Fungsi afektif merupakan fungsi utama keluarga mempelajari segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi pelayanan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi menjaga kondisi kesehatan anggota keluarga agar produktivitasnya tetap tinggi. Mengembangkan potensi cinta kasih yang telah ada antar anggota keluarga menjadi simbol-simbol nyata secara optimal dan berkesinambungan serta mengedepankan perilaku gotong royong.
Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga, baik dari perasaan tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga, serta meningkatkan keselamatan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. Mengutamakan kehidupan berkeluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun keluarga sekitar. Untuk melanggengkan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta merawat dan merawat anggota keluarga.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempersiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga) dengan membagi waktu antara individu, pasangan dan keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah melakukan sosialisasi anak, termasuk membantu anak berprestasi di sekolah, membantu anak membangun hubungan dengan teman sebaya, menjaga hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan setiap anggota keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan hadirnya anggota keluarga baru melalui perkawinan dengan anak yang sudah dewasa, penataan kembali hubungan perkawinan, persiapan proses menua, termasuk timbulnya gangguan kesehatan.
Dalam tiga bulan terakhir seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat menjalankan fungsinya masing-masing.
Konsep Tugas Keluarga Terhadap Kesehatan
Menurut Harmoko (2012), kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat dan sakit akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Misalnya saja sering dijumpai pada keluarga yang menganggap diare sebagai tanda tumbuh kembang, imunisasi terhadap penyakit (anak menjadi demam), makan ikan menyebabkan cacingan.
Kemampuan keluarga dalam melakukan pelayanan kesehatan bagi anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilakukan. Kewajiban kesehatan keluarga merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh keluarga untuk mengoptimalkan kesehatan anggota keluarganya. Selain keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan baik, keluarga juga harus mampu menjalankan tugas kesehatan keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatunya tidak akan ada artinya. Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan anggota keluarga mana yang mempunyai kapasitas untuk memutuskan suatu tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat sehingga permasalahan kesehatan yang ada saat ini dapat dikurangi atau teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga tersebut dapat mencari bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya (Harmoko, 2012). Seringkali mengalami keterbatasan, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan harus mengambil tindakan atau pengobatan lebih lanjut untuk mencegah berkembangnya masalah yang lebih serius. Oleh karena itu, keadaan rumah hendaknya menjadi simbol kedamaian, keindahan dan dapat menunjang kesehatan anggota keluarga (Harmoko, 2012).
Jika Anda mengalami gangguan atau permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau kerabat Anda, sebaiknya Anda bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di daerah tersebut. Keluarga dapat berkonsultasi dengan tenaga perawat atau meminta bantuan untuk memecahkan permasalahan yang dialami anggota keluarga sehingga keluarga dapat terbebas dari segala macam penyakit (Harmoko, 2012).
Konsep Skizofrenia .1 Definisi Skizofrenia
Setiap koneksi seluler menjadi tempat pesan dari koneksi seluler lainnya dapat diteruskan atau diterima. Di otak klien skizofrenia, sinyal yang dikirim terganggu sehingga tidak dapat mencapai koneksi sel yang diinginkan. Sebagian besar dari mereka tampak terkucilkan, menderita depresi berat dan tidak mampu berfungsi sebagai orang normal di lingkungannya.
Karena klien skizofrenia tidak mampu mengatur pikirannya, hal ini menyebabkan mereka berbicara sembarangan dan tidak dapat dipahami secara logis. Semua ini membuat penderita skizofrenia tidak dapat memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak dapat memahami siapakah seseorang. Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan sikap apatis yang berarti kehilangan energi dan minat hidup, sehingga menjadikan klien menjadi orang yang malas.
Karena klien skizofrenia mempunyai sedikit energi, mereka tidak dapat berbuat apa-apa selain tidur dan makan. Klien skizofrenia tidak mempunyai ekspresi wajah dan gerakan tangan, seolah-olah tidak mempunyai emosi. Mereka mungkin menerima hadiah dan perhatian dari orang lain, tetapi tidak bisa mengungkapkan perasaannya.
Depresi yang tidak mengenal perasaan rindu akan pertolongan dan harapan selalu menjadi bagian dari kehidupan klien skizofrenia. Mereka tidak merasa mempunyai perilaku menyimpang, tidak bisa menjalin hubungan dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Ciri utama skizofrenia jenis ini adalah adanya ilusi atau halusinasi pendengaran yang mencolok dalam konteks fungsi kognitif dan afektif yang relatif utuh.
Ciri-ciri utama skizofrenia tipe disorganisasi adalah ucapan yang kacau, perilaku kacau, dan afek yang datar atau tidak pantas. Ciri utama skizofrenia katatonik adalah gangguan psikomotor yang meliputi imobilitas motorik, aktivitas motorik berlebihan, negativisme ekstrim, mutisme (penolakan mutlak untuk berbicara dan berkomunikasi), gerakan tidak terkontrol, echolalia (pengulangan). perkataan orang lain) atau echopraxia (mengikuti perkataan orang lain). perilaku). Kriteria diagnostik skizofrenia tipe tak berdiferensiasi Suatu tipe skizofrenia yang gejalanya memenuhi kriteria A tetapi tidak memenuhi kriteria skizofrenia tipe paranoid, disorganisasi, atau katatonik.
Diagnosis skizofrenia tipe sisa ditegakkan jika setidaknya terdapat satu episode skizofrenia, namun gambaran klinis saat ini tidak menunjukkan gejala positif yang menonjol. Tidak ada delusi, halusinasi, ucapan tidak jelas, perilaku tidak teratur, atau perilaku katatonik yang menonjol.
Konsep Pengendalian Skizofrenia
Setelah gejala hilang, dosis dipertahankan selama beberapa bulan jika merupakan serangan pertama. Jika sudah terjadi beberapa kali serangan skizofrenia, pengobatan dilanjutkan selama satu atau dua tahun setelah gejala hilang. Penderita skizofrenia kronis diberikan obat neuroleptik dalam jangka waktu tidak terbatas dengan dosis yang meningkat dan menurun tergantung kondisi pasien (seperti halnya pemberian obat pada pasien dengan penyakit fisik kronis, misalnya diabetes, hipertensi, gangguan jantung). , dan seterusnya).
Namun TEK lebih mudah dilakukan, dapat dilakukan di ambulans, tidak terlalu berbahaya, lebih murah, dan tidak memerlukan tenaga khusus seperti terapi koma insulin. Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisis tidak memberikan hasil yang diharapkan, bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita skizofrenia karena justru dapat meningkatkan isolasi dan autisme. Berpikir bebas terhadap permasalahan filosofis atau artistik dalam bentuk melukis bebas atau bermain musik bebas tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan autisme.