Beton SCC digunakan untuk komponen struktur dengan tulangan yang sangat rapat.
3. Sebelum pengecoran di area kolom, terlebih dahulu dilakukan pengecoran di area beton normal (Non SCC), dengan rentang pengecoran beton SCC di laksanakan 45 menit setelah pengecoran beton normal (Initial Setting).
4. Stop cor area beton SCC tepat di batas area kolom untuk mutu beton yang sama dengan mutu beton plat lantai dan balok.
5. Stop cor beton SCC menggunakan kawat ayam yang di rangkap untuk mengurangi kemungkinan luber dari beton SCC.
6. Pengecoran SCC dilakukan pada masa pengecoran yang sama dengan beton normal.
• Pengecoran Shearwall
1. Shearwall area basement 1 yang memiliki mutu beton berbeda dengan Plat lantai basement 1, pengecoran area shearwall mengikuti mutu beton shearwall.
2. Area shearwall di pasang kawat ayam sebagai stop cor pemisah antara mutu beton shearwall dan mutu beton plat lantai.
Gambar 4.21 Pengecoran Shearwall
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
• Curing Beton
1. Curing Beton dilakukan dengan penyiraman menggunakan air selama 7 hari dengan intensitas penyiraman 2 kali sehari.
2. Lakukan penutupan dengan terpal plastik cor setelah masa curing selesai.
4.3.6 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Baja
• Pembongkaran Balok Anak a) Pekerjaan Persiapan
Perlu dilakukan persiapan pekerjaan meliputi persiapan alat yang digunakan dan tenaga kerja yang bertugas dalam pekerjaan pembongkaran balok anak.
b) Tahapan Pekerjaan
1. Untuk pembongkaran balok anak, tali akan diikatkan pada 2 ujung sisi balok anak. Masing-masing sisi ujung tali akan diikatkan lagi ke balok induk sebagai tumpuan. Pengikatan tali dilakukan menggunakan teknik simpul yang nantinya dapat memudahkan dalam proses lifting/penurunan.
2. Setelah tali diikatkan dan melewati proses inspeksi, maka selanjutnya dilakukan proses blending/pemotongan baja menggunakan blender/cutting torch.
3. Setelah kedua ujung balok anak berhasil dipotong, pekerja dapat melakukan pelepasan ikatan tali secara perlahan dengan tujuan untuk penurunan baja secara langsung.
4. Baja diturunkan secara perlahan dengan cara mengendorkan tali secara langsung dengan tenaga pekerja.
• Pembongkaran Balok Induk a) Pekerjaan Persiapan
Perlu dilakukan persiapan pekerjaan meliputi persiapan alat yang digunakan dan tenaga kerja yang bertugas dalam pekerjaan pembongkaran balok induk.
b) Tahapan Pekerjaan
1. Untuk pembongkaran balok induk, tali akan diikatkan pada 2 ujung sisi balok induk. Masing-masing sisi ujung tali akan diikatkan lagi ke kingpost sebagai tumpuan. Pengikatan tali dilakukan menggunakan teknik simpul yang nantinya dapat memudahkan dalam proses lifting/penurunan.
2. Setelah tali diikatkan dan melewati proses inspeksi, maka selanjutnya karung goni yang basah dililitkan pada ujung balok induk. Karung goni hanya diizinkan untuk dililitkan sejauh ≤ 10 cm dari muka king-post. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan, untuk meminimalisir penghantaran panas
yang berlebih pada king-post saat proses blending/pemotongan.
3. Selanjutnya dapat dilakukan proses blending/pemotongan baja menggunakan blender/cutting torch.
4. Setelah kedua ujung balok induk berhasil dipotong, pekerja dapat melakukan pelepasan ikatan tali secara perlahan dengan tujuan untuk penurunan baja secara langsung.
5. Baja diturunkan secara perlahan dengan cara mengendorkan tali secara langsung dengan tenaga pekerja.
• Pembongkaran Balok Induk dengan Corbel a) Pekerjaan Persiapan
Perlu dilakukan persiapan pekerjaan meliputi persiapan alat yang digunakan dan tenaga kerja yang bertugas dalam pekerjaan pembongkaran balok induk.
b) Tahapan Pekerjaan
1. Untuk pembongkaran balok induk, tali akan diikatkan pada 2 ujung sisi balok induk. Masing-masing sisi ujung tali akan diikatkan lagi ke kingpost sebagai tumpuan. Pengikatan tali dilakukan menggunakan teknik simpul yang nantinya dapat memudahkan dalam proses lifting/penurunan.
