• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nifas 2.1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Nifas 2.1."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

Asuhan kebidanan pada masa nifas merupakan penatalaksanaan pasien yang dimulai setelah bayi lahir, hingga tubuh kembali pada keadaan sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Maryunani, 2017). Ibu pada masa nifas memerlukan dukungan tenaga kesehatan terutama bila terdapat masalah nyata atau dugaan. Tujuan pemberian pelayanan nifas menurut Sulistyawati (2009) dan Maryunana (2017) antara lain menjaga kesehatan fisik dan psikis ibu dan anak, kemudian kemampuan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terdapat komplikasi pada ibu dan anak, bidan yang memberikan pendidikan kesehatan seperti keperawatan pribadi, gizi, menyusui dan perawatan bayi sehari-hari serta pemberian pelayanan keluarga berencana.

Bidan mengajarkan ibu cara merawat tali pusat yang benar, cara mengenali secara dini hal-hal yang mungkin terjadi pada masa nifas, dan menjelaskan kesehatan umum, pola makan bergizi, perawatan BBL, pemberian ASI dan vaksinasi, serta penggunaan alat kontrasepsi untuk keluarga berencana ( Astuti, 2015). Hal-hal dan perubahan-perubahan yang biasa terjadi pada masa nifas dianggap sebagai masa nifas fisiologis. Meskipun seluruh perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan akan kembali normal pada masa nifas, namun dalam hal ini dokter spesialis kandungan perlu mengetahui perubahan fisik apa saja yang terjadi agar dapat mengambil tindakan yang tepat dan adakah perubahan abnormal yang terjadi pada masa nifas. .

Menurut Maryunani (2017), terdapat beberapa perubahan sistem tubuh pada masa nifas: 2.2.1 Perubahan/penyesuaian fisiologis fungsi vital. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), pada masa nifas, organ genital internal dan eksternal secara bertahap akan pulih seperti sebelum hamil, yang disebut dengan involusi.

Tabel 2.1 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
Tabel 2.1 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Perubahan sistem pencernaan

Sembelit biasanya terjadi pada awal masa nifas karena penurunan tonus otot usus, penurunan mobilitas kolon, kehilangan cairan, dan rasa tidak nyaman pada perineum.

Perubahan sistem perkemihan

Perubahan sistem muskuloskeletal

Perubahan sistem endokrin

Perubahan sistem hematologi

Perubahan sistem neurologi

Perubahan sistem integumen

Perubahan Psikologis Masa Nifas

Periode masa nifas

Masalah psikologis yang dapat terjadi

Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Perhatikan ibu, bahwa ia mempunyai hubungan baik dengan tetangga atau ibu-ibu di sekitar rumah. Gerakan dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena, memperkuat otot perut, mengencangkan otot dasar panggul hingga melancarkan sirkulasi darah. Ibu nifas dapat dibantu untuk duduk di kursi yang berlubang untuk buang air kecil jika belum diperbolehkan berjalan sendiri dan kesulitan buang air kecil menggunakan pispot.

Pemberian obat pengontrol BAB dapat membantu memperlancar buang air besar pada ibu nifas yang rentan mengalami sembelit. Anjurkan ibu nifas untuk membersihkan seluruh tubuh dan alat kelaminnya dengan sabun dan air dari depan hingga belakang. Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut minimal dua kali sehari dan anjurkan mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin.

Kurangnya istirahat dan tidur pada masa nifas menyebabkan penurunan produksi ASI, penurunan involusi uterus, peningkatan perdarahan, dan dapat menyebabkan depresi. Secara fisik, hubungan seksual aman jika darah merah sudah tidak keluar lagi dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa sakit. Ada budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan antara pria dan wanita hingga jangka waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan.

Senam pasca melahirkan bertujuan untuk mengembalikan elastisitas otot perut dan panggul serta membantu mempercepat proses involusi rahim.

Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas

Setiap gerakan dapat diulang sebanyak 15 kali. Kehilangan darah lebih dari batas normal dapat menyebabkan anemia. Pada awal masa nifas, sensitivitas kandung kemih terhadap tekanan urin di kandung kemih akan menurun akibat trauma lahir. Payudara ibu pasca melahirkan dapat mengalami pembengkakan karena ASI tidak dikeluarkan secara teratur dan cukup sehingga dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, nyeri, dan berpotensi terjadi mastikasi.

