• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cva Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa ... - UKH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cva Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa ... - UKH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kusuma Husada Surakarta 2020 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cva Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan: Integritas Kulit

Siti Maryam1, Endang Zulaicha Susilaningsih2, Isnaini Rahmawati3

1Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

2Dosen Program Studi DIII Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

3Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Email penulis: sitim6964@gmail.com1)

ABSTRAK

Stroke atau Cerebro Vaskular Accident (CVA) merupakan gangguan system syaraf pusat yang paling sering ditemukan dan penyebab utama dari gangguan aktivitas fungsional pada orang dewasa. Pada penderita stroke biasanya akan mengalami keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri. Imobilisasi merupakan faktor risiko utama pada munculnya luka tekan. Salah satu penatalaksanaan pasien stroke yang memiliki risiko terjadinya luka tekan adalah dengan diberikan alih baring. Alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o dapat mencegah terjadinya luka tekan atau dekubitus. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien CVA dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan: integritas kulit. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien Cerebro Vaskular Accident (CVA) dengan diagnosis keperawatan risiko luka tekan ditandai dengan skor skala Braden 9 yang artinya risiko sangat tinggi terjadi luka tekan. Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Cerebro Vaskular Accident (CVA) dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan: integritas kulit dengan masalah risiko luka tekan yang diberikan tindakan alih baring dengan posisi miring 30o selama 5 hari diperoleh hasil adanya peningkatan nilai skor skala Braden dari 9 menjadi 12 dan tidak terdapat tanda kemerahan dipunggung klien, tidak ada lesi pada area yang tertekan. Direkomendasikan tindakan alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o pada pasien Cerebro Vaskular Accident (CVA) untuk mencegah terjadinya luka tekan atau dekubitus.

Kata kunci: Alih baring, Cerebro Vaskular Accident (CVA), dekubitus.

 

PENDAHULUAN

Stroke atau kejadian serebrovaskular (CVA), merupakam suatu infark pada otak yang iskemik atau hemoragik menyebabkan gangguan fungsi otak

ditandai dengan defisit neurologis fokal dengan onset mendadak, hemiparesis merupakan tanda utama dari stroke (Brunner & Suddarth, 2013). Stroke adalah penyebab kecacatan jangka panjang yang

(2)

 

cukup serius dan penyebab gangguan mobilitas pada penderita stroke yang berusia 65 tahun ke atas (CDC, 2020).

Prevalensi stroke menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (2018) angka kejadian stroke di Indonesia menurun dari 5 tahun sebelumnya, 12,1 per mil menjadi 10,9 per mil dan meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu 8,3 per mil.

Pada penderita stroke seringkali akan mengalami keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri atau imobilisasi. Imobilisasi dapat diartikan sebagai keadaan tidak bergerak atau tirah baring yang terus menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis (Potter & Perry, 2010).

Imobilisasi yang di akibatkan dari penurunan kesadaran pada pasien stroke dikatakan sebagai faktor risiko utama pada munculnya dekubitus atau luka tekan.

Dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area, dan dasar jaringan yang disebabkan oleh tulang yang menonjol sebagai akibat tekanan, pergeseran, serta gesekan yang terjadi dalam waktu 3 hari sejak terpaparnya kulit akan tekanan (NPUAP, 2014; dan Bryant, 2016). Gangguan ini terjadi pada individu yang berada di tempat tidur, seringkali pada seseorang yang mengalami malnutrisi, kelumpuhan pada salah satu

sisi tubuh, dan mengalami penurunan kesadaran (Potter & Perry, 2010).

Pencegahan dekubitus pada pasien stroke dapat dilakukan dengan pemberian terapi alih baring. Alih baring atau perubahan posisi tidur adalah tindakan yang dilakukan untuk mengubah posisi pasien yang mengalami tirah baring total untuk mencegah terjadinya dekubitus atau luka tekan pada pasien (Andani, 2016).

Perubahan posisi tidur dengan cara alih baring memiliki manfaat mengganti titik tumpu berat badan yang tertekan pada area tubuh yang lain, mempertahankan sirkulasi darah pada daerah yang tertekan, dan dapat menurunkan tekanan pada tonjolan tulang (Kozier, 2010). Posisi tidur yang dapat mengurangi tekanan pada area trokanter adalah posisi miring 30 derajat atau posisi lateral (Wayunah, 2018).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien CVA dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan: integritas kulit”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien Cerebro Vascular Accident (CVA) dalam

(3)

 

pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan: integritas kulit.

