• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT ANGGINA LUDWIG

N/A
N/A
Pace Aide26

Academic year: 2024

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT ANGGINA LUDWIG "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT ANGGINA LUDWIG

OLEH KELOMPOK 4 : Helen

a

OktaviaModo uw

2 0220820 24003

Ilonna Sarlotha Josephine Jafdas

2 0220820 24012

Sipora

Ayum 2

0220820 24023 Hasri

ati 2

0220820 24043 Qotiin

Januati 2

0220820 24039 Mesw

anLingga

2 0220820 24028

(2)

Agusti

nusKoyari 2

0220820 24013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA 2023

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

1. Umum 2. Khusus D. MANFAAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP TEORI

B. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian

2. Analisa Data

3. Perumusan Diagnosa dan Prioritas 4. Intervensi Keperawatan

BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Data epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian Angina Ludwig semakin menurun dengan angka kejadian berkisar 4–8% dari seluruh infeksi jaringan lunak leher.

Angina Ludwig ditemukan lebih banyak pada laki–laki. Rentang usia pasien berkisar 20–60 tahun. Angina Ludwig juga dapat terjadi pada anak tanpa faktor risiko yang jelas. Sebuah studi menemukan bahwa angka kejadian Angina Ludwig berkisar 4–8% dari seluruh infeksi jaringan lunak leher.

Angina Ludwig merupakan selulitisdiffusa yang potensial mengancam nyawa yang mengenai dasar mulut dan region submandibular bilateral dan menyebabkan obstruksi progresif dari jalan nafas. Wilhelm Frederick von Ludwig, pertama kali mendeskripsikan kondisi ini pada tahun 1836 sebagai infeksi ruang fasial yang hampir selalu fatal.

Angina Ludwig ditandai dengan demam, dispnea, disfagia akibat pembengkakan pada lantai mulut dan leher. Pada beberapa instansi, angina ini berkembang akibat komplikasi dari infeksi odontogenik dari gigi molar kedua dan ketiga. Pada pemeriksaan mikrobiologi, angina Ludwig diakibatkan oleh polimikroba, baik gram positif ataupun gram negatif, aerob ataupun anaerob.

Biasanya angina ini disebabkan oleh Streptokokusspp, Stafilokokusaureus, Prevotellaspp, dan Porfirimonas spp1.

(4)

Terapi pada angina Ludwig bertujuan untuk mengamankan jalan nafas, terapi antimikroba spectrum luas secara agresif, dan dekompresifacial planes dengan memusnahkan sumber infeksi1.

Mengenal tanda-tanda awal angina Ludwig sangat penting dalam manajemen gangguan ini. Pada kasus tahap lanjut, mengamankan patensi jalan nafas dan drainase surgical sangat penting untuk menghindari terjadinya asfiksia.

Prognosis angina Ludwig sangat tergantung kepada seberapa cepat tatalaksana mengamankan jalan nafas dan pemberian antibiotic dilakukan. Pada era sebelum ditemukannyaantibitik, tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan dengan era saat antibiotik telah ditemukan.

B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

1. Umum

Tujuan dari penyusunan makalah Angina Ludwig dan Mouth Ulcer ini adalah sebagai berikut:

a) Sebagai salah satu tugas penilaian

b) Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca, terutama mengenai manifestasi klinis, diagnosis, dan tatalaksana Angina Ludwig dan Mouth Ulcer

2. Khusus D. MANFAAT

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI ANGGINA LUDWIG 1. Definisi

Angina Ludwig didefinisikan sebagai selulitis yang menyebar dengan cepat, potensial menyebabkan kematian, yang mengenai ruang sublingual dan submandibular. Umumnya, infeksi dimulai dengan selulitis, kemudian berkembang menjadi fasciitis, dan akhirnya berkembang menjadi abses yang menyebabkan indurasisuprahioid, pembengkakan pada dasar mulut, dan elevasi serta perubahan letak lidah ke posterior.

Wilhelm Fredrick von Ludwig pertama kali mendeskripsikan angina Ludwig ini pada tahun 1836 sebagai gangrenous cellulitis yang progresif yang berasal dari region kelenjar submandibular.

Gambar 1: Buccal space infection (infected mandibular molar), Massenteric Space Infection infected left mandibular with Ilustrasi anatomi,

Gambar 2: Infraorbital space infection impinging on the eye, Ludwig angina –Requring Tracheostomy with Ilustration anatomi.

