• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum Yayasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Aspek Hukum Yayasan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Yayasan diakui sebagai lembaga dan badan hukum umum dalam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia sebelum kemerdekaan meliputi Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek), Peraturan Acara Perdata (Rechtsvordering) dan Kitab Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel). ). Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) tidak disebutkan kata “lembaga amal”, tetapi kata “lembaga” disebutkan dalam pasal 229a.bis yang berbunyi “bankir-bankir yang disebutkan pada sebagian bab ini disamakan dengan semua orang atau lembaga-lembaga yang dalam pekerjaannya melaksanakan pesanan uang untuk dipergunakan langsung oleh orang lain”. Setelah Indonesia merdeka, beberapa undang-undang yang diterbitkan juga memuat kata dasar, salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan i yang pada Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa keuntungan akibat pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan kepada organisasi kemasyarakatan tidak dikenakan pajak.

Pada masa sebelum berlakunya UU Yayasan, pendirian yayasan didasarkan pada adat istiadat masyarakat dan hukum perkara Mahkamah Agung, tanpa adanya ketentuan hukum positif yang khusus mengatur tentang yayasan. Belum adanya undang-undang yang mengatur tentang yayasan tertentu pada saat itu menimbulkan ketidakpastian mengenai definisi yayasan, tidak adanya pembatasan yang tegas terhadap kegiatan yayasan, dan tujuan pendirian yayasan. Untuk itu pada tanggal 6 Agustus 2001 diundangkan undang-undang yang khusus mengatur tentang Yayasan, yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

Berlakunya undang-undang pendirian membawa dampak yang besar terhadap keberadaan yayasan, yaitu status hukum yayasan yang tadinya ambigu, menjadi ditentukan bahwa lembaga harus berbentuk badan hukum. Dalam undang-undang no. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, landasan pendirian Yayasan yang khusus bersifat nirlaba ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2) yang berbunyi: “(1) Yayasan dapat melaksanakan kegiatan usaha untuk menunjang tercapainya tujuan dan tujuan dengan mendirikan suatu badan usaha dan/atau penyertaan dalam suatu badan usaha." (2) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usahanya kepada pengurus, pengurus, dan pengawas." Dalam undang-undang no. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, dasar pendirian yayasan yang khusus bersifat nirlaba ditegaskan dalam Pasal 3(1) dan (2).

UU Yayasan mengubah paradigma keberadaan yayasan yang didirikan sebelum berlakunya UU Yayasan maupun yayasan lama yang didirikan. Sedangkan sifat represifnya terletak pada sanksi terhadap yayasan lama yang anggaran pokoknya tidak disesuaikan pada waktunya sesuai UU Yayasan. Berdasarkan ketentuan Pasal 71 UU Yayasan, maka yayasan yang lama harus menyesuaikan anggaran dasar paling lambat 3 (tiga) tahun setelah berlakunya UU Yayasan, sehingga yayasan yang lama telah disesuaikan tepat sebelum tanggal Oktober. 6. 2008.

Sedangkan pendirian dan penyesuaian yayasan lama diatur dalam Pasal 71 ayat (1) sampai ayat (4) UU Yayasan yang berbunyi. Yayasan yang didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memperoleh status badan hukum dengan menyesuaikan anggaran dasar dengan ketentuan Undang-undang ini, dan mengajukan permohonan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lama. tidak untuk melayani. kurang dari 1 (satu) tahun sejak tanggal Undang-undang ini mulai berlaku. UU Yayasan juga memberikan wawasan baru mengenai peran yayasan, yaitu dengan memposisikan yayasan sebagai lembaga nirlaba yang juga dapat memberikan kewirausahaan untuk pemajuan masyarakat sipil.

Sifat kelembagaan wirausaha Yayasan dapat dilihat pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang menyatakan: “Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan tujuan Yayasan”. Kegiatan usaha badan usaha milik Yayasan diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yang menyatakan: “Kegiatan usaha badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), harus sesuai dengan sejalan dengan tujuan Yayasan dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, hukum umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Kedua, Pengawas adalah pengurus yayasan yang bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada pengurus dalam pelaksanaan kegiatan yayasan, agar tidak timbul kerugian.

Dalam pasal 40 UU Yayasan, pengawas adalah badan yayasan yang bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada pengurus dalam melaksanakan kegiatan yayasan.

Kekayaan yang Dipisahkan

Bagi badan usaha yang berbentuk badan hukum, seperti perseroan terbatas, koperasi, yayasan, dan lain-lain, harta kekayaannya pada prinsipnya terpisah secara hukum dengan harta kekayaan pendiri/pemiliknya. Oleh karena itu, tanggung jawab hukum juga dipisahkan dari harta pribadi pemilik badan usaha yang berbentuk badan hukum. Properti pribadi pemilik tidak dapat disita atau digugat untuk meminta pertanggungjawaban entitas.

Istilah yang digunakan dalam perseroan terbatas dan koperasi agar usahanya dapat berjalan dengan baik pada saat kedua badan hukum tersebut baru berdiri adalah modal. Untuk menjalankan kegiatannya pada saat pendirian yayasan, sebagaimana halnya suatu perseroan harus mempunyai modal dasar, dalam hal ini adalah harta awal. Kekayaan awal ini digunakan untuk membiayai kegiatan seperti pembelian tanah, pembangunan gedung, pembelian kendaraan, instalasi listrik dan lain sebagainya.

Sehubungan dengan itu tampak dari pasal 9 ayat

Tujuan Pendirian Yayasan

Di kawasan ini keagamaan meliputi pendirian tempat ibadah (masjid, vihara, gereja atau pura), pesantren, pemeliharaan taman pemakaman.

Organisasi yang Teratur

Akta Pendirian Yayasan

Akta pendirian memuat peraturan mengenai pengangkatan pengurus, ketentuan penggantian anggota pengurus, serta wewenang dan kewajiban pengurus. Apabila pengesahan Anggaran Dasar sebagaimana tersebut di atas memerlukan peninjauan kembali oleh instansi yang berwenang, maka instansi tersebut. Namun apabila ternyata belum ada tanggapan dari instansi dalam jangka waktu yang ditentukan di atas, maka akan dilakukan persetujuan.

Menteri, tindakan pendirian yayasan menurut pasal 24 ayat (1) undang-undang no. 28 Tahun 2004 bersifat wajib. Pengumuman tersebut dilakukan oleh Menteri dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pengesahan akta pendirian. Suatu badan hukum dikatakan kadaluwarsa apabila jangka waktu keberadaannya yang ditentukan dalam undang-undang telah habis, karena telah diambil keputusan untuk membubarkannya, karena dinyatakan pailit, dan karena adanya penetapan pengadilan karena sebab-sebab tertentu.

Referensi

Dokumen terkait

As for the methods used in the study of the myths of pregnant and nursing mothers in the Dawuhan village of Banyumas include observation, field and search the data in the form of an

Composition: a Duties to Parents b International Mother Language Day Half-yearly & Annual Exams: Full Marks-100, Time-3 Hours Part-A : Seen Passage 20 Marks 1... b Dialogue