Subjek studi dalam kasus ini yang digunakan adalah satu orang pasien Cerebro Vascular Accident (CVA) dengan kebutuhan rasa aman dan perlindungan:

integritas kulit yang mengalami penurunan kesadaran dan dirawat di Ruang Unit Stroke RSUD Dr. Moewardi. Dengan kriteria pasien memiliki risiko terjadinya luka tekan atau decubitus. Tempat pengambilan studi kasus ini dilakukan di ruang Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi pada tanggal 25-29 Februari 2020. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, memonitor integritas kulit pasien, dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian ini yang digunakan untuk menilai adanya risiko dekubitus adalah skala Braden.

HASIL

Subjek studi kasus ini adalah satu pasien dengan Cerebro Vaskular Accident (CVA) dengan penurunan kesadaran yang dirawat di Unit Stroke. Subjek adalah Tn.

M, berjenis kelamin laki-laki, berusia 49 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMP.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 25 Februari 2020 pukul 11.30 WIB didapatkan data faktor risiko

luka tekan yaitu pasien mengalami penurunan kesadaran somnolen dan mengalami imobilisasi atau tirah baring ditempat tidur, terdapat tanda kemerahan pada punggung pasien, ada penekanan diatas tonjolan tulang, dan ada gesekan pada permukaan kulit, pasien memiliki riwayat stroke ± 5 bulan yang lalu.

Didapatkan skor skala Braden sebelum dilakukan alih baring yaitu persepsi sensori 1: pasien mengalami penurunan kesadaran, keadaan somnolen nilai GCS 7 E2 M4 V1, kelembapan 2: kulit pasien teraba lembap dan terlihat berkeringat, mobilitas 1: pasien mengalami imobilisasi dan mengalami kelemahan otot (pada ekstremitas kanan atas: 3, kiri atas: 1, kekuatan otot ekstremitas kanan bawah: 3, kiri bawah: 1), nutrisi 3: pasien terpasang NGT dan diet cair masuk 150 cc dari 1 porsi 250 cc, gesekan 1: pasien di bantu total dalam pola aktivitas dan latihan/

bergerak, total skor 9 yang berarti risiko sangat tinggi terjadi luka tekan.

Berdasarkan masalah yang didapatkan pada subjek yang diperoleh dari hasil pengkajian baik observasi, pemeriksaan fisik, maupun studi dokumentasi, maka penulis menegakkan diagnosis keperawatan (D.0144) risiko luka tekan dibuktikan dengan faktor risiko skor skala Braden 9 (risiko sangat tinggi).

(4)

 

Sesuai masalah yang didapatkan pada pasien penulis menyusun luaran keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5x24 jam, maka integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125) dengan kriteria hasil: kemerahan hilang, suhu kulit yang tertekan dari panas menjadi hangat, tekstur atau kelembapan pada kulit menjadi kering.

Rencana keperawatan yang penulis susun adalah pencegahan luka tekan (I.14543) yaitu observasi: periksa permukaan kulit yang berisiko terjadi luka tekan dengan skala Braden, monitor suhu kulit, monitor integritas kulit, terapeutik:

keringkan kulit yang lembap akibat keringat atau urin, ubah posisi dengan hati- hati setiap 2 jam, edukasi: jelaskan keluarga tentang tanda-tanda kerusakan kulit, dan kolaborasi: kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat.

Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan pemberian alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o pada hari pertama sampai hari kelima menunjukkan peningkatan.

Pada hari pertama total skor skala Braden adalah 9 yang berarti risiko sangat tinggi terjadi luka tekan atau dekubitus.

Pada hari kedua total skor skala Braden adalah 10 yaitu risiko tinggi terjadi luka tekan atau dekubitus. Pada hari ketiga skor skala Braden 11 yang artinya risiko tinggi terjadi luka tekan atau dekubitus. Dan pada hari keempat dan kelima total skor skala Braden pada subjek yaitu 12 yang berarti risiko tinggi terjadi luka tekan atau dekubitus.

Hasil skor skala Braden mengalami peningkatan pada parameter kelembapan dan nutrisi seperti pada diagram 4.1.

Diagram 4.1 Diagram evaluasi skala Braden sesudah dilakukan intervensi

pemberian alih baring posisi setiap 2 jam pada subjek.

