• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA LULUSAN SMAN 1 KALIANGET

N/A
N/A
Ahmad Jauhari

Academic year: 2023

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA LULUSAN SMAN 1 KALIANGET"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berjudul “Faktor-Faktor Pernikahan Dini Pada Remaja Lulusan SMAN 1 KALINET” tepat waktu dalam hal penulisan karya ilmiah ini untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia tugas kursus bahasa yang harus diselesaikan oleh Bapak Eko Adi Sumitro M.pd. Pernikahan dini bukanlah fenomena baru baik di Indonesia maupun di negara lain (Janiwarty dan Pieter, 2013). Namun kenyataannya, kita masih melihat banyak pernikahan dini dan pernikahan kecil, padahal pernikahan yang sukses membutuhkan pernikahan.

Praktik pernikahan dini didukung oleh persepsi keluarga bahwa anak berusia 14 tahun boleh menikah. Hal ini sudah menjadi budaya di beberapa tempat. Sehingga hal ini menyulitkan pemberantasan pernikahan dini. Tingginya angka pernikahan dini berkorelasi dengan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) di kalangan remaja. KTD terkait dengan pernikahan dini karena mayoritas korban KTD terpaksa memilih pernikahan sebagai solusi (BKKBN, 2010).

Bukti menunjukkan bahwa pernikahan dini secara signifikan meningkatkan risiko kematian ibu dan anak (Adedokun et al., 2016; Kamal, 2012). Berdasarkan hasil Susenas tahun 2018, pernikahan dini pada perempuan terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia, dari 34 provinsi terdapat 23 provinsi yang angka pernikahan anak lebih tinggi dibandingkan angka nasional (BPS, 2020). Upaya yang dilakukan BKKBN dalam mencegah pernikahan dini adalah melalui program Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP).

Promosi kesehatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah berupa pendidikan kesehatan mengenai pengenalan dan risiko pernikahan dini pada remaja di SMA 1 KALIANGET. Dalam hal ini penulis juga memikirkan solusi apa yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi permasalahan tersebut. angka prevalensi pernikahan dini yang sedang terjadi, serta upaya yang dapat dilakukan yaitu berupa promosi kesehatan kepada remaja di SMA 1 KALIANGET mengenai bahaya dan resiko pernikahan dini, jika dilaksanakan juga dapat meningkatkan Kesadaran untuk mendidik remaja tentang kesehatan organ reproduksi yang masih belum matang pada usia kurang dari 19 tahun, penulis juga menyarankan agar pemerintah dapat berperan dalam pemberantasan pernikahan dini melalui kebijakan-kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah sesuai diambil.

Rumusan Masalah

Kerentanan ini juga menyebabkan risiko kematian yang lebih tinggi pada ibu dan bayi yang dilahirkan (Goli et al., 2015). Mereka juga terpengaruh secara psikologis, mereka mungkin mengalami depresi, kecemasan dan gangguan mood lainnya (Ahmed et al., 2014). Sebab melalui program ini pasangan yang akan menikah dituntut memiliki kesiapan baik secara fisik maupun psikis agar mampu menjalani kehidupan berkeluarga dan menikah pada usia yang ideal (BKKBN, 2008).

Tujuan Penilitian 1. Tujuan khusus

Manfaat Penilitian 1 Manfaat Teoritis

PEMBAHASAN

Pengertian Pernikahan Dan Pernikahan Dini

Perjanjian di sini bukan sekadar perjanjian, tetapi perjanjian suci untuk membentuk keluarga antara lelaki dan perempuan. Sementara itu, Zahry Hamid menulis perkara berikut; Yang dinamakan nikah menurut Syara ialah akad (ijab Kabul) antara wali dan pengantin lelaki dengan lafaz-lafaz tertentu dan di dalamnya dipenuhi syarat-syaratnya. Dalam erti kata yang luas, perkahwinan atau perkahwinan adalah "ikatan fizikal antara lelaki dan perempuan untuk tujuan zuriat, dilakukan mengikut peruntukan syarak."

Imam Maliki mengatakan, nikah adalah akad yang kemudian menjadikan hubungan seksual antara wanita yang bukan mahram, budak dan menawan halal dengan shigat. Imam Hanafi mengatakan, menikah adalah seseorang yang memperoleh hak untuk melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita. Imam Ghazali mengatakan, menikah itu untuk mempunyai anak, menyalurkan syahwat, memperoleh ketenangan dan kebahagiaan, membagi tugas rumah tangga dan mujahad untuk memenuhi kebutuhan seorang wanita.

Dari banyak pernyataan di atas terlihat jelas bahwa perkawinan merupakan suatu peristiwa suci yang mempersatukan dua insan dan menjadi suatu ibadah yang sah baik dalam agama maupun dalam negara. Sebab, pernikahan yang terlalu muda atau dini bisa memicu lebih banyak kasus perceraian. Karena kurangnya kesadaran akan tanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri, perkawinan.

