This work is licensed under aCreative Commons Attribution 4.0 International License.
ARSITEKTUR VERNAKULAR: FASAD DAN BENTUK RUMAH TINGGAL TRADISIONAL SUKU BUGIS DI DESA PAL 9
Zea Salsabila Rachim1, Hamdil Khaliesh2
1Mahasiswa, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura [email protected]
2Dosen Pembimbing, urusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
Naskah diajukan pada: (kosongkan) Naskah revisi akhir diterima pada: (kosongkan)
Abstrak
Suku Bugis merupakan suku pendatang di Kalimantan Barat, maka sebagai pendatang, suku Bugis harus ber- adaptasi untuk tinggal di lingkungan yang baru, ini menunjukkan bahwa ada peleburan dari adat istiadat suku Bugis dengan wilayah barunya di Kalimantan Barat, terutama di Desa Pal 9, Kakap, Kubu Raya.Kemunculan orang Bugis di kakap oleh Mahmud (2010) juga menulis laporan mengenai tradisi saprahan dalam pernikahan di Desa Sungai Kakap.Contoh rumah tradisional Sulawesi yang masih asli adalah rumah Bugis Bone atau Arsitektur Rumah Bugis Bone.
Dalam penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Marwati dan Rizka (2016) Fasad rumah Bugis Bone memiliki ragam hias ornamen yang di inspirasi oleh flora dan fauna.Tujuan utama dari studi penelitian ini adalah menggali dan mempelajari Tipologi fasad rumah tinggal Tradisional suku Bugis di desa pal 9, Kakap dengan mengambil 3 sampel rumah yang ada di permukiman nya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif-Deskriptif kemudian analisis dengan melakukan studi komparasi variabel fasad, dari 3 sampel rumah yang di teliti. Metode ini kemudian di analisa kembali secara empiris dengan observasi langsung, survey, wawancara serta mengisi kuesioner. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah dapat mengidentifikasi tipologi fasad rumah tinggal serta mengidentifikasi hal aapa yang dapat menyebabkan perbedaan tersebut.
Kata-kata Kunci: Bugis, Fasad, Bentuk Rumah Tradisional, Kalimantan Barat
Abstract
The Bugis Tribe is one of the largest ethnic groups on the island of Sulawesi, particularly in South Sulawesi.
They have a long history and distinctive characteristics. The majority of Bugis people are followers of Islam. The term
“Bugis” comes from the word “To Ugi,” which means “Bugis person.” As newcomers to West Kalimantan, the Bugis people have had to adapt to their new environment, resulting in a fusion of Bugis customs with the local culture, especially in the village of Pal 9, Kakap, Kubu Raya. Notably, Mahmud (2010) reported on the tradition of saprahan in Bugis weddings in the village of Sungai Kakap. Traditional Bugis houses, such as the Bugis Bone house or Bugis Bone Architecture, still exist in Sulawesi. Marwati and Rizka (2016) conducted scientific research on the facade of Bugis Bone houses, which feature ornamental motifs inspired by flora and fauna. The main objective of their study was to explore and understand the typology of traditional Bugis residential facades in Pal 9 village, Kakap, by examining three sample houses. They used a qualitative-descriptive method and analyzed facade variables through direct observation, surveys, interviews, and questionnaires
Keywords: Bugis Tribe, Facade, Traditional House Form, West Borneo
1.
Pendahuluan
Suku Bugis, sebagai kelompok etnis pendatang di Kalimantan Barat, memiliki persentase sekitar 13,12% di daerah Pontianak menurut survei BPS tahun 2022. Menurut Patmawati (2005), orang Bugis di Kota Pontianak menempati peringkat ketiga jumlah penduduk di bawah orang Melayu dan Cina. Pada bagian ini urgensi permasalahan dari penelitian ini utamanya adalah untuk mengetahui tipologi bangunan rumah tinggal suku adat Bugis di Desa Pal Sembilan, Kubu Raya, Kedua apakah ada keterkaitan antara fasad dan bentuk rumah pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi dipilihnya suatu desain tertentu seperti yang dikemukakan Amos Rapoport dalam Legacy Teorinya
Tujuan utama dari studi penelitian ini adalah menggali dan mempelajari Tipologi fasad rumah tinggal Tradisional suku Bugis di desa pal 9, Tujuan kedua, memahami pengaruh lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan dipilihnya suatu desain bentuk fasad rumah tinggal tradisional.
Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif - Mendiskualifikasikan, dengan pendekatan tipologi, Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya tipologi fasad pada rumah tinggal tradisional suku Bugis, kemudian dapat mengetahui apa saja yang mempengaruhi terbentuknya fasad tersebut.
2. Kajian Pustaka
Fasad Bangunan, menurut buku Francis D,K Ching : Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Tatanan.
Elemen pada Fasad bangunan meliputi sosok, ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan inersia visual. Fasad adalah ekspresi dari gabungan aspek - aspek yang dapat dilihat secara visual dalam bangunan.
Tipologi menurut Karen (1994), tipologi merupakan tipe yang menyerupai aspek klasifikasi, yaitu menggabungkan karakteristik yang sama dari kelompok karya arsitektur tersebut secara detail berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan tipologi sebuah objek arsitektur dapat diidentifikasi, adanya perubahan tertentu yang berkaitan dengan bangun dasar, sifat dasar, serta proses perkembangan bangunan dasar tersebut.
Budaya dan Latar Belakang Suku Bugis di Kalimantan Barat,Suku Bugis di daerah Pal 9, menurut buku “ Orang Bugis Di Kalimantan Barat ” oleh Yusriadi. Bugis berasal dari kata To’Ugi yang berarti orang bugis, penamaan ‘ugi’ ini dirujuk dari raja pertama kerajaan Cina ( bukan Tiongkok, tapi yang terdapat di Jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini.) Yaitu La Sattumpugi. Menurut Patmawati (2005) Orang Bugis sebagai pendatang tetap mempertahankan kebiasaan dan adat istiadat mereka.Di dalam bukunya ‘Orang Bugis di Kalimantan Barat‘ oleh Yusriadi, orang Bugis di daerah asalnya memiliki bentuk rumah yang khas contohnya pada bubungan atas atap, bentuk rumah dan sebagainya.
Keberadaan Masyarakat Suku Bugis di Desa Pal 9, Kakap, Kemunculan orang Bugis di kakap oleh Mahmud (2010) juga menulis laporan mengenai tradisi saprahan dalam pernikahan di Desa Sungai Kakap, selain itu ditemukan juga bahwa orang Bugis di kakap ingin menghidupkan identitas tradisinya kembali, contohnya identitas dengan pilihan warna tertentu. Yusriadi (2015).
Fasad Rumah Bugis di Sulawesi, Marwati dan Rizka (2016) Fasad rumah Bugis Bone memiliki ragam hias ornamen yang di inspirasi oleh flora dan fauna, corak ragam hias yang menonjol adalah bunga parenreng, sedangkan Ragam hias fauna yang biasanya terdapat pada rumah tradisional terdiri dari tiga macam, yaitu ayam jantan, kepala kerbau dan naga.Denah rumah Bugis Bone pada
orientasi rumah bahkan pola ruangnya. Pada bagian fasad terdapat orientasi pintu utama, untuk masyarakat Bugis Bone, Arah orientasi pintu utama yang paling baik adalah mengarah pada kiblat, yakni pada arah Barat, sedangkan pada arah timur dan selatan bermakna kehidupan yang baik dan sehat lahir batin.
Bentuk Atap, Atap pada rumah suku Bugis umumnya berbentuk pelana namun pada kasus ini atapnya berbentuk limas dengan ornamen di atasnya, pada daerah asalnya atap dibuat dengan rangka struktur kayu, dengan penutup atap berupa sirap atau seng, selain itu di bagian atap biasanya ditambahkan ornamen dengan filososfi tertentu.
