• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuransi Kesehatan di Thailand

Shakira Aaliyah Zabrina Akmal

Academic year: 2023

Membagikan "Asuransi Kesehatan di Thailand"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ASURANSI KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

SISTEM ASURANSI KESEHATAN DI THAILAND Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Arnild Augina Mekarisce, S.K.M., M.K.M.

Disusun Oleh : Kelompok 5 – Kelas 5 A Administrasi Kebijakan Kesehatan Mutiara Rezky Cahnia G1D121002

Suci Cahyani G1D121027

Zuhriyyatin Afifah G1D121075

Yuli Syafira Syaibabul Latifah G1D121076 Shakira Aaliyah Zabrina

Akmal

G1D121229

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI 2023

(2)

A. Sejarah Perkembangan Asuransi Kesehatan di Thailand

Sistem kesehatan di Thailand tidak bisa dilepaskan dari jasa-jasa para Rajanya. Dimulai pada tahun 1888, Raja Chulalongkorn, membangun rumah sakit modern pertama yaitu Siriraj Hospital di Bangkok. Setelah Raja Chulalongkorn meninggal, dilanjutkan kembali oleh Pangeran Mahidol (1832-1929) yang dikenal sebagai Bapak Obat-obatan dan Kesehatan Masyarakat Modern di Thailand.

Perkembangan sistem fasilitas kesehatan Thailand dimulai pada Tahun 1961 ditandai dengan program Perencanaan Siklus Lima Tahunan. Program ini melakukan ekspansi cakupan layanan kesehatan di seluruh Thailand dengan pembangunan klinik dan Rumah Sakit Umum Pemerintah, berfokus pada instalasi alat-alat kesehatan yang menunjang fasilitas klinik dan rumah sakit. Kemudian dilanjutkan oleh kepemimpinan Raja Bhumibol Adulyadej dengan meluncurkan Mobile Medical Units (Royal Medical Units) pada tahun 1967.(1)

Sejalan dengan perluasan sistem kesehatan, pemerintah secara berturut-turut memperkenalkan skema pembiayaan kesehatan dengan menargetkan kelompok populasi yang berbeda seperti rumah tangga berpenghasilan rendah sejak tahun 1975, sektor informal sejak tahun 1984, dan karyawan sektor swasta sejak tahun 1991, hingga Universal Health Coverage (UHC) tercapai pada tahun 2002.(2) 1980: memperkenalkan Skema Tunjangan Medis Pegawai Negeri Sipil (CSMBS) untuk pegawai pemerintah

Civil Servant Medical Benefit Schemes (CSMBS) non-iuran untuk pegawai pemerintah dan tanggungan mereka (termasuk orang tua, pasangan, dan anak-anak di bawah 18 tahun) dikelola berdasarkan peraturan hingga Keputusan Kerajaan diundangkan pada tahun 1980. Model penggantian biaya layanan diterapkan untuk layanan kesehatan dari awal. Pelayanan didanai oleh pajak untuk mengkompensasi rendahnya gaji pejabat pemerintah, dan paket tersebut mencakup pensiun, tunjangan perumahan, dan tunjangan anak.(3)

1983: memperkenalkan asuransi kesehatan sukarela untuk sektor informal Pada tahun 1983, Thai Ministry of Public Health (MOPH) memprakarsai Proyek Kartu Kesehatan, sebuah asuransi kesehatan sukarela berbasis masyarakat dengan premi tahunan sebesar 500 Baht Thailand (setara dengan $20 pada saat itu) per rumah tangga yang beranggotakan maksimal lima orang. Paket manfaatnya sebanding dengan Skema Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Kelemahan utama adalah adanya seleksi merugikan dimana sebagian besar anggota adalah mereka yang sakit kronis dan banyak yang menggunakan layanan, sedangkan anggota yang sehat tidak membeli asuransi. Pada tahun 1994, untuk meningkatkan pendaftaran, Proyek Kartu Kesehatan menjadi skema asuransi sukarela yang disubsidi pemerintah, dan MOPH mensubsidi 500 Baht per kartu.

Meskipun ada tambahan pendapatan, skema ini tidak layak secara finansial, karena pengeluaran melebihi pendapatan. Manfaat tambahan mencakup peningkatan kapasitas Kementerian Kesehatan dalam mengelola dana asuransi, pendaftaran, alokasi dana, serta pemantauan dan evaluasi.(3)

(3)

1990: memperkenalkan asuransi kesehatan sosial bagi pekerja sektor swasta Undang-undang Jaminan Sosial yang mencakup pekerja sektor swasta disahkan pada tahun 1990. Asuransi kesehatan sosial adalah komponen dari sistem jaminan sosial yang komprehensif termasuk pensiun, kompensasi cacat, dan hibah pemakaman dan dibiayai oleh kontribusi tripartit yang setara dari pajak gaji yang dibayarkan oleh pemberi kerja, karyawan dan pemerintah. Dinas Jaminan Sosial menggunakan pembayaran kapitasi tunggal untuk membeli serangkaian layanan komprehensif, termasuk layanan rawat jalan, rawat inap, dan layanan berbiaya tinggi dari rumah sakit pemerintah dan swasta yang ada. Hal ini menandai penerapan pembayaran kapitasi yang pertama di Thailand, dan secara umum diterima dengan baik oleh rumah sakit pemerintah dan swasta dan tampaknya memberikan kualitas layanan yang layak kepada para anggotanya.(3) 2001: Jendela peluang politik bagi UHC

Pendekatan penargetan yang berbeda memunculkan beragam desain paket manfaat dan metode pembelian, yang mengakibatkan inefisiensi dan ketidakadilan. Meskipun banyak upaya yang dilakukan, 30% penduduk masih belum memiliki asuransi pada tahun 2001. Pada bulan Januari 2001, Universal Coverage Scheme (UCS) ditampilkan dalam manifesto politik kampanye pemilihan umum. Setelah kemenangan, partai Thai Rak Thai memimpin penerapan UCS yang diprakarsai pemerintah di enam provinsi pada bulan April 2001, dan skema tersebut diluncurkan secara nasional pada bulan April 2002.(3)