Sumber: Color Atlas of Common-Oral Disease Fifth Edition, Hal.145

Faktor risiko

Sering terjadi pada orang dengan kondisi sebagai berikut:

Penderita diabetes, malnutrisi, memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita HIV-AIDS atau penyakit autoimun, memasang tindik di

(6)

lidah, tidak menjaga kebersihan mulut, mengalami kanker mulut, karies gigi.

2. Anatomi fisiologis

Gambar 2:

Sumber:

3. Etiologi

Etiologi Angina Ludwig yang paling sering adalah bakteri yang menyebabkan infeksi gigi molar dua tiga rahang bawah. Angina Ludwig biasanya didahului dengan infeksi ringan yang kemudian menyebar dan membentuk indurasi pada leher bagian atas. Kemudian terbentuk abses dalam pada rongga submandibular, sublingual dan submental.

Agen penyebab Angina Ludwig yang paling sering ditemukan adalah gabungan dari bakteri aerob dan anaerob, termasuk flora normal rongga oral. Beberapa bakteri yang dilaporkan dapat menyebabkan Angina Ludwig adalah Streptococcus viridans, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis.

Pada frekuensi yang lebih rendah, sekitar 7%, dilaporkan terjadinya Angina Ludwig karena bakteri Group A Streptococcus beta hemolytic.

Beberapa agen infeksi lain yang pernah dilaporkan menyebabkan Angina Ludwig adalah Bacteroides, Fusobacteriumnucleatum, Peptostreptococcus, dan Enterobacteraerogenes.[

4. Manifestasi Klinis

Demam, takipnea, takikardi. Pasien bisa gelisah, agitasi, dan konfusi. Gejala lainnya yaitu adanya pembengkakan yang nyeri pada dasar mulut dan bagian anterior leher, disfagia, odinofagia, drooling,

(7)

trismus, nyeri pada gigi, dan fetid breath. Suara serak, stridor, distress pernafasan, penurunan air movement, sianosis, dan “sniffing” position2.

Stridor, kesulitan mengeluarkan secret, kecemasan, sianosis, dan posisi duduk merupakan tanda akhir dari adanya obstruksi jalan nafas yang lama dan merupakan indikasi untuk dipasang alat bantupernafasan.

Pasien dapat mengalami disfonia yang disebabkan oleh edema pada struktur vokalis. Gejala klinis ini harus diwaspadai oleh klinisiakan adanya gangguan berat pada jalan nafas.

5. Patofisiologi

Patofisiologi Angina Ludwig seringkali diawali dengan infeksi gigi pada molar 2 dan 3 rahang bawah kemudian menyebar ke subgingival pocket, lalu ke muskulatur dan ke jaringan lunak kemudian menyebabkan selulitis pada rongga submandibular.

Infeksi gigi seringkali mengawali Angina Ludwig karena akar gigi tersebut memanjang secara inferior pada insersi mandibular otot mylohyoid. Infeksi pada kedua gigi ini dapat menyebabkan perforasi pada mandibula dan meluas hingga rongga submandibula.

Rongga submandibula terdiri atas 2 ruang yang dipisahkan oleh otot milohioid. Rongga sublingual terletak superior dari otot mylohyoid, sedangkan rongga submaksilaris terletak pada inferiornya. Kedua rongga ini dianggap menjadi 1 rongga karena terdapat batas bebas oleh otot mylohyoid yang menghubungkan keduanya.

Rongga submandibula kanan dan kiri dipisahkan oleh tulang periodontal yang cenderung tipis, sehingga menyebabkan infeksi lebih mudah menyebar secara medial. Kondisisanatomis ini menyebabkan penyebaran infeksi mudah terjadi.

Infeksi yang terjadi pada Angina Ludwig tidak menyebar melalui sistem limfatikus ataupun hematogen. Infeksi umumnya terjadi secara bilateral. Selain dari infeksi gigi molar, selulitis juga dapat menyebar dari absesperitonsilar dan parotitissupuratif.