Kelelahan setelah melahirkan dapat mengganggu nafsu makan, sehingga ibu tidak akan makan hingga rasa lelah tersebut hilang. Infeksi nifas merupakan suatu infeksi inflamasi pada alat kelamin yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas 38 pada hari pertama nifas dan terus menerus selama 2 hari. Faktor predisposisi terjadinya infeksi pasca melahirkan terjadi karena proses persalinan lama, tertahannya selaput plasenta, dan tersumbatnya bekuan darah.

Kondisi yang dapat menurunkan keadaan umum adalah perdarahan sebelum dan sesudah melahirkan, anemia pada masa kehamilan, gizi buruk/KEK, kelelahan ibu hamil dan ibu hamil dengan penyakit menular (Angraini, 2010). Penyebab infeksi nifas adalah terlalu seringnya pemeriksaan dalam, alat yang digunakan tidak steril, infeksi di rumah sakit dan pecah ketuban lebih dari 6 jam. Tangan pasien atau asisten yang bersarung tangan selama pemeriksaan internal atau pembedahan membawa bakteri yang sudah ada di vagina ke dalam rahim.

Sarung tangan atau alat yang terkena kontaminasi bakteri dari hidung atau tenggorokan dokter atau asistennya. Di rumah sakit, banyak kuman patogen yang berasal dari pasien di seluruh rumah sakit. Koitus di akhir kehamilan sebenarnya tidak terlalu berbahaya, kecuali jika selaput ketuban sudah pecah. e) Infeksi intrapartum.

Penyebabnya adalah infeksi endometrium, sisa plasenta, bekuan darah atau fibroid rahim. Phlegmansia alba dolens adalah suatu bentuk infeksi nifas yang menyerang vena femoralis. Gejala klinisnya meliputi kaki bengkak, nyeri, terlihat adanya penyumbatan pembuluh darah, dan demam.

Tabel 2.4 Penilaian Klinis untuk Menentukan Derajat Syok  Volume
Tabel 2.4 Penilaian Klinis untuk Menentukan Derajat Syok Volume

Konsep Dasar Laktasi

  • Fisiologi laktasi
  • Mekanisme menyusu bayi
  • Masalah – masalah dalam menyusui
  • Cara merawat payudara ibu nifas
  • Cara menyusui yang benar a. Posisi menyusui ibu dan bayi

Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat adanya rangsangan pada puting susu oleh isapan bayi. Mekanisme menyusui berbeda dengan mekanisme minum dari botol karena dot karetnya panjang dan tidak perlu diregangkan sehingga bayi tidak terlatih untuk menghisap dengan keras. Menyusui langsung pada payudara ibu dapat melatih refleks bayi, antara lain refleks mencari, menghisap, dan menelan.

Penekanan payudara ibu pada pipi atau area sekitar mulut bayi merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Keadaan ini menyebabkan kepala bayi menoleh ke arah puting susu diikuti dengan membuka mulut lalu menarik puting susu ke dalam mulut. Kegagalan dalam proses menyusui seringkali disebabkan oleh munculnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun anak.

Hal ini disebabkan karena posisi menyusui yang salah dan sariawan pada anak, anak tidak menyusu terlebih dahulu, melainkan hanya menghisap puting susu saja, sehingga gusi anak tidak dapat menekan sinus laktiferus. Puting lecet bisa disebabkan oleh posisi menyusui yang salah dan bisa juga disebabkan oleh sariawan pada bayi. Hal ini terjadi karena produksi ASI meningkat, namun pemberian ASI dini tertunda, perlekatan kurang baik, dan frekuensi produksi ASI berkurang akibat terbatasnya waktu menyusui.

Hal ini dapat terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah melahirkan akibat adanya penyumbatan permanen pada saluran susu. Jika puting Anda sakit, lumasi dengan kolostrum atau ASI setiap kali Anda selesai menyusui. Yang perlu diperhatikan adalah dengan teknik ini kita pastikan jalan nafas anak tidak tersumbat oleh payudara ibu.