Masyarakat Thailand menyebut UCS sebagai Skema 30 Baht, yang mencerminkan slogan politik “30 Baht menyembuhkan semua penyakit”. UCS didirikan untuk melindungi anggota Skema Berpenghasilan Rendah, Proyek Kartu Kesehatan, dan 30% populasi yang tidak memiliki asuransi. Ini dikelola oleh National Health Security Office (NHSO), sebuah badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Keamanan Kesehatan Nasional tahun 2002. Saat ini, UCS, CSMBS, dan asuransi kesehatan sosial secara kolektif membentuk UHC.(3)

B. Latar Belakang dan Analisis Situasi Asuransi Kesehatan di Thailand Thailand dalam mencapai sistem kesehatan universal health coverage (UHC), hampir setegah dekade mengalami evolusi sejarah yang cukup panjang, evolusi tersebut dimulai dari sitem pembiayaan secara out of pocket sampai bertahap mencapai sistem pembiayaan di muka (Indrayathi PA, 2016).(4) Konsep Universal Health Coverage (UHC) di Thailand dimulai sejak 1975 yang mencakup masyarakat miskin dan hampir miskin dan semakin mengalami perkembangan. Perubahan lain pada dimensi UHC di Thailand adalah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara merata yang dimulai pada tahun 1991 dengan motto "More health for money not more money for health".(5)

Thailand telah mencapai Universal Health Coverage pada tahun 2002 melalui implementasi dari Universal Coverage Scheme (UCS) sebagai program asuransi kesehatan sosial utama di Thailand yang telah menanggung 75% atau sekitar 47 juta penduduk Thailand. UCS juga dikenal dengan “30-Baht Scheme”,

(4)

yaitu kebijakan untuk membayar sebesar 30 Baht untuk setiap konsultasi bagi masyarakat yang belum terdaftar dalam CSMBS dan SSS.(6)

Sebelum pemerintah Thailand meluncurkan program UCS, terdapat empat program asuransi yang diberikan oleh pemerintah Thailand, yaitu Civil Servant Medical Benefit Scheme (CSMBS), Social Security Scheme (SSS), Medical Welfare Scheme (MWS) atau yang biasa dikenal dengan Low Income Card Scheme, dan Voluntary Health Card Scheme (VHCS). CSMBS dan SSS merupakan program asuransi kesehatan yang diperuntukkan bagi para pekerja dalam sektor formal, sedangkan MWS dan VHCS diperuntukkan bagi para pekerja yang berasal dari sektor non-formal (Seung Chun Paek, 2016).(6)

Keempat program asuransi tersebut dimaksudkan untuk dapat menjangkau seluruh populasi penduduk Thailand. Akan tetapi, MWS dan VHCS mengalami beberapa masalah operasional yang menyebabkan 30% atau sekitar 18 juta penduduk belum diasuransikan. MWS mengalami masalah karena mis-targeting yang diakibatkan oleh kesulitan menilai pendapatan pekerja dari sektor informal (Seung Chun Paek, 2016). Oleh karena itu, pemerintah Thailand membuat program UCS pada tahun 2002 dengan mengintegrasikan program MWS dan VHCS. Ketiga program asuransi tersebut telah berhasil menjangkau seluruh penduduk Thailand dengan komposisi CSMBS sebesar 9%, SSS sebesar 16%, dan UCS sebesar 75% dari populasi (Seung Chun Paek, 2016).(6)

Di Thailand UCS (Universal Coverage Scheme) diatur dalam UU Jaminan Kesehatan Nasional (National Health Security Law) BE 2545 (A.D. 2002). Pada Pasal 24 menjelaskan “National Health Insurance Agency” yang menjadi lembaga negara sebagai badan hukum yang berada di bawah pengendalian dan pengawasan Menteri. Serta iuran yang diatur dalam Pasal 38 yaitu ada dana Kesehatan Nasional. Untuk hal-hal yang menyangkut pihak ketiga, Sekretaris Jenderal adalah wakil dari Kantor atau dapat memberi wewenang kepada pejabat Kantor untuk melakukan tugas khusus sebagai gantinya. sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Dewan.(7)

Civil Servant Medical Benefit Scheme (CSMBS) diperuntukkan bagi pegawai pemerintah yang memiliki hak istimewa, pensiunan dan tanggungan diatur dalam Keputusan Kerajaan dalam UU Perlindungan Pekerja (Homeworkers Protection Act) BE 2553 (2010)). Sedangkan, Social Security Scheme (SSS) bagi karyawan swasta diatur dalam UU Perlindungan Tenaga Kerja (Labour Protection Act) BE 2562 (2019) Amandemen dari BE 2541 (1998). (7)

Pemerintah Thailand membentuk lembaga negara otonom baru, yaitu National Health Security Office (NHSO) yang ada di bawah wewenang National Health Security Board (NHSB). Menurut peraturannya, dewan berwenang untuk menentukan jenis dan batasan layanan kesehatan untuk penerima UCS. Adapun NHSO bertanggung jawab atas pendaftaran penerima manfaat dan penyedia layanan, dan juga mengelola dana serta membayar klaim sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh NHSB (Hanvoravongchai, 2013). NHSO akan menerima anggaran UCS dari pemerintah berdasarkan jumlah penerima manfaat

