1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara maritim yang seluruh wilayahnya dikelilingi oleh laut dan Kepulauan, sehingga untuk menghubungkan suatu pulau dengan pulau-pulau yang lain dilakukan melalui yaitu kapal laut atau pelayaran.1 Keadaan wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan nusantara yang kesatuan wilayahnya yang terdiri dari pulau besar dan pulau kecil yang mempunyai wilayah perairan yang lebih besar dibandingkan dengan daratannya merupakan faktor yang menentukan pentingnya peranan jasa transportasi angkutan laut dalam rangka menghubungkan setiap daerah. Pengembangan transportasi laut haruslah mampu menggerakkan pembangunan nasional dan pembangunan daerah agar dapat menggairahkan tumbuhnya perdagangan dan kegiatan pembangunan umumnya.2
Pelayanan terhadap pengguna jasa perairan di Indonesia haruslah juga dilaksanakan sesuai dengan Peraturan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran tidak mengatur secara eksplisit mengenai jenis Kapal Pompong sebagai salah satu sarana pengangkutan niaga melalui jalur laut. Padahal untuk membuat suatu skema asuransi bagi badan usaha di bidang perasuransian, harus mengacu
1 Noverian Sandy, skripsi, Perlindungan Konsumen Penumpang Jasa Angkutan Kapal Laut
Yang Mengalami Kerugian Akibat Kecelakaan dilaut, September 2019.
2 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut Perspektif Teori dan Praktek, Medan:
Pustaka Bangsa Press, 2005, hlm. 1.
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Konsumen atau penumpang kapal laut dalam hal ini sering berada di pihak yang lemah, disini konsumen ada yang menerima harga dan fasilitas yang telah ditentukan oleh penyedia jasa angkutan, tapi tidak memiliki kekuatan untuk melakukan penawaran terhadap pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan kapal laut.
Pulau Kecamatan Belakang Padang memiliki letak wilayah dengan geografis lautan yang berdekatan dengan wilayah negara Singapura, dengan garis lintang 0ᵒ.25‟ 29” LU - 1ᵒ15‟00” LU - 103ᵒ.34‟35” BT - 104ᵒ15‟04” BT dimana lautan lebih luas dibandingkan dengan daratannya, luas wilayah darat 69, 120 Km2 dan luas wilayah laut 512,430 Km2 sehingga total keseluruhan luas wilayah adalah 5,821,550 Km2. Yang mana salah satunya menggunakan jasa angkutan laut yang bernama bot pancung yang digunakan untuk melakukan penyeberangan dari Belakang Padang ke Batam dan sebaliknya. Peneliti adalah salah satu konsumen yang menggunakan jasa transportasi itu sendiri dan merasakan bagaimana pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkatan laut.
Jalur laut yang menjadi wilayah berlayarnya bot pancung dari satu pulau ke pulau lainnya tersebut, bukan tanpa risiko yang mungkin akan terjadi baik terhadap bot pancung sebagai aset kegiatan usaha pemiliknya. Penumpang untuk menggunakan jasa angkutan laut yang disediakan oleh Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) harus memiliki tiket. Tiket yang dijual seharga Rp. 18.000 (delapan belas ribu rupiah, April 2022) untuk sekali perjalanan. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1.1 Tiket Penumpang oleh Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS)
Sumber: Peneliti, 2022
Sifat bot pancung sendiri yang terbuat dari kayu atau dari bahan fiber dan beroperasi di laut yang sarat akan bahaya, baik dari alam maupun dari manusia.
Untuk mengatasi resiko tersebut, harus ada bentuk perlindungan terhadap segala risiko yang mungkin terjadi terhadap Kapal Pompong sebagai aset salah satu bentuk pengalihan risiko kerugian yang mungkin terjadi adalah dengan menggunakan mekanisme asuransi Jasa Raharja.3
Jasa Raharja merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Bertanggung jawab mengelola asuransi kecelakaan lalu lintas bagi penumpang, baik angkutan umum, kendaraan pribadi, maupun pejalan kaki berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tiap WNI telah dilindungi asuransi Jasa Raharja.4
Asuransi sosial dalam hal ini Asuransi Jasa Raharja sebagai bentuk perusahaan negara. Perseorangan atau badan usaha mengasuransikan
3 M Rani and P R Sucipta, Perlindungan Asuransi Terhadap Kapal Pompong Sebagai Alat Pengangkutan Niaga Di Kota Tanjung Pinang, UIR Law Review, 03 (2019).
4Septian Agam, Syarat Memperoleh Santunan Jasa Raharja, Indonesiabaik.Id, 2017
<https://indonesiabaik.id/infografis/syarat-memperoleh-santunan-jasa-
raharja#:~:text=Indonesiabaik.id-Jasa Raharja merupakan,telah dilindungi asuransi Jasa Raharja>.
di akses pada tanggal 20 Maret 2022 pada pukul 14:59.
perusahaannya untuk bertindak melindungi dan menjaga keamanan setiap penumpang dari bahaya-bahaya yang menimpanya. Jika dilihat lebih lanjut, maka tujuan pertanggungan ini adalah untuk melindungi masyarakat, oleh karena itu pertanggungan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 1964 Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan itu dapat kita sebut sebagai pertanggungan sosial.
Berdasarkan perjanjian kerjasama antara PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Kepulauan Riau dengan Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut tentang
“Pelaksanaan penyetoran iuran wajib kecelakaan penumpang umum kapal laut yang berangkat dari Belakang Padang-Sekupang dan sebaliknya Nomor P/4.1/SP/2018” menjelaskan bahwa PIHAK KEDUA adalah Koperasi Persatan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) kewenanganya membantu PIHAK PERTAMA yaitu PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Kepulauan Riau untuk mengutip iuran wajib kepada setiap penumpang pada saat akan menaiki kapal penyebrangan di Pelabuhan Pengumpan Sekupang dan Pelabuhan Belakang Padang.
