• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Cedera Otak Ringan di RSUD Bangil Pasuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Cedera Otak Ringan di RSUD Bangil Pasuruan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cedera kepala (trauma capitis) merupakan suatu cedera yang mengenai kepala secara langsung maupun tidak langsung sehingga mengakibatkan luka pada kulit kepala, patah tulang tengkorak, robeknya selaput otak dan rusaknya jaringan otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan saraf. Syahrir, 2012). Sekitar 480.000 kasus per tahun diperkirakan merupakan kejadian cedera kepala aktual yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Akademis
  • Praktis

Metode Penulisan

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari keluarga klien atau orang terdekatnya, rekam medis perawat, hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lainnya.

Sistematika Penulisan Metode

Diagnosis cedera kepala ditegakkan dengan melakukan anamnesis secara detail untuk mengetahui riwayat cedera kepala serta mekanisme terjadinya cedera kepala, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang.Dalam anamnesis informasi penting yang perlu dicari adalah mekanismenya. Tingkat kesadaran dan respon klien terhadap lingkungan merupakan indikator yang paling sensitif untuk menilai disfungsi sistem saraf.Pada kasus lanjut, tingkat kesadaran klien dengan cedera kepala biasanya berkisar antara letargi, stupor, semicomatosis, hingga koma. Pada diagnosis, risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran, kegelisahan, agitasi, gerakan tak sadar, dan kejang sebanyak 3 kali.

Dalam tinjauan literatur ditemukan bahwa tingkat kesadaran klien mengalami penurunan, dan respon terhadap lingkungan merupakan indikator paling sensitif untuk menilai disfungsi sistem saraf. klien dengan cedera kepala biasanya berkisar dari letargi, stupor, semicomatosis, hingga koma (Mutaqqin, 2008). Pada tinjauan kasus teridentifikasi tiga diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan, karena klien merasakan nyeri akibat luka pada bayangan dan lengan kanan. Rusaknya keutuhan kulit akibat luka laserasi pada kulit kepala akibat luka lecet pada biji mata kanan dan siku lengan kanan atas akibat kecelakaan kendaraan bermotor.

Risiko tidak efektifnya perfusi jaringan otak berhubungan dengan berkurangnya pasokan oksigen ke otak, sehingga klien dengan cedera otak ringan akan mengalami pusing pada bagian belakang kepala. Tinjauan kasus tidak mengungkapkan diagnosis keperawatan risiko jatuh berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik karena klien tidak memiliki keterbatasan fisik dan klien sudah mampu berjalan. Dalam diagnosa keperawatan, risiko tidak efektifnya perfusi jaringan otak berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke otak. Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Hal ini karena apa yang tercantum dalam tinjauan pustaka. Penulis juga merencanakan tindakan keperawatan pada case review sama seperti pada pustaka review tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Dalam diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan robeknya kulit kepala, tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, hal ini dikarenakan yang disampaikan dalam tinjauan literatur, penulis juga merencanakan tindakan keperawatan pada kasus tersebut. tinjauan. , sama seperti pada tinjauan pustaka, tidak ada perbedaan yang berarti. Pada akhir pengkajian diagnosa keperawatan risiko tidak efektifnya perfusi jaringan serebral berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke otak, disimpulkan bahwa masalah keperawatan klien tidak terjadi karena sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perawat. , masing-masing. pusing klien dapat berkurang. 2015), bahwa tujuan keperawatan dari diagnosa keperawatan adalah resiko tidak efektifnya perfusi jaringan serebral berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke otak yaitu tidak adanya penurunan fungsi serebral pada klien.

Tabel 2.1 Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cedera Biologis, Kontraktur  (terputusnya jaringan tulang)
Tabel 2.1 Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cedera Biologis, Kontraktur (terputusnya jaringan tulang)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyakit

  • Definisi
  • Klasifikasi
  • Etiologi
  • Patofisiologi
  • Manifestasi Klinis
  • Diagnosa Banding
  • Komplikasi
  • Penatalaksanaan
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Dampak Masalah

Konsep Askep

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Rencana Kepeawatan
  • Implementasi Keperawatan

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

  • Analisa Data
  • Masalah Keperawatan
  • Diagnosa Keperawatan

Klien mengatakan bahwa dirinya sudah mengetahui tentang penyakitnya, cara pengobatannya, dan cara minum obat yang benar sesuai anjuran. Nafsu makan sebelum sakit baik dan saat sakit juga baik, pola makan klien sebelum sakit sehari 3x (habis 1 porsi) dan saat sakit 3x sehari (habis 1 porsi), jenis minuman sebelum sakit 1000cc air putih sehari dan bila sakit air putih 1000cc sama dengan 1000cc perhari, tidak ada pantangan makan, menu makanan sebelum sakit dan saat sakit tetap sama yaitu nasi, lauk pauk, sayur mayur. Pada pemeriksaan didapatkan bentuk dada simetris, susunan ruas tulang belakang normal, tidak terdapat tambahan otot pernafasan, tidak dipasang alat pernafasan, tidak terdapat batuk dan produksi sputum.