(5)

dan tingkat kapitasi per penerima manfaat. Setiap tahunnya NHSO memperkirakan biaya penyediaan layanan berdasarkan studi unit cost-nya dan jumlah penerima manfaat yang akan ditanggungnya. Tingkat kapitasi kemudian diajukan untuk disetujui oleh kabinet pemerintah. Total anggaran berdasarkan tingkat kapitasi kemudian diserahkan bersama dengan biaya operasi NHSO sebagai bagian dari anggaran pemerintah untuk disetujui oleh parlemen. Pada awalnya, sistem pembiayaan adalah dengan alokasi anggaran dari Ministry of Public Health (MOPH) pusat ke penyedia layanan kesehatan berdasarkan ukuran fasilitas, jumlah staf, dan kinerja. Akan tetapi, terdapat perbedaan antara sistem pembiayaan sebelumnya dan saat ini, perbedaan tersebut adalah pengenalan sistem pembeli dan penyedia yang berbeda dengan strategic purchasing. Saat ini UCS memiliki NHSO yang berperan sebagai pembeli yang membuat kontrak dengan penyedia layanan jasa kesehatan untuk menyediakan layanan kesehatan bagi para penerima manfaatnya, dimana MOPH dan jaringan rumah sakit merupakan kontraktor utama NHSO.(6)

Tiga Skema Cakupan Perawatan Kesehatan di Thailand

Sistem tunjangan layanan kesehatan masyarakat di Thailand dibagi menjadi tiga skema besar; Skema Tunjangan Medis Pegawai Negeri Sipil (CSMBS), Skema Jaminan Sosial (SSS) dan Skema Cakupan Universal (UCS). Menurut Prakongsai, et al., (2009), sekitar 9% dari total populasi tercakup dalam CSMBS.

Sedangkan, SSS mencakup seluruh karyawan formal dan wiraswasta dengan 16%

lainnya. Sisanya, yaitu 75% penduduk Thailand, yang merupakan bagian terbesar, tercakup dalam UCS. Ada tiga agen, masing-masing bertanggung jawab atas satu administrasi skema. CSMBS dikelola oleh Departemen Pengawas Keuangan Umum (Comptroller General’s Department) dan Kementerian Keuangan (Ministry of Finance). SSS dikelola oleh Kantor Jaminan Sosial (Social Security Office – SSO) dan UCS dioperasikan di bawah Kantor Jaminan Kesehatan Nasional (National Health Security Office – NHSO) dan Kementerian Kesehatan Masyarakat (Ministry of Public Health). Tabel 1 memberikan ringkasan kriteria masing-masing skema, cakupan populasi, sumber keuangan, cara pembayaran penyedia layanan dan akses terhadap layanan.(8)

Tabel 1. Karakteristik 3 Skema Asuransi Kesehatan Thailand

Skema Asuransi

Cakupan Populasi

Sumber Keuangan

Cara Pembayara n Penyedia Layanan

Akses Terhadap

Layanan

Pengeluaran Pemerintah Alokasi

Anggaran Tahunan

Pengeluaran Per Kapita CSMBS Karyawan

pemerintah dan

tanggungannya (Orang tua, pasangan dan anak (max. 2 orang)) → 9%

Pajak umum, skema non-iuran

Fee for services untuk pasien rawat jalan dan DRG (Diagnosis Related Groups) untuk pasien rawat inap.

Bebas memilih layanan kesehatan, tanpa perlu registrasi

59.904 Juta Baht

11.000 Baht/

orang

(6)

SSS Pegawai swasta (tidak termasuk tanggungan)

16%

Tri-partit kontribusi, yang dibayarkan pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah

Sistem Kapitasi untuk pasien rawat jalan dan DRG dan sebagian kapitasi untuk pasien rawat inap.

Kontrak- tor publik dan swasta yang terdaftar dan mampu bersaing

17.666

Juta Baht 2.133 Baht/

orang

UCS Sisa populasi yang tidak tercakup oleh CSMBS dan SSS → 75%

Pajak umum

Sistem Kapitasi untuk pasien rawat jalan dan DRG untuk pasien rawat inap.

Kontrak- tor penyedia layanan terdaftar, khususnya sistem kesehatan distrik

76.598 Juta Baht

2.100 Baht/

orang

Sumber : Prakongsai, et al., (2009) dan Berita Kesehatan (2010)(8)

Kelebihan dari sistem asuransi kesehatan yang diterapkan pemerintah Thailand, antara lain; 1) Meningkatkan kesadaran warganya akan pentingnya jaminan kesehatan untuk menjangkau masyarakat secara lebih luas(6); 2) Menurunkan biaya pembayaran rumah tangga kesehatan warganya, atau mengalihkan sistem pembayaran kesehatan out of pocket;(3),(9) 3) Memenuhi kebutuhan fasilitas kesehatan warganya disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi.(1)

Sedangkan, kelemahan dari sistem asuransi yang diterapkan Thailand, antara lain; 1) Luasnya cakupan kepesertaan UCS, mengakibatkan rentan terjadinya moral hazard dan penyalahgunaan dana oleh pihak kontraktor provider pelayanan kesehatan(8),(6); 2) Sistem pembiayaan yang bergantung pada pajak membuat tantangan pembiayaan dan dapat menyebabkan krisis ekonomi karena besarnya pengeluaran untuk kesehatan jika tidak digunakan dan dikelola secara efektif dan efisien(10); 3) Adanya 3 skema asuransi kesehatan menyebabkan kesenjangan antar skema.(11)

C. Critical Review : Permasalahan pada Asuransi Kesehatan Thailand Implementasi program ketiga skema asuransi kesehatan di Thailand dirasa cukup efektif dalam menjawab kebutuhan masyarakat Thailand dalam pelayanan kesehatan. Namun, dalam jalannya implementasi suatu program, tentunya tidak luput dari permasalahan saat pelaksanaan program tersebut. Beberapa permasalahan terkait asuransi kesehatan di Thailand yang ditemukan pada studi terdahulu. Berikut deskripsi ringkasan pada Tabel 2.