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang berusia di bawah 18 tahun atau lebih muda. Para ulama berbeda pendapat mengenai pernikahan dini yang dilakukan oleh anak yang belum cukup umur dari segi usia. Menurut pandangan Imam Hanafi, pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan pada usia kurang dari 17 tahun bagi perempuan dan 18 tahun bagi laki-laki.

Sedangkan menurut Imam Syafi'i, pernikahan dini adalah pernikahan yang dilangsungkan pada usia sekitar 15 tahun. Pernikahan dini merupakan suatu kebiasaan yang banyak terjadi di kalangan remaja yang belum menyelesaikan studinya bahkan ada yang putus sekolah karena harus menjalani kehidupan berkeluarga. Pernikahan dini merupakan hal yang lumrah terjadi di masyarakat pedesaan dimana pernikahan dini sudah menjadi hal yang lumrah dan menjadi tradisi yang diturunkan dari nenek moyang dimana mereka tidak memikirkan dampak dari pernikahan dini.

Dampak terhadap Kesehatan jasmani

Wacana yang dilancarkan Ibnu Subromah dinilai lemah secara kualitas dan kuantitas sehingga gagasan ini tidak dipertimbangkan.

Dampak terhadap psikologis

Dampak terhadap perkembangan anak

Dampak terhadap Masyarakat

  • Tujuan Pernikahan
  • Syarat-syarat Pernikahan Menurut Islam a. Kedua calon pengantin beragama islam
  • Rukun Nikah Dalam Islam
  • Pernikahan Dini Dalam Perspektif Fiqih dan Undang- undang
  • Batas Umur Pernikahan Dini a. Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan 1947
  • Faktor Penyebab Pernikahan Dini

Mengatakan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan sah yang dilakukan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang belum siap dan dewasa sehingga dikhawatirkan akan banyak mengalami bahaya. Dikatakan bahwa pernikahan dini adalah suatu hubungan perkawinan yang tidak memenuhi syarat-syarat perkawinan menurut pemerintah. Dikatakan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan sebelum usia 20 tahun, baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Menurut undang-undang, perkawinan muda dilakukan apabila seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, belum mencapai usia minimal yang sah untuk menikah, yakni 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. Hal ini tentu saja menyebabkan sebagian anak ingin segera menikah dan orang tuanya mendukung pernikahan muda tersebut. Sabri Samin dan Andi Narmayana dalam kitab Fiqh II menurut Abdurrahman I Doi bahwa: “Allah menciptakan laki-laki dan perempuan, agar mereka menghasilkan keturunan dan hidup damai sesuai dengan perintah Allah SWT dan petunjuk Nabi. . "

Tentunya hal ini merupakan salah satu kewajiban orang tua terhadap anaknya di masa depan, sehingga pembinaan keluarga bisa disebut sebagai tugas penting yang tidak boleh dianggap remeh. Salah satu harapan dalam hubungan suami istri adalah mempererat atau menguatkan hubungan saudara kandung karena setiap perempuan dan setiap laki-laki mempunyai keluarga besar. Namun apabila ayah mempelai wanita meninggal dunia, maka ia dapat diwakili oleh laki-laki dari pihak keluarga pihak ayah, seperti kakek, kakek buyut, saudara tiri, saudara tiri, paman, dan sebagainya berdasarkan nasab atau garis keturunan. .

Saksi boleh terdiri dari satu orang wali mempelai wanita dan satu orang wali mempelai laki-laki. Dalam pernikahan tersebut, ada dua orang saksi laki-laki yang memberikan kesaksian sah atau tidaknya pernikahan tersebut. Kematangan biologis dalam konteks fiqh dipahami para ulama dengan mengukur usia tikhab, yaitu mengalami sperma/mimpi basah bagi laki-laki dan haid/haji bagi perempuan (Muhammad Ali Assayis, Bandung, 1963).

1/1974 sebagai undang-undang positif yang berlaku di Indonesia menyatakan bahwa batas usia perkawinan adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Kesiapan ini tidak hanya diperuntukkan bagi perempuan atau laki-laki tetapi juga bagi keduanya. Misalnya, perempuan berusia 25 tahun ke atas dianggap perawan tua, sehingga orang tua mendorong anak perempuannya untuk menikah di usia muda.

Banyak orang tua yang takut putrinya terjerat pergaulan bebas sehingga memilih menikahkan atau menjodohkan putrinya di usia dini. Selain itu, kehamilan di luar nikah juga menimbulkan ketakutan di kalangan orang tua sehingga mendorong orang tua untuk menikahkan anaknya di usia muda.

Referensi

Dokumen terkait

Open Access Photo Essay POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA: HEALTH FORUM AND INTERNATIONAL SEMINAR THE NEW NORMAL : Creating a Pleasant Virtual Communication How education on

CODE AdJustmente TransferToIFrom, Realignment AdJ~tmenta WIthdrawal, R..llgnment Tran5ter Tnlnafer To From 2nd Ouerter Endtng June30 JrdQual"tW Ending Sept.30 4thQuamr Ending _31