• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi berasal dari bahasa latin, yaitu “Coopere” dan kemudian disarikan kembali dalam bahasa Inggris menjadi kata “Cooperation”. Kata

“Co” memiliki arti bersama dan “Operation” berarti bekerja sama. Maka, kata

“Cooperation” dapat diartikan sebagai kerja sama. Dengan bekerja sama maka koperasi dapat memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih tinggi dari pada apabila mereka melakukannya dengan sendiri-sendiri.

Oleh karena itu semangat koperasi ini tumbuh dari para individu yang secara sendiri-sendiri mereka merasa lemah dan dengan bekerja sama membentuk koperasi. (Winarko 2014) Dengan demikian koperasi dapat dibentuk oleh anggota dan berasaskan kekeluargaan, karena mereka memiliki tujuan dan kepentingan yang sama (Tambunan & Tambunan 2017:33).

Sebagai suatu perkumpulan, koperasi tidak akan berbentuk tanpa adanya anggota yang sebagai tulang punggungnya, (Yolamalinda, 2014:116-125 ) semakin banyak anggota maka semakin kokoh kedudukan koperasi. Disamping itu menurut ketentuan Pasal 26 ayat (1) UU No.17 Tahun 2012, bahwa anggota koperasi Indonesia merupakan pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa. (Rudianto, 2010) koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan dari simpanan dana dari anggotanya, setelah dana terkumpul dipinjamkan kembali kepada anggota yang membutuhkan. (Ninik Widiayanti dan Sunindhia, 2009)

(2)

peminjaman tersebut dilakukan dengan cara yang mudah, cepat, murah, dan tepat demi kesejahteraan bersama.

Pada mulanya Koperasi tumbuh di negara industri di Eropa Barat, namun setelah adanya kolonialisme dibeberapa negara di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, koperasi juga tumbuh di negara-negara jajahan. Banyak negara yang memanfaatkan koperasi sebagai suatu alat untuk meningkatkan kesejahteraan, bahkan koperasi sebagai salah satu alat pemerintah dalam melaksanakan pembangunan (dalam koperasi indonesia, 2011) Indonesia sebagai negara yang terus berkembang dan sudah semestinya Pemerintah melakukan upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan salah satu kegiatan yang dikembangkan melalui koperasi.

Dewasa ini pemerintah RI semakin menyadari bahwa paham koperasi ini merupakan penjabaran dari jiwa dan semangat dari pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (Winarko, 2014). Ditegaskan bahwa perekonomian disusun berdasarkan demokrasi ekonomi dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Koperasi harus membina kemampuan anggotanya menjadi kuat dan mandiri secara ekonomi sesuai dengan prinsip koperasi, yang mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional.

Oleh karena itu maka pemerintah dengan giat membina gerakan koperasi.

Berdasarkan UUD 1945, terdapat tiga pelaku ekonomi yaitu sektor Negara, Swasta, dan Koperasi. Ketiga sektor pelaku ekonomi tersebut saling mendukung supaya dapat tercapainya kedudukan ekonomi yang kuat dan masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan koperasi dilakukan secara

(3)

bertahap, pada tahap pertama pemerintah memegang peranan utama dalam perintisan organisasi koperasi dan membantu organisasi tersebut agar dapat tumbuh dengan kuat. Pada tahap kedua, pemerintah mencoba mengurangi bantuannya bila koperasi tersebut telah menunjukan kemajuannya dan mempunyai kemampuan untuk berkembang kearah kemandirian. Bila koperasi telah mandiri, maka tahap berikutnya adalah pemerintah harus benar-benar menghentikan bantuannya dan membiarkan organisasi koperasi untuk hidup secara otonom (Heriyono, 2012).

Koperasi sendiri bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya (Undang-undang No 17 tahun 2012). Untuk mencapai tujuannya koperasi harus dikelola secara benar dan profesional. Pengelolaan koperasi yang profesional akan menjadi salah satu tolak ukur apakah koperasi termasuk kedalam koperasi yang sehat atau tidak.