(7)

Tabel 2. Ringkasan Hasil Penelitian Tentang Permasalahan Asuransi Kesehatan di Thailand

N

o Jurnal Tujuan Metode Hasil Temuan Masalah

1 Damrongplasit dan Melnick, (2015).,

Funding, Coverage, and Access Under Thailand’s Universal Health Insurance Program:

An Update After Ten Years. Appl Health Econ Health Policy.

Untuk menganalisis jalannya implementasi program asuransi kesehatan universal Thailan setelah sepuluh tahun.

Metode yang digunakan adalah metode statistik deskriptif pada aspek cakupan, aksesibilitas, dan

pembayaran informal program UCS.

Pergeseran permintaan obat-obatan bermerek, yang tidak tersedia dalam program 30 Baht dan hanya ditawarkan di apotek swasta yang menyebabkan semakin banyak penerima manfaat UCS yang membeli obat- obatan dengan dana sendiri.(12)

2 Tangcharoensathien et al., (2015)

“Achieving universal health coverage goals ini Thailand: the vital role of strategic purchasing.” Health Policy and Planning

Menganalisis peran penting dari pembelian strategis untuk mencapai tujuan cakupan kesehatan universal di Thailand.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Difference in Difference (DiD).

Negara Thailand tidak memiliki banyak staf untuk meninjau rincian biaya klaim layanan yang mengakibatkan moral

hazard, yaitu

penggunaan sumber daya

kesehatan yang

berlebihan sehingga meningkatkan biaya klaim pada skema CSMBS untuk layanan rawat inap.(13)

3 Suphanchaimat et al., (2016)

Health insurance for people with citizenship problems in Thailand: a case study of policy implementation within a complex health system.

BMC Health Services Research

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kendala kendala

operasional yang dihadapi dalam penerapan atau implementasi kebijakan asuransi melalui

kementrian tingkat dasar.

Pendekatan studi kualitatif dan studi kasus dengan mewawancari secara mendalam individu dan kelompok sebanyak 33 informan kunci.

Didapatkan

permasalahan pada komunikasi yang tidak memadai dan pedoman layanan yang tidak jelas berkontribusi pada tidak efektifnya penggunaan anggaran dan penyediaan layanan, seperti peraturan mengenai rujukan pasien yang sering bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku seperti perizinan pasien yang

tidak memiliki

kewarganegaraan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan primer sehingga mengakibatkan adanya perlakuan tidak adil.(14)

4 Nonkhuntod dan Yu, (2018)., “Lessons from Thailand:

Universal healthcare achievements and

Tujuan dari makalah ini adalah untuk membahas keberhasilan sistem layanan kesehatan

Metode yang digunakan adalah tinjauan Pustaka, pencarian terdiri dari PubMed dan

Meskipun pemerintah menyediakan asuransi kesehatan masyarakat, masih banyak masyarakat Thailand yang tidak menggunakannya. Alasan utama yang diberikan

(8)

N

o Jurnal Tujuan Metode Hasil Temuan Masalah

challenges.”

International Journal of Social Economics.

Thailand serta tantangan yang dihadapinya,

Google Cendekia dari periode 2001- 2015 yang kemudian dimasukkan dan dianalisis dalam meta-analisis.

adalah perlakuan diskriminatif. Masyarakat yang menggunakan asuransi kesehatan publik

dengan sistem

pembayaran per kapitasi melalui UCS dan SSS menerima layanan berkualitas buruk.(15) 5 Suphanchaimat et

al., (2019)., “The effects of the health insurance card scheme on out-of- pocket expenditure among migrants in Ranong province, Thailand.” Risk Management and Healthcare Policy.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh HICS terhadap pembayaran out- of-pocket (OOP) yang dilakukan oleh pasien migran di tempat perawatan.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan menggunakan catatan pasien dari satu rumah sakit provinsi, satu rumah sakit kabupaten, dan dua puskesmas antara tahun 2011 dan 2015.

Meskipun Thailand mencapai Kesehatan Universal Cakupan sejak tahun 2002, masih terdapat kesenjangan perlindungan asuransi karena migran tidak berdokumen tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan pada asuransi publik nasional.(16)

6 Tangcharoensathien et al., (2019).,

Political economy of Thailand's tax- financed universal coverage scheme.

Bulletin World Health Organization.

Untuk mengetahui Sejarah dan situasi politik Thailand yang membuka jalan bagi perpajakan sumber

pendanaan untuk skema cakupan universal (UCS).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data sekunder.

Alokasi anggaran untuk skema kesejahteraan medis dan asuransi kesehatan sukarela didasarkan pada angka- angka historis dengan peningkatan tahunan yang minimal. Anggaran tersebut tidak memadai dan tidak mencerminkan total biaya terbaru.(10) 7 Sumriddetchkajorn

et al., (2019).,

“Universal health coverage and primary care, Thailand.” Bulletin World Health Organization.

Untuk

mengidentifikasi cara yang paling menjanjikan dan layak untuk meningkatkan dan mempertahankan UHC di Thailand.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data sekunder.

Tingginya pengangguran, tingginya tingkat merokok, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, kesenjangan sosial, dan pola makan tinggi lemak jenuh. Meningkatakan pola penyakit yang didasari pola hidup yang menyebabkan

pembiayaan kesehatan lebih besar.(11)

8 Kanti, (2020).,

“Analisis Strategi Manajemen Dalam Program Universal Health Coverage di Thailand.”

PUBLISIA: Jurnal Ilmu Administrasi

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fakta, data, dan hal-hal yang berkaitan dengan analisis strategi

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan

Thailand mengalami masalah yang serius dalam penerapan sistem kesehatan di negaranya.

