SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING UNDANA DITINJAU DARI JARAK TEMPAT TINGGAL
PROPOSAL
Diajukan Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Angelika Claudia Banase NIM . 2101160017
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2025
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Tinggi memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (Halean et al., 2021). Salah satu tujuan Pendidikan Tinggi adalah mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menjadi individu yang memiliki mandiri, kreatif, dan inovatif. Namun dalam beberapa tahun terakhir, banyak mahasiswa yang masih mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan dalam pendidikan secara konkret (Irrubai,2014). Pada kondisi Pendidikan Tinggi hari ini berdasarkan Data Badan Pusat Statitik Indonesia tahun 2024 yang menunjukan bahwa adanya penurunan angka partisipasi di Perguruan Tinggi.
Mahasiswa merupakan individu dewasa yang sudah memiliki pola pikir matang yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman dalam dunia pendidikan yang dikenal dengan istilah belajar. Menurut Sarwono (Alfian, 2014) mahasiswa adalah setiap individu yang secara resmi terdaftar mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia 18 – 30 tahun dan bisa disebut sebagai suatu kelompok di dalam masyarakat yang mendapatkan statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Oleh karena itu mahasiswa perlu meregulasi diri dengan baik. Regulasi diri adalah aktivitas individual yang melibatkan pengaturan perhatian, pikiran, perilaku, dan emosi secara serentak dalam upaya merancang, mengendalikan, mengarahkan perilaku individu agar sesuai dengan impian yang ingin dicapai tanpa adanya hambatan maupun kesenjangan antara pola pikir dan perilaku.
Seseorang yang mempunyai regulasi diri yang tinggi tidak akan menggunakan waktu secara sia-sia dengan mengerjakan hal tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, tetapi seseorang yang memiliki regulasi diri yang rendah tidak mampu mengatur dan mengarahkan waktunya sesuai dengan tujuannya, sehingga lebih mementingkan hal yang tidak bermanfaat. Masalah yang sering dihadapi mahasiswa menurut Hermil, (2017) adalah mahasiswa berada dalam kondisi hilangnya semangat
belajar saat sulit memahami materi perkuliahan. Akibatnya, mahasiswa seringkali merasa tertekan, kesulitan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu, dan mengalami penurunan motivasi belajar. Hal ini menunjukkan pentingnya pengembangan keterampilan self-regulated learning yang dapat membantu mahasiswa mengatur waktu dan proses belajarnya dengan lebih baik, agar dapat mencapai hasil akademik yang optimal.
Self Regulated Learning (pengaturan diri dalam belajar) didefinisikan oleh Zimmerman & Martianz-Pons (2001) sebagai tingkatan dimana partisipan secara aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar. Self Regulated Learning juga didefinisikan sebagai bentuk belajar individual dengan bergantung pada motivasi belajar mereka, secara otonomi mengembangkan pengaturan (kognisi, metakognisi, dan perilaku, dan memonitor kemajuan belajarnya (Baumert et at., 2002). Tidak semua mahasiswa mampu mengembangkan Self regulated learning secara optimal, terutama ketika mereka menghadapi berbagai hambatan dalam proses belajar. Kemampuan individu dalam mengatur diri dipengaruhi oleh bagaimana mereka mengenali tantangan, menyusun strategi belajar yang efektif, serta mempertahankan motivasi untuk mencapai tujuan akademik. Mahasiswa dengan SRL yang baik cenderung lebih mampu mengatasi kesulitan dengan menyesuaikan strategi belajar, mengatur waktu secara efisien, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Sebaliknya, mereka yang memiliki tingkat Self regulated learning rendah lebih rentan mengalami kesulitan dalam mengelola proses belajarnya, terutama ketika menghadapi keterbatasan tertentu yang dapat menghambat akses terhadap pembelajaran yang optimal."Terdapat banyak hal yang menunjukan bagaimana mahasiswa tidak dapat melakukan self-regulated learning antara lain kesulitan dalam proses adaptasi, kurangnya kemandirian dalam diri, sulitnya melakukan pemecahan masalah yang diikuti dengan kemampuan berpikir kritis dan Ketidakmampuan dalam membangun komunikasi dengan orang lain serta tidak adanya motivasi untuk mengejar prestasi akademik.