2. Setelah tali diikatkan dan melewati proses inspeksi, maka selanjutnya karung goni yang basah dililitkan pada ujung balok induk. Karung goni hanya diizinkan untuk dililitkan sejauh ≤ 10 cm dari muka king-post. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan, untuk meminimalisir penghantaran panas yang berlebih pada king-post saat proses blending/pemotongan.
3. Selanjutnya dapat dilakukan proses blending/pemotongan baja menggunakan blender/cutting torch.
4. Setelah balok induk yang tersambung pada sisi king-post berhasil dipotong, selanjutnya dapat dilakukan pelepasan angkur pada corbel yang tersambung ke secant pile.
Pelepasan angkur dilakukan menggunakan kunci momen.
Gambar 4.21 Pengecoran Shearwall
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
5. Balok induk yang tersambung dengan corbel dapat dilepaskan dari angkur dan diturunkan secara perlahan.
• Demobilisasi Baja a) Pekerjaan Persiapan
Perlu dilakukan persiapan pekerjaan meliputi persiapan alat yang digunakan dan operator alat tarik winch untuk melakukan pemindahan baja yang telah dipotong menuju area void. Selain itu, perlu disiapkan pula operator tower/mobile crane saat dilakukan loading baja ke dump truck untuk melakukan demobilisasi baja.
b) Tahapan Pekerjaan
1. Pada tahap awal demobilisasi, setiap baja nantinya akan diikat tali sebelum dilakukan penurunan. Kemudian alasi tanah dengan triplek untuk mengurangi settlement baja.
Setelah di alasi oleh triplek di gunakanlah alat tarik winch untuk menarik baja yang sudah terkumpul menuju area void.
2. Setelah seluruh baja terkumpul pada titik void, baja nantinya akan diangkat menggunakan tower crane dengan mengikatkan tali sling pada baja. Pengangkatan hanya dilakukan saat loading pada truk siap dilakukan.
Gambar 4.22 Pengangkatan Baja pada Area Void oleh TC
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
3. Pada saat akan dilakukan loading, truk yang dalam kondisi kosong harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan timbang yang berada di sisi barat Barak Pekerja. Loading dilakukan langsung oleh tower crane dengan mengangkat baja dari lokasi void ke truk.
4. Setelah proses loading dilakukan, truk harus ditimbang kembali di jembatan timbang hingga akhirnya truk dapat meninggalkan site untuk membawa baja bekisting.
4.3 Aspek Manajemen Pelaksanaan Konstruksi 4.3.1 Quality Assurance
1. Memastikan metode kerja yang telah disetujui tersedia dan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan metode kerja, dokumen kontrak dan vendor dokumen.
2. Metoda kerja harus diketahui oleh setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan
3. Memberikan Inspection Test Plan (ITP) dan memastikan ceklist internal persiapan pekerjaan telah dipenuhi sebelum pekerjaan dilaksanakan
4. Melakukan identifikasi semua material, alat, prosedur, sumber daya dan manajemen agar tercapai pekerjaan baik
4.3.2 Quality Control (QC)
1. Ijin pekerjaan telah disetujui sesuai dengan metoda, area, material dan peralatan.
2. Melakukan kontrol pada ITP dan menjamin dapat terlaksana.
3. Melakukan update ITP guna meningkatkan mutu hasil pekerjaan.
4. Mempersiapkan rencana, prosedur dan dokumen terkait pekerjaan.
5. Urutan setiap pekerjaan mengikuti metoda kerja termasuk pengakhiran.
6. Melakukan kontrol mutu terhadap hasil pekerjaan sesuai dengan ITP dan memastikan rekam-mutu disimpan dengan baik.
4.3.3 Quality Target
Berikut ini adalah quality target dari masing-masing pekerjaan:
Tabel 4.12 Quality Target Pekerjaan Galian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.13 Quality Target Pekerjaan Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.14 Quality Target Pekerjaan Chemical Rebar
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.15 Quality Target Pekerjaan Bekisting dan Pembesian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.16 Quality Target Pekerjaan Pengecoran
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.17 Quality Target Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4.3.4 Manajemen K3
1. Pengenalan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diperkenalkan kepada setiap orang yang terlibat di proyek sebelum pekerjaan konstruksi dimulai melalui induksi K3.