Beberapa masalah tersebut diantaranya:

1) Ketidakdilan dalam alokasi sumber daya,

(9)

N

o Jurnal Tujuan Metode Hasil Temuan Masalah

manajemen pada program

Universal Health Coverage di Thailand.

data sekunder. 2) Perbedaan layanan antar daerah,

3) Kurangnya jumlah dan tingkat perawatan kesehatan,

4) Ditemukannya warga

yang tidak

mendapatkan akses perawatan kesehatan, terutama untuk masyarakat dengan kendala geografis dan tinggal di daerah terpencil.(1)

9 Leerapan et al., (2021)., “System dynamics modelling of health workforce planning to address future challenges of Thailand’s

Universal Health Coverage.” Human Resources for Health

Untuk

menganalisis apa yang

menyebabkan ketidaksesuaian kronis antara pasokan dan permintaan tenaga kerja kesehatan di Thailand dan untuk mensintesis solusi yang lebih berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat di Thailand di masa depan secara memadai.

Serangkaian sesi

pembangunan model kelompok – Group Model Building (GMB) yang melibatkan 110 peserta dari berbagai sektor sistem

kesehatan Thailand dilakukan pada tahun 2017 dan 2018

Tidak terpenuhinya kebutuhan kesehatan, yang mencerminkan terbatasnya akses terhadap layanan yang diperlukan untuk status kesehatan mereka.

Tenaga kesehatan yang tidak memadai tidak hanya membahayakan status kesehatan

masyarakat, tetapi juga dapat menyebabkan waktu tunggu yang lama, pasien yang harus datang ke fasilitas kesehatan menjadi padat, dan akses yang adil terhadap

perawatan yang

diperlukan. (17) 10 Putra dan Suryono,

(2022)., The Urgency of Using Indonesia’s National Health Insurance

Participation Card and Comparation of Health Insurance System with Other Countries.

International Journal of Business,

Economics and Law.

Untuk menganalisis pentingnya asuransi di Indonesia dan membandingkan sistem asuransi kesehatan Indonesia dengan negara

berkembang lainnya seperti Thailand, Ghana, dan beberapa negara lainnya.

Metode yang digunakan adalah penelitian hukum.

Penelitian ini merupakan pendekatan undang-undang dan pendekatan koseptual.

Beberapa tantangan dan hambatan yang dihadapi di Thailand adalah dari segi penyaluran dan partisipasi dalam penerapan sistem pembiayaan kesehatan yang dinilai masih terkendala dalam menjamin kesejahteraan masyarakat, yaitu perlunya koordinasi yang baik antara ketiga 3 skema asuransi kesehatan tersebut, antar-lembaga

asuransi yang

dilaksanakan baik oleh pengelola maupun regulator.(7)

(10)

Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan pada Asuransi Kesehatan Thailand diatas, maka solusi yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan: Semakin banyak penerima manfaat UCS yang harus membeli obat-obatan bermerek dengan uang sendiri karena obat tersebut tidak tersedia dalam program 30 Baht dan hanya ditawarkan di apotek swasta.

Solusi: Thailand wajib menerapkan beberapa strategi untuk menurunkan pengeluaran berlebihan tanpa menurunkan penyediaan kesejahteraan bersih.9Misalnya, pemerintah telah menetapkan proses untuk menilai manfaat dari kemajuan medis yang berbiaya tinggi. Kelompok kerja negosiasi harga, di bawah subkomite daftar obat-obatan esensial nasional, telah berhasil menurunkan harga obat antiretroviral, lensa katarak intraokular, agen perangsang eritropoietin dan stent koroner, sehingga menghemat sektor layanan kesehatan sekitar US$ 257 juta pada tahun 2017. Selain itu, sistem penjaga gerbang layanan kesehatan primer, formularium nasional, dan sistem pembayaran tertutup secara kolektif telah menjaga rata-rata pengeluaran kesehatan pemerintah pada kisaran US$ 167 per kapita per tahun.(11)

2. Permasalahan: Kurangnya staf untuk meninjau rincian biaya klaim layanan kesehatan yang mengakibatkan moral hazard, yaitu penggunaan sumber daya kesehatan yang berlebihan sehingga meningkatkan biaya klaim pada skema CSMBS untuk layanan rawat inap. Hal ini menyebabkan peningkatan biaya klaim yang tidak terkontrol dan dapat merugikan sistem kesehatan secara keseluruhan.

Solusi: Untuk mencegah adanya kemungkinan moral hazard atau pendanaan ganda pada fasilitas kesehatan pemerintah, anggaran sisi penawaran dihentikan dan dimasukkan dalam anggaran tahunan skema cakupan universal. Pemerintah telah mengadopsi prinsip penganggaran per kapita untuk skema ini. Anggaran per kapita tahunan merupakan hasil perkalian antara biaya satuan layanan dan kuantitas layanan yang diberikan yang diukur dengan tingkat pemanfaatan. Total anggaran yang diminta kepada pemerintah, melalui Kementerian Keuangan, merupakan hasil perkalian anggaran per kapita dan jumlah total peserta skema cakupan universal. Proses penganggaran, berdasarkan bukti obyektif, dikelola oleh subkomite multipihak, sehingga mencegah penggunaan kewenangan diskresi oleh Kementerian Keuangan.(11)

3. Permasalahan: Komunikasi yang tidak memadai dan penegakan pedoman layanan yang tidak jelas dapat menyebabkan penggunaan anggaran dan penyediaan layanan yang tidak efektif. Salah satu contoh adalah peraturan- peraturan mengenai rujukan pasien yang seringkali bertentangan dengan hukum dan aturan yang berlaku, seperti izin untuk pasien yang tidak memiliki kewarganegaraan untuk menerima pelayanan kesehatan primer. Hal ini dapat berdampak pada perlakuan yang tidak adil terhadap pasien-pasien tersebut

(11)

