• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Admin Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - Admin Digital Library"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

Untuk mengetahui dampak privatisasi ruang publik di sepanjang batas kota terhadap pedagang asongan di persimpangan Makassar – Gowa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kata “Privatisasi” tidak dijelaskan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan terkait. Peralihan pengelolaan perusahaan dari pemerintah ke swasta disebut-sebut sebagai salah satu cara untuk mengurangi jumlah pegawai negeri sipil, dan berbagai peristiwa di atas menunjukkan perkembangan periodik penerapan kebijakan publik “privatisasi”.

Tujuan dan Manfaat Privatisasi

Penghapusan sosialisme dan kolektivisme (kekalahan sosialisme dan kolektivisme); Privatisasi yang dilakukan pemerintah merupakan kebijakan publik yang bertujuan untuk mengurangi dominasi negara terhadap masyarakat. Dalam beberapa kajian privatisasi yang dilakukan Bank Dunia, salah satu alasan penting yang dijadikan dasar pengambilan kebijakan adalah efisiensi. Privatisasi yang hanya terjadi dalam bentuk pengalihan saham negara kepada pihak lain, tidak berdampak langsung terhadap perseroan karena tidak mempengaruhi jumlah modal.

Yang terjadi adalah peralihan kepemilikan perusahaan. Ketika kepemilikan saham berpindah, maka hak menerima dividen dari negara berpindah kepada pemilik baru. Sebagai pelaksana Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah yang akan memberikan pedoman bagi pelaksanaan program privatisasi Persero. Sebaliknya, menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara (Perum) tidak bisa diprivatisasi.

Dalam rangkaian kegiatan pelaksanaan privatisasi, Menteri setiap tahunnya menetapkan program privatisasi yang memuat hasil seleksi dan penetapan perusahaan yang akan diprivatisasi. Dalam rangkaian kegiatan pelaksanaan privatisasi yang memuat hasil seleksi dan penetapan perusahaan yang akan diprivatisasi, tata cara privatisasi, Menteri menetapkan program privatisasi tahunan yang memuat hasil seleksi dan penetapan perusahaan yang akan diprivatisasi. . metode privatisasi yang akan digunakan dan jenis serta jenis saham yang akan dijual. Untuk mendukung hal tersebut, dibentuklah Komite Privatisasi, yaitu suatu forum koordinasi yang dibentuk oleh pemerintah untuk membahas dan memutuskan kebijakan privatisasi bersamaan dengan kebijakan lintas sektoral.

Rencana privatisasi dimaksud dituangkan dalam program privatisasi tahunan yang pelaksanaannya dikonsultasikan dengan DPR RI. Saat mengusulkan RAPBN kepada DPR-RI, pemerintah melampirkan daftar BUMN yang akan diprivatisasi pada tahun anggaran bersangkutan untuk memenuhi target penerimaan negara dari hasil privatisasi yang direncanakan dalam RAPBN. Sebab persoalan privatisasi bagi BUMN bukan sekedar transaksi penjualan. Hal ini memerlukan persiapan mood penonton. Apalagi isu privatisasi melibatkan sentimen nasional dan regional.

Ruang Publik

2. Ruang terbuka publik adalah ruang untuk kegiatan sosial yang bermanfaat dan juga mempengaruhi kehidupan warga kota. Ruang terbuka juga merupakan tempat kegiatan fungsional dan kegiatan ritual yang mempertemukan sekelompok orang dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan berkala (Carr, 1992).

Tujuan Ruang Terbuka Publik

Fungsi Ruang Terbuka Publik

Jenis Ruang Terbuka Publik

Kajian Teori

Aktor dilengkapi dengan serangkaian skema atau model yang terinternalisasi yang mereka gunakan untuk merasakan, memahami, merasakan dan mengevaluasi dunia sosial. Melalui model-model inilah para aktor menghasilkan tindakannya dan juga mengevaluasinya. tujuan dalam struktur kelas seperti berdasarkan usia, jenis kelamin, kelompok dan kelas sosial. Habitus diperoleh karena lamanya seseorang menduduki suatu jabatan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga habitus akan berbeda-beda tergantung pada bentuk kedudukan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat; Tidak semua orang mempunyai kebiasaan yang sama, orang yang menduduki kedudukan yang sama dalam kehidupan sosial cenderung mempunyai kebiasaan yang sama. Habitus memungkinkan orang untuk memahami dunia sosial, namun dengan adanya banyak habitus berarti kehidupan sosial dan strukturnya tidak dapat dipaksakan secara seragam pada semua yang ada pada suatu waktu tertentu. lama. periode sejarah: “habitus, yang merupakan produk sejarah, menciptakan tindakan-tindakan individu dan kolektif sehingga menyesuaikan diri dengan pola-pola yang diciptakan oleh sejarah”. Kebiasaan individu tertentu diperoleh melalui pengalaman hidup dan mempunyai fungsi tertentu dalam sejarah dunia sosial di mana kebiasaan itu muncul.

