• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia dari ibu ketuban pecah dini (kpd) Di rsud dr. H. Moch. Ansari saleh Banjarmasin - Repository Universitas Sari Mulia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia dari ibu ketuban pecah dini (kpd) Di rsud dr. H. Moch. Ansari saleh Banjarmasin - Repository Universitas Sari Mulia"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Pada pemeriksaan fisik, denyut jantung kurang dari 40 kali per menit, tidak ada tonus otot, sianosis berat, usaha pernafasan buruk, dan tidak ada refleks. Pada pemeriksaan fisik, denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, tonus otot lemah, sianosis, usaha pernafasan buruk, dan tidak adanya refleks. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan berelaksasi sehingga resistensi terhadap aliran darah berkurang.

Oksigen di alveoli diserap oleh pembuluh darah di vena pulmonalis, dan darah kaya oksigen kembali ke sisi kiri jantung dan kemudian dipompa ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Kematian akan terjadi apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen tidak segera dimulai (Nugroho, 2014). e.. c) sianosis berat d) usaha pernafasan lemah e) tidak adanya refleks. Ketuban pecah dini (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan/sebelum lahir, pada saat pembukaan <4 cm (fase laten), dapat terjadi pada akhir kehamilan atau jauh sebelum persalinan. PROM adalah KPD sebelum minggu ke 37 kehamilan.

Ketuban pecah dini (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum lahir, yaitu bila pembukaannya kurang dari 3 cm pada primi dan kurang dari 5 cm pada multipara (Mochtar, 2011). Menurut penelitian Natasya (2015), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian ketuban pecah dini paling tinggi pada paritas <1 dan >3. Sedangkan paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang aman dari segi kejadian ketuban pecah dini. Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun menurut Prawirohardjo (2008), kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah multigraviditas. /keseimbangan.

Artinya, wanita yang baru mengalami satu kali kelahiran mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami ketuban pecah dini dibandingkan wanita dengan status paritas multipara, karena kehamilannya masih utuh. Ketuban pecah dini saat persalinan biasanya disebabkan oleh kontraksi rahim dan peregangan yang berulang-ulang.Pecahnya selaput ketuban terjadi karena terjadi perubahan biokimia pada area tertentu yang menyebabkan selaput ketuban bagian bawah menjadi rapuh, dan bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Ketika waktu melahirkan semakin dekat, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 menyebabkan degradasi proteolitik pada matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada periodontitis dimana terjadi peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.

Ketuban pecah dini pada awal kehamilan disebabkan oleh faktor luar, misalnya infeksi yang menyebar dari vagina. Ketuban pecah dini sering terjadi pada polihidramion, inkompetensi serviks, dan solusio plasenta. Untuk pengambilan sampel cairan ketuban pada forniks posterior dan pengambilan sampel cairan untuk keperluan kultur dan penelitian bakteriologis. Berikan tekanan perlahan secara bergantian pada fundus. e) Amati keluarnya cairan lanugo atau vernix caseosa bila usia kehamilan >32 minggu.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah cairan ketuban dalam rongga rahim, jumlah tersebut dapat dilihat dengan PROM.

Tabel 2.2 Skor Bishop
Tabel 2.2 Skor Bishop

Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi BaruLahir

Asfiksia, yang dapat terjadi selama kehamilan, dapat dicegah dengan perawatan prenatal yang tepat dan dengan memperbaiki segala kelainan sedini mungkin. Gangguan yang terjadi pada akhir masa kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai dengan anoreksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia pada bayi baru lahir, sehingga perlu mendapat perhatian utama agar mampu mempersiapkan bayi untuk mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal. saat lahir (FKUI, 2012). Keadaan darurat janin pada masa persalinan dapat dideteksi dengan pemantauan detak jantung janin secara terus menerus, yang berguna untuk mencegah asfiksia neonatal (Nelson, 2009).

Tindakan yang akan dilakukan pada bayi bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala lebih lanjut yang mungkin terjadi (Prawirohardjo, 2010). Komplikasi yang sering terjadi pada PROM sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom gangguan pernapasan pada bayi baru lahir. Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatal terjadi karena terganggunya pertukaran gas dan transportasi O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan suplai O2 dan eliminasi CO2.

Kemunculan asfiksia seringkali diawali dengan adanya infeksi yang terjadi pada bayi, baik pada bayi baru lahir maupun terutama pada bayi prematur.Baik PROM maupun asfiksia saling mempengaruhi.