Sebuah koperasi yang sehat akan melakukan pengelolaan secara profesional dalam bidang termasuk dalam bidang keuangan (Muhammad Khafid:2009.) Dasar hukum keberadaan koperasi di Indonesia ada pada Pasal 33 UUD 1945 yaitu “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” (Subandi, 2013 : 19 ). Ketentuan tersebut sesuai dengan prinsip koperasi, karena koperasi telah berperan nyata dalam menyusun perekonomian yang berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi yang mengutamakan kemakmuran masyarakat. Salah satu jenis koperasi dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian berdasarkan jenis usahanya yaitu Koperasi Simpan Pinjam. (Tere et al, 2014 ) koperasi simpan pinjam yang memiliki fungsi dan peran untuk menghimpun dana dan

(4)

menyalurkan dana sebagai satu-satunya dalam melayani anggota . Koperasi simpan pinjam dapat dijadikan sebagai salah satu kegiatan koperasi (Kasmir, 2010:46).

Koperasi menjalankan usaha simpan pinjam tersebut dari anggota kemudian untuk anggota sebagai satu-satunya usaha yang ada. UU Nomor 17 Tahun 2012, usaha tersebut dilakukan didalam pasar ataupun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. (Padamu, 2016) Koperasi Simpan Pinjam bisa dikatakan sebagai lembaga keuangan, akan tetapi bukan bank dengan ciri khas kegiatan usahanya menerima simpanan dan memberikan pinjaman uang dari anggota lain dengan bunga terjangkau. (Binus, 2012 ) Koperasi adalah usaha yang didirikan untuk mendukung kepentingan bersama dari anggota yang satu kepada anggota yang membutuhkan tanpa adanya tambahan modal usaha dan kebutuhan finansial yang ada.

Sebagai salah satu lembaga usaha sektor ekonomi non bank, koperasi dituntut untuk memiliki keunggulan dalam bersaing dengan lembaga usaha lainnya seperti bank (Iltiham, 2016 ), baik dari segi pertumbuhan dan perkembangan koperasi pun sama halnya dengan badan usaha lainnya yang membutuhkan adanya keuntungan atau laba. Namun koperasi tidak mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus dikelola dengan layak, sehingga pada setiap akhir periode usahanya diharapkan / ditargetkan menghasilkan sisa hasil usaha. Keuntungan dalam koperasi dikenal dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU) (Dewi et al, 2016 ).

(5)

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pelangi Kasih merupakan salah satu unit usaha yang dijalankan sampai saat ini yaitu Usaha Simpan Pinjam dalam rangka mendapatkan Laba atau Sisa Hasil Usaha (SHU) yang maksimal. Sejak berdirinya koperasi ini para pengurus dan anggotanya telah berhasil menjalankan usaha perekonomian yang baik. Ditinjaui dari laporan Kredit Bermasalah, Simpanan Anggota dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Cimahi selama 5 tahun terakhir terjadi fluktuasi baik itu peningkatan maupun penurunan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel I.1

Perkembangan SHU KSP Pelangi Kasih

No Tahun

Kredit Bermasalah

(X1)

Simpanan Anggota

(X2) SHU

1 2014 561.005.300,0 40.152.365.950,0 911.222.026,0 2 2015 1.782.880.000,0 50.992.254.825,0 1.005.538.309,0 3 2016 2.376.591.698,0 69.921.797.910,0 917.339.510,0 4 2017 8.508.091.783,0 88.884.207.265,0 2.268.931.451,0 5 2018 21.340.255.571,0 106.471.773.984,0 1.827.090.642,0 Sumber : KSP Pelangi Kasih

Dari tabel I.1 menunjukan adanya peningkatan kredit bermasalah, simpanan anggota dan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam

“Pelangi Kasih” Cimahi yang diperoleh pada periode 2014-2018. Pada

(6)

perkembangan SHU mengalami fluktuasi baik itu peningkatan maupun penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2016 dan 2018 perkembangn SHU mengalami penurunan. Penurunan tersebut terjadi diakibatkan karena adanya beberapa faktor yang akan dianalisa dalam penelitian ini. Untuk meningkatkan SHU tentunya dibutuhkan modal dari koperasi yang besar untuk memenuhi kebutuhan anggota atau untuk merealisasi pinjaman anggota (Winarko 2014 : 152). Besarnya kredit bermasalah yang ada pada koperasi akan berpengaruh terhadap koperasi itu sendiri, dengan demikian faktor kredit dalam koperasi ini merupakan salah satu alat yang ikut menentukan maju mundurnya koperasi.