Letak bukaan, Perletakkan Bukaan pada rumah tinggal tradisional Suku Bugis seperti jendela dan pintu, ventilasi. Memiliki ciri khasnya sendiri dalam penelitian oleh Naing.N (2020) Pada bagian depan dan samping terdapat dinding yang berbentuk papan panel yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi tempat menempel nya daun jendela dengan lubang jendela yang di ukir. Setiap lubang jendela memiliki dua daun penutup jendela.
Material Bangunan, pada bagian dinding yang termasuk bagian dari elemen fasad, dinding pada rumah tradisional Bugis biasanya dibuat dengan material kayu panel dan bambu, pengikatnya biasanya dari sambungan kayu ataupun besi.
3. Metode
Pendekatan Penelitan
Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti kembali terkait fasad dan bentuk rumah tradisional di lokasi penelitian Desa Pal Sembilan, Kakap Kabupaten Kubu Raya, Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif-Deskriptif kemudian analisis dengan melakukan studi komparasi variabel fasad, dari tiga sampel rumah yang di teliti. Metode ini kemudian di analisa kembali secara empiris dengan observasi langsung, survey, wawancara. Kemudian membuat kelompok tipologi elemen-elemen dari ke tiga sampel tersebut.
Objek Penelitian
Pada penelitian ini objek penelitian yang dipilih adalah, Rumah Tinggal Pak Mansyur, Rumah Tinggal Ibu Nurhayati, dan Rumah Tinggal Pak Ismail. Lokasinya berada di Desa Pal Sembilan, Kakap, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Studi tipologi dapat menghasilkan bentuk ‘‘atipikal’’ yang di produksi dalam berbagai cara dalam arsitektur kontemporer, Im & Han (2015)
Gambar 1.Lokasi Penelitian di desa Pal IX, Kakap, Kubu Raya, sumber : google earth.com, 2024
Variable penelitian dan Unit Amatan:
Berdasarkan Teori Fasad oleh Ching (1979) yang merangkap Geometri, Simetri, Kontras kedalaman, Ritme, Proporsi dan Skala. Dari elemen tersebut dapat di rumuskan dengan variabel untuk fasad bangunan Rumah Bugis,
1. Bentuk rumah secara keseluruhan 2. Bentuk Atap
3. Letak Bukaan
4. Pemilihan Material Konstruksi 5. Warna pada fasad
6. Ragam Hias dan ornamen Tahap-tahap penelitian:
1. Tahap perumusan masalah
Perumusan masalah berasal dari urgensi peneliti terhadap objek penelitian, mengapa objek penelitian ini dipilih, apa saja komponennya dan keterkaitannya dengan urgensi penelitian, dari hasil ini diperoleh lah rumusan masalah, pada kasus peneliti saat ini urgensi dari penelitian yang dipilih karena kurangnya penelitian terhadap suku Bugis di Kalimantan Barat, Apakah ada perbedaan bentuk dan Fasad bangunannya, dan apa kaitannya dengan lingkungan sekitar.
2. Tahap Studi Literatur
Pada tahap ini berupa pengumpulan studi jurnal terkait topik pembahasan penelitian, dari sejarah dan awal mula suku Bugis, bentuk dasar rumah Suku Bugis, Lokasi terkait penelitian dimana ditemukannya suku Bugis, Apa saja kepercayaan dan adat istiadat dari suku Bugis yang diterapkan dalam desain rumah tradisional-nya, da hal-hal yang berkaitan. Sumber yang peneliti dapatkan berupa jurnal penelitian terdahulu, buku-buku terkait, dan beberapa artikel di internet.
3. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data mengacu pada data primer dan sekunder, data primer di dapatkan dari lapangan secara langsung, merangkap observasi, wawancara, pengukuran jika ada, kuesioner, foto- foto dan sebagainya yang dapat dicantumkan nanti. Sedangkan data sekunder didapatkan dari kajian pustaka seperti jurnal ilmiah dan buku yang sudah peneliti pilah sesuai kaitannya.