Manajemen Kebidanan

Informasi tersebut diperoleh dari klien, suami, keluarga atau rombongan, apakah pasien kemudian dirujuk oleh bidan, dukun atau orang lain (Rukiyah, 2012). A. Usia: Identifikasi faktor risiko dan tingkat kesuburan. f) Etnis/Kebangsaan: mengidentifikasi faktor ras. g) Agama: Cari informasi tentang agamanya. H). Keluhan pokok adalah keluhan yang harus dinyatakan secara singkat dan dalam bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi (Varney, 2007).

Berisi pernyataan tentang keseharian anak dalam hal makan, minum dan istirahat, jika ada masalah atau keluhan yang dialami (Nursalam, 2008). Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan hasil penunjang lainnya (Husin, 2014). Bayi normal mempunyai frekuensi pernafasan yang normal yaitu 40-60x/menit, namun bayi yang mengalami asfiksia mempunyai frekuensi pernafasan <40x/menit (Proverawati, 2010).

Bayi normal mempunyai denyut jantung normal 120-160 denyut/menit dan bayi dengan tersedak denyut jantungnya berkurang menjadi 60-80 denyut/menit. Berdasarkan data subjektif ibu, kehamilannya prematur/cukup bulan dan anaknya memiliki berat badan lahir rendah. Hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman pasien dan ditemukan dari hasil pengkajian atau berhubungan dengan diagnosis (Varney, 2007).

Permasalahan yang sering dialami oleh bayi penderita asfiksia biasanya adalah gangguan pernafasan dan seringnya hipotermia (Proverawati, 2010). Anak penderita asfiksia memerlukan pencegahan infeksi yang ketat dan penimbangan anak, pemeliharaan kehangatan, nutrisi sesuai kebutuhan bayi (Prawirohardjo, 2010). Hal ini merupakan identifikasi cermat terkait pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosis (Varney, 2007).

Kemungkinan diagnosis yang dapat terjadi pada penderita asfiksia antara lain gangguan pernafasan, hipotermia dan kematian (Rukiyah, 2012). Hal ini merupakan suatu tindakan yang harus sesuai dengan prioritas masalah, setelah bidan telah merumuskan terlebih dahulu tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis kemungkinan masalah (Varney, 2007). Antisipasinya adalah dengan menjaga suhu dengan menempatkan bayi baru lahir di dalam inkubator.

Suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah atau kebutuhan pasien yang berfungsi untuk memandu setiap pelayanan yang diberikan kepada pasien agar tercapai tujuan dan hasil yang optimal atau diharapkan (Varney, 2007). Pada langkah ketujuh ini dilakukan penilaian terhadap efektivitas pelayanan yang telah diberikan, termasuk apakah kebutuhan pertolongan benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang teridentifikasi dalam diagnosis dan permasalahan (Varney, 2007).

Metode Pendokumentasian SOAP

Dalam situasi dimana bidan bekerjasama dengan dokter dan tetap terlibat dalam pengelolaan perawatan klien secara keseluruhan (Varney, 2007). Menurut Helen Varney, dokumentasi penatalaksanaan obstetri pertama dan utama adalah studi terhadap data, terutama data yang diperoleh melalui observasi jujur ​​terhadap pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan diagnostik lainnya. Karena kondisi pasien dapat berubah sewaktu-waktu, dan informasi baru akan ditemukan dalam data subjektif dan objektif, proses peninjauan data akan menjadi sangat dinamis.

Hal ini juga mengharuskan bidan untuk secara teratur menganalisis data dinamis untuk melacak perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan memastikan perubahan pada pasien dapat cepat diketahui, sehingga keputusan atau tindakan dapat diambil dengan cepat. Analisa merupakan pendokumentasian penatalaksanaan obstetri menurut Helen Varney meliputi langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga hal-hal berikut ini merupakan diagnosis atau masalah obstetri, diagnosis atau potensi masalah serta perlunya identifikasi perlunya tindakan segera.

Rencana pelayanan ini harus mencapai kriteria sasaran yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu, tindakan yang dilakukan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus konsisten dengan hasil kerjasama dengan tenaga kesehatan lain, termasuk dokter. Walaupun istilah P adalah manajemen itu sendiri, P dalam SOAP juga merupakan gambaran dokumentasi implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P dalam metode SOAP melibatkan pendokumentasian pengelolaan asuhan kebidanan menurut langkah kelima, keenam dan ketujuh Helen Varney.

Dokumentasi P dan SOAP ini merupakan pelaksanaan pelayanan sesuai rencana yang disusun sesuai keadaan dan dalam rangka mengatasi permasalahan pasien. Jika kondisi pasien berubah, analisanya pun berubah, maka rencana perawatan dan pelaksanaannya kemungkinan besar akan berubah atau perlu disesuaikan.

Referensi

Dokumen terkait