Tidak ada peningkatan tekanan darah, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada peningkatan atau penurunan jumlah denyut nadi, tidak ada jari kedutan, JVP normal. Mulut bersih dan simetris, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, klien tidak kesulitan makan, tidak kehilangan nafsu makan, tidak mual muntah. Kemampuan menggerakkan sendi terbatas, tidak ada dekubitus, tidak ada edema, tidak ada dislokasi, tidak ada patah tulang, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga, klien dibantu oleh keluarga untuk makan. , buang air kecil, buang air besar, ganti baju. pakaian, duduk, lap dengan bantuan keluarga.

Status klien dalam keluarga adalah sebagai anak-anak, klien menyatakan puas dengan kedudukannya, klien juga puas dengan jenis kelaminnya. Klien mengatakan perannya seperti anak kecil, klien juga mengatakan mampu menjalankan perannya sebagai anak yang baik. Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, respon klien saat berinteraksi baik, tenang dan kooperatif.

Gambar 3.1 Genogram Keluarga  An . A dengan diagnosa medis Cedera Otak Ringan   (COR) di RSUD Bangil
Gambar 3.1 Genogram Keluarga An . A dengan diagnosa medis Cedera Otak Ringan (COR) di RSUD Bangil

Intervensi Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Dalam tinjauan literatur ditemukan data pasien dengan kerusakan otak sedang meliputi penurunan kesadaran, sakit kepala (pusing), mual dan muntah (Mutaqqin, 2008). Pada case review didapatkan data GCS 15 dan klien mengalami cedera otak ringan sehingga klien tidak mengalami gangguan kesadaran, orientasi baik, kooperatif saat berinteraksi. Pada tinjauan literatur ditemukan data batuk klien, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu pernafasan dan peningkatan frekuensi pernafasan.

Dalam tinjauan literatur, kami memperoleh data tentang status urin, termasuk warna, kuantitas, dan sifat urin, termasuk berat jenis urin. Dalam peninjauan kasus, pasien tidak dipasang kateter indwelling karena kesadaran komosmentis dan kemampuan mobilisasinya normal dan tidak ada hambatan. Tinjauan literatur menemukan data kesulitan menelan, penurunan nafsu makan, mual dan muntah pada fase akut.

Saat meninjau kasus tersebut, ditemukan bahwa klien tidak menemukan adanya kerusakan pada indra seperti penglihatan, gangguan indra perasa, atau gangguan indera penciuman. Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, kontraktur (kerusakan jaringan tulang), tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dengan tinjauan kasus, hal ini dikarenakan yang tertuang dalam tinjauan literatur, penulis juga merencanakan tindakan. Dalam merumuskan tujuan antara tinjauan literatur dan studi kasus, perencanaan tinjauan literatur menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan.

Implementasi Keperawatan

  • Catatan Perkembangan
  • Evaluasi Akhir

PEMBAHASAN

Pengkajian Keperawatan

Penelusuran literatur memperoleh data antara lain nama, jenis kelamin (laki-laki dua kali lebih mungkin berisiko dibandingkan perempuan), usia, yang biasanya terjadi pada anak usia 2 bulan, 15 hingga 24 tahun, dan lansia. Dalam tinjauan literatur diperoleh data riwayat trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian dan trauma langsung pada kepala. Data diperoleh selama tinjauan kasus. Pada pemeriksaan didapatkan bentuk dada simetris, posisi ruas tulang belakang normal, tidak terdapat tambahan otot pernafasan, tidak dipasang alat pernafasan, tidak terdapat batuk atau produksi sputum, dan fremitus vokal klien. simetris di sisi kanan.dan.

Berdasarkan peninjauan kasus, tidak ditemukan adanya syok hipovolemik, hal ini dikarenakan klien tidak memiliki riwayat pendarahan yang berarti pada saat kecelakaan, sehingga jantung mampu mensuplai darah dalam jumlah yang cukup ke seluruh tubuh. Pada case review diperoleh data kesadaran komposit, CGS 4-5-6, orientasi baik, tidak kejang, sakit kepala, isochore pupil, reflek cahaya baik, tidur di rumah 2 jam, tidur malam 8 jam. Dalam peninjauan kasus ditemukan bahwa klien tidak mengalami penurunan kesadaran, karena tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial akibat perdarahan, baik hematoma intraserebral, hematoma subdural, maupun hematoma epidural.