4. Tahap Analisis Data
Data yang telah didapatkan dari hasil survey maupun dari hasil kajian pustaka, di teliti kembali dengan menganalisis data tersebut menggunakan metode yang telah dipilih peneliti yang sekiranya sesuai dengan urgensi penelitian sehingga hasilnya tidak lari dari tujuan penelitian ini.
5. Tahap Kesimpulan
Tahap kesimpulan dari penelitian ini berupa hasil akhir dari data yang telah di analisis kemudian ditarik garis besarnya, apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian dan capaian penelitian. Kemudian jika sudah sesuai maka kesimpulan dapat berupa sebuah rekomendasi dari peneliti apa yang akan dilakukan dan untuk apa kedepannya.
Diagram Alir Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir penelitian oleh peneliti,2024
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Bentuk Rumah Secara Keseluruhan
Bentuk rumah secara keseluruhan dari ke tiga objek penelitian memiliki kesamaan, dari pola ruangnya, selalu ada ruang pelataran di mana ketinggian elevasi nya lebih rendah dari ruangan lainnya.
Rumah Bu Nurhayati Rumah Pak Mansyur Rumah Pak Ismail
Pelataran yang asli sudah di renovasi bagian atapnya namun masih di fungsikan sebagai ruangan, pelataran lama diwakili warna kuning, warna biru mewakili pelataran baru
Rumah milik pak mansyur kini sudah tidak terawat area pelataran di depan yang diwakili warna hijau sudah tidak ada pada eksisting. Area pelataran yang di wakil kan oleh warna kuning berada di antara dapur dan ruang keluarga
Area pelataran di rumah pak ismail kini sudah di ubah menjadi area dapur, namun tata letak sebelumnya sama dengan rumah Bugis milik narasumber yang lain, yakni di dekat dapur, narasumber memaparkan bahwa pelataran pasti memiliki perbedaan elevasi dengan ruangan lainnya, yakni lebih rendah.
Tabel 2. Tipologi Bentuk rumah secara keseluruhan (Sumber : Peneliti, 2024)
4.2 Bentuk Atap
Berdasarkan wawancara bentuk atap pada rumah bugis tidak di dasari adat istiadat ataupun karena hal tertentu, berdasarkan wawancara dengan narasumber pak H.M Noor pemilik rumah Bugis pak Ismail dan bu
Gambar 3. Pelataran di rumah bu nurhayanti.
(Sumber, Peneliti 2024)
Gambar 4. pelataran di rumah pak Ismail yang sekarang telah
di renovasi menjadi dapur (Sumber, peneliti 2024)
Nurhayati bentuk atap sebenarnya hanya menyesuaikan bentuk dan pola ruangnya saja, sedangkan dengan daerah asalnya di Sulawesi ada makna tersendiri dalam bentuk atap.
Rumah Bu Nurhayati Rumah Pak Mansyur Rumah Pak Ismail
Model atap milik bu Nurhayati memiliki dua atap perisai dengan material penutup atap seng
Model atap pak Mansyur memiliki satu atap perisai dengan satu atap perisai gabungan dengan penutup atap seng.
Model atap pak ismail memiliki keunikan di mana terdapat atap yang memiliki bentuk perisai dengan sudut tertentu, material penutup atapnya dengan atap sirap belian ditutup dengan seng karena ada area yang bocor. Kemudian yang membuat berbeda adalah terdapat area atap yang senagaja dibuat tembus cahaya, karena berdasarkan wawancara, datuk dari pak H.M.Noor sengaja membuat desain atap agar cahaya alami dapat masuk, dahulu belum ada plafon sehingga cahaya dapat tembus.