Kredit dikatakan bermasalah apabila kredit tersebut dalam pelunasannya tidak lancar, atau tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan sebelumnya (Mahmoeddin, 2013:117). dikarenakan adanya kesengajaan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan ekonomi yang buruk (I Made Agus Rusmana, 2014:2). Kredit bermasalah merupakan salah satu indikator dalam menilai kinerja fungsi koperasi. Tingginya tingkat kredit bermasalah menunjukan kesehatan koperasi yang rendah karena banyak sekali terjadi kredit bermasalah dalam kegiatan koperasi sehingga dapat mempengaruhi peningkatan laba koperasi atau SHU. Semakin tinggi kredit bermasalah maka akan semakin buruk kualitas kredit sehingga dapat mengakibatkan laba koperasi menurun (Widya Pratiwi, dkk 2018:68-75). Faktor yang menyebabkan kredit bermasalah adalah kredit kurang lancar, kredit diragukan, kredit macet (I Made Agus Rusmana, dkk 2014). Untuk mengetahui jumlah kredit bermasalah adalah dengan membandingkan kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan dan macet) dengan jumlah kredit yang dikeluarkan selama periode tahunan.

(7)

Berdasarkan pasal 87 ayat 1 Undang-Undang No.17 Tahun 2012 menyatakan bahwa koperasi melaksanakan kegiatan usaha yang berkaitan langsung dan sesuai dengan jenis koperasi yang dicantumkan dalam Anggaran Dasar (AD). Salah satu jenis koperasi dalam Undang-Undang tersebut yaitu Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi kredit atau Simpan Pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam pemupukan dana, (I Made agus Rusmana, dkk 2014:2), kemudian menyalurkan dana tersebut kembali kepada anggota dan masyarakat dalam bentuk pinjaman. Koperasi tersebut disebut dengan koperasi kredit, yang menyediakan dana bagi anggota yang memerlukan dana dengan beban bunga yang relatif terjangkau ( I Made agus Rusmana, dkk 2014:2). Kegiatan utama KSP Pelangi Kasih adalah menyediakan jasa penyimpanan, dan peminjaman dana anggota koperasi (Rudianto, 2010:51). Dalam koperasi selalu ada unsur sosial maupun unsur ekonomi, karena sebagai badan usaha unsur ekonomi harus beroperasi sedangkan unsur sosial sebagai perkumpulan orang.

Dalam mensejahterakan anggotanya, koperasi memiliki laba yang lebih dikenal dengan sebutan Sisa Hasil Usaha (SHU).

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2012 SHU adalah, “Sisa Hasil Usaha yang merupakan Surplus Hasil Usaha atau Defisit Hasil Usaha yang diperoleh dari hasil usaha atau pendapatan koperasi seperti koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan pengeluaran atas berbagai beban usaha”.

Sisa hasil usaha dapat meningkat tentunya dengan adanya peran beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti simpanan anggota koperasi.

Simpanan anggota sendiri mempunyai peranan penting dalam menunjukan seberapa besar laba yang dimiliki koperasi dalam menjalankan kegiatan

(8)

usahanya. Laba dalam koperasi simpan pinjam yang paling penting adalah besarnya simpanan anggota koperasi. Semakin banyak anggota koperasi maka semakin besar jumlah simpanan anggota, sehingga laba koperasi akan meningkat. Laba dalam koperasi di sebut dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) (Setiawati,2017).

Simpanan anggota adalah modal dari masyarakat atau anggota koperasi yang berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. (M Thamrin, 2013:64-72 ) simpanan diserahkan oleh anggota koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan dan dapat diambil dalam waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. simpanan ini tidak menanggung resiko kerugian dan sifatnya sementara karena diakui sebagai kewajiban.

(I Made Agus Rusmana, dkk 2014) Faktor yang mempengaruhi simpanan anggota koperasi yaitu (1) Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota koperasi. (2) Simpanan wajib adalah simpanan anggota koperasi yang harus dibayar oleh anggota dengan jumlah yang sama setiap bulannya. (3) Simpanan sukarela adalah simpanan anggota koperasi yang besarnya tergantung pada kemampuan anggota.