Menurut Undang-Undang No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Umum menjelaskan korban yang berhak atas santunan adalah setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai
turun di tempat tujuan. Bagi penumpang yang berada di dalam kapal, maka penumpang yang menjadi korban diberikan santunan. Sedangkan bagi korban yang jasadnya tidak diketemukan dan/atau hilang, penyelesaian santunan didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri.5
Kemudian Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP- 750/MK/IV/11/1970 tentang Pernyataan mengenai Perusahaan Negara (P.N.) Asuransi Kerugian Djasa Rahardja yang selanjutnya diubah dengan nama PT Jasa Raharja sebagai Usaha Negara untuk melaksanakan penyelenggaraan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Undang-Undang No. 33 Tahun 1964, bahwa “Sebagai bentuk tanggung jawab negara terhadap warga negaranya, negara memberikan jaminan dan perlindungan terhadap warga negaranya yang mengalami kecelakaan penumpang maupun kecelakaan lalu lintas. Hal ini dengan dibuktikan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang.
Berdasarkan ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, bahwa perusahaan pengangkutan di perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau barang terutama pengangkutan pos yang disepakati dalam perjanjian pengangkutan. Perjanjian pengangkutan yang dimaksud dibuktikan dengan dokumen muatan.6
5 Jasa Raharja, https://www.jasaraharja.co.id/page/detail/lingkup-jaminan. di akses pada tanggal 10 Agustus 2022 pada pukul 11:00.
6 Undang-Undang Pasal 38 Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Selanjutnya ketentuan Pasal 19 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga memberikan perlindungan kepada pengirim selaku pemilik jika terjadi kerugian yang ditimbulkan dalam pelaksanaan kewajiban perusahaan jasa pengangkutan, yaitu yang berbunyi :
“Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”.
Sejauh ini salah satu kasus kecelakaan yang terjadi pada penyeberangan laut Batam-Belakang Padang yang dialami oleh Muhammad Syafari Bin Arfin atau lebih diakrab dengan panggilan Wak Buang pada Tahun 2020 yang mengalami kecelakaan bot pancung dikarenakan pengemudi membawa bot dalam keadaan duduk, sehingga tidak dapat melihat arah kedepan untuk mencapai tujuan.
Kelalaian pengemudi tersebut membuat tabrakan bot pancung yang ada di depanya. Akibat kejadian tersebut Muhammad Syafari Bin Arifin meninggal dunia, dan kasus ini dalam penyelesaian santunan kepada pihak keluarga korban didasarkan kepada Perjanjian Kerjasama antara PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Kepulauan Riau dengan Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) tentang Pelaksanaan Penyetoraan Iuran Wajib Kecelakaan Penumpang Umum Kapal Laut Yang Berangkat Dari Belakang Padang-Sekupang dan Sebaliknya.
Penyelesaian santunan kepada pihak korban/ahli waris, bahwa pihak korban/ahli waris tidak mendapatkan santunan sesuai dengan nominal yang ditentukan berdasarkan Pasal 4 Perjanjian Kerjasama antara PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Kepulauan Riau dengan Koperasi Persatuan Pengemudi Motor
Sangkut (PPMS) tentang Pelaksanaan Penyetoran Iuran Wajib Penumpang Umum Kapal Laut yang berangkat dari Belakang Padang-Sekupang dan sebaliknya, yang berbunyi:
“Besar santunan bagi korban/ahli waris yang meninggal dunia mendapatkan besar santunan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)”.
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut, dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Antara Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) dan PT Jasa Raharja (Persero) Terhadap Klaim Asuransi Dalam Kecelakaan Kapal”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalah penelitian tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama Antara Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) dan PT Jasa Raharja (Persero) Terhadap Klaim Asuransi Dalam Kecelakaan Kapal dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerja sama antara Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) dan PT Jasa Raharja (Persero) terhadap klaim asuransi dalam kecelakaan kapal?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja sama antara Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) dan PT Jasa Raharja (Persero) terhadap klaim asuransi dalam kecelakaan kapal.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini untuk meningkatkan jaminan kepada perlindungan konsumen penumpang atau pemakai jasa transportasi angkutan kapal laut di Indonesia yang mengalami kerugian terhadap klaim asuransi, kendaraan yang rusak akibat kendala dan kecelakaan transportasi kapal laut yang dinaiki pada saat perjalanan dengan unsur tidak sengaja. Sehingga konsumen atau pemakai jasa mendapatkan kejelasan tentang hak dan kewajibannya tersebut di Kecamatan Belakang Padang.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan atau sumbangan pemikiran kepada khususnya PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Kepulauan Riau dan Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut Kecamatan Belakang Padang untuk dapat menjadi rekomendasi dan meningkatkan kegiatan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam hal penyebrangan dari Belakang Padang-Batam dan sebaliknya.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini bermanfaat guna menambah pengetahuan baik dalam cara penulisan skripsi dan mempelajari tentang pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) dan PT Jasa Raharja (Persero) terhadap klaim asuransi dalam kecelakaan kapal.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan bacaan atau sumber referensi untuk memperluas wawasan terkait dengan pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Koperasi Persatuan Pengemudi Motor Sangkut (PPMS) dan PT Jasa Raharja (Persero) terhadap klaim asuransi dalam kecelakaan kapal.