Kemampuan individu dalam merencanakan, memonitor dan mengatasi hambatan selama proses belajar dapat terlihat dalam bentuk kemampuan self regulated learning
. Faktor paling dasar dari self regulated learning adalah keinginan untuk mencapai tujuan, persepsi harga diri, kemauan untuk mencoba, komitmen, kesadaran metakognitif, penggunaan strategi yang efisien, dan manajemen waktu. Self-regulated learning adalah bentuk pembelajaran di mana individu secara aktif mengatur dan memonitor proses belajar, termasuk aspek kognitif, emosional, dan perilaku. Dalam S elf regulated learning, individu memiliki kontrol penuh atas motivasi, strategi belajar, serta cara mengatasi tantangan atau hambatan yang muncul selama proses pembelajaran. Individu secara sistematis menetapkan tujuan belajar, merencanakan, memantau kemajuan, dan mengevaluasi hasil dari usaha yang dilakukan. Selain itu, se lf-regulated learning juga melibatkan pengaturan diri dalam menghadapi emosi atau kecemasan yang mungkin menghambat proses pembelajaran, serta kemampuan untuk mempertahankan konsistensi dan ketekunan meskipun menghadapi kesulitan.
Salah satu yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah jarak tempat tinggal dengan kampus. Jarak tempat tinggal terhadap kampus juga menjadi faktor utama tingkat konsentrasi belajar mahasiswa dikelas dimana keadaan saat menempuh jauhnya perjalanan dan saat tiba di kampus akan mempengaruhi konsentrasi belajarnya di kelas. jarak adalah ruang sela (panjangatau jauh) antara dua benda. Jarak adalah ukuran jauh dekatnya antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Jarak berkaitan dengan lokasi atau wilayah yang menjadi pusat pemenuhan kebutuhan manusia (KBBI 2008). aktor lingkungan salah satunya adalah jarak tempat tinggal.
Faisal akbar (2008) menyampaikan bahwa jauh dekatnya jarak tempat tinggal dapat menggangguproses pembelajaran.Semakin jauh jarak yang ditempuh mahasiswa dari tempat tinggal ke tempat perkuliahan maka semakin banyak waktudan tenaga yang dikeluarkan.
Berdasarkan fenomena hasil observasi peneliti menemukan beberapa mahasiswa sering merasa jenuh dan bosan saat kuliah, tidak memahami materi karena kelelahan, mengantuk, dan malas mengerjakan tugas sehingga telat mengumpulkan tugas dalam perkuliahan. Perilaku ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kesulitan dalam mengelola waktu dan motivasi mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan Mahasiswa bimbingan konseling dengan inisial (F.K) mengatakan sering merasakan
kesulitan mengatur jadwal belajar karena susah dalam menentukan prioritas antara memahami materi dan menyelesaikan tugas, yang menyebapkan pola belajarnya menjadi tidak teratur. selain itu juga, ia mengatakan sering teralihkan dengan hal-hal lain, sehingga belajarnya tidak optimal. Sementara itu,mahasiswa yang lain berinisial (E.N) juga mengatakan hal lain yaitu sering mengalami kendala dalam mempertahankan motivasi belajar terutama saat menghadapi materi perkuliahan yang sulit. Ia cenderung kehilangan semangat dan kurang disiplin dalam menjaga keseimbangan dalam belajar. Selain itu, ia jarang melakukan refleksi terhadap metode belajarnya, sehingga ia sering mengulang kesalahan yang sama dalam belajar. Dan Mahasiswa lainnya melalui wawancara dengan berinisial (D.I) menyatakan bahwa jarak tempat tinggalnya cukup jauh dari kampus, sehingga setiap hari ia harus berjalan kaki untuk sampai ke kampus. Meskipun awalnya ia terbiasa, terkadang ia merasa kelelahan yang cukup mengganggu konsentrasi belajarnya di kelas. lebih lanjut, ia menambahkan bahwa jadwal kuliah yang berbeda-beda juga ikut mempengaruhi energi dan semangatnya. Ketika harus mengikuti kuliah di siang hari, kadang-kadang rasa lelah dan kurangnya konsentrasi membuatnya sulit mengikuti materi yang disampaikan dosen. Setibanya di kelas, ia merasa kurang bisa fokus, meskipun sudah berusaha untuk tetap semangat.
Dari latar belakang dan fenomena yang terjadi diatas berdasarkan hasil pra penelitian, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul untuk mengkaji lebih lanjut tentang ‘’Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Ditinjau Dari Jarak Tempat Tinggal’’
1.1. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana gambaran self regulated learning pada mahasiswa program Studi
Bimbingan Dan Konseling ditinjau dari jarak tempat tinggal
2. Bagaimana perbedaan self regulated learning pada mahasiswa mahasiswa program Studi Bimbingan Dan Konseling ditinjau dari jarak tempat tinggal
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Gambaran self regulated learning pada mahasiswa program Studi Bimbingan Dan Konseling ditinjau dari jarak tempat tinggal
2. Perbedaan self regulated learning pada mahasiswa mahasiswa program Studi Bimbingan Dan Konseling ditinjau dari jarak tempat tinggal
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan referensi dan pengetahuan berkaitan dengan bagaimana bagaimana gambaran self regulated learning pada mahasiswa, Tentu saja akan menjadi bahan juga untuk dapat dilakukan kajian yang lebih dalam dengan topik yang sama
2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman self regulated learning dan mengembangkan strategi belajar mandiri yang efektif,terutama bagi mahasiswa yang tinggal dekat dari kampus maupun jauh dari kampus tanpa kendaraan
b. Bagi Prodi Bimbingan dan konseling
Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi program studi dalam merancang layanan bimbingan yang lebih tepat sasaran untuk membantu mahasiswa mengatasi tantangan akademik akibat keterbatasan akses ke kampus.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian yang lebih dalam dan komprehensif dengan mempelajari penelitian yang telah ada.