Tetapi ada kemungkinan seseorang itu mempunyai tabiat yang tidak sesuai dan mengalami apa yang Bourdieu panggil histeresis.Habitus dihasilkan dan dihasilkan oleh kehidupan sosial. Di satu pihak, habitus ialah "struktur yang menstruktur", yang bermaksud habitus ialah struktur yang menstrukturkan kehidupan sosial. Sebaliknya, habitus ialah "struktur berstruktur", i.e. ia adalah struktur yang distrukturkan oleh dunia sosial.

Dengan kata lain, Bourdieu menggambarkan habitus sebagai “dialektika internalisasi eksternalitas dan eksternalisasi internalitas”. Tindakanlah yang memediasi kebiasaan dan kehidupan sosial. Di satu sisi, habitus tercipta melalui praktik (tindakan); sedangkan habitus merupakan hasil tindakan yang diciptakan oleh kehidupan sosial. Bourdieu mengungkapkan fungsi mediasi tindakan ketika ia mendefinisikan habitus sebagai "suatu sistem yang teratur yang ditujukan untuk... fungsi-fungsi praktis". Sedangkan tindakan atau praktik cenderung membentuk habitus. Habitus pada gilirannya berperan sebagai pemersatu dan menghasilkan praktik atau tindakan. Seperti yang dikatakan Bourdieu dan Wacquant, “manusia tidaklah bodoh”, namun manusia juga tidak sepenuhnya rasional; aktor bertindak dengan cara yang masuk akal. Mereka mempunyai emosi dalam permainannya, ada logika atas apa yang orang lakukan, dan itu adalah “logika tindakan”.3 Robbins mendukung pandangan bahwa logika tindakan adalah “politetis”, yakni logika tindakan adalah logika tindakan. kemampuan untuk secara bersamaan membenarkan makna yang berbeda, atau tesis yang membingungkan dan bertentangan secara logika (menurut logika formal) karena konteks yang menolak penerapannya adalah tindakan. Pernyataan ini bukan hanya karena menekankan perbedaan antara logika praktis dan rasionalitas (logika formal), tetapi juga karena mengingatkan.

Relasionalisme penting dalam konteks ini karena mengarah pada kesadaran bahwa habitus bukanlah suatu struktur yang tetap dan tidak dapat berubah, melainkan diadaptasi oleh individu yang terus-menerus berubah berbeda dengan situasi konflik yang mereka alami. Habitus beroperasi “di bawah tingkat kesadaran dan bahasa, di luar jangkauan pengamatan dan kendali fakultas.” Meskipun kita tidak menyadari habitus kita dan cara kerjanya, hal ini terwujud dalam aktivitas praktis kita, seperti cara kita makan, berjalan, berbicara, dan bahkan cara kita membuang ingus.

Kerangka Konsep

Habitus yang stabil hanya terbentuk, hanya berfungsi dan berlaku hanya dalam suatu lingkungan, habitus itu sendiri. Inilah sebabnya mengapa suatu habitus yang sama memperoleh makna dan nilai yang berlawanan dalam konfigurasi yang berbeda atau dalam sektor yang berlawanan dalam lingkungan yang sama. Jika konsep ini diterapkan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat kedua, – dalam hal ini rasa aman – sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi. ketiga, kesenangan tidak akan diusahakan sampai seseorang merasa aman, dan seterusnya.

Privatisasi merupakan kebijakan pemerintah yang menetapkan bahwa tidak ada alternatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan perekonomian secara efisien, dan menyadari bahwa sebagian besar kegiatan pembangunan ekonomi yang dilakukan selama ini harus dialihkan ke pihak swasta. Asumsi dalam mengalihkan pengelolaan pelayanan publik kepada swasta adalah peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya dapat tercapai.

JenisPenelitian

LokusPenelitian

InformanPenelitian

FokusPenelitian

InstrumenPenelitian

JenisdanSumber Data Penelitian

TeknikPengumpulan Data

TeknikObservasi

Dokumentasi

Partisipatif

TeknikKeabsahan Data

Peneliti melakukan triangulasi teknik dengan beberapa cara yaitu triangulasi waktu, triangulasi teknik dan triangulasi sumber, berikut penjelasan singkatnya. Triangulasi sumber artinya peneliti memeriksa data yang diperoleh dari informan yang diberikan wawancara, kemudian dari data yang diperoleh peneliti kembali memeriksa data pada sumber yang berbeda untuk menguji keabsahan data yang diperoleh. Artinya, peneliti memeriksa data pada sumber yang sama, namun dengan teknik yang berbeda, agar data yang diperoleh di lapangan akurat, seperti terlebih dahulu melakukan teknik observasi kemudian melakukan teknik yang berbeda, namun dengan sumber yang sama, namun dengan teknik yang berbeda. .

