• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASMA BRONKIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASMA BRONKIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2021

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASMA BRONKIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Shintiyasmani Wulan Sari1, Titis Sensussiana, S.Kep.,Ns.,M.Kep 2, Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep3

1Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Email : shintiyaswulan@gmail.com

2Dosen Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Email : tsensussiana@gmail.com

3Dosen Prodi S1 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Email : wahyuningsihsafitri@gmail.com

ABSTRAK

Asma bronkial adalah penyakit kronis yang mengganggu jalan napas yang dikarenakan adanya penyempitan saluran napas bagian bawah dan menyebabkan jumlah udara yang masuk ke paru-paru menjadi berkurang. Pasien dengan Asma bronkial cenderung mengalami masalah ketidakefektifan pola napas. Tindakan yang diberikan yaitu pemberian posisi semi fowler 45o, tindakan ini bisa menaikan ekspansi paru dan menurunkan frekuensi sesak napas dikarenakan dapat membatu otot pernapasan mengembang dengan maksimal. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek studi ini adalah satu orang pasien dengan Asma Bronkial dengan peningkatan respiratory rate di ruang IGD RSUD Ungaran.

Hasil studi menunjukan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah pola napas tidak efektif yang dilakukan tindakan keperawatan pemberian posisi semi fowler 45o selama 30 menit didapatkan hasil terjadi penurunan respiratory rate dari 27x/menit menjadi 22x/menit. Sehingga dapat disimpulkan tindakan pemberian posisi semi fowler 45˚ efektif dilakukan pada pasien Asma Bronkial dalam kebutuhan oksigenasi.

Kata kunci : Asma Bronkial, Oksigenasi, Posisi semi fowler 45˚, Respiratory Rate.

(2)

Study Program of Nursing Diploma Three Faculty of Health Sciences University of Kusuma Husada Surakarta 2021

NURSING OF BRONCHIAL ASTHMA PATIENTS IN THE FULFILLMENT OF OXYGENATION NEEDS

Shintiyasmani Wulan Sari1, Titis Sensussiana, S.Kep.,Ns.,M.Kep 2, Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep3

1 Student of Nursing Study Program D3 in University of Kusuma Husada Surakarta Email : shintiyaswulan@gmail.com

2 Lecturer of Nursing Study Program D3 in University of Kusuma Husada Surakarta Email : tsensussiana@gmail.com

3 Lecturer of Nursing Study Program S1 in University of Kusuma Husada Surakarta Email : wahyuningsihsafitri@gmail.com

ABSTRACT

Bronchial asthma is a chronic disease that interferes with the airway due to narrowing of the lower airways and reduces the amount of air entering the lungs.

Patients with bronchial asthma tend to have problems with ineffective breathing patterns. The action given was the provision of a 45o semi-Fowler position, this action can increase lung expansion and reduce the frequency of shortness of breath because it can help the respiratory muscles expand to the maximum. The purpose of this case study is to know the description of nursing care in patients with bronchial asthma in fulfilling oxygenation needs.

This type of research was descriptive using a case study approach. The subject of this study was one patient with bronchial asthma with an increased respiratory rate in the emergency room at RSUD Ungaran. The results of the study showed that the management of nursing care for bronchial asthma patients in fulfilling oxygenation needs with ineffective breathing pattern problems carried out by nursing actions by giving a 45o semi-fowler position for 30 minutes, the results showed a decrease in respiratory rate from 27x/minute to 22x/minute. So it can be concluded that the act of giving a 45˚ semi-Fowler position is effective for bronchial asthma patients in need of oxygenation.

Key words : Bronchial Asthma, Oxygenation, Semi-Fowler's Position 45˚, Respiratory Rate.

(3)

PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit pada jalan napas yang disebabkan oleh stimulus tertentu yang menyerang bagian trakea dan bronki.

Asma dapat terjadi karena faktor keturunan, perubahan cuaca, stress, dan kondisi lingkungan kerja.