Saat menyusui sambil duduk, hindari membungkuk atau meletakkan bayi terlalu jauh dari payudara ibu.

Gambar 2.1 Posisi menyusui berbaring miring (Sumber:Zetta, 2017)
Gambar 2.1 Posisi menyusui berbaring miring (Sumber:Zetta, 2017)

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

  • Pengkajian / Pengumpulan data dasar
  • Interpretasi diagnosa dan masalah aktual
  • Mengidentifikasi kebutuhan segera
  • Intervensi
  • Implementasi
  • Evaluasi

Untuk mengetahui keluhan apa saja yang dialami ibu nifas digunakan sebagai parameter dalam memberikan pelayanan pada ibu nifas. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyakit akut dan kronis seperti jantung, hipertensi, asma yang menyerang masa nifas. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang diderita ibu saat ini yang berhubungan dengan masa nifas dan bayinya.

Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit keluarga yang diturunkan seperti jantung, asma/sesak nafas, hipertensi/darah tinggi, kencing manis/kencing manis dan lain-lain. Menarche : untuk mengetahui pada umur berapa menstruasi pertama kali terjadi. Siklus : untuk mengetahui apakah siklus menstruasi teratur atau tidak. Panjang: untuk mengetahui berapa lama dan berapa banyak. Dismenore : Untuk mengetahui apakah ada nyeri saat haid Keputihan : Untuk mengetahui apakah ada keputihan yang tidak normal 9) Riwayat kebidanan.. a) Riwayat kehamilan, persalinan dan persalinan. Untuk mengetahui kebutuhan gizi ibu, berapa kali ibu makan dalam sehari dan untuk mengetahui porsi serta apakah menu tersebut seimbang dan sesuai dengan kalori ibu nifas yaitu menambah 500 kalori setiap harinya.

Untuk mengetahui berapa kali ibu buang air besar dan kecil dalam sehari, apakah ibu takut buang air besar karena jahitan perineum atau tidak. Untuk mengetahui berapa jam istirahat yang dibutuhkan seorang ibu dalam sehari sehingga dapat mengetahui apakah ia cukup tidur atau tidak. Untuk mengetahui berapa kali Anda mengganti pembalut, mandi dan berganti pakaian dalam sehari, berapa kali Anda keramas dalam seminggu, berapa kali Anda menyikat gigi dalam sehari.

Untuk mengetahui apakah ibu mengalami permasalahan psikologis pada masa nifas, seperti postpartum blues, depresi atau kesedihan (sedih dan duka akibat meninggalnya bayi). Untuk mengetahui apakah hubungan suami, istri, orang tua dan keluarga lainnya baik atau tidak serta reaksi menerima atau tidak kehadiran buah hati. Untuk mengetahui adakah budaya di lingkungan ibu yang merugikan ibu nifas atau tidak.

Leher : Untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran tiroid (yang menandakan penyakit gondok), pembengkakan vena jugularis (kelainan pada sirkulasi jantung) atau pembengkakan kelenjar getah bening (infeksi seperti ISPA, infeksi meningeal, dll). pada). Genetalia : Untuk mengetahui kebersihan, warna dan jenis lokea yang dikeluarkan, apakah terdapat bau busuk pada lokea dan kondisi luka jahitan perineum, apakah berwarna merah, apakah terdapat cairan dalam jumlah banyak yang tidak normal, apakah terdapat titik pendarahan dan apakah ada keluarnya cairan dari jaringan yang dijahit. Untuk mengetahui apakah terdapat edema pada ekstremitas dan apakah pergerakan ekstremitas baik serta untuk menilai adanya tromboflebitis.

Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan pada kelenjar tiroid menandakan penyakit gondok, pembengkakan pada vena jugularis merupakan kelainan pada jantung dan pembengkakan pada kelenjar limfe menandakan adanya infeksi seperti ISPA, meningitis, radang otak, dll. ). Payudara : Untuk mengetahui apakah terdapat benjolan yang tidak normal pada payudara, untuk mengetahui apakah terdapat pembengkakan yang tidak normal pada payudara, kondisi puting (menonjol atau cekung, menggelembung atau tidak), dan keluarnya kolostrum/payudara. susu dari payudara kanan dan kiri.

Referensi

Dokumen terkait