1.3. Definisi Operasional
Self regulated learning ialah suatu kemampuan dimana seseorang dapat mengaktifkan dan mendorong pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan tindakan (aksi) yang telah direncanakan secara sistematis dan berulang yang berorientasi untuk mencapai suatu tujuan dalam belajarnya. Aspek dari Self regulated Learning an tara lain kognitf, afektif, motivasi, dan perilaku.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Self regulated Learning
2.1.1 Pengertian self Regulated Learning
Self regulated learning adalah suatu kemampuan dimana seseorang dapat mengaktifkan dan mendorong pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan tindakan (aksi) yang telah direncanakan secara sistematis dan berulang yang berorientasi untuk mencapai suatu tujuan dalam belajarnya (Zimmerman,1990). Bandura (Santrock, 2008) Self-regulated learning adalah suatu konsep mengenai bagaimana seseorang dapat menjadi pengelola dirinya sendiri dalam kegiatan belajar. Alwisol (2004) menjelaskan bahwa Self-regulated learning adalah kemampuan mengatur sebagian dari tingkah lakunya sendiri.
Menurut Winne (dalam Santrock, 2007) self-regulated learning adalah kemampuan untuk memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman).
Berdasarkan definisi dari para ahli tentang Self regulated Learning di atas, dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning (SRL) merupakan kemampuan individu untuk mengelola dan mengarahkan proses belajar secara aktif dan terencana. Hal ini melibatkan pengaturan kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), dan tindakan (aksi) yang dilakukan secara sistematis dan berulang guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut bisa bersifat akademik, seperti meningkatkan pemahaman atau keterampilan, maupun sosioemosional, seperti mengelola emosi atau membangun hubungan sosial.
Self-regulated learning juga mencakup kemampuan untuk memonitor dan mengontrol perilaku sendiri selama proses belajar.
2.1.2 Aspek-aspek Self Regulated Learning
Menurut Zeidner, dkk (2000) mengatakan bahwa self-regulated learning melibatkan empat aspek, yaitu: kognitf, afektif, motivasi, dan perilaku yang menimbulkan kemampuan individu untuk dapat menyesuaikan tindakan dan tujuannya untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam kaitannya dengan perubahan kondisi lingkungan. Sedangkan menurut Zimmerman (1989), self-regulated learning meliputi tiga aspek yaitu metakognisi, motivasi dan perilaku. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Metakognisi.
Metakognisi adalah kemampuan individu dalam merencanakan, mengorganisasi atau mengatur, mengintruksikan diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar, aspek metakognisi dalam selfregulated learning mengacu pada proses pembuatan keputusan yang mengatur pemilihan dan penggunaan berbagai jenis pengetahuan.
2. Motivasi.
Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki setiap individu. Menurut Zimmerman (1989) motivasi merupakan pendorong (drive) yang ada pada inidividu dalam mengorganisir aktivitas belajarnya. Aspek motivasi mengacu pada komponen-komponen yang meliputi
1) komponen harapan (an expectancy component), yakni keyakinan individu mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas 2) komponen nilai, meliputi tujuan dan keyakinan mengenai pentingnya
minat terhadap suatu tugas
3) komponen afeksi, yakni reaksi emosional terhadap suatu tugas.
3. Perilaku.
Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar, komponen perilaku yang mengacu pada perilaku nyata yang
muncul dalam interkasinya dengan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan aktivitas belajar.individu dalam melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung untuk menjadi otonom dalam melaksanakan kegiatan belajarnya, dan pada umunya lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya karena menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajarnya akan dapat dicapai (Zimmerman, 1989).
Dari penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa aspek dari Self Regulated Learning antara lain Metakognisi, Motivasi dan perilaku.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Self Regulated Learning
Zimmerman (1990) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi self- regulated learning sebagai berikut:
a. Faktor pribadi.
Termasuk dalam hal ini adalah pengetahuan siswa, proses metakognisi, tujuan yang hendak dicapai, dan afeksi. Metakognisi mengacu pada proses pembuatan keputusan yang mengatur pemilihan dan penggunaan bentuk pengetahuan.