Simpanan anggota koperasi adalah salah satu bidang usaha produk Koperasi yang merupakan sumber pendapatan Koperasi karena dari kegiatan tersebut Koperasi memperoleh penghasilan berupa bunga. Semakin besar jumlah simpanan anggota maka semakin besar pula kemungkinan koperasi untuk memperoleh pendapatan. (I Made Agus Rusmana, dkk 2014) Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu bidang usaha produk koperasi

(9)

adalah Simpanan Anggota Koperasi. Begitu pula pada salah satu bidang usaha Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Cimahi

Berdasarkan perkembangan SHU di Koperasi Simpan Pinjam Pelangi Kasih, pertumbuhan jumlah anggota belum tentu mempengaruhi laba atau sisa hasil usaha. Dari perkembangan tahun 2014-2018 perolehan SHU belum mencapai standar minimal (3-5%). Dilihat dari data peminjam kredit dan hasil dari pendapatan SHU yang tersedia di Koperasi Simpan Pinjam Pelangi Kasih, dilihat dari tabel diatas, bahwa total pertumbuhan kredit bermasalah dari tahun ke tahun cukup besar akibat kelalaian dari anggota koperasi dan pertumbuhan sisa hasil usaha mengalami penurunan dan kenaikan secara fluktuatif.

Sekalipun koperasi tidak mengutamakan keuntungan, usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus memperoleh SHU yang layak sehingga koperasi dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan kemampuan usaha. Menurut (Rudianto 2010:7) Sisa hasil usaha adalah selisih antara penghasilan yang diterima koperasi selama periode tertentu dengan pengorbanan (beban) yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu.

Pembentukan koperasi pada awalnya berguna mempermudah partisipasi para anggotanya untuk menyimpan dana dan meminjamkannya kembali kepada anggotanya dengan jumlah bunga dan waktu yang telah disepakati. Sehingga koperasi diharapkan mampu memperoleh modal untuk membiayai kegiatan operasionalnya.

Dari sekian banyak koperasi yang ada di Indonesia, ada berbagai macam koperasi yaitu koperasi Produksi, koperasi Konsumsi, koperasi Simpan Pinjam dan koperasi Serba Usaha. Koperasi yang akan dijelaskan oleh penulis

(10)

adalah jenis Koperasi Simpan Pinjam. Untuk itu, penulis melakukan riset di salah satu koperasi yang ada di Kabupaten Bandung yaitu di Koperasi Simpan Pinjam Pelangi Kasih.

Maka pada kesempatan ini, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “DAMPAK PERTUMBUHAN KREDIT BERMASALAH DAN SIMPANAN ANGGOTA KOPERASI TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan data yang diperoleh di lapangan, maka perumusan masalah yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana kondisi kredit bermasalah, simpanan anggota koperasi dan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih”

Kabupaten Bandung periode 2014-2018?

b. Seberapa besar pengaruh dan tingkat signifikan secara persial antara antara peningkatan kredit bermasalah terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Kabupaten Bandung periode 2014-2019?

c. Seberapa besar pengaruh dan tingkat signifikan secara persial antara penurunan simpanan anggota koperasi terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Kabupaten Bandung periode 2014-2018?

d. Seberapa besar pengaruh dan tingkat signifikan secara simultan antara peningkatan kredit bermasalah dan penurunan simpanan anggota koperasi

(11)

terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Kabupaten Bandung periode 2014-2018.

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai peningkatan kredit bermasalah dan tingkat penurunan simpanan anggota koperasi terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” dan sebagai bahan dalam penyususnan skripsi guna memenuhi syarat dalam menempuh ujian serjana lengkap di Fakultas Ekonomi Universitas Bina Sarana Informatika Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mendeskripsikan peningkatan kredit bermasalah, penurunan jumlah simpanan anggota dan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Kabupaten Bandung periode 2014-2018.

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dan tingkat signifikan secara persial antara peningkatan kredit bermasalah terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Kabupaten Bandung periode 2014-2018.

c. Untuk Mengetahui seberapa besar pengaruh dan tingkat signifikan secara persial antara jumlah penurunan simpanan anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Kabupaten Bandung periode 2014-2018.

(12)

d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dan tingkat signifikan secara secara simultan antara peningkatan kredit bermasalah dan penuruna jumlah simpanan anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Simpan Pinjam “Pelangi Kasih” Kabupaten Bandung periode 2014-2018.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu ekonomi perkoperasian khususnya mengenai pengaruh peningkatan kredit bermasalah dan menurunnya simpanan anggota koperasi terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).

1.3.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh secaara teoritis terutama ilmu pengetahuan perkoperasian sehingga mendapat pengelaman baru dalam berfikir dan juga dapat menambah daya analisis penulis.

b. Bagi Koperasi, dapat digunakan sebagai bahan evalusai atas hasil kinerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki kinerja untuk dapat berjalan dengan baik.

c. Bagi Perguruan Tinggi, hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi dan kepustakaan bagi mahasiswa.

(13)

Referensi

Dokumen terkait