BAB II DASAR TEORI
2.1 Komposit
Komposit adalah sistem material multi fasa yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material dengan sifat yang berbeda. Komposit terdiri dari serat dan matriks. Serat berfungsi sebagai material rangka yang menyusun komposit. Sedangkan matriks berfungsi untuk merekatkan serat dan menjaganya agar tidak berubah posisi. Matriks memiliki sifat yang mudah untuk diubah bentuknya dengan cara dipotong atau juga dicetak sesuai dengan kebutuhan desainnya. Selain itu, perbedaan pengaturan susunan serat akan merubah pula sifat-sifat komposit yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan sifat komposit sesuai dengan parameter yang dibutuhkan.
Matriks umumnya terbuat dari bahan resin. Matriks berfungsi sebagai perekat material serat, sehingga tumpukan serat dapat merekat dengan kuat. Resin akan saling mengikat dengan material serat, sehingga beban yang dikenakan pada komposit akan menyebar secara merata.
Selain itu, resin juga berfungsi untuk melindungi serat dari serangan bahan kimia atau juga kondisi cuaca ekstrim yang dapat merusaknya. Berdasarkan kombinasi tersebut, dihasilkan material baru yang memiliki sifat dan karakteristik berbeda dari material penyusunnya (Muhajir, Mizar, & Sudjimat, 2016). Komposit dapat digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain:
body mobil, body motor, bilah turbin angin, dinding peredam suara, serta sebagai material penyimpanan panas dan dingin.
Dalam perkembangannya, material komposit banyak sekali diaplikasikan di berbagai bidang industri misalkan industri penerbangan, industri kesehatan, industri kimia, militer, dan lain sebagainya. Dalam bidang pertahanan, pemanfaatan material komposit pada aplikasi militer terbukti dapat memberikan peforma yang lebih baik dibandingkan dengan material logam terutama dalam meningkatkan kemampuan mobilitas dari personil pertahanan (Mardiyati,2018).
Kemudian untuk industri penerbangan, material komposit polimer digunakan untuk menahan persebaran api di pesawat terbang (Toldy et al, 2011).
2.2 Klasifikasi Bahan Komposit
Komposit dibedakan menjadi 4 kelompok menurut bentuk strukutur dari penyusunnya (Schwartz, 1984), yaitu:
1. Komposit Serpih (Flake Composite), adalah komposit dengan penambahan material berupa serpih kedalam matriksnya. Serpih dapat berupa serpihan mika, glass dan metal.
2. Komposit Partikel (Particulate Composite), adalah salah satu jenis komposit dimana dalam matriksnya ditambahkan material lain berupa serbuk/butir. Dalam komposit partikel material penambah terdistribusi secara acak atau kurang terkontrol dari pada komposit serpih.
3. Komposit Laminat (Laminat Composite), adalah komposit dengan susunan dua atau lebih layer, dimana masing-masing layer dapat berbeda-beda dalam hal material, dan orientasi penguat.
4. Komposit Serat (Fiber Composite), merupakan komposit yang hanya terdiri dari satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat. Serat yang digunakan dapat berupa serat sintetis dan serat alam. Serat disusun secara acak maupun orientasi tertentu bahkan dapat juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.
2.3 Struktur dan Unsur Utama pada Bahan Komposit 2.3.1 Serat (fiber)
Serat adalah suatu jenis bahan yang berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh.
1. Sebagai unsur utama pada komposit.
2. Menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekuatan, kekakuan dan sifat mekanik lainnya.
3. Menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada komposit.
4. Bahan yang dipilih harus kuat dang etas, seperti carbon, glass, boron, dll.
2.3.2 Matriks (resin)
1. Melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik 2. Bahan yang dipilih bahan yang lunak.
2.4 Bulu Ayam Sebagai Pengganti Fiber
Limbah bulu mengandung ~91% protein keratin dengan demikian, potensi bulu dapat dimanfaatkan menjadi senyawa atau produk bernilai tinggi karena terdiri dari protein keratin atau serat keratin (Tesfaye, T., Sithole,B,. Ramugeranath, D,. Mokhothu, 2018). Serat bulu ayam juga mempunyai struktur yang unik dan memiliki sifat yang tidak dimiliki serat alam yang lain.
Walaupun serat bulu ayam atau CFF tidak dapat dipintal seperti wol, kapas dan sebagainya (Handayaniaz et al., 2015).
2.5 Uji Tarik
Uji Tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan.
Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff) Pada uji tarik, benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu perancangan konstuksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik tensile test yang dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM E8/E8M. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).