Semakin matang seseorang dalam menggunakan bentuk pengetahuan (yang meliputi pengetahuan deklaratif, procedural, dan kondisional) maka semakin matang perilakunya dalam membuat perencanaan yang matang ini penting sekali karena perencanaan ini mendasari perencanaan jenis lingkungan yang digunakan dalam belajar, penyusunan tujuan, persepsi mengenai efikasi, penggunaan pengetahuan deklaratif dan procedural, kondisi afeksi, dan hasil kontrol perilaku.
Tujuan berpengaruh terhadap self-regulated learning dalam hal realistis tindakannya tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang tidak realistis dan memungkinkan untuk dicapai serta tidak terlalu sukar akan membuat seseorang termotivasi untuk mencapainya.
b. Faktor perilaku.
Faktor perilaku meliputi observasi diri (self-observation), penilaian diri (self- judgement), dan reaksi diri (self-reaction). Observasi diri mengacu pada respon siswa yang berkaitan dengan pemantauan perilakunya secara sistematis. Penilaian diri mengacu pada respon individu yang berkaitan dengan perbandingan. Secara sistematis terhadap kinerja mereka dengan standar tujuan. individu yang melaksanakan “penilaian diri” memiliki kinerja yang lebih tinggi, self efficacy yang lebih baik, dan kesadaran yang lebih baik. individu yang bereaksi positif terhadap kinerjanya maka akan dapat meningkatkan kinerjanya.
c. Faktor lingkungan.
Lingkungan berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang. Lingkungan belajar yang kondusif akan membuat individu yang melaksanakan self-regulated learning, dan sebaliknya pada lingkungan yang kurang kondusif akan membuat kesulitan berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Menurut Baron &
Byrne (2005) faktor lingkungan meliputi dukungan sosial. Dukungan sosial juga dapat dilihat dari banyaknya kontak sosial yang terjadi atau yang dilakukan individu dalam menjalin hubungan dengan sumber-sumber yang ada dilingkungan yang meliputi dukungan sosial.
Berdasarkan penjelasan diatas, self-regulated learning dipengaruhi oleh tiga faktor utama yang pertama Faktor pribadi, seperti pengetahuan, metakognisi, dan tujuan yang realistis yang kedua Faktor perilaku, yang mencakup observasi diri, penilaian diri, dan reaksi terhadap kinerja serta yang ketiga faktor lingkungan, yang meliputi dukungan sosial dan kondisi lingkungan yang kondusif.Ketiga faktor ini saling mendukung untuk meningkatkan efektivitas dalam proses pembelajaran yang diatur sendiri.
2.1.4 Karakteristik dalam Self regulated Learning
Menurut Rochester Institute of Technology (dalam Ahmad, 2009) terdapat beberapa karakteristik yang ada dalam self regulated learning yaitu:
a) Memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka Dan membuat rencana untuk mengelola penggunaan waktu dan sumber daya yang dimiliki, baik secara internal maupun eksternal saat menyelesaikan tugas.
b) Mempunyai Need For Challenge yaitu kecenderungan untuk beradaptasi dengan kesulitan yang dihadapi pada saat pengerjaan tugas dan mengubah menjadi sebuah tantangan pada suatu hal yang menarik dan menyenangkan.
c) Mengetahui cara menggunakan atau menggunakan sumber daya yang ada, baik internal maupun eksternal, dan memantau proses pembelajaran.
d) Memiliki kegigihan dalam belajar dan mempunyai strategi tertentu yang membantu dalam belajar.
e) Ketika melakukan kegiatan membaca, menulis, atau berdiskusi dengan orang lain, mereka cenderung membuat pengertian atau makna dari apa yang dibaca, ditulis, atau didiskusikan.
f) Menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki bukanlah satu- satunya faktor
yang mendukung kesuksesan dalam meraih prestasi belajar melainkan juga
dibutuhkan strategi dan upaya yang gigih dalam belajar.
Berdasarkan uraian strategi self regulated learning dapat disimpulkan yakni self-regulated learning memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu kemandirian dalam melaksanakan tugas dan merencanakan penggunaan waktu serta sumber daya yang dimiliki, baik internal maupun eksternal. Individu yang memiliki self-regulated learning juga cenderung memiliki dorongan untuk menghadapi tantangan dengan cara yang menyenangkan, memanfaatkan sumber daya dengan efektif, serta memantau proses pembelajaran. individu menunjukkan kegigihan dalam belajar dan menggunakan strategi tertentu
untuk membantu proses belajar. Selain itu, individu mampu membuat makna dari aktivitas membaca, menulis, atau berdiskusi, serta menyadari bahwa kesuksesan tidak hanya bergantung pada kemampuan, tetapi juga pada penggunaan strategi yang tepat dan usaha yang gigih.