Solusi: Solusi kebijakan yang disarankan yaitu, dalam jangka pendek, kolaborasi dengan otoritas terkait baik di dalam maupun di luar Kementerian Kesehatan harus ditingkatkan. Pedoman mengenai penganggaran dan cakupan penyediaan layanan harus disesuaikan. Dalam jangka panjang, proses verifikasi kewarganegaraan bagi orang-orang tanpa kewarganegaraan harus dipercepat. MOPH harus mengembangkan pedoman yang jelas dan praktis untuk membantu tenaga kesehatan dalam mendukung pasien dalam menyelesaikan masalah kewarganegaraan mereka (14). Selain itu, membangun saluran komunikasi yang efektif Saluran umpan balik yang dapat digunakan oleh penyedia layanan kesehatan dan pengguna layanan untuk menyuarakan keprihatinan mereka kepada Kementerian Kesehatan harus dibentuk sebagai hal yang mendesak. MOPH harus belajar dari saluran bantuan 24 jam NHSO, yang telah ada sejak dimulainya UCS. Seorang pasien dapat memeriksa status asuransinya dan manfaat yang memenuhi syarat melalui saluran bantuan dan dapat mengajukan keluhan kepada NHSO jika ia menghadapi perlakuan yang tampaknya berkualitas buruk atau tidak adil.(16)

4. Permasalahan: Meskipun pemerintah menyediakan asuransi kesehatan masyarakat, masih banyak masyarakat Thailand yang tidak menggunakannya.

Alasan utama yang diberikan adalah perlakuan diskriminatif. Masyarakat yang menggunakan asuransi kesehatan publik dengan sistem pembayaran per kapitasi melalui UCS dan SSS menerima layanan berkualitas buruk.

Solusi: Mencapai kesesuaian manfaat di berbagai skema asuransi kesehatan nasional dapat dicapai dengan mempromosikan layanan kesehatan primer sebagai titik kontak pertama dengan layanan kesehatan. Hal ini membuat semua layanan penting dapat diakses oleh penerima manfaat dari semua skema, sementara jangkauan masyarakat yang luas dari sistem tersebut dapat mempersempit kesenjangan antara kaya dan miskin dalam akses terhadap layanan kesehatan. Jika faktor-faktor penentu sosial dalam bidang kesehatan turut diperhitungkan, maka kesenjangan kesehatan dapat diminimalkan.(11)

5. Permasalahan: Meskipun Thailand mencapai Kesehatan Universal Cakupan sejak tahun 2002, masih terdapat kesenjangan perlindungan asuransi karena migran tidak berdokumen tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan pada asuransi publik nasional.

→ Solusi: Pada tahun 2004 Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand menerapkan Skema Kartu Asuransi Kesehatan (HICS) Health Insurance Card Scheme untuk melindungi migran tidak berdokumen.HICS mengurangi beban keuangan dalam mengakses layanan kesehatan di kalangan penerima manfaat(18). Betapapun kerasnya kebijakan pendaftaran ditegakkan, masih terdapat sejumlah besar migran ilegal/tidak berdokumen di luar sistem.

Penyebab utama fenomena ini adalah biaya pendaftaran (yang dianggap terlalu mahal oleh para migran). Maka solusi dari permasalahan tersebut

(12)

adalah Pembentukan sistem yang efisien, transparan, dan berbiaya rendah untuk mengasuransikan seluruh migran, Biaya pendaftaran harus dijelaskan sejak awal dan pemerintah harus menetapkan sistem di mana para migran dan majikan dapat melaporkan pejabat yang bertanggung jawab jika intervensi yang dilakukan oleh perantara swasta menyebabkan biaya pendaftaran melampaui batas yang ditentukan.(16)

6. Permasalahan: Thailand mengalami masalah yang serius dalam penerapan sistem kesehatan di negaranya. Beberapa masalah tersebut diantaranya:

Ketidakdilan dalam alokasi sumber daya, Perbedaan layanan antar daerah, Kurangnya jumlah dan tingkat perawatan kesehatan, Ditemukannya warga yang tidak mendapatkan akses perawatan kesehatan, terutama untuk masyarakat dengan kendala geografis dan tinggal di daerah terpencil.

Solusi: Kekuatan layanan kesehatan primer terletak pada karakteristik aksesibilitas, kontinuitas, koordinasi dan kelengkapannya. Ketika semua dimensi ini diperkuat, perawatan primer telah terbukti meningkatkan perjalanan pasien melalui sistem kesehatan pada tingkat yang lebih rendah biaya dibandingkan perawatan yang berorientasi pada spesialisasi. Efek gabungan dari karakteristik ini meningkatkan efektivitas biaya dan efisiensi sistem dan kesehatan pasien melalui beberapa cara: dengan merancang jalur klinis yang paling tepat untuk kondisi akut, kronis, dan rawat jalan; dengan mencocokkan kebutuhan pasien dengan sumber daya layanan kesehatan yang tersedia; dan dengan meningkatkan kemampuan sistem untuk beradaptasi dengan keadaan baru.(11)

7. Permasalahan: Tidak terpenuhinya kebutuhan kesehatan, yang mencerminkan terbatasnya akses terhadap layanan yang diperlukan untuk status kesehatan mereka. Tenaga kesehatan yang tidak memadai tidak hanya membahayakan status kesehatan masyarakat, tetapi juga dapat menyebabkan waktu tunggu yang lama, pasien yang harus datang ke fasilitas kesehatan menjadi padat, dan akses yang adil terhadap perawatan yang diperlukan.

Solusi: Pemerataan layanan yang lebih komprehensif memungkinkan penyedia layanan untuk lebih memenuhi kebutuhan pasien multimorbiditas.