PEMBAHASAN

Pada pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 25 Februari 2020 pukul 11.30 WIB didapatkan data Tn. M dengan Cerebro Vascular Accident (CVA) mengalami penurunan kesadaran, mengalami imobilisasi, ada penekanan diatas tonjolan tulang dan ada gesekan pada permukaan kulit. Menurut Brunner dan Suddarth (2013) Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu infark

(5)

 

pada otak yang mengalami iskemik atau hemoragik menyebabkan gangguan fungsi otak ditandai dengan defisit neurologis fokal dengan onset mendadak, dan hemiparesis merupakan tanda utama dari stroke. Selain itu stroke juga dapat mengakibatkan pasien mengalami imobilisasi (Sari, 2007 dalam Wayunah, 2018). Imobilisasi pada pasien stroke yang diakibatkan penurunan kesadaran merupakan penyebab utama pada munculnya dekubitus (Bryant, 2016).

Imobilisasi dan gaya gesek mengakibatkan tekanan terutama pada area tonjolan tulang, tekanan tersebut menyebabkan iskemia dan hipoksemia pada jaringan yang terkena dikarenakan aliran darah ke tempat tersebut berkurang (Kowalak, 2014).

Pada pengkajian pada pemeriksaan fisik daerah integument dengan teknik inspeksi didapatkan data ada tanda kemerahan pada punggung pasien. Pada bagian tubuh yang mengalami tekanan secara kontinu dapat terjadi kerusakan pembuluh darah kecil, setelah mengalami penekanan kulit akan tampak pucat seperti ketika darah telah diperas keluar dari pembuluh darah, jika tekanan telah hilang kulit tampak kemerahan dan kemerahan tersebut tidak menghilang (Public health service’s Panel for the Prediction and Prevention of pressure Ulcers in Adults,

1992 dalam Kozier et al, 2010).

Berdasarkan fakta dan teori diatas penulis menyimpulkan kemerahan pada punggung pasien terjadi disebabkan adanya tekanan yang berlangsung lama sehingga mengakibatkan terjadinya proses vasodilatasi.

Dalam pengkajian risiko dekubitus yang dilakukan pada Tn. M penulis menggunakan skala Braden untuk memprediksi dekubitus karena skala Braden merupakan instrument yang valid dan reliable (Alfiyanti, 2011). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Sukurni dkk (2018) mengatakan skala Braden lebih sensitif untuk mendeteksi risiko pressur ulcer atau luka tekan dibandingkan dengan skala Waterlow, dalam penelitian didapatkan hasil skala Braden memiliki nilai sensitifitas 91%, spesifitas 42% dan nilai duga negative 71%, skala Waterlow memiliki nilai sensitifitas 60%, spesifitas 78%, dan nilai duga negative 41%. Skala Braden memiliki kategori nilai 19-23 tidak berisiko, 15-18 risiko ringan, 13-14 risiko sedang, 10-12 risiko tinggi, dan ≤ 9 risiko sangat tinggi terjadi luka tekan atau dekubitus (Kozier dkk, 2011).

Masalah keperawatan yang didapatkan yaitu risiko luka tekan dibuktikan dengan faktor risiko skor skala Braden 9 (risiko sangat tinggi terjadi luka tekan) (D.0144). Risiko luka tekan adalah

(6)

 

berisiko mengalami cedera lokal pada kulit dan/atau jaringan, biasanya pada tonjolan tulang akibat tekanan dan/atau gesekan (PPNI, 2016).

Diagnosis diatas sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dkk (2019) yang menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA (2015-2017) yaitu risiko dekubitus yang didukung data pengkajian dari kedua pasien mengalami penurunan kesadaran sopor, pola aktivitas dan latihan pasien ketergantungan total, mengalami imobilisasi fisik, kulit terlihat lembap sering berkeringat dan pucat, pada area gluteus tampak lecet dan kemerahan, hasil penilaian risiko dekubitus dengan menggunakan skala Norton pada kedua pasien memiliki risiko sangat tinggi terjadi luka dekubitus.

Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis dengan memberikan terapi alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o. Dalam penelitian yang dilakukan Aini (2013), mengatakan alih baring adalah pengaturan posisi yang diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit, menjaga bagian kepala tempat tidur setinggi 30o atau kurang akan menurunkan peluang terjadinya dekubitus akibat gaya gesek, alih posisi, alih baring atau tidur selang seling.

Hal tersebut dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Sarwanto dkk (2017) mengatakan bahwa posisi miring 30o lebih efektif mencegah terjadinya luka tekan pada pasien stroke dibandingkan posisi miring 90o, dilihat dari nilai rata-rata peringkat intervensi posisi miring 30o yaitu (p= 0,041) lebih tinggi dari pada intervensi pemberian posisi miring 90o (p=0,004).

Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi untuk mengatasi diagnosa keperawatan risiko luka tekan yaitu ubah posisi pasien dengan hati-hati setiap 2 jam dengan posisi miring 30o. Prosedur tindakan alih baring setiap 2 jam yaitu mengatur posisi miring 30o, posisi kepala tempat tidur ditinggikan sampai dengan 30o, kaki bagian atas dan kedua tangan ditekuk dengan disanggah menggunakan bantal, pelaksanaan tindakan alih baring dilakukan secara berkala setiap 2 jam yaitu dimulai pukul 08.00-10.00 WIB pasien di miringkan kearah kanan, pukul 10.00-12.00 WIB pasien diterlentangkan, dan pukul 12.00- 14.00 WIB pasien di miringkan kearah kiri, dan seterusnya seperti itu sampai dengan lima hari (Huda, 2012).

Mekanisme dari pemberian tindakan alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o adalah membebaskan tekanan sebelum terjadi iskemia jaringan hingga

(7)

 

terjadi reaktif hyperemia dan mengatasi hipoksia jaringan, maka iskemia jaringan tidak sempat terjadi dan luka tekan tidak akan pernah ada (Marsaid, Ain, & Wazida, 2019).

Hal tersebut juga dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Huda (2012) mengatakan bahwa pemberian posisi miring atau lateral 30o yang dilakukan secara kontinu memberikan dampak yang bagus terhadap pasien yang mengalami kelemahan anggota gerak yaitu mencegah dan mengurangi adanya luka tekan.

Setelah diberikan tindakan alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o diperoleh hasil adanya peningkatan nilai skor skala Braden namun masih ada risiko luka tekan, pasien masih belum sadar dan skor skala Braden masih 12 (risiko tinggi).

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu persepsi sensori masih terdapat gangguan karena pasien mengalami penurunan kesadaran.

Pasien dengan gangguan persepsi sensori adalah pasien yang tidak mampu merespon adanya ketidaknyamanan terhadap tubuh yang disebabkan oleh tekanan, gesekan

dan sensasi tubuh yang meningkat, pada pasien tanpa kemampuan untuk merasakan ketidaknyamanan yang terjadi pada tubuh akan mengakibatkan risiko terjadinya luka tekan atau dekubitus (Potter & Perry, 2010).

Pada aktivitas pasien hanya terbaring ditempat tidur karena terdapat kelemahan dan kelumpuhan akibat stroke yang mengakibatkan pasien tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Dewi, 2011).

Pada mobilitas pasien tidak mampu bergerak. Sehingga menyebabkan pasien tidak bisa melakukan perubahan posisi atau bergeser secara mandiri untuk mengurangi tekanan pada area penonjolan tulang (Anders et al, 2010). Menurut Said dkk (2013) pasien yang mengalami imobilisasi bisa mengalami gangguan sirkulasi perifer khususnya pada daerah yang tertekan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan jaringan di area tersebut mengalami kematian akibat kekurangan suplai darah. Hal ini diperkuat

(8)

 

oleh penelitian Dewi (2011) pada pasien stroke di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta yang menunjukkan bahwa tingkat aktivitas (mobilisasi) pasien dapat mempengaruhi terjadinya dekubitus.

Faktor-faktor yang lain yaitu gesekan disebabkan pasien tidak mampu mengangkat badannya sendiri sehingga terjadi pergeseran pada kulit dan permukaan matras. Pergeseran digambarkan sebagai sesuatu yang saling mempengaruhi antara gravitasi dengan gesekan, pergeseran sementara pada permukaan kulit ketika dikombinasikan dengan tekanan yang terus menerus maka akan terjadi penurunan toleransi jaringan serta akan menimbulkan luka tekan (Tong, Yip, Yick, & Yuen, 2016). Hal tersebut menjadi perhatian penulis untuk melanjutkan intervensi karena masih terdapat risiko luka tekan pada pasien.

Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ana (2016) yang mengatakan pengaturan posisi miring 30o diberikan selama lima hari efektif terhadap pencegahan dan penurunan kejadian pressur ulcer.

KESIMPULAN

Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Cerebro Vascular Accident (CVA) dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan: integritas kulit dengan masalah keperawatan risiko luka tekan ditandai dengan nilai skor skala Braden 9. Tindakan yang diberikan adalah alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o selama 5x24 jam diperoleh hasil adanya peningkatan nilai skor skala Braden dan Pasien tidak mengalami luka tekan atau dekubitus.

SARAN

Pemberian tindakan alih baring setiap 2 jam dengan posisi miring 30o efektif dilakukan untuk mencegah terjadinya luka tekan atau dekubitus pada pasien Cerebro Vascular Accident (CVA).