2.1.5 Strategi Self-Regulated Learning
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (1989) ditemukan empat belas strategi self-regulated learning sebagai berikut:
1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating) Merupakan inisiatif Mahasiswa dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya.
2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming). mahasiswa mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert dan overt.
3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal-setting and planning ) Strategi ini merupakan pengaturan Mahasiswa terhadap tugas, waktu, dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.
4. Mencari informasi (seeking information) mahasisiwa memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber- sumber sosial ketika mengerjakan tugas
5. Mencatat hal penting (keeping record and monitoring) Mahasiswa berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari.
6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring) Mahasiswa berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara
tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.
7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating) Mahasiswa mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.
8. Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing) Mahasiswa berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan covert.
9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance) Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan, Mahasiswa meminta bantuan teman sebaya.
10. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance) Bertanya kepada pengajar di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.
11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance) Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan dengan pelajaran.
12. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work) Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar.
Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan yaitu Self-regulated learning melibatkan berbagai strategi yang membantu peserta didik dalam proses belajar, seperti melakukan evaluasi diri untuk menilai kemajuan, mengatur dan mengubah materi pelajaran untuk meningkatkan efektivitas, serta membuat rencana dan tujuan belajar yang jelas. Selain itu,Mahasiswa juga aktif mencari informasi di
luar sumber sosial, mencatat hal-hal penting, dan mengatur lingkungan belajar yang mendukung. Mereka mengelola konsekuensi dari tugas, mengulang materi untuk memperkuat ingatan, serta meminta bantuan dari teman sebaya, pengajar, atau orang dewasa bila diperlukan. Mengulang tugas atau ujian sebelumnya juga menjadi bagian dari strategi untuk memperdalam pemahaman dan memperbaiki hasil belajar.
2.2 Jarak Tempat Tinggal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda. Jarak adalah ukuran jauh dekatnya antara tempat yang satu dengan tempat yang lain dan diukur dengan satuan meter (Jannah, 2012).
Menurut Faisal Akbar (2008) tempat tinggal adalah keberadaan individu bernaung atau tinggal di sebuah rumah seperti endekost, rumah orang tua, atau menumpang pada rumah orang lain. Hal-hal yang mempengaruhi jarak tempuh Mahasiswa ke kampus salah satunya adalah sarana yang digunakan. Jika sarana merupakan kendala bagi daya tempuh jarak, berarti jarak tempat tinggal dapat menggangu proses belajar Mahasiswa. Dengan demikian jauh dekatnya jarak dapat berpengaruh terhadap kondisi Mahasiswa terutama dalam meraih prestasi belajar.
Jadi jarak tempat tinggal merujuk pada rentang antara lokasi tempat tinggal mahasiswa dengan kampus. Dalam penelitian ini, tempat tinggal mencakup rumah pribadi, kontrakan, kos, atau menumpang di rumah saudara. Indikator jarak tempat tinggal dikategorikan menjadi dekat dan jauh. Jarak dikatakan dekat apabila berada di bawah nilai rata-rata (mean), sedangkan jarak dikatakan jauh apabila sama dengan atau melebihi nilai rata-rata (mean).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan jarak tempat tinggal jarak tempat tinggal merujuk pada rentang antara lokasi tempat tinggal mahasiswa dengan kampus, yang dapat mempengaruhi proses belajar mereka. Jarak ini mencakup berbagai jenis tempat tinggal seperti rumah pribadi, kontrakan, kos, atau menumpang di rumah saudara.
Pengukuran jarak tempat tinggal dibedakan menjadi dua kategori, yaitu dekat jika jaraknya di bawah rata-rata dan jauh jika sama dengan atau melebihi rata-rata. Faktor
jarak ini, terutama jika sarana transportasi menjadi kendala, dapat mempengaruhi kenyamanan dan prestasi belajar mahasiswa.