Koordinasi yang lebih baik memfasilitasi navigasi pasien melalui sistem layanan kesehatan. Perawatan primer menangani kebutuhan fisik, emosional dan sosial pasien. Perawatan yang berfokus pada orang tersebut seiring berjalannya waktu memberikan pengenalan yang lebih baik terhadap masalah kesehatan pasien.(11)

8. Permasalahan: Beberapa tantangan dan hambatan yang dihadapi di Thailand adalah dari segi penyaluran dan partisipasi dalam penerapan sistem pembiayaan kesehatan yang dinilai masih terkendala dalam menjamin kesejahteraan masyarakat, yaitu perlunya koordinasi yang baik antara ketiga 3

(13)

skema asuransi kesehatan tersebut, antar-lembaga asuransi yang dilaksanakan baik oleh pengelola maupun regulator.

Solusi: Ketiga skema cakupan layanan kesehatan yang ada saat ini perlu dimasukkan sebagai model kesetaraan untuk analisis kebijakan. Untuk meminimalisir tantangan dan hambatan mengenai koordinasi antar-ketiga skema asuransi kesehatan tersebut perlu dilakukan pemusatan. Dengan mewujudkan National Health Security Board (NHSB) sebagai mekanisme utama untuk mengarahkan setiap skema guna memastikan layanan kesehatan standar tunggal bagi setiap warga negara Thailand. National Health Security Office (NHSO) perlu dibentuk untuk berfungsi sebagai kantor sekretariat NHSB. Kebijakan tersebut harus untuk segera dilaksanakan dan diujicobakan.

(8)

9. Permasalahan: Alokasi anggaran untuk skema kesejahteraan medis dan asuransi kesehatan sukarela didasarkan pada angka-angka historis dengan peningkatan tahunan yang minimal. Anggaran tersebut tidak mencerminkan total biaya penyediaan layanan kesehatan terbaru.

Solusi: Menyadari terbatasnya akses terhadap intervensi baru tertentu yang berbiaya tinggi, National Health Security Office (NHSO) menerapkan daftar positif intervensi baru yang lebih eksplisit dengan anggaran baru yang terjamin atau memilih beberapa item dari paket manfaat yang ada dengan anggaran yang dialokasikan untuk meningkatkan akses melalui insentif tambahan. Prioritas intervensi tunduk pada Health Technology Assessment (HTA) yang ketat; 1) efektivitas biaya, 2) analisis dampak anggaran jangka panjang, 3) kapasitas sistem kesehatan untuk melaksanakan intervensi baru secara adil, 4) pertimbangan etika dan keadilan lainnya.(19)

10. Permasalahan: Tingginya pengangguran, tingginya tingkat merokok, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, kesenjangan sosial, dan pola makan tinggi lemak jenuh. Meningkatakan pola penyakit yang didasari pola hidup yang menyebabkan pembiayaan kesehatan lebih besar.

Solusi: solusinya adalah dengan menciptakan pajak baru yang diperuntukkan bagi belanja kesehatan. Produk-produk yang tidak sehat seperti tembakau, alkohol, dan minuman manis merupakan sasaran pajak yang jelas. Produk- produk yang tidak baik bagi kesehatan dapat dikenakan pajak yang lebih tinggi. Pajak yang didapatkan dapat menutupi biaya kesehatan yang diakibatkan karena produk-produk itu sendiri.(11)

D. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan

Thailand telah mencapai Universal Health Coverage pada tahun 2002 melalui implementasi dari Universal Coverage Scheme (UCS) sebagai

(14)

program asuransi kesehatan sosial utama di Thailand yang telah menanggung 75% atau sekitar 47 juta penduduk Thailand.

Adapun Sistem tunjangan layanan kesehatan masyarakat di Thailand saat ini dibagi menjadi tiga skema besar; Skema Tunjangan Medis Pegawai Negeri Sipil (CSMBS), Skema Jaminan Sosial (SSS) dan Skema Cakupan Universal (UCS).

Di Thailand UCS (Universal Coverage Scheme) diatur dalam UU Jaminan Kesehatan Nasional (National Health Security Law) BE 2545 (A.D. 2002). Civil Servant Medical Benefit Scheme (CSMBS) diperuntukkan bagi pegawai pemerintah yang memiliki hak istimewa, pensiunan dan tanggungan diatur dalam Keputusan Kerajaan dalam UU Perlindungan Pekerja (Homeworkers Protection Act) BE 2553 (2010)).

Sedangkan, Social Security Scheme (SSS) bagi karyawan swasta diatur dalam UU Perlindungan Tenaga Kerja (Labour Protection Act) BE 2562 (2019) Amandemen dari BE 2541 (1998).

Kelebihan dari sistem asuransi kesehatan yang diterapkan pemerintah Thailand, antara lain :

1. Meningkatkan kesadaran warganya akan pentingnya jaminan kesehatan untuk menjangkau masyarakat secara lebih luas

2. Menurunkan biaya pembayaran rumah tangga kesehatan warganya, atau mengalihkan sistem pembayaran kesehatan out of pocket

3. Memenuhi kebutuhan fasilitas kesehatan warganya disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi.

Sedangkan, kelemahan dari sistem asuransi yang diterapkan Thailand, antara lain;

1. Luasnya cakupan kepesertaan UCS, mengakibatkan rentan terjadinya moral hazard dan penyalahgunaan dana oleh pihak kontraktor provider pelayanan kesehatan

2. Sistem pembiayaan yang bergantung pada pajak membuat tantangan pembiayaan dan dapat menyebabkan krisis ekonomi karena besarnya pengeluaran untuk kesehatan jika tidak digunakan dan dikelola secara efektif dan efisien

3. Adanya 3 skema asuransi kesehatan menyebabkan kesenjangan antar skema

b. Saran

Untuk pengembangan dan perbaikan UCS kedepannya, rekomendasi kebijakan yang dapat disarankan yaitu untuk jangka pendek perlunya peningkatan kapasitas teknis dan sumber daya manusia dari badan pengelola skema, komunikasi antar-otorias di Ministry of Public Health (MOPH) yang harus diperkuat dan ditingkatkan, serta adanya pedoman mengenai

(15)

penganggaran dan cakupan penyediaan layanan yang harus disesuaikan.