6. Pathway

7. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi:

(8)

2) Palpasi: pembengkakan pada area bawah rahang 3)

8. Pemeriksaan penunjang dan interprestasi 1) Pemeriksaan laboratorium

2) Pemeriksaan sampel cairan dan jaringan pada areal bengkak 3) CT SCAN

4) MRI

5) Foto polos,

Gambar…: pemeriksaan foto polos (Foto Polos menunjukkan adanya pembengkakan supraglotik (tanda panah)2

, CT Scan (CT scan menunjukkan adanya pembengkakan supraglotik dan adanya udara dalam soft-tissue2)

eni s Pe me rik saa n

asi l

nterp resta si

N i l a i N o r m a l erempu an ab

dar ah ek osi t

4.0 00

ekosi tosis

(9)

b ult ur dar ah

tre pto co cc us, sta ph ylo co cc us, ba kte roi des Pemeriksaa

n sampel cairan dan jaringan pada areal bengkak

CT SCAN

enu nju kka n pen gu mp ula n cair an rua ng sub ling ual, pen gu

(10)

mp ula n mel uas hin gga lem ak sub kut an leh er, mel uas ke ara h kau dal ke din din g dad a ant erio r, me nyu sup ke me dias tinu m seti ngg

(11)

i tula ng sela ngk a, sem uan ya ber asal dari gigi pre mol ar

MRI

SC T oto pol os leh er oto tho rax oto pa nor am ic rah an g sg leh er 9. Penatalaksanaan Penyakit

(12)

Tujuan utama pengobatan angina Ludwig adalah untuk mengamankan jalan napas, karena asfiksia akibat obstruksi jalan napas merupakan penyebab utama kematian. Langkah selanjutnya termasuk mengendalikan infeksi dengan antibiotik spektrum luas intravena dan drainase bedah pada beberapa kasus infeksi yang sudah parah. Steroid intravena dan adrenalin nebulisasi dapat menjadi pengobatan tambahan untuk memperbaiki edema wajah dan saluran napas serta penetrasiantibiotic

1) Manajemen Jalan Nafas

Jika hipoksia, pasien harus menerima oksigen tambahan.

Pembengkakan leher biasanya mempersulit ventilasi masker; oleh karena itu, pemberian oksigen awal pada pasien dengan menggunakan pendekatan apa pun sangatlah penting. Peninggian lidah dan trismus mempersulit penempatan saluran napas orofaringeal. Intubasinasotrakeal fleksibel adalah metode intubasi yang disukai, namun pengaturan untuk pembedahan saluran napas seperti krikotirotomi harus dilakukan sebelum upaya intervensi saluran napas. Disarankan agar pasien diintubasi dalam posisi duduk dan terjaga, menggunakan endoskopiintubasi fleksibel.

Intubasinasotrakeal yang fleksibel memerlukan dokter yang berpengalaman; jika tidak memungkinkan, krikotirotomi atau trakeostomi terkadang dilakukan sebagai manuver darurat pada infeksi stadium lanjut.

Mengelola jalan napas sebelum stridor atau sianosis sangat penting, karena ini merupakan temuan yang terlambat.

Intubasinasotrakeal buta, yang melibatkan pemasangan selang endotrakeal tanpa melihat langsung ke laring, harus dihindari pada kasus angina Ludwig. Prosedur ini berpotensi menyebabkan perdarahan, pecahnyaabses, memperburuk edema, dan menyebabkan spasmelaring.

Perangkat saluran napas supraglotis mungkin tergeser karena perkembangan pembengkakan; perangkat ini harus dihindari.

2) AntibiotikIntravena

Setelah jalan napas aman, antibiotikintravena spektrum luas berfungsi sebagai pengobatan lini pertama. Antibiotik harus mencakup mikroflora aerobik, anaerobik, dan oral. Ampisilin-sulbaktam atau

(13)

klindamisin adalah antibiotik yang paling sering diresepkan. Pada pasien immunocompromised, cakupan antibiotik harus mencakup batang gram negatif dan bakteri aerob dan anaerob yang memproduksi beta-laktamase.

Beberapa pilihan termasuk cefepime, meropenem, atau piperacillin- tazobactam.

Selain itu, dokter harus mempertimbangkan cakupan MRSA untuk pasien dengan sistem kekebalan tubuh lemah, pasien dengan peningkatan risiko MRSA, atau pasien dengan riwayat infeksi MRSA sebelumnya.

Cakupan MRSA mencakup penambahan vankomisin IV atau linezolid IV pada cakupan antibiotik yang disebutkan. Tabel 1 merangkum rejimenantibiotik yang direkomendasikan (lihat File Media 4).

3) Steroid Intra Vena

Steroid intravena dan adrenalin nebulisasi (epinefrin) dapat digunakan sebagai pengobatan tambahan, mengurangi edema dan selulitis, memfasilitasi intubasi, dan meningkatkan penetrasiantibiotik ke dalam ruang fasia. Beberapa laporan kasus menunjukkan penurunan kebutuhan manajemen saluran napas dengan penggunaan steroid. Deksametason (10 mg IV) adalah steroid yang paling umum digunakan untuk kasus ini.