Penyakit asma ditandai dengan adanya batuk, suara napas mengi, sesak napas, penggunaan otot bantu napas (Musliha, 2010). Asma adalah penyakit kronis yang mengganggu jalan napas yang dikarenakan adanya inflamasi dan pembengkakan sehingga akibatnya saluran napas menyempit dan jumlah udara yang masuk ke paru-paru menjadi berkurang. Hal tersebut menyebabkan timbulnya suara napas tambahan seperti wheezing, batuk, dada sesak, dan gangguan napas terutama pada malam dan dini hari (Soedarto, 2012).

Berdasarkan laporan WHO pada bulan Desember 2016, tercatat pada tahun 2015 sebanyak 383.000 orang meninggal karena asma.

Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.

Angka kejadian asma di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas, 2018) mencapai 57.5%. Prevalensi asma di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 berjumlah 113.028 kasus dan jumlah penderita asma tertinggi berada di kota Surakarta dengan jumlah kasus 10.393 (Dinkes, 2013).

Sesak napas pada asma merupakan salah satu kegawatan yang ditandai dengan penurunan aliran udara ekspirasi dan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan gagal napas (Kimberly, 2011). Masalah utama pada asma bronkial terhadap penurunan arus puncak ekspirasi yaitu ketidakmampuan mendasar dalam mencapai angka aliran udara normal pernapasan saat ekspirasi yang menyebabkan Respiratory Rate (RR) meningkat (Masnadi, 2010).

Munculnya masalah pola napas tidak efektif pada asma bronkial terjadi ketika saluran pernapasan yang menyempit dan sesak napas yang diikuti dengan penggunaan otot bantu napas dan adanya suara napas tambahan wheezing yang disebabkan oleh radang saluran pernapasan dan

(4)

bronkokontriksi (Widodo &

Djajalaksana, 2012). Asma bronkial akan terjadi produksi mukus yang berlebih sehingga dapat menyebabkan obstruksi saluran napas. Oleh karena itu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi obstruksi saluran napas yaitu dengan cara pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi.

Terapi farmakologi terdiri dari nebulizer, pemberian obat, suction, dan terapi oksigen, lalu untuk terapi non farmakologi yaitu pemberian fisioterapi dada, postural drainage, dan mengajarkan teknik batuk efektif pada pasien (Hasanah, 2016).

Penanganan asma bronkial dapat dilakukan intevensi untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola napas adalah pengaturan posisi pada klien asma (Black & Hawks, 2010). Posisi paling efektif bagi klien dengan penyakit kardiopulmonari adalah posisi semi fowler dengan derajad 45˚, karena tindakan tersebut menggunkan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan menggunakan tekanan dari abdomen pada diafragma (Safitri & Andriyani, 2011). Posisi semi fowler ini bisa

menaikan expansi paru dan menurunkan frekuensi sesak napas dikarenakan dapat membatu otot pernapasan mengembang dengan maksimal. Tindakan posisi semi fowler efektif mengurangi sesak napas, termasuk sesak napas ringan maupun berat dengan derajad kemiringan 45˚ pada pasien asma (Aini, 2018). Tujuan posisi semi fowler yaitu membuat jalan napas agar lebih terbuka sehingga kapasitas oksigen yang masuk ke paru-paru lebih maksimal dan membuat frekuensi napas menjadi lebih stabil dan dalam batas normal (Supadi dkk, 2010). Prosedur yang dilakukan yaitu pengukuran frekuensi napas, setelah itu pasien diberikan intervensi pengaturan posisi semi fowler selama 30 menit (Anita, dkk, 2019).

Berdasarkan dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan mengaplikasikan pemberian posisi semi fowler pada pasien asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

METODE PENELITIAN

(5)

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Subjek studi kasus ini adalah satu orang pasien asma bronkial dengan masalah pola napas tidak efektif dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Penelitian studi kasus ini dilakukan di Instalansi Gawat Darurat RSUD Ungaran pada tanggal 20 Februari 2021. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu dengan observasi respiratory rate pasien dilakukan sebelum dan sesudah intervensi pemberian posisi semi fowler 45˚. Pemberian posisi semi fowler 45˚ ini dilakukan selama 30 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil pengkajian pengkajian primer, airway : tampak jalan napas pasien tidak paten, terdengar suara napas tambahan whezing dan batuk tetapi dahak sulit keluar. Breathing : pola napas tidak teratur, terdengar suara napas tambahan whezing, terlihat