Sedangkan, untuk jangka panjang yaitu perlunya verifikasi kewarganegaraan bagi orang orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, adanya pengembangan pedoman yang jelas dan praktis untuk membantu petugas kesehatan mengatasi masalah kewarganegaraan. Perlunya gerakan global untuk mencapai cakupan layanan kesehatan universal dengan peningkatan permintaan untuk pengembangan paket manfaat kesehatan dengan memperhatikan keseimbangan antara aspek teknis dan sosial dalam pengambilan keputusan serta penerapan teknologi yang diperlukan.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kanti RH. Analisis Strategi Manajemen Program Universal Health Coverage di Thailand. J Ilmu Adm Publik [Internet]. 2020;5(1):82–94.

Available from: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jkpp

2. Tangcharoensathien V, Tisayaticom K, Suphanchaimat R, Vongmongkol V, Viriyathorn S, Limwattananon S. Financial risk protection of Thailand’s universal health coverage: Results from series of national household surveys between 1996 and 2015. Int J Equity Health. 2020;19(1):1–12.

3. Tangcharoensathien V, Witthayapipopsakul W, Panichkriangkrai W, Patcharanarumol W, Mills A. Health systems development in Thailand: a solid platform for successful implementation of universal health coverage.

Lancet [Internet]. 2018;391(10126):1205–23. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(18)30198-3

4. Putri RN. Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Berkembang dan Negara Maju. J Ilm Univ Batanghari Jambi. 2019;19(1):139.

5. Hadiwijoyo SS dkk. Strategi Salatiga Menuju Universal Health Care (UHC) Melalui Jaminan Kesehatan Nasional. Mimb J Penelit [Internet].

2021;10(1):55–74. Available from:

https://journals.unihaz.ac.id/index.php/mimbar/article/view/1537

6. Hanggraeni D, Triana DR, Kuswanto LS, Alfarisi MI, Rahayu RH.

Identifikasi Dan Mitigasi Risiko Stratejik Menggunakan Ife-Efe Matrix:

Studi Kasus Bpjs Kesehatan. JMBI UNSRAT (Jurnal Ilm Manaj Bisnis dan Inov Univ Sam Ratulangi). 2019;6(3):147–62.

7. Putra A, Suryono A. The Urgency of Using Indonesia’s National Health Insurance Participation Card and Comparation of Health Insurance System with Other Countries. Int J Business, Econ Law. 2022;26(1):381–7.

8. Ruangthamsing C. Thai Universal Coverage Scheme: Toward a More Stable System. Soc Sci Asia. 2018;3(4):54–66.

9. Wulansari, Hidayat B. DAMPAK PENGUATAN LAYANAN KESEHATAN PRIMER NEGARA THAILAND: LITERATUR REVIEW.

Syntax Lit J Ilm Indones. 2023;8(6):4052–64.

10. Tangcharoensathien V, Thammatach-aree J, Witthayapipopsakul W, Viriyathorn S. Lessons from the field Political economy of Thailand ’ s tax- financed universal coverage scheme. Bull World Health Organ.

2019;98(2):140–5.

11. Sumriddetchkajorn K, Shimazaki K, Ono T, Kusaba T, Sato K, Kobayashi N. Universal health coverage and primary care, Thailand. Bull World Health Organ. 2019;97(6):415–22.

12. Damrongplasit K, Melnick G. Funding, Coverage, and Access Under Thailand’s Universal Health Insurance Program: An Update After Ten

(17)

Years. Appl Health Econ Health Policy. 2015;13(2):157–66.

13. Tangcharoensathien V, Limwattananon S, Patcharanarumol W, Thammatacharee J, Jongudomsuk P, Sirilak S. Achieving universal health coverage goals in Thailand: The vital role of strategic purchasing. Health Policy Plan. 2015;30(9):1152–61.

14. Suphanchaimat R, Kantamaturapoj K, Pudpong N, Putthasri W, Mills A.

Health insurance for people with citizenship problems in Thailand: A case study of policy implementation. Health Policy Plan. 2016;31(2):229–38.

15. Nonkhuntod R, Yu S. Lessons from Thailand: Universal healthcare achievements and challenges. Int J Soc Econ. 2018;45(2):387–401.

16. Suphanchaimat R, Kunpeuk W, Phaiyarom M, Nipaporn S. The effects of the health insurance card scheme on out-of-pocket expenditure among migrants in Ranong province, Thailand. Risk Manag Healthc Policy.

2019;12:317–30.

17. Leerapan B, Teekasap P, Urwannachotima N, Jaichuen W, Chiangchaisakulthai K, Udomaksorn K, et al. System dynamics modelling of health workforce planning to address future challenges of Thailand’s Universal Health Coverage. Hum Resour Health [Internet]. 2021;19(1):1–

16. Available from: https://doi.org/10.1186/s12960-021-00572-5

18. Suphanchaimat R. Health Insurance Card Scheme for cross-border migrants in Thailand: Responses in policy implementation & outcome evaluation. 2017; London School of Hygiene & Tropical Medicine.

[Thesis]

19. Tangcharoensathien V, Patcharanarumol W, Suwanwela W, Supangul S, Panichkriangkrai W, Kosiyaporn H, et al. Defining the benefit package of Thailand universal coverage scheme: From pragmatism to sophistication.

Int J Heal Policy Manag [Internet]. 2020;9(4):133–7. Available from:

https://doi.org/10.15171/ijhpm.2019.96

Referensi

Dokumen terkait

International Journal of Technology 2014 3: 207‐208 ISSN 2086‐9614 © IJTech 2014 EXPERIMENTAL AND SIMULATION WORKS IN ELECTROMAGNETIC TECHNOLOGY Eko Adhi Setiawan* Department of

Endry Martius, MSc IV/a 4 Prof.Dr.Ir... Hasmiandy Hamid, SP, MSi III/d 8