Tabel 3. Bentuk Atap Objek Penelitian (Sumber. Peneliti, 2024) 4.3 Letak Bukaan
Letak bukaan yang dimaksud adalah perletakkan pintu, jendela dan ventilasi pada objek penelitian Rumah Bugis. Peletakan Pintu dan Jendela memiliki maknanya tersendiri menurut adat istiadat Bugis, menurut Marwati dan Rizka. RQ. K, (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perletakkan jendela biasanya pada dinding diantara dua tiang bangunan rumah.
Pada area pintu dan jendela selalu di pasangi ventilasi di bagian atasnya, material kusennya dari kayu dan penutup ventilasi nya dapat berupa ornamen ukiran dari kayu atau kaca patri berwarna merah, hijau bahkan kuning.
Rumah Bu Nurhayati Rumah Pak Mansyur Rumah Pak Ismail
Pintu panil papan pada rumah bu nurhayati yang dilengkapi ventilasi dengan penutup kaca patri warna-warni
Bentuk pintu rumah pada rumah pak mansyur, menggunakan material papan, dilengkapi dengan ventilasi warna warni di atasnya. Alasan menggunakan kaca patri warna warni di atas pintu sebagai penutup ventilasi adalahTrend.
Pintu rumah pak Ismail dengan dimensi yang lebih lebar dibandingkan kedua pintu panil milik pak Mansyur dan Bu Nurhayati, pintu ini terletak pada area ruang tamu. Dengan ventilasi yang dilengkapi ornamen khas Bugis sebagai penutup.
Bentuk pintu pada rumah bu Nurhayati dilengkapi ventilasi, pada pintu ini terdapat jalusi yang dapat di buka dan ditutup sistemnya menggunakan kawat yang dikaitkan ke setiap jalusi untuk membuka hanya perlu
Bentuk pintu pada rumah pak Mansyur memiliki desain yang variatif, yang ini berada pada ruang tamu, datanya didapat dari gambar tiga dimensi pada penelitian arsitektur kalimantan barat angkatan
Detail pintu yang memiliki ornamen khas Bugis di rumah pak Ismail, rumah ini juga memiliki desain pintu yang variatif, terutama desain pintu Jalusi, bedanya papan jalusi yang ada di pintu di pasang mati atau tidak dapat di gerak
ditarik ke bawah kemudian di geser ke samping untuk menguncinya.
19. kan.
Detail pintu kaca di rumah Bu Nurhayati
Detail pintu Jalusi di rumah pak Mansyur dengan ventilasi kaca patri warna-warni.
Pintu rumah pada rumah milik pak Ismail memiliki bentuk di atas dengan kaca, dan ventilasi diatasnya ditutup dengan ornamen asli khas bugis.
Bentuk pintu di rumah bu Nurhayati memiliki variasi yang berbeda dan beragam, pengunci berupa balok, dengan material belian.
Detail pintu rumah pak mansyur dengan jalusi
Detail pintu rumah pak ismail dengan jalusi
Rumah Bu Nurhayati Rumah Pak Mansyur Rumah Pak Ismail
Detail jendela bu Nurhayati dengan ventilasi kaca patri warna warni, menurut wawancara dengan narasumber
Detail jendela dan ventilasi di rumah milik Pak Mansyur, ventilasi nya memiliki desain yang sama dengan penutup yang sama yakni kaca patri warna- warni.
Detail jendela rumah milik pak ismail, penutup ventilasi yang digunakan adalah ornamen khas bugis
Detail jendela Bu Nurhayati, pada jendela ini material penutup bukaannya berupa panel jalusi yang dipasang mati. Slot untuk menguncinya masih berupa kayu panil yang di pasang di antara handle.
Detail jendela Pak Mansyur, pada jendela ini material penutup bukaannya berupa panel jalusi yang dipasang mati.
Detail jendela Pak Ismail, pada jendela ini material penutup bukaannya berupa panel jalusi yang dipasang mati.
Tabel 5. Bentuk Jendela di rumah Bugis (Sumber. Peneliti, 2024)
Gambar 10. Eksisting Elemen Jendela di Rumah Pak Ismail , dan Ibu Nurhayati.