Pada tinjauan kasus diperoleh data mulut bersih dan simetris, mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, klien tidak kesulitan makan, tidak nafsu makan menurun, tidak mual muntah. Dalam tinjauan literatur ditemukan adanya kelainan pada mata seperti kelainan pupil (respon terhadap cahaya), deviasi mata, ketidakmampuan mengikuti. Dalam tinjauan literatur ditemukan data mengenai pembesaran pankreas, lesi atau luka dan memar, perubahan warna kulit dan kuku seperti pucat atau sianosis, kulit kering dan kasar (Mutaqqin, 2008).

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Dalam hal diagnosa keperawatan, tidak ada hambatan mobilitas fisik selama intervensi keperawatan, karena jika masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dan nyeri akut dihilangkan maka pasien tidak akan memiliki hambatan mobilitas fisik. Namun dalam tinjauan kasus perencanaan menggunakan tujuan, dan dalam intervensi alasannya adalah penulis ingin mencoba memberdayakan pasien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan meningkatkan pengetahuan (kognitif), keterampilan masalah (afektif) dan perubahan. dalam perilaku pasien (psikomotor). Kriteria hasil waktu dimasukkan dalam tujuan tinjauan kasus karena dalam kasus nyata kondisi pasien bersifat mendesak.

Terdapat kesamaan intervensi diagnosis keperawatan yang disajikan antara tinjauan literatur dan studi kasus, namun setiap intervensi tetap mengacu pada target, data dan kriteria hasil yang ditentukan.

Implementasi Keperawatan

Saat mendiagnosis nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan, seluruh perencanaan asuhan keperawatan telah lengkap, seperti menjelaskan pada klien penyebab nyeri dan penatalaksanaannya, mendorong klien untuk segera melaporkan nyeri, mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi, mengamati sejauh mana nyeri terjadi. nyeri, lokasi, frekuensi, dan reaksi yang dialami klien. , Berkolaborasi dengan tim medis untuk memberikan terapi IV yang tepat kepada klien. Bila terdiagnosis kerusakan integritas kulit berhubungan dengan laserasi kulit kepala, seluruh perencanaan asuhan keperawatan telah selesai, seperti mobilisasi klien (mengubah posisi klien setiap 2 jam), anjurkan klien menjaga kebersihan dan kekeringan kulit pada area luka, monitoring status gizi pasien, mengamati karakteristik luka, warna dan bau, bekerja sama dengan tim medis untuk memberikan pengobatan yang tepat bagi pasien. Saat mendiagnosis risiko tidak efektifnya perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan oksigenasi ke otak, semua perencanaan asuhan keperawatan telah lengkap, seperti menempatkan klien dalam posisi terlentang (tempat tidur klien rata dan meminta klien untuk beristirahat, mengamati tingkat kesadaran klien. (kesadaran klien, GCS 4.5, 6, keadaan umum baik, klien kooperatif), anjurkan klien membatasi pergerakan leher, kepala dan punggung, berikan posisi kepala tegak 15 -30˚, amati tanda-tanda status neurologis dengan GCS, mengeluh nyeri.

Evaluasi Keperawatan

Setelah melakukan penelitian dan melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien dengan diagnosa medis cedera otak ringan di Bangsal Melati RSUD Bangil Pasuruan, penulis dapat menarik kesimpulan serta saran yang dapat membantu dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. untuk klien yang didiagnosis cedera otak ringan.

Kesimpulan

Saran

Gambar

Tabel 2.1 Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cedera Biologis, Kontraktur  (terputusnya jaringan tulang)
Tabel  2.2  Ketidakefektifan  Perfusi  Jaringan  Serebral  Berhubungan  Dengan  Penurunan  Ruangan  Untuk  Perfusi  Serebral  Sumbatan  Aliran  Darah  Serebral
Tabel 2.4 Resiko Cidera Berhubungan Dengan Penurunan Tingkat Kesadaran,  Gelisah, Agitasi, Gerakan Involunter dan Kejang
Gambar 2.3 Pathway Cedera Otak Sedang (Nurarif & Kusuma, 2015) Resiko cidera
+5

Referensi

Dokumen terkait

Intervensi keperawatan pada Ny, M dengan diagnosa kedua nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi maka goal dari diagnosa ini yaitu setelah dilakukan tindakan

1. Untuk diagnosa 1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. Goal : Pasien dapat mengontrol nyeri selama dalam proses keperawatan, Objektif : setelah di lakukan

Evaluasi yang di dapatkan pada tanggal 27 Mei 2019 untuk diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis evaluasi yang diperoleh pada

Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (STEMI Inferior), tindakan yang dilakukan adalah mengatur tempat tidur dan lingkungan pasien, melakukan

Pada diagnosa pertama Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka gangren), dipilih menjadi diagnosa pertama karena dapat mengancam kesehatan, maka

Rencana yang dilakukan berdasarkan NOC dan NIC 2016, yaitu: pada Diagnosa keperawatan 1 nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis perencanaan yang

Evaluasi diagnosa keperawatan yang utama yaitu diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan), Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau

KESIMPULAN DAN SARAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala ringan dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah keperawatan nyeri akut dilakukan