2. Urutan kerja, potensi-potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja baik peralatan, material maupun metoda kerja harus dijelaskan dalam tahap awal dan pada tool box meeting/pre start meeting. Hal ini dituangkan secara detail dalam Job Safety Analysis (JSA).
3. Semua orang yang terlibat dalam pekerjaan harus memakai alat pelindung diri selama dalam area proyek. Pemberian rambu-
rambu keamanan dan kesehatan kerja selalu ditempatkan pada lokasi yang sesuai.
4. Petugas mekanik bersama safety harus selalu memeriksa peralatan yang sedang dipakai dan yang akan dipakai dalam proses konstruksi secara berkala.
5. Hal-hal khusus yang memerlukan perhatian :
• Penempatan material
• Pemeriksaan akses transportasi
• Alat angkat tidak mengalami overload
• Gunakan sling dalam kondisi yang baik, panjang yang direncanakan, dan sesuai dengan beban yg di angkat
• Perhatian ditujukan secara khusus pada material kimia (admixture), berikan tempat khusus dengan tanda khusus
• Setiap material pendukung harus mempunyai MSDS
• Penggunaan full body harness terutama untuk pekerjaan yang memiliki ketinggian lebih dari 1.8m
• Alat berat dan operator wajib memiliki SIO dan SILO 6. Peralatan perlindungan kerja yang harus dipergunakan adalah:
• Helm
• Safety shoes
• Safety gloves
• Full body harness
• Safety vest
• Safety glasses
• Apron Las
• Flashback Arrestor
• Sarung tangan las
• Kedok Las
• Fire Blanket
• APAR
• Masker
Gambar 4.23 Peralatan APD yang Wajib Digunakan
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4.3.5 Manajemen Alat
Berikut ini adalah manajemen alat dari masing-masing pekerjaan:
Tabel 4.18 Manajemen Alat Pekerjaan Galian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.19 Manajemen Alat Pekerjaan Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.20 Manajemen Alat Pekerjaan Chemical Rebar
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
\
Tabel 4.21 Manajemen Alat Pekerjaan Bekisting dan Pembesian
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.22 Manajemen Alat Pekerjaan Pengecoran
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Tabel 4.23 Manajemen Alat Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Baja
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
4.3.6 Manajemen Lalu Lintas
Penyimpanan alat dan material yang digunakan pekerjaan ini diletakkan diluar jalur akses agar tidak mengganggu alat berat / transportasi yang akan masuk ke area proyek. Alat-alat yang digunakan ditempatkan pada stockyard rencana sehingga nantinya tidak mengganggu lalu lintas truck yang datang.
Akses truk dalam melakukan demobilisasi baja adalah di sepanjang Jalan Embong Gayam. Untuk itu diperlukan setidaknya dua flag man untuk membantu mengatur arus lalu lintas sepanjang jalan tersebut. Sebagaimana telah digambarkan secara umum pada sub bab metode pelaksanaan demobilisasi baja, berikut merupakan rincian manajemen lalu lintas dari truk:
1. Pada tahap awal truk akan bergerak menuju jembatan timbang yang berada di sisi barat dari Barak Pekerja.
2. Setelah itu, truk bisa bergerak memasuki site melalui gerbang alternatif pada sisi Jalan Embong Gayam untuk dilakukan loading baja.
3. Setelah baja berhasil diloading pada truk, truk harus memutar kembali melawan arus jalan Embong Gayam menuju jembatan timbang untuk dilakukan penimbangan kembali.
4. Pada tahap akhir, truk dapat langsung meninggalkan jembatan timbang keluar melalui Jalan Embong Gayam.
Gambar 4.24 Peralatan APD yang Wajib Digunakan
(Sumber: Dokumen Proyek PT. PP (Persero) Tbk)
Dari hasil observasi dan analisis pada studi ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 aspek yang menunjang dalam metode pelaksanaan pekerjaan struktur basement 1 yang diterapkan pada Proyek Pembangunan Gedung Apartemen Grand Shamaya Surabaya dimulai dari perencanaan, metode pelaksanaan, dan aspek manajemen pelaksanaan konstruksi. Bentuk perencanaan (planning) dari pekerjaan tersebut terdiri dari flowchart pekerjaan, produktivitas pekerjaan, dan schedule pekerjaan. Kemudian, sequence pekerjaan yang menunjang metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, diantaranya pekerjaan galian, pekerjaan bekisting baja, pekerjaan chemical rebar, pekerjaan bekisting dan pembesian, pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan pembongkaran bekisting baja. Selanjutnya, terdapat aspek manajemen pelaksanaan yang diterapkan, yaitu quality assurance, quality control (QC), quality target, manajemen K3, manajemen alat, dan manajemen lalu lintas.