penggunaan otot bantu napas dengan retraksi dinding dada, frekuensi napas 27x/menit. Circulation : akral teraba hangat, tidak ada sianosis, tekanan darah 120/100 mmHg, Nadi 120x/menit, Suhu 36,3˚C. Disability : Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E4,V5,M6), reaksi pupil isokor. Exposure : diseluruh tubuh pasien tampak tidak ada jejas, luka, maupun pendarahan. Hasil pengkajian juga didapatkan data subyektif pasien mengatakan sesak napas sejak kurang lebih 1 jam yang lalu sebelum masuk IGD, pasien mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kecil dan apabila cuaca dingin sering kambuh. Lalu untuk data obyektif pasien tampak lemas, tampak penggunaan otot bantu pernapasan retraksi dinding dada, terdengar suara wheezing, RR 27x/menit. Hal tersebut sejalan dengan teori (Soedarto,2012) yang mengatakan bahwa asma adalah penyakit kronis yang mengganggu jalan napas yang dikarenakan adanya inflamasi dan pembengkakan sehingga akibatnya saluran napas menyempit dan jumlah udara yang masuk ke paru-paru menjadi

(6)

berkurang. Hal tersebut menyebabkan timbulnya suara napas tambahan seperti wheezing, batuk, dada sesak, dan gangguan napas.

Nilai Respiratory Rate Responden Sebelum Diberi Posisi Semi Fowler 45˚

Subjek Nilai Respiratory Rate

Ny. N 27x/menit

Berdasarkan analisa data penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas karena pada penderita asma bronkhial sesak napas adalah salah satu tanda gejalanya, diikuti dengan penggunaan otot bantu napas yaitu retraksi dinding dada dan terdengar suara wheezing. Hal tersebut sesuai dengan (SDKI,2016) bahwa pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Batasan karakteristiknya adalah dispnea, penggunaan otot bantu napas, pola napas abnormal.

Prioritas masalah keperawatan utama adalah pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas, maka

penulis membahas rencana dan tujuan kriteria hasil yang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam diharapkan respirasi dalam batas normal, penggunaan otot bantu napas menurun, dispnea menurun, kedalaman napas membaik, tidak terdengar suara napas tambahan.

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi pola napas tidak efektif yaitu monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas tambahan, posisikan semi fowler atau fowler, berikan oksigen, ajarkan teknik batuk efektif.

kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu (SIKI, 2018).

Intervensi yang pertama adalah observasi frekuensi napas.

Kedua, berikan oksigen nasal kanul 3 liter/menit dan pemberian posisi semifowler 45˚ selama 30 menit untuk membantu dalam pernapasan.

Posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk dengan meninggikan tempat tidur bagian batang tubuh dan kepala dinaikkan 15-45˚. Apabila pasien berada dalam posisi ini, akan mempengaruhi gravitasi menarik

(7)

diafragma ke bawah, memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih besar (Kozier, 2010).

Implementasi pada diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas disesuaikan dengan intervensi yang sudah ditentukan yaitu monitor pola napas, pemberian oksigen nasal kanul 3 lpm dan pemberian semi fowler 45˚ selama 30 menit.

Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 20 februari 2021 yaitu memonitor pola napas dengan data subjektif : pasien mengatakan sesak napas kurang lebih sejak 1 jam yang lalu sebelum masuk IGD, data objektif : RR 27x/menit, tampak menggunakan otot bantu pernapasan.

Lalu memposisikan semi fowler 45˚

selama 30 menit dengan respon data subjektif : pasien mengatakan bersedia untuk diposisikan dan data objektif: pasien tampak nyaman, selanjutnya memberikan oksigen nasal kanul 3 lpm. Setelah pemberian tindakan keperawatan posisi semi fowler 45˚ selama 30 menit didapatkan data subyektif pasien mengatakan napas longgar sedikit sudah lega dan data obyektif pasien

tampak rileks, frekuensi napas 23x/menit, masih sedikit menggunakan otot bantu penapasan.

Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dilakukan pada tanggan 20 Februari 2021 yang hasilnya didapatkan data subyektif pasien mengatakan sudah tidak sesak, napas sudah longgar dan lega, data obyektif didapatkan pasien tampak rileks, frekuensi napas 22x/menit, analisis pola napas sudah teratasi, planning hentikan intervensi.