(Sumber, Dokumentasi Peneliti, 2024) 4.4 Pemilihan Material Konstruksi
Material konstruksi yang digunakan dalam membangun rumah tradisional bugis memiliki variasi terutama dalam membangun struktur konstruksi dinding karena berkaitan dengan fasad bangunan. Berdasarkan wawancara dengan narasumber, berbagai renovasi telah di lakukan, termasuk mengganti material konstruksi pada area tertentu. Material konstruksi pada rumah bugis di daerah asalnya umumnya berbahan dasar kayu, mulai dari meletakkan tiang pertama hingga finishing material penutup atap.
Rumah Bu Nurhayati Rumah Pak Mansyur Rumah Pak Ismail
Material dinding konstruksi di
rumah bu nurhayati
menggunakan teknik simpai untuk area eksterior bangunan,
Material konstruksi dinding di rumah pak mansyur masih menggunakan material ber-bahan dasar kayu papan dari belian.
Material konstruksi dinding di rumah pak Ismail masih menggunakan papan kayu belian, dan kayu tekam.
belian.
Tabel 6.Material konstruksi dinding
(Sumber. Analisis Peneliti, 2024)
4.5 Warna pada Fasad
Pemilihan warna pada fasad bangunan rumah tradisional bugis Umumnya menggunakan warna-warna tanah, warna tumbuhan dan warna langit. Pada objek penelitian yang di teliti, dinding pada bangunan tidak di cat terutama yang menggunakan material papan, biasanya hanya dilapisi coating dari solar atau finishing cat kayu agar tahan lama dan awet dari rayap.
Rumah Bu Nurhayati Rumah pak Mansyur Rumah pak Ismail
Dinding interior rumah dilapisi
solar tanpa di cat. Dinding interior rumah yang tidak di cat, sayangnya rumah milik pak mansyur tidak terawat layaknya bangunan rumah tinggal milik narasumber lainnya.
Dinding interior rumah dilapisi solar tanpa di cat.
Dinding eksterior rumah di cat
dengan warna hijau Dinding eksterior masih berupa papan dengan warna asli material kayu
Dinding eksterior masih berupa papan degan warna asli material kayu
Tabel 7. Warna pada fasad bangunan
(Sumber. Analisis Peneliti, 2024)
4.6 Ragam Hias Ornamen
Ragam hias ornamen dalam rumah bugis memiliki nilai dan artinya sendiri, dalam adat istiadat bugis, ornamen biasanya menggambarkan bentuk-bentuk dari flora dan fauna khas di daerah sulawesi.
Rumah Bu Nurhayati Rumah Pak Mansyur Rumah Pak Ismail
Ornamen penutup ventilasi berupa ukiran bunga parenreng di rumah ibu nurhayati
Ornamen penutup ventilasi
berupa kaca patri warna-warni Ornamen penutup ventilasi berupa ukiran bugis yang berbahan dasar kuningan menurut wawancara dengan pak H.M Noor, beliau mengatakan bahwa ini asli bugis namun untuk makna dari simbol motif ini kurang diketahui.
dan datuk untuk menggantung kopiah atau baju karena bentuknya yang ideal
dan datuk untuk menggantung kopiah atau baju karnea bentuknya yang ideal
menggantung kopiah atau baju karena bentuknya yang ideal
Puade atau pelaminan di rumah bu Nurhayati berupa ukiran asli dari kayu yang di cat dengan warna emas, menurut ibu Nurhayati ini asli di ambil dari rumah lama milik datuknya.
Puade atau pelaminan di rumah pak Mansyur berdasarkan data dari short book angkatan 2019 arsitektur untan.
Puade atau pelaminan di rumah pak Ismail berupa susunan kaca patri warna-warni dengan gorden dan tulisan arab.
Ragam hias perabotan antik dan tua, khususnya lampu gantung yang ada di setiap rumah.