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum penggunaan steroid menjadi standar perawatan, dan penggunaan steroid diserahkan kepada kebijaksanaan dokter yang merawat. Meskipun buktinya terbatas, adrenalin yang dinebulasi juga berpotensi mengurangi obstruksi jalan napas.

4) Drainase Bedah

Meskipun buktinya masih kontroversial, dekompresibedah dini pada ruang submandibular dapat memperbaiki status jalan napas. Intervensi bedah bertujuan untuk membuka kembali saluran napas orofaring dengan membiarkan lidah bergerak ke posisi lebih anteroinferior. Sayatan biasanya dibuat sejajar dan selebar 2 jari di bawah sudut mandibula, dan, dalam beberapa kasus, diperlukan banyak sayatan. Langkah-langkah berikut termasuk memindahkan kelenjar submandibular dan membagi otot mylohyoid untuk mendekompresikompartemenfasia yang terkena.

(14)

Dekompresi dasar mulut secara bedah dapat menghindari kebutuhan intubasi saluran napas yang berkepanjangan dan mengurangi lama rawatinap di rumah sakit secara keseluruhan. Selain itu, prosedur ini aman dan tidak ada laporan komplikasi langsung.

Gambar: Drainase pada infeksi supuratif5

Dekompresibedahdiindikasikan pada kasus angina Ludwig ketika terdapat abses yang terlihat pada pencitraan, adanya fluktuasi pada pemeriksaan, atau ketika pengobatan antibiotik terbukti tidak efektif.

Gambar .;

Sumber : .

5) Memasang alat bantu napas berupa tabung elastis ke dalam tenggorokan melalui mulut (intubasi endotracheal)

6) Memberikan oksigen

7) Memasang infus sebagai jalur pemberian cairan dan obat 10. Pencegahan

1) Edukasi

2) Jaga kebersihan mulut

 Menyikat gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride

 Tidak menindik lidah

(15)

 Memeriksakan diri ke dokter bila mengalami patah gigi, sakit gigi, rahang maupun gusi.

 Menjalani pemeriksaan rutin gigi k dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

 Menghindari cidera rahang dengan memakai APD ketika berkendara, bekerja atau berolahraga.

Infeksi odontogenik adalah penyebab utama angina Ludwig.

Memberikan pendidikan keselamatan kepada pasien dengan infeksi gigi sangat penting dalam mengurangi risiko komplikasi parah. Gejala tanda bahaya yang mungkin mengindikasikan pembengkakan yang semakin parah dan mungkin memerlukan penanganan darurat meliputi:

1) Pembatasan pembukaan mulut yang signifikan 2) Pembengkakan submandibular bilateral

3) Suara "kentang panas".

4) Demam

5) Dasar mulut yang keras atau bengkak 6) Mobilitas lidah terbatas

7) Kesulitan menelan 8) Mengiler

11. Komplikasi

Seperti disebutkan, Ludwig angina adalah selulitis progresif cepat yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas yang memerlukan intervensi segera. Adanya gejala saluran napas atau ketidakmampuan mengatur sekret mulut merupakan indikasi yang jelas untuk intubasielektif guna mencegah potensi kematian pada kasus angina Ludwig.

Selain itu, pemantauan ketat sangat penting untuk mencegah penyebaran selulitis ke area sekitar, yang dapat menyebabkan komplikasi seperti mediastinitis atau selulitis leher. Selain itu, angina Ludwig dapat berkembang menjadi pneumonia aspirasi. Mediastinitisnekrotikans menurun, yang terjadi terutama melalui ruang retrofaringeal (71%) atau selubung karotis (21%), merupakan komplikasi parah yang memerlukan perhatian.

Sepsis yang mengakibatkan kegagalan banyak organ sering terjadi, terutama pada pasien dengan gangguan sistem imun.

1) Penyumbatan saluran pernapasan

(16)

2) Infeksi yang menyebar ke aliran darah (sepsis) 3) Dehidrasi akibat sulit menelan (disfagia) B. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian 2. Analisa Data

3. Perumusan Diagnosa dan Prioritas 4. Intervensi Keperawatan

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9275530/

2022 Jun; 14(6): e25873.

Published online 2022 Jun 12. doi: 10.7759/cureus.25873

Color Atlas of Common-Oral Disease Fifth Edition,

Referensi

Dokumen terkait