Posisi semi fowler pada pasien asma dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Keefektifan tindakan ini dapat dilihat dari Respiratory Rates yang menunjukan angka normal yaitu 16-24x/menit untuk usia dewasa (Ruth, 2014).

Berdasarkan hasil studi dapat diketahui setelah dilakukan tindakan 1x8 jam pola napas pada pasien sudah efektif setelah dilakukan tindakan pemberian posisi semi fowler 45˚ selama 30 menit didapatkan hasil RR 22x/menit.

(8)

Kesimpulan pada bab ini adalah bahwa tindakan posisi semi fowler 45˚ selama 30 menit efektif dalam menurunkan frekuensi napas pada pasien asma bronkial karena terdapat perubahan respiratory rate pada pasien dari 27x/menit menjadi 22x/menit.

Perubahan Nilai Respiratory Rate Responden Setelah Diberi Posisi Semi Fowler 45˚

Subjek Perubahan Respiratory Rate

Ny.N Sebelum Sesudah 27x/menit 22x/menit

KESIMPULAN DAN SARAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah pola napas tidak efektif yang dilakukan tindakan pemberian posisi semi fowler 45˚

selama 30 menit menunjukkan ada penurunan frekuensi napas pada pasien dari pengkajian awal respiratory rate 27x/menit menjadi 22x/menit. Rekomendasi tindakan pemberian posisi semi fowler 45˚ ini efektif dilakukan pada pasien asma

bronkial dengan masalah pola napas tidak efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nur, D., Arifianto, & Sapitri.

(2017). Pengaruh Pemberian Posisi terhadap Respiratory Rate Pasien TB Paru di Ruang Flamboyan RSUD Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1, 1-9. Hal: 2-5.

Bilotta, Kimberly, A, J., (2011).

Kapita Selekta Penyakit : dengan implikasi keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC.

Black, J. M. & Hawks, J. H. (2010).

Medical surgial nursing:

Clinical management for positive outcomes (8th ed.) Singapore: Elsevier.

Dinkes, Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012, 2013. Semarang: Dinkes Jateng. Diakses pada tanggal 27 Juli 2016. Dari website http://www.depkes.go.id/resour ces/download/pusdatin/kunjun gan-kerja/jawa-tengah.pdf.

Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, edisi 5.

Jakarta: EGC.

Masnadi, N. Rahmati. (2010). Nilai Arus Ekspirasi dan Faktor Yang Berhubungan Pada Anak Usia 6-7 Tahun di Kota Padang (Tesis). Padang : Universitas Andalas.

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta:

Nuha Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI.

(9)

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI.

Riskesdas. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI 2018. Riset Kesehatan Daerah.

Jakarta: Riskesdas 2018.

Ruth, Inge. (2014). Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Asthma Di Poliklinik Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bandung. Fakultas Kedokteran: Universitas Udayana, Denpasar.

Soedarto. (2012). Alergi dan Penyakit Sistem Imun. Jakarta:

CV Sagung Seto.

Supadi dkk, (2010). Hubungan Analisa Posisi Tidur Semi Fowler Dengan Kualitas Tidur Pada Klien Gagal Jantung di RSU Banyumas Jawa Tengah.

Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Volume IV No 2 hal 97-108.

WHO. (2017). Asthma. Diunduh dari https://www.who.int/newa- room/fact-sheets/detail/asthma.

Widodo R, dan Djajalaksana S.

(2012). Patofisiologi dan Marker Airway Remodelling pada Asma Bronkial. Jurnal Respirologi Indonesia Vol. 32, No.2.

Yulia, Anita., Dahrizal., & Lestari, Widia. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma.

Jurnal Keperawatan Raflesia Vol.1 No.1 : 67-75.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

DOI: 10.47679/jrssh.v2i2.27 ISSN 2809-3356 print, ISSN 2807-3916 online Motive Analysis of the Indonesian Solidarity Party PSI in Supporting the Empty Box in the 2020 Ngawi District

Multivariate analysis technique, particularly Hotelling's T2 test statistics, was applied for analyzing data since this research only compared two classes control class and experimental