Ragam hias perabotan antik dan tua, khususnya lampu gantung yang ada di setiap rumah
Ragam hias perabotan antik dan tua, khususnya lampu gantung yang ada di setiap rumah.
Tabel 8. Ragam Hias dan ornamen (Sumber. Analisis Peneliti, 2024)
5. Kesimpulan
Dari ke 3 objek penelitian adalah material yang dipilih untuk konstruksi dinding milik ibu Nurhayati yang sejak dibangun menggunakan semen, menurut cerita dari datuknya ada saat zaman belanda semen memang sudah ada di lokasi penelitian sebagai material onstruksi. Hal lain yang berbeda adalah keinginan pemilik rumah untuk meneruskan radisinya dan budaya yang telah di wariskan, peneliti sejauh ini dapat mengidentifikasi otif dari narasumber yang ber-keinginan untuk meneruskan budaya leluhurnya, yang enjadi pilihan adalah apakah masyarakatnya sendiri ber-kemauan untuk melestarikan budaya dan adat istiadatnya.
Variabel
Penelitian Rumah Bu Nurhayati Rumah Pak Mansyur Rumah Pak Ismail
Bentuk rumah secara
keseluruhan
pelataran lama diwakili warna kuning, warna biru mewakili pelataran baru
Area pelataran yang di wakil kan oleh warna kuning berada di antara dapur dan ruang keluarga
Warna kuning mewakili ruang pelataran di rumah pak Ismail
Bentuk Atap
Model atap milik bu Nurhayati memiliki dua atap perisai dengan material penutup atap seng
Model atap pak Mansyur memiliki satu atap perisai dengan satu atap perisai gabungan dengan penutup atap seng
Model atap pak ismail memiliki keunikan di mana terdapat atap yang memiliki bentuk perisai dengan sudut tertentu, material penutup atapnya dengan atap sirap belian ditutup dengan seng
Letak Bukaan
Pintu
Variasi desain pintu dengan ventilasi kaca patri, material kusen dan pintu terbuat dari kayu belian.
Variasi desain pintu dengan ventilasi kaca patri, material kusen dan pintu terbuat dari kayu belian.
Variasi desain pintu dengan ventilasi ornamen khas bugis, material kusen dan pintu terbuat dari kayu belian dan kayu tekam.
Letak Bukaan Jendela
Desain jendela full kaca dan desain jendela jalusi di rumah bu nurhayati dilengkapi dengan ventilasi kaca patri berwarna- warni, material kusen dari kayu belian.
Desain jendela full kaca dan desain jendela jalusi di rumah Pak Mansyur dilengkapi dengan ventilasi kaca patri berwarna-warni, material kusen dari kayu belian
Desain jendela full kaca dan desain jendela jalusi di rumah Pak Ismail dilengkapi dengan ventilasi ornamen ukiran bugis, material kusen dari kayu belian,
Pemilihan Material Konstruksi
Dinding
Material dinding eksterior menggunakan semen dengan teknik simpai, material dinding interior masih berupa papan belian yang di poles dengan
Material dinding eksterior dan interior masih menggunakan papan kayu
Material dinding eksterior dan interior masih menggunakan papa dengan material kayu belian dan tekam, perawatannya dengan solar
solar
Warna pada
Fasad Dinding interior rumah dilapisi solar tanpa di cat, Dinding eksterior rumah di cat dengan warna hijau
Dinding interior rumah yang tidak di cat, sayangnya rumah milik pak mansyur tidak terawat layaknya bangunan rumah tinggal milik narasumber lainnya.
Dinding interior dan eksterior rumah dilapisi solar tanpa di cat.