6. DAFTAR PUSTAKA
Choiriyah, S. (2015). ANALISIS PEKERJAAN BASEMENT (PEKERJAAN GALIAN DAN DIAPHRAGM WALL) PADA METODE TOP - DOWN DENGAN ALAT BERAT DITINJAU DARI ASPEK TEKNIK, WAKTU, DAN BIAYA Siti Choiriyah. 8(2). https://jurnal.untag- sby.ac.id/index.php/exp/article/view/985
Dani, H. (2018). PERBANDINGAN METODE TOP-DOWN DAN BOTTOM- UP PADA KONSTRUKSI BASEMENT DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA. 1–9. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/rekayasa-teknik- sipil/article/view/39964/41234
Du, P., Dengan, D. I., Prakerin, H., Universitas, P., & Malang, N. (2015).
HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR , LAMA PEMBELAJARAN , KESESUAIAN TEMPAT DAN Ahmad Mursyidun Nidhom , Ahmad Sonhadji K . H , Dwi Agus Sudjimat Teknik. XI(1), 1–14.
Fikri, et al. (2016). ANALISIS KAPASITAS PRODUKSI EXCAVATOR PADA PROYEK PERUMAHAN PERTAMINA CIBUBUR. 57–67.
https://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/bentang/article/view/394 Firdausi, A. A. (2022). Meta-Analisis: Project Manager dan Proyek Sukses.
MoDuluS: Media Komunikasi Dunia Ilmu ….
Hariyaniek, M., & Sufitri, E. (2005). METODE KONSTRUKSI PEMBUATAN BASEMENT. 107. http://hdl.handle.net/123456789/20943
Keilmuan, J., & Sipil, T. (2020). Jurnal kacapuri. 1(1), 71–82.
Keuangan, P., & Stan, N. (2021). PRINSIP DAN PENERAPAN MANAJEMEN PROYEK LINGKUNGAN PADA PROYEK-PROYEK DI INDONESIA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN. 1, 59–69.
Kusumawardani, D., & Chaullah, A. (2021). TUTORIAL PENGENDALIAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK MENGGUNAKAN METODE EARNED VALUE.
Organisasi, S., Kerja, D., Organisasi, B., Pengaruhnya, D. A. N., & Budiasih, Y. (2012). TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN Studi kasus pada PT . XX di Jakarta. 1(2). file:///D:/Kuliah/Praktek Industri (PI)/Laporan PI/jurnal (reference)/139-Article Text-216-1-10-
Petra, U. K. (2001). cost control function ). 5–20.
Prawidiawati, F.; Nurcahyo, C. B. (2015). Analisa Perbandingan Metode Bottom-Up dan Metode Top-Down Pekerjaan Basement pada Gedung Parkir Apartemen Skyland City Education Biaya Waktu. Jurnal Teknik Its, 4(1), 1–5.
Ruci, M., & Kristiana, W. (2019). Pandangan Pemilik Proyek Terhadap Kinerja Kontraktor Pada Pekerjaan Konstruksi Di Kabupaten Barito Timur. In Jurnal Teknika: Jurnal Teoritis dan Terapan …. e- journal.upr.ac.id.
Sabina, N., & Makarim Anwar, C. (2020). PROSES ANALISA DINDING GALIAN BASEMENT 7 LANTAI DENGAN METODE Diaphragm wall
Permodelan tanah. 3(1), 1–10.
https://journal.untar.ac.id/index.php/jmts/article/view/6980
Tuelah, J. D. P., Tjakra, J., & Walangitan, D. R. O. (2014). Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Pembangunan (Studi Kasus: The Lagoon Taman Sari). TEKNO.
PT PP (Persero) Tbk. Work Method Statement: Pekerjaan Struktur Basement 1 (Top Down). Surabaya: PT. PP (Persero) Tbk.