2.3 Penelitian Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis mengemukakan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Grahani & Mardiyanti, 2019) dengan judul «Self Regulated Learning (SRL) Pada mahasiswa ditinjau dalam keikutsertaan dalam organisasi” . Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode accidental sampling. Subjek penelitian terdiri dari 100 mahasiswa dari dua perguruan tinggi swasta, yaitu Universitas Wijaya Putra (PTS "X") dan STKIP Bina Insan Mandiri (PTS "Y"). Analisis data dilakukan menggunakan regresi dan uji ANOVA untuk melihat pengaruh keikutsertaan dalam organisasi terhadap SRL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada mahasiswa PTS "X", nilai signifikansi sebesar 0,498 (p > 0,05), yang berarti tidak ada pengaruh signifikan antara keikutsertaan dalam organisasi terhadap SRL. Dari penelitian tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang sekarang. Persamaan Kedua penelitian ini yaitu kedua penelitian sama-sama membahas self regulated learning pada mahasiswa dan juga sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif dalam pengumpulan dan analisis data serta sama-sama meneliti objek penelitian mahasiswa sebagai objek utama penelitian. Perbedaan Penelitian ini dengan yang sekarang yaitu penelitian yang ini berfokus Menganalisis Self regulated learning berdasarkan keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi, Sedangkan penelitian sekarang Menganalisis Self regulated learning berdasarkan jarak tempat tinggal mahasiswa dan juga analisis data juga berbeda dimana penelitian ini menggunakan Menggunakan regresi dan uji ANOVA untuk melihat pengaruh keikutsertaan dalam organisasi terhadap SRL sedangkan penelitian sekarang Menggunakan uji t-test untuk membandingkan tingkat SRL berdasarkan jarak tempat tinggal.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lesmanawati dkk, (2020) dengan judul
“Pengaruh Self Regulated Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak kemampuan berpikir matematis terhadap Self Regulated Learning dalam proses pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dan jenis model eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI Semester Ganjil tahun pelajaran 2019/2020 di SDN Cibubur 04 Kotamadya Jakarta Timur.
Analisis studi ini menggunakan teknik analisis varians. Hasilnya menunjukkan bahwa peran kemampuan berpikir kreatif matematis memiliki pengaruh dengan Self Regulated Learning. Dari penelitian ini, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang sekarang. Persamaan Kedua penelitian ini yaitu kedua penelitian sama-sama membahas Self Regulated Learning sebagai variabel utama dan juga sama-sama bertujuan menganalisis perbedaan Self Regulated Learning dalam konteks pendidikan serta menggunakan pendekatan kuantgitatif dalamn pengumpulan data. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang yaitu penelitian ini menganalisis pengaruh self regulated learning terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik sedangkan penelitian sekarang Menganalisis Self regulated learning berdasarkan jarak tempat tinggal mahasiswa subjek penelitian ini kepada siswa sekolah dasar (SD) sedangkan penelitian sekarang dilakukan kepada mahasiswa bimbingan konseling serta metode analisis data yang dilakukan penelitian ini Menggunakan model eksperimen untuk melihat pengaruh SRL terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis sedangkan penelitian sekarang menggunakan uji t-test untuk membandingkan tingkat SRL berdasarkan jarak tempat tinggal.
3. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arum dan Konradus, (2022) dengan judul “Pengaruh self regulated learning terhadap prokastinasi akademik pada mahasiswa yang mengikuti kuliah daring di masa pandemi covid-19” Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh self regulated learning terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang mengikuti kuliah daring di masa pademi COVID-19. Adapun sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa yang
mengikuti kuliah daring di masa pandemi COVID-19. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik regresi sederhana dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) for windows ver. 25.0. berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai R square = 0,225. Dapat diartikan bahwa self regulated learning mempengaruhi prokrastinasi akademik sebesar 25,5% pada mahasiswa yang mengikuti kuliah daring di masa pandemi, dimana sisanya 74,5 % dipengaruhi variabel lain di luar penelitian. Dari penelitian tersebut ada perbedaan dan persamaan dengan penelitian sekarang yakni Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian sekarang yaitu objek penelitian sama-sama meneliti mahasiswa sebagai subjek penelitian dan menggunakan metode penelitian yang sama yaitu pendekatan kuantitatif sedangkan perbedaanya yaitu penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis korelasi antara SRL dan prokastinasi akademik sedangkan penelitian sekarang menggunakan kuantitatif uji t analisis perbedaan SRL berdasarkan jarak tempat tinggal
2.4 Karangka Berpikir
Sugiyono (Dalam Setiawan & Kurniasih, 2020) mengemukakan bahwa kerangka berpikir diartikan sebagai teori yang berhubungan dengan berbagai faktor yang di identifikasi sebagai masalah dalam penelitian. Berdasarkan kajian teori di atas dapat dirumuskan tentang Self Regulated Learning mahasiswa bimbingan konseling undana di tinjau dari jarak tempat tinggal. Kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Self regulated learning
Mahasiswa yang dekat dengan kampus
Mahasiswa yang jauh dari kampus
Dari skema kerangka berpikir di atas di jelaskan bahwa Jarak tempat tinggal mahasiswa (jauh atau dekat dari kampus) dapat memengaruhi tingkat self- regulated learning mereka. Dari perbedaan pengaruh ini kemudian dianalisis dalam tiga aspek utama: kognisi, motivasi, dan perilaku.
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah, jika peneliti telah mendalami permasalahan suatu penelitiannya dengan akurat serta menetapkan anggapan dasar , kemudian membuat sebuah teori sementara, yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesisnya (Rahmaniar, Haris, & Martawijaya, 2015).
Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha = Terdapat perbedaan self regulated learning mahasiswa bimbingan dan konseling undana ditinjau dari jarak tempat tinggal .
H0 = Tidak terdapat perbedaan self regulated learning mahasiswa bimbingan dan konseling undana ditinjau dari jarak tempat tinggal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu penelitian 3.1.1 Lokasi
1. Metakognisi 2. Motivasi 3. perilaku
Penelitian dilakukan di Universitas Nusa Cendana prodi Bimbingan konseling, yang beralamat di Jl. A. Yani No 48 Kupang NTT
3.1.2 Waktu
Penelitian ini memerlukan waktu lebih kurang 2 bulan setelah seminar proposal
3.2 Instrumen Bahan penelitian
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mendapatkan data di lapangan. Sugiyono (2019), menyatakan bahwa metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian, sebagai goal utama dari penelitian ialah memperoleh informasi. Dalam pengumpulan data ini penulis harus mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan dengan mengenali cara pengumpulan data sebelumnya.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala psikologis.
Pengambilan data yang dilakukan dengan meminta responden untuk menilai pernyataan dengan beberapa tingkat persetujuan atau ketidak setujuan. Pertanyaan atau pernyataan dalam penelitian ini berbentuk tertutup yang dimana responden memberikan jawaban singkat dan cepat atau responden dapat memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Skala psikologis dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert.
Dengan model skala Likert responden memilih jawaban dari variabel yang telah menjadi bagian dari indikator variabel dan indikator variabel tersebut mempunyai masing-masing item instrumen yang menjadi tolak ukur dalam setiap pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan model skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Artinya bahwa pernyataan yang digunakan bersifat favourabel (pertanyaan yang mendukung) dan unfavourabel (pertanyaan yang tidak mendukung), sehingga pilihan jawaban dari pertanyaan seperti sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat
tidak sesuai (STS). Peneliti tidak menggunakan pilihan jawaban ragu-ragu agar mahasiswa akan memilih jawaban yang lebih pasti sesuai dengan keadaan dirinya.
Tabel 3.1 Tabel Skala Likert
No. Favourabel Skor Unfavourabel Skor
1. Sangat Sesuai (SS) 4 Sangat Sesuai (SS) 1
2. Sesuai (S) 3 Sesuai (S) 2
3. Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 3 4. Sangat Tidak Sesuai
(STS)
1 Sangat Tidak Sesuai (STS)
4
3.3 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian 3.3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu metode penelitian yang menggunakan banyak angka yang kemudian di analisis. Penelitian kuantitatif ini digunakan oleh penulis untuk mengetahui perbedaan self regulated learning Mahasiswa bimbingan konseling undana ditinjau dari jarak tempat tinggal.
3.3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif, karena tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan Self Regulated Learning ditinjau dari jarak tempat tinggal. Menurut Sugiyono (2016), penelitian komparatif merupakan jenis penelitian yang membandingkan keadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau dua waktu yang berbeda.
3.4 Populasi dan Sample 3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penilai untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulanya.
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa bimbingan konseling Universitas nusa cendana kupang alasan dipilih terkait Self-Regulated Learning karena keterampilan penting yang harus dikuasai untuk mendukung peran mereka sebagai calon konselor. Memahami bagaimana faktor jarak tempat tinggal tanpa kendaraan memengaruhi SRL mereka dapat memberikan wawasan berharga dalam pengembangan strategi belajar yang lebih efektif serta bimbingan akademik yang lebih tepat sasaran.