Ragam Hias
Ornamen Ragam hias ornamen yang ada di rumah bu nurhayati, dari ornamen penutup ventilasi berupa ukiran, kepala tanduk rusa, puade atau pelaminan, hingga barang-barang antik lainnya
Ragam hias ornamen yang ada di rumah pak Mansyur, dari ornamen penutup ventilasi berupa kaca patri warna-warni, kepala tanduk rusa, puade atau pelaminan, hingga barang-barang antik lainnya
Ragam hias ornamen yang ada di rumah pak Ismail, dari ornamen penutup ventilasi berupa motif khas bugis, kepala tanduk rusa, puade atau pelaminan, hingga barang-barang antik lainnya
Daftar Acuan
Akbar, A M (2020) Konsep Arsitektur Ruang, Bentuk Dan Makna Filosofis Perwujudan Nilai-Nilai Mappakaraja Sebagai Kearifan Lokal Rumah Tradisional Bangsawan Bugis Di Bone Sulawesi Selatan, [Doktoral Thesis.Universitas Hasanuddin] Unhas Repository. https://repository.unhas.ac.id/id/eprint/1468/
Anissa, A A (2014), Karakteristik Arsitektur Rumah Adat Wajo Di Kompleks Miniatur Budaya Sulawesi Selatan Benteng Sombaopu Makassar, volume 8, no. 2, 227-231, https://doi.org/10.24252/teknosains.v8i2.1911
Aqsa, A dkk (2022), Pelestarian Arsitektur Kalimantan Barat : Desa Pal Sembilan Kecamatan Sungai Kakap, Universitas Tanjung Pura Program studi Arsitektur.
Ardhyanto A (2023), Memory Recollection And Oral History: a Study Of Vernacular Architecture Transformation Of The Past, Volume 22, No.6, 3435–3454, https://doi.org/10.1080/13467581.2023.2204951
Ching F.D. (1979), Arsitektur: Bentuk – Ruang dan Susunannya, Penerbit
Erlangga.URI:idearsitektur.wordpress.com/wp-content/uploads/2018/03/arsitektur_by_francis_d-_k- ching_bentuk.pdf
Naing, N (2020), Vernacular Arsitektur : Perspektif Anatomi Rumah Bugis (Sulawesi Selatan), Bintang Pustaka Madani Press, URI: Vernacular Arsitektur Perspektif Anatomi Rumah Bugis.pdf (umi.ac.id)
Naing, N (2022), Arsitektur Tradisional Bugis Wajo, Andi Press. URI: Arsitektur Tradisional Bugis Wajo_Naidah Naing_15,5X23,5_BW_16 Agst 22.indb (umi.ac.id)
Naing, N dkk, (2019), Makna Ruang Sakral Pada Tata Ruang Dalam Rumah Panggung Tradisional Bugis, Volume.14 No. 2, 62-72. URI : 255-1176-1- PB.pdf (umi.ac.id)
Rapoport A (copyright 2024), Theorizing Built Form and Culture The Legacy of Amos Rapoport, Routledge Press, ISBN 9781032437347, URI : Theorizing Built Form and Culture: The Legacy of Amos Rapoport - Google Books Rapoport A. (1975, open sourced date 2018), House Form And Culture, Foundations Of Cultural Geography Series,
Englewood Cliffs, United States, Pearson Press, ISBN : 0133956733 URI : House Form and Culture Amos Rapoport - Google Buku
Rapoport A. (2006), Vernacular Architecture In The 21st Century: Theory, Education And Practice, Taylor and Francis Press, ISBN : 9780203003862, uri : Vernacular Architecture in the 21st Century: Theory, Education and Practice - Google Books
Stephen C.D (2018) Borneo and Sulawesi, Routledge press. ISBN : 9780429430602, Taufik, Andi, & Natsir (2021), Pengaruh Budaya Terhadap Bentuk Rumah Masyarakat Bugis Tolotang, [ paper
presentation],Seminar Nasional Hasil Penelitian 2021, ISBN: 978-623-387-014-6., URI : http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/32352
Yusriadi (2015), Orang Bugis Di Sungai Kakap Kalimantan Barat, IAIN Pontianak Press, DOI:
10.24260/khatulistiwa.v6i2.649