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Faridah. (2013). Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke Yang Mengalami Hemiparasis di Ruang Yudistira di RSUD Kota Semarang.

Jurnal Semarang: STIKES Ngudi Waluyo. 1-10

Alfiyanti, D., Nurhaeni, N., & Eryando, T.

(2012). Pengaruh Keperawatan Kulit Berdasarkan Skor Skala Braden Q Terhadap Kejadian Luka Tekan Anak di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RS. Tugurejo dan RS.

Roemani Semarang. Jurnal Unimus.

pp. 136-144

Ana, Karisma, D. (2016). Pengaturan Posisi Miring 30 Derajat dengan

(9)

 

Kejadian Pressure Ulcer. Adi Husada Nursing Journal. Vol. 2 No.

1 pp. 108-113

Andani, Mareta, F., Kristiyawati, S.P., &

Purnomo, S.E.C. (2016). Efektifitas Alih Baring Dengan Masase Punggung Terhadap Resiko Dekubitus Pada Pasien Tirah Baring di RSUD Ambarawa. Jurnal Ilmiah Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). 1-11.

Anderst, J., Heinemann, A., Leffmann, C., Leutenegger, M., Profener, F., & V, Renteln-Kruse, W. (2010).

Decubitus Ulcers: Pathophysiology And Primaty Prevention. Jurnal of Deutsches Arzteblatt International.

Vol. 107 No. 21 pp. 371-82

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta:

EGC.

Bryant, R. (2016). Acute and Chronic Wound. Elseiver.

CDC. (2020). Diseas & Conditions A-Z Index Stroke. Diakses pada tanggal 6

Februari 2020

<https://www.cdc.gov/diseaseconditi ons/az/s.html>

Dewi, Hastuti, P. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Huda, N. (2012). Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada Pasien Gangguan Persyarafan.

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya. Vol. 3 No. 2 pp. 28-33

Kowalak, J., Welsh, W., & Mayer, B.

(2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &

Praktik. Edisi 7. Jakarta: EGC

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &

Prakti, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Praktik

Keperawatan Klinis. Edisi 5.

Jakarta: EGC.

Marsaid., Ain, H., & Wazida, Fauzia, I.

(2019). Posisi Tidur Miring 30 Derajat Terhadap Terjadinya Luka Tekan Pada Pasien Stroke di RSUD Sidoarjo. Jurnal Keperawatan Terapan (e-Journal). Vol. 05 No. 02 pp. 111-120

National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). (2014). Prevention and Treatment of Pressure Ulcer: Quick Reference Guide.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010).

Fundamental Keperawatan. Edisi 7.

Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.

Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.

Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Rachmawati, D., Ulum, Etika, M., &

Sepdianto, Tri, C. (2019).

Pencegahan Dekubitus Pasien Stroke Hemorrhagic Setelah 24 Jam Serangan Di Stroke Center RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan. Vol. 7 No. 2 pp. 118-127

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).

(2018). Laporan Nasional

RISKESDAS 2018. Jakarta:

Balitbangkes.

Said, S., Haskas, Y,. & Semana, A. (2013).

Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Dekubitus Pada Pasien Yang Dirawat Di Ruang ICU RS Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol. 2 No. 1 pp. 1-6

Sarwanto, Doma, P., Kriatyawati, Sri, P.,

& Arif, S. (2017). Perbedaan Efektivitas Posisi Miring 30 Derajat

(10)

 

dan 90 Derajat dalam Menurunkan Risiko Dekubitus Pada Pasien Bedrest Total di RSUD Salatiga.

Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 1-12

Sukurni., Rosa, E.M., Yuniarti, F.A., &

Khoiriyati, A. (2018). Efektifitas Skala Braden Dan Skala Waterlow Dalam Mendeteksi Dini Resiko Terjadinya Pressure Ulcer Di Ruan Perawatan Rumah Sakit X. jurnal Kesehatan Karya Husada. Vol. 6 No. 2 pp. 120-138

Tong, S., Yip, J., Yick, K., & Yuen, M. C.

(2016). Pressure Ulcer Wound Care for Elderly in Home: A Case Report.

Journal of Dermatology Research and Therapy. Vol. 2 No. 3 pp. 1-5 Wayunah. (2018). Efektifitas Waktu

Perubahan Posisi Tidur Terhadap Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit X Kabupaten Indramayu. Jurnal Kesehatan Indra Husada. Vol. 6 No. 2 pp. 51-59

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi fraktur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah keperawatan Nyeri Akut yang