Tabel 3.2
Populasi Mahasiswa Bimbingan konseling undana terkait self regulated learning ditinjau dari jarak tempat tinggal No Sem/Kelas Tidak Mempunyai Kendaraan Jumlah
Jarak dekat dibawah 1,5
km
Jarak jauh diatas 1,5 km
1. 2 A 15 13 28
2. 2 B 20 15 35
3. 4 A 9 19 28
4. 4 B 19 4 23
5. 6 A 15 13 28
6. 6 B 19 10 29
97 74
TOTAL POPULASI 171
1.4.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik proportionate Stratified Random Sampling (PSRS), Proportionate Stratified Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proposional dengan setiap angkatan diambil 25% atau lebih tergantung pada:
1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana 2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek 3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti
Untuk itu peneliti mengambil 75 %. Adapun pengamabilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini berjumlah 171 mahaswa/i bimningan konseling Universitas Nusa Cendana Kupang Kelas/Semester 2A, 2B, 4A ,4B, 6A, 6B yang jarak tempat tinggal dekat kampus dibawah 1,5 km dan Jarak jauh dari kampus diatas 1,5 km Dimana jumlah sampel Mahasiwa yang jarak tempat tinggal dekat kampus dibawah 1,5 km akan menyesuaikan dengan jumlah sampel mahasiswa yang tinggal Jarak jauh dari kampus diatas 1,5 km dan disajikan dalam tabel di bawah ini
Tabel 3.3
Sampel Mahasiswa Bimbingan konseling undana terkait self regulated learning ditinjau jarak tempat tinggal No Sem/Kelas Populasi Tidak Mempunyai
Kendaraan
Presentase Sampel Jarak
dekat dibawah
1,5 km
Jarak jauh diatas 1,5 km
Jarak dekat dibawah
1,5 km
Jarak jauh diatas 1,5 km
1. 2 A 28 15 13 75% 10 10
2. 2 B 35 20 15 75% 11 11
3. 4 A 28 9 19 75% 7 7
4. 4 B 23 19 4 75% 3 3
5. 6 A 28 15 13 75% 10 10
6. 6 B 29 19 10 75% 7 7
171 96
3.5 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini antara lain, variabel terikat yaitu self regulated learning dan variabel control dari penelitian ini adalah jarak tempat tinggal. Variabel terikat adalah variabel terikat adalah komponen penelitian yang sifatnya atau nilainya di pengaruhi oleh variabel bebas. Variabael control merupakan variabel yang dikendalikan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
3.6 Uji Coba instrumen 3.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keaslian suatu tes. Suatu tes di katakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Mahasiswa Undana prodi pendidikan anak usia dini yang memiliki perbedaan jarak tempat tinggal (dekat dan jaut dari kampus tanpa kendaraan) dipilih untuk melakukan uji coba instrumen dalam mengukur tingkat Self- Regulated Learning. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Sugiyono, 2016). Dengan kriteria pengujian jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 (5%), dengan dua arah, derajat kebebasan/dk = N-2 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka alat ukur tersebut tidak valid. Dalam menghitung validitas suatu item instrument peneliti menggunakan aplikasi excel dan IMB SPSS statistics 25. Cara mencari
validitas suatu tes instrumen dengan menggunakan rumus korelasi Bivariate Pearson (product moment pearson) sebagai berikut:
Keterangan:
= koefisien validitas
N = jumlah subjek atau responden = jumlah skor butir pertanyaan = jumlah skor total pertanyaan
= jumlah perkalian skor butir dengan skor total
= total kuadrat skor butir pertanyaan
= total kuadrat skor total pertanyaan
Untuk menentukan valid atau tidaknya data dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika r hitung > dari r tabel dengan taraf signifikan 0,05, maka instrumen tersebut dikatakan valid.
2) Jika r hitung < dari r tabel dengan taraf signifikan 0,05, maka instrument tersebut dikatakan tidak valid.
3.6.2 Uji Reabilitas
Arikunto (2013), menjelaskan bahwa reliabel adalah instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Demikian halnya untuk mengetahui reliabilitas instrumen
dihitung menggunakan rumus Cronbach’s Alpha dalam Suharsaputra (2018) sebagai berikut:
α=
[
KK−1] [1−∑
❑❑ SD t❑SD b2 2]
Keterangan :
α : Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach K : Jumlah item pernyataan yang diuji SDb2: Jumlah varins skor item
SDt2 : Varians skor-skor total (seluruh item)
Syarat untuk mengukur reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha sebagai berikut:
a. Jika nilai α > atau = r tabel maka instrumen penelitian dikatakan reliabel.
b. Jika nilai α < r tabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel.
Adapun interpretasi nilai reliabilitas Alpha Cronbach dapat dilihat pada tabel berikut:s
Tabel 3.6
Interpretasi Nilai Reliabilitas Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,800 – 1,000 Sangat Tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Agak Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,19 Sangat Rendah
Sumber : (Arikunto, 2013)
3.7 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2019), analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengelola data penelitian agar memperoleh suatu kesimpulan.
3.7.1 Analisis Deskriptif
Teknik Analisis deskriptif merupakan teknik yang bertujuan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data mengenai subjek yang diteliti berdasarkan dari data yang telah terkumpul (Azwar, 2016). Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk Analisis deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai tingkat Self-Regulated Learning mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Nusa Cendana berdasarkan jarak tempat tinggal mereka dari kampus (dekat dan jauh tanpa kendaraan). Data yang diperoleh pada penelitian melalui angket kemudian dihitung nilai responden masing-masing aspek. Sebelum menganalisa data hasil angket yang disebarkan masing- masing pernyataan diukur dengan skor 1 sampai 4 untuk peryataan unfavorable dan 4 sampai 1 untuk peryataan favorable. Selanjutnya mencari nilai tertinggi dan nilai terendah dari skor tersebut dibuat panjang kelas interval. Dalam penyajian data peneliti Menghitung nilai rata- rata dan menghitung persentase (riduwan, 2017) dengan rumus sebagai berikut :