Dalam teknik triangulasi waktu, data yang telah diperoleh kemudian dicek kembali terhadap sumber yang sama namun pada waktu yang berbeda, seperti yang dilakukan di lapangan dengan mewawancarai informan yang sama sebanyak 3 kali namun pada waktu yang berbeda.

TeknikAnalisi Data

JadwalPenelitian Tabel 2.1

Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi Informan Penelitian

Hasil Penelitian

Dalam hal ini dengan adanya kebijakan pemerintah, pemerintah sedang mencermati jenis privatisasi yang digunakan dalam pengelolaan Simpang Empat Makassar – Gowa Kota Makassar. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk privatisasi pedagang asongan di Simpang Empat Makassar – Gowa Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian didasarkan pada bentuk delegasi privatisasi yang terdiri dari kontrak, kompetisi publik-swasta, waralaba, kolaborasi publik-swasta, voucher, mandat.

Dari situ kita bisa melihat seperti apa bentuk privatisasi yang dilakukan pemerintah terkait keberadaan PKL di simpang Makassar - Gowa. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk privatisasi pengelolaan lapangan Karebosi sudah sesuai dengan perjanjian kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat. Ketika penulis menulis wawancara menanyakan bentuk privatisasi ruang publik batas kota seperti apa yang akan diterapkan bagi PKL di simpang Makassar – Gowa.

Ketika penulis menulis wawancara dan menanyakan pendapat Anda tentang pedagang asongan di persimpangan Makassar - Gowa. Ketika penulis menuliskan wawancara dan menanyakan pendapat Anda tentang pedagang asongan di simpang empat pengendara sepeda motor Makassar - Gowa tersebut. Saat penulis menulis wawancara dan menanyakan pendapat masyarakat Malengkeri terhadap pedagang asongan di pertigaan Makassar - Gowa: kata masyarakat Malengkeri.

Ketika penulis menulis wawancara dan menanyakan pendapat masyarakat tentang pedagang asongan di simpang empat Makassar - Gowawarga, Syekh Yusuf berkata.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada umumnya masyarakat belum memahami atau mengetahui secara jelas apa yang dimaksud dengan privatisasi ruang publik. Selain itu, pengguna jalan di Simpang Empat Makassar - Gowa mulai merasa risih dengan kehadiran pedagang kaki lima yang memecah antrean kendaraan dan menawarkan dagangannya karena beberapa tahun terakhir lapangan Karebosi kerap mengalami banjir saat musim hujan. Dari situ dapat diketahui bentuk privatisasi apa yang dilakukan pemerintah terhadap keberadaan pedagang asongan di Simpang Empat Makassar - Gowa.Instrumen pengumpulan datanya berupa wawancara dan observasi lapangan serta berdasarkan dokumen.

Namun privatisasi yang terjadi di masyarakat justru menimbulkan hal negatif karena semakin terbatasnya ruang publik dan minimnya kerumunan di persimpangan justru akan menimbulkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab berperilaku di Simpang Empat. Privatisasi ruang publik di Kota Makassar, khususnya di Simpang Empat, sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Ya, kedua hal tersebut merupakan contoh nyata dari privatisasi ruang publik di Kota Makassar.

Simpang Empat Makassar – Gowa seperti kita ketahui merupakan jalan yang menghubungkan kota-kota besar seperti Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kecamatan Jenepponto, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten. Minimnya ruang publik yang mampu menampung berbagai aktivitas komunal menimbulkan kekhawatiran munculnya berbagai permasalahan sosial akibat kurangnya kekompakan dan sosialisasi antar warga. Masyarakat tidak lagi mempunyai ruang interaksi dan komunikasi antar warga, anak-anak tidak lagi mempunyai tempat bermain di luar, semakin mengikis budaya solidaritas dan toleransi. Dampak privatisasi ruang publik di kawasan Simpang Empat Makassar – Gowa membuat pedagang kaki lima yang ingin mencari nafkah bak pencuri di siang bolong karena melanggar aturan dengan berjualan di perempatan. dan ditangkap agar mereka dihentikan dari aktivitasnya untuk mencari nafkah sehari-hari.

Peraturan ini justru membuka kelebihan dan kekurangan yang ada di masyarakat yang harusnya diatasi dengan menyelaraskan kehidupan sosialnya dengan menyediakan infrastruktur yang baik bagi masyarakat yang tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi bahkan untuk mata pencahariannya.Sehingga secara bertahap kita juga bisa mengurangi dampak – dampak negatif yang biasanya timbul terjadi di kawasan Simpang Empat Makassar - Gowa.

PENUTUP

Saran

Referensi

Dokumen terkait

2005 in which being added with the year-island interaction term dummy: yitβTit Xitγ λi ti δtitIit µit 3 Denoting i and t are